• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Catur Naya Sandhi terhadap Kinerja Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontribusi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Catur Naya Sandhi terhadap Kinerja Guru"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH BERBASIS CATUR NAYA SANDHI

TERHADAP KINERJA GURU

I Made Sedana1,Komang Agus Budhi Arya Pramana2,I Ketut Ngurah Ardiawan3, I Gede Arya Wiradnyana4

STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Abstract This study aims to explain: (1) the contribution of the headmaster's leadership style based on Catur Naya Sandhi which consists of sama bedha, dana and danda together to the variability level of teacher performance at SMA Negeri 2 Singaraja, (2) the contribution of sama aspect towards the variability level of teacher performance at SMA Negeri 2 Singaraja, (3) the contribution of bedha aspect towards the variability level of teacher performance at SMA Negeri 2 Singaraja, (4) the contribution of dana aspect towards the variability level of teacher performance at SMA Negeri 2 Singaraja and (5) the contribution of danda aspect towards the variability level of teacher performance at SMA Negeri 2 Singaraja. This research as a whole unit uses a quantitative research paradigm. The population and sample in this study were all teachers of SMA Negeri 2 Singaraja as many as 54 people. The applied method was using descriptive research and correlation studies. The results of this study found that (1) there is a contribution to the leadership style of the headmaster based on Catur Naya Sandhi which consists of sama, bedha, dana and danda together and is significant to the performance of teachers at SMA Negeri 2 Singaraja, (2) there is a contribution in the sama aspect which is significant for teacher performance by controlling the aspects of bedha, dana and danda, (3) there is a significant contribution of the bedha aspect to teacher performance by controlling the aspects of sama, dana and danda, (4) there is a contribution from the aspect of dana which shows a significant contribution to teacher performance by controlling the aspects of sama, bedha and danda and (5) there is a significant contribution of danda

1made_sedana23@yahoo.com

2 mangagus460@gmail.com

3 ngurahardiawan90@gmail.com 4 arya.wiradnyana92@gmail.com

(2)

aspects to teacher performance by controlling the aspects of sama, bedha and dana.

Keywords Catur Naya Sandhi, performance, teacher PENDAHULUAN

Seorang guru harus mampu menjadi sosok yang berkualitas. Uzer (1992:24) menyatakan bahwa guru yang berkualitas seharusnya mampu menjalankan tugas pokoknya untuk mendidik, mengajar, dan melatih. Guru harus memiliki empat kompetensi guru yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi pedagogi (Depdiknas, 2006). Kompetensi yang dimiliki oleh guru merupakan salah satu indikator untuk menilai apakah seorang guru berkualitas atau tidak.

Fakta dilapangan seperti data yang dirilis oleh Pusat Informasi data Balitbang Depdiknas yang menunjukkan bahwa guru yang layak mengajar baru 38% atau baru sebanyak 442.310 dari 1.141.168 guru. Temuan serupa juga terlihat dari penelitian yang dilakukan Semiawan (dalam Kajian, 1998:45) menyatakan bahwa kualitas guru yang rendah, mengakibatkan daya serap peserta didik SD, SLTP, dan SLTA terhadap materi pelajaran yang diterima hanya 35%.

Permasalahan lain yang berkaitan dengan sebaran jumlah, kesesuaian kualifikasi, dan kualitas guru antara sekolah di desa dengan sekolah di perkotaan yang tidak merata. Ada sekolah di desa yang kekurangan guru, tidak sesuai kualifikasi pendidikannya, dan kualitas guru yang kurang memadai. Sementara di kota jumlah guru berlebih, dan kualifikasi serta kualitasnya lebih memadai (Sukadi, dkk., 2018).

Guru merupakan faktor penentu dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah. Oleh karena itu, para pendidik (guru) harus terus didorong untuk meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan.

Rendahnya kinerja guru dapat dilihat dari faktor semangat, komitmen, dan

produktivitas kerjanya (Sukadi, 2006, 2009, 2010, 2011, 2016). Kondisi kinerja dan kualitas guru yang masih rendah seperti di atas tentu memerlukan berbagai upaya untuk meningkatkannya. Banyak usaha yang telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga penjaminan mutu pendidikan, maupun oleh perguruan tinggi LPTK. Pemerintah pusat juga sudah makin mengakui pekerjaan guru sebagai pekerjaan yang profesional dan bersifat tertutup. Karena itu semua guru ditingkatkan kompetensinya baik melalui kegiatan PLPG maupun Pendidikan Profesi Guru untuk memperoleh sertifikat profesi Guru.

Upaya pemerintah justru kurang memberdayakan peran sekolah sendiri dalam meningkatkan kinerja dan kualitas guru, terutama yang berkaitan dengan peran pemimpin di sekolah. Padahal fungsi kepala sekolah termasuk pengawas sebagai pemimpin di sekolah mungkin dapat dioptimalkan yang akan mempengaruhi kinerja guru di sekolah/kelas dalam pelaksanaan kinerja guru secara profesional sehari-hari. Pemimpin dalam suatu organisasi akan membawa arah kebijakan dari suatu organisasi lembaga tergantung dari kemampuan dan keterampilan dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut (Harris, 1979). Dalam kaitanya dengan organisasi sekolah, maka kepemimpinan kepala sekolah sangatlah penting dalam rangka menentukan bagaimana kinerja organisasi secara keseluruhan.

Secara teoretis, kepemimpinan di sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru secara optimal. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinan di sekolah yang diyakini dapat mempengaruhi perilaku guru. Misalnya, bagaimana guru-guru diajak untuk merencanakan program

(3)

dalam fungsi perencanaan, bagaimana rencana itu kemudian diorganisasikan dengan baik (fungsi organizing), bagaimana program dilaksanakan secara aktual (fungsi

actuating), pemimpin kemudian melakukan pengendalian atau kontrol (fungsi

controlling), proses dan hasil yang direncanakan kemudian dievaluasi (fungsi

evaluating) efektivitas dan efisiensinya, dan kemudian diambil langkah-langkah tindak lanjut. Dengan demikian pemimpin sekolah sangat berperan dalam merencanakan, memotivasi/memberi semangat, membimbing, memberdayakan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi kinerja guru dalam pelaksanaan program organisasi sekolah, khususnya pelaksanaan kinerja guru secara profesional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemimpin sekolah yang lebih demokratis dapat mengajak dan mempengaruhi kerja guru lebih profesional dibandingkan dengan pemimpin sekolah yang otoriter dan tertutup. Tetapi, guru juga cenderung tidak menghormati pemimpin sekolah yang cenderung bebas, hingga terkesan tidak ada pemimpin sekolah (Agustin, 2015). Kepala sekolah yang lebih humanis dengan berlandasakan pada nilai-nilai etika dalam memimpin juga ditemukan lebih mampu mempengaruhi kinerja guru lebih profesional dibandingkan kepala sekolah yang cenderung memimpin dengan tangan besi (Saimima, 2016). Demikian pula, kepala sekolah yang lebih bersemangat dan memiliki wawasan ke depan serta menyukai perubahan cenderung memimpin lebih berhasil meningkatkan kinerja guru secara profesional dibandingkan kepala sekolah yang cenderung konservatif dan mempertahankan status quo.

Penelitian-penelitian yang dilakukan para pakar tentang peranan gaya kepemimpinan kepala sekolah cenderung menggunakan dasar-dasar konsep pengetahuan modern. Sampai saat ini peneliti belum banyak membaca digunakannya konsep-konsep yang berasal dari kearifan lokal diteliti para pakar untuk

mengetahui peranan kepemimpinan kepala sekolah terutama lagi dalam kontribusinya dalam menjelaskan varian kinerja guru secara profesional di sekolah/kelas. Penelitian yang mengkaji peranan kepemimpinan organisasi menggunakan konsep-konsep kearifan lokal antara lain baru berkisar kepemimpinan berbasis konsep Tri Hita Karana (Gorda, 2006) dan gaya kepemimpinan Asta brata (Natajaya, 2015).

Dalam kaitannya dengan pemimpin, maka dalam ajaran agama Hindu pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan tauladan, selalu mengusahakan kesejahteraan rakyat (sukanikangrat), dan menghindari kesenangan pribadi (agawe sukaning awak). Salah satu konsep kepemimpinan dalam ajaran agama Hindu yang dapat dijadikan pedoman seorang pemimpin adalah Catur Naya Sandhi. Catur Naya Sandhi terdiri dari: (a) Sama, (b) Bedha, (c) Dana dan, (d) Danda. Sama bermakna bahwa seorang pemimpin harus menjamin setiap warganya untuk mendapatkan hak yang sama. Bedha, bermakna bahwa seorang pemimpin haruslah dapat membedakan kawan dan lawan, teman dan musuh, untuk mengetahui hal-hal yang dapat membahayakan kedaulatan bangsa dan negara. Dana, bermakna bahwa seorang pemimpin haruslah mampu mengusahakan pemberian reward berupa kesejahteraan dan kemakmuran kepada warganya. Danda, bermakna bahwa seorang pemimpin adalah penegak hukum yang memiliki ketegasan dalam memberikan hukuman (punishment) kepada orang yang bersalah atau melakukan pelanggaran tanpa kecuali.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada 27 guru di SMA Negeri 2 Singaraja pada tanggal 21 Mei 2019. Berbagai fenomena yang tampak dan berkaitan kinerja dan kualitas guru di sekolah cenderung masih belum optimal walaupun guru telah diberikan tunjangan sertifikasi guru. Ada indikasi bahwa guru yang telah memperoleh tunjangan sertifikasi guru kinerjanya belum lebih baik

(4)

dibandingkan dengan sebelum mendapat tunjangan sertifikasi guru. Peran kepemimpinan di sekolah belum dioptimalkan untuk membantu meningkatkan kinerja guru. Kenyataan di lapangan, terutama di SMA Negeri 2 Singaraja, data menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat tertutup dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Kepala sekolah tidak pernah memberikan penghargaan kepada guru yang berhasil dan rajin dalam proses pembelajaran. Ada tendensi para guru kurang mampu melaksanakan tugas dan peranannya secara maksimal. Ada kecenderungan kepala sekolah belum mampu dalam melaksanakan tugasnya secara optimal sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi, apabila kepala sekolah mampu menjalankan perannya. Penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat dapat menjadi alternatif dalam penanganan masalah tersebut. Salah satu gaya kepemimpinan kepala sekolah yang dapat digunakan adalah gaya kepemimpinan yang berbasis Catur Naya Sandhi. Catur Naya Sandhi merupakan salah satu konsep kepemimpinan dalam ajaran agama Hindu yang dapat dijadikan pedoman seorang pemimpin. Melalui gaya

kepemimpinan berbasis Catur Naya Sandhi

maka kepala sekolah dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan Swadharmanya. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik meneliti kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini secara keseluruhan menggunakan paradigma penelitian kuantitatif dengan menerapkan metode deskriptif dan studi korelasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda dengan empat variabel kontributor dan analisis regresi parsial dengan tiga variabel kendali. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis melalui Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Linieritas.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan bantuan SPSS Statistics. 17.0 diketahui bahwa rata-rata kecenderungan implementasi gaya kepemimpinan kepala SMA Negeri 2 Singaraja yang dinilai oleh guru-guru cenderung sudah mencapai kategori sebagai berikut.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Statistics

N Valid Missing

Sama Bedha Dana Danda Catur Naya Sandhi Kinerja Guru

47 47 47 47 47 47

0 0 0 0 0

Mean 27.02 39.02 16.21 21.79 104.04 98.53

Minimum 25 35 13 19 92 80

Maximum 30 41 19 24 114 107

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa Pertama, penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah untuk aspek sama dengan nilai rerata 27,02, skor minimal 8,0, dan skor maksimal ideal 32,0, berarti sudah mencapai kategori tinggi atau baik. Artinya, kepala SMA Negeri 2 Singaraja

sudah dengan baik menerapkan prinsip persamaan hak dan kewajiban bagi setiap guru sebagai pendidik dalam pengaruh kepemimpinannya. Dalam hal ini, kepala SMA Negeri 2 Singaraja sudah baik dalam memperlakukan guru sebagai bawahan dengan menghormati kedudukan, derajat,

(5)

dan martabat guru secara sama. Kedua, penerapan gaya kepemimpinan kepala SMA Negeri 2 Singaraja untuk aspek bedha

dengan nilai rerata 39,02, nilai minimal 11,0 dan nilai maksimal ideal 44,0, berarti sudah mencapai kategori sangat tinggi atau sangat baik. Ini artinya bahwa walaupun guru memiliki kedudukan, derajat, martabat, dan hak-hak serta kewajiban dasar yang sama sebagai pendidik, kepala sekolah dengan sangat bijak juga sudah mampu memperlakukan para guru secara berbeda karena kualitas dedikasi dan prestasi kerjanya. Ketiga, penerapan gaya kepemimpinan kepala SMA Negeri 2 Singaraja untuk aspek dana dengan nilai rerata 16,21, nilai minimal 5,0 dan nilai maksimal ideal 20,0, berarti sudah mencapai kategori tinggi atau baik juga. Ini artinya bahwa kepala sekolah dalam kepemimpinannya juga telah memperhatikan dan memberikan guru-guru kesejahteraan tambahan baik secara material maupun kesejahteraan bathin yang membuat guru merasakan sejahtera dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Kepala sekolah tidak saja hanya bisa memerintah atau menugaskan guru untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tetapi juga mampu memberikan guru kesejahteraan tambahan baik yang bersifat material maupun yang bersifat kesejahteraan bathin.

Keempat, penerapan gaya kepemimpinan

kepala SMA Negeri 2 Singaraja untuk aspek

danda dengan nilai rerata 21,79, nilai minimal 6,0 dan nilai maksimal ideal 24,0, berarti sudah mencapai kategori sangat tinggi atau sangat baik juga. Ini artinya bahwa kepala sekolah dalam kepemimpinannya juga telah benar-benar bersifat adil dalam memperlakukan guru yang cenderung apatis dan melanggar disiplin dan kode etik kerja. Bagi guru yang memiliki masalah kinerja yang agak kurang di samping kepala sekolah cenderung memberikan reinforcement negatif dengan kurang memperhatikan guru tersebut, kepala sekolah juga sering memberikan pembinaan mental kerja pegawai negeri sipil agar guru seperti itu cenderung lebih semangat kerja lagi.

Sementara itu, hasil pengujian

hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi yang terdiri dari sama,

bedha, dana, dan danda secara simultan signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja. Untuk menguji hipotesis ini didukung oleh data empirik atau tidak di lapangan, maka data yang terkumpul secara numerik dianalisis dengan teknik analisis regresi ganda empat prediktor. Hasil analisis data menunjukkan sebagai tertara pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Regresi Ganda untuk Uji Hipotesis Kontribusi Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah berbasis Catur Naya Sandhi yang terdiri dari Sama (X1),

Bedha (X2), Dana (X3), dan Danda (X4) Bersama-sama terhadap Kinerja Guru (y)

Model R R Square Adjusted R Square

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .510a .261 .190 .261 3.700 4 42 .011

a. Predictors: (Constant), Danda, Dana, Bedha, Sama b. Dependent Variable: Kinerja Guru

Data hasil analisis regresi ganda pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi ganda yang

diperoleh adalah R(yx1,2,3,4) = 0,51. Nilai

koefisien regresi ganda sebesar itu ternyata memiliki nilai sebaran pada

(6)

distribusi F regresi sebesar 3,700 dengan tarap signifikansi 0,011 (1,1%). Dengan demikian α < 0,05 (α < 5%). Jelaslah bahwa hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini gagal diterima karena taraf kesalahan kurang dari 5%. Dengan kata lain hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi yang terdiri dari sama, bedha, dana, dan danda secara simultan signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja

guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja adalah sebesar 26,10% atau setelah dilakukan penyesuaian menjadi 19%. Hal ini dapat dilihat dari nilai R2

(yx1,2,3,4) = 0,261 dan nilai R2

(yx1,2,3,4) penyesuaian = 0,190. Ini artinya bahwa hanya 19% variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang tergantung pada tinggi rendahnya tingkat penilaian guru-guru terhadap penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan. Secara diagramatik kontribusi keempat variabel bebas secara simultan dapat menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kontribusi Keempat Variabel Bebas secara Simultan

Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa walaupun penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan signifikan dalam menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja, peneliti masih menemukan adanya koefisien error sebesar 0,86. Ini artinya bahwa menggunakan model ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan untuk menjelaskan tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja

masih berisiko terjadi kesalahan sebesar

e = 0,86. Masih ada variabel bebas yang lain yang dapat dikembangkan dalam model untuk menjelaskan tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja. Kontribusi faktor-faktor lain itu masih memiliki peluang sebesar 81% (100% - 19%).

Hasil analisis data pada hipotesis kedua menggunakan analisis regresi parsial dengan satu prediktor dan tiga variabel kendali menunjukkan sebagai tertara pada Tabel 4.3 berikut.

(7)

Tabel 4.3 Uji Signifikasi dan Kelinieran Regresi Aspek Sama terhadap Kinerja Guru Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .319a .102 .082 .102 5.112 1 45 .029

a. Predictors: (Constant), Sama b. Dependent Variable: Kinerja Guru

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi parsial yang diperoleh adalah Ryx1(2,3,4) =

0,319 dan nilai sebaran pada distribusi F

regresi sebesar 5,112 dengan tarap signifikansi 0,029 (2,9%). Dengan demikian α < 0,05 (α < 5%), sehingga hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Hal ini berarti aspek Sama secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek bedha, dana, dan danda.

Mengacu pada Tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya

Sandhi khususnya pada aspek sama

secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja adalah sebesar 10,2% atau setelah dilakukan penyesuaian menjadi 8,2%. Hal ini dapat dilihat dari nilai R2

yx1(2,3,4) = 0,102 dan nilai R2

yx1(2,3,4) penyesuaian = 0,082. Ini artinya bahwa hanya 8,2% variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang tergantung pada tinggi rendahnya tingkat penilaian guru-guru terhadap penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek sama secara tunggal. Secara diagramatik kontribusi variabel bebas sama dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Kontribusi Variabel Sama terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan diagram di atas, dapat dipahami bahwa walaupun kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek

sama secara tunggal signifikan dalam menjelaskan variabilitas tinggi

rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja, peneliti masih menemukan adanya koefisien error

sebesar 0,948. Ini berarti aspek sama

secara tunggal untuk menjelaskan tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja masih berrisiko terjadi

(8)

kesalahan sebesar e = 0,948. Masih ada variabel bebas yang lain yang dapat dikembangkan dalam model untuk menjelaskan tinggi rendahnya tingkat kinerja. Kontribusi faktor-faktor lain itu

masih memiliki peluang sebesar 89,8% (100% - 10,2%).

Hasil analisis hipotesis ketiga

dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Uji Signifikasi dan Kelinieran Regresi Aspek Bedha terhadap Kinerja Guru Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .302a .091 .071 .091 4.511 1 45 .039

a. Predictors: (Constant), Bedha b. Dependent Variable: Kinerja Guru

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Ryx2(1,3,4) yang

merupakan nilai koefisien regresi parsial sebesar 0,302 dan nilai sebaran pada distribusi F regresi sebesar 4,511 dengan tarap signifikansi 0,039 (3,9%). Dengan demikian α < 0,05 (α < 5%). Hasil tersebut menujukkan bahwa hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini gagal diterima karena taraf kesalahan kurang dari 5%. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek bedha secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek

sama, dana, dan danda.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala

sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek bedha secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja adalah sebesar 9,1% atau setelah dilakukan penyesuaian menjadi 7,1%. Hal ini dapat dilihat dari nilai

R2

yx2(1,3,4) = 0,091 dan nilai R2yx2(1,3,4) penyesuaian = 0,071. Ini artinya bahwa hanya 7,1% variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang tergantung pada tinggi rendahnya tingkat penilaian guru-guru terhadap enerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek bedha secara tunggal. Secara diagramatik kontribusi variabel bebas bedha secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja dapat digambarkan sebagai berikut.

(9)

Diagram tersebut sudah sangat jelas menggambarkan bahwa kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek bedha secara tunggal signifikan dalam menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja, namun peneliti masih menemukan adanya koefisien error

sebesar 0,953. Ini artinya bahwa menggunakan model ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek bedha secara tunggal untuk menjelaskan tingkat kinerja

guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja masih beresiko terjadi kesalahan sebesar e = 0,953. Masih ada variabel bebas yang lain yang dapat dikembangkan dalam model untuk menjelaskan tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja. Kontribusi faktor-faktor lain itu masih memiliki peluang sebesar 90,9% (100% - 9,1%).

Hasil hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut

Tabel 4.5 Uji Signifikansi dan Kelinieran Regresi Aspek Dana terhadap Kinerja Guru

Model R R Square Adjusted R Square

Change Statistics R

Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .309a .095 .075 .095 4.747 1 45 .035

a. Predictors: (Constant), Dana

b. Dependent Variable: Kinerja Guru Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi parsial yang diperoleh adalah

Ryx3(1,2,4) = 0,309 dan nilai sebaran pada

distribusi F regresi sebesar 4,747 dengan tarap signifikansi 0,035 (3,5%). Dengan demikian α < 0,05 (α < 5%). Hal ini berarti hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini gagal diterima karena taraf kesalahan kurang dari 5%. Dengan kata lain gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek dana

secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek sama, bedha, dan danda.

Hasil Tabel 4.5 juga menunjukkan bahwa kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek

dana secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja adalah sebesar 9,5% atau setelah dilakukan penyesuaian menjadi 7,5%. Hal ini dapat dilihat dari nilai R2

yx3(1,2,4) = 0,095 dan nilai R2

yx3(1,2,4) penyesuaian = 0,075. Ini artinya bahwa hanya 7,5% variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang tergantung pada tinggi rendahnya tingkat penilaian guru-guru terhadap penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek dana secara tunggal. Secara diagramatik kontribusi variabel bebas dana secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja dapat digambarkan sebagai berikut.

(10)

Gambar 4. Kontribusi Variabel Dana terhadap Kinerja Guru

Data pada diagram di atas juga sudah sangat jelas menggambarkan bahwa walaupun kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek dana secara tunggal signifikan dalam menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja, namun peneliti masih menemukan adanya koefisien

error sebesar 0,952. Ini artinya bahwa menggunakan model ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek dana secara tunggal untuk menjelaskan tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja masih berrisiko terjadi kesalahan sebesar e = 0,952. Masih ada variabel bebas yang lain yang dapat dikembangkan dalam model untuk menjelaskan tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru

SMA Negeri 2 Singaraja. Kontribusi faktor-faktor lain itu masih memiliki peluang sebesar 90,5% (100% - 9,5%).

Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek danda secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek sama, bedha, dan dana. Untuk menguji hipotesis ini apakah didukung oleh data empirik di lapangan atau tidak, maka data yang terkumpul secara numerik dianalisis dengan teknik analisis regresi parsial satu prediktor dengan tiga variabel kendali. Hasil analisis data menunjukkan seperti tertera pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Uji Signifikansi dan Kelinieran Regresi Aspek Danda terhadap Kinerja Guru

Model R R Square Adjusted R Square Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .306a .094 .073 .094 4.642 1 45 .037

a. Predictors: (Constant), Danda

b. Dependent Variable: Kinerja Guru

Data hasil analisis regresi parsial pada Tabel 4.6 tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi parsial yang diperoleh adalah Ryx4(1,2,3) = 0,306.

Nilai koefisien regresi parsial sebesar itu ternyata memiliki nilai sebaran pada distribusi F regresi sebesar 4,642 dengan tarap signifikansi 0,037 (3,7%).

(11)

Dengan demikian α < 0,05 (α < 5%). Dengan kata lain hipotesis nihil yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa aspek danda secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek

sama, bedha, dan dana.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kontribusi penerapan aspek danda secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja adalah sebesar 9,4% atau

setelah dilakukan penyesuaian menjadi 7,3%. Hal ini dapat dilihat dari nilai

R2

yx3(1,2,4) = 0,094 dan nilai R2yx3(1,2,4) penyesuaian = 0,073. Ini artinya bahwa hanya 7,3% variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang tergantung pada tinggi rendahnya tingkat penilaian guru-guru terhadap aspek danda secara tunggal. Secara diagramatik kontribusi variabel bebas danda secara tunggal dapat menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5. Kontribusi Variabel Danda terhadap Kinerja Guru

Data pada diagram tersebut sangat jelas pula dapat dipahami bahwa walaupun kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek

danda secara tunggal signifikan dalam menjelaskan variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja, peneliti masih menemukan adanya koefisien error

sebesar 0,952. Ini artinya bahwa menggunakan model ajaran Catur Naya Sandhi pada aspek danda secara tunggal untuk menjelaskan tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja masih berrisiko terjadi kesalahan sebesar e = 0,952. Masih ada variabel bebas yang lain yang dapat dikembangkan dalam model untuk menjelaskan tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja. Kontribusi

faktor-faktor lain itu masih memiliki peluang sebesar 90,6% (100% - 9,4%).

Mengacu pada temuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka akan dijelaskan lebih lanjut masing-masing temuan tersebut. Pertama, hasil penelitian ini menemukan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi yang terdiri dari

sama, bedha, dana, dan danda secara simultan signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja. Ini artinya bahwa variabilitas tinggi rendahnya tingkat kinerja guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja sebagian dapat dijelaskan oleh variabilitas tinggi rendahnya penilaian guru-guru tersebut terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menerapkan prinsip-prinsip Catur Naya Sandhi. Atau, dengan kata lain dapat

(12)

dikatakan bahwa makin baik penilaian guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan. maka makin baik pula tingkat kinerja guru-guru yang dapat ditunjukkan. Sebaliknya, makin buruk penilaian guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi secara simultan, maka makin rendah pula tingkat kinerja guru-guru yang dapat ditunjukkan.

Hasil penelitian ini relevan dengan pernyataan Hamis (1979) yang menerangkan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas guru dan kinerja guru, maka faktor gaya kepemimpinan kepala sekolah sangatlah diperlukan. Pemimpin dalam suatu organisasi akan membawa arah kebijakan dari suatu organisasi lembaga tergantung dari kemampuan dan keterampilan dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Dalam kaitanya dengan organisasi sekolah, maka kepemimpinan kepala sekolah sangatlah penting dalam rangka menentukan bagaimana kinerja organisasi secara keseluruhan.

Adanya kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi yang terdiri dari

Sama, Bedha, Dana, dan Danda

berkontribusi terhadap kinerja guru di sekolah juga disebabkan oleh karakteristik gaya kepemimpinan ini yang cenderung mampu memberikan tauladan, selalu mengusahakan

kesejahteraan bawahan

(sukanikangrat), dan menghindari kesenangan pribadi (agawe sukaning awak). Karakteristik gaya kepemimpinan sebagaimana dijelaskan tersebut, tentunya dapat

menumbuhkan dan menciptakan iklim yang mempunyai pengaruh baik pada kelompok untuk bergerak ke arah tujuan bersama dan mampu memotivasi bawahan untuk bekerja. Sehingga gaya kepemimpinan ini mampu meningkatkan motivasi kerja guru serta kinerjanya.

Seorang kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan Catur Naya Sandhi

juga dinilai dekat dengan kepemimpinan yang demokratis dan berkeadilan, karena ia sangat peduli kepada bawahannya dan bersifat egaliter. Kepala sekolah sebagai pemimpin demokratis ini bisa memperlakukan semua bawahannya sama hak dan kewajiban dasarnya, sehingga bawahan memiliki rasa sense of belonging yang tinggi terhadap organisasi. Pemimpin yang egaliter seperti ini diakui mampu memotivasi dan menggerakkan bawahan yang berorientasi kebersamaan, berorientasi tugas, dan berorientasi kualitas kerja untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jelaslah bahwa gaya kepemimpinan Catur Naya Sandhi yang demokratis dan berkeadilan mampu menggerakkan bawahan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya (Kurniawan 2018: 1-6: Hardianti, 2016: 60).

Kedua, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek Sama secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek bedha, dana, dan danda. Ini artinya bahwa kepala sekolah yang mampu menerapkan keadilan dengan tidak pilih kasih dan memandang semua bawahannya memiliki kesamaan hak dan kewajiban

(13)

sama mampu meningkatkan kinerja guru-guru ke arah yang lebih baik. Hal ini karena guru-guru yang diakui sama kesamaan hak dan kewajibannya pada dasarnya akan mengembangkan sikap

sense of belonging yang tinggi. Sikap bathin ini diakui mampu mendorong guru-guru untuk meningkatkan kualitas kinerjanya baik dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas, melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa, membimbing siswa, dan melaksanakan tugas rutin administrasi sekolah setiap hari.

Ketiga, penelitian ini juga

menemukan bahwa gaya

kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek bedha secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek sama, dana, dan danda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek bedha berkontribusi terhadap kinerja guru di sekolah. Bedha

sebagaimana dijelaskan oleh Ngurah (dalam Suhardana, 2008:45) artinya seorang pemimpin harus dapat mengatur dan atau memelihara disiplin kerja dan tata tertib yang berlaku bagi bawahannya, termasuk mereka yang agamanya berbeda. Kemampuan pemimpin dalam mengatur dan atau memelihara disiplin kerja dan tata tertib bawahannya merupakan aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kinerja guru. Sikap disiplin yang dimiliki oleh guru selaku bawahan dari kepala sekolah sangat diperlukan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi

mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan pemahaman disiplin yang baik, guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan tugasnya di sekolah (Saodi dan Suherman, 2012: 41).

Keempat, penelitian ini juga

menemukan bahwa gaya

kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek dana secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek sama, bedha, dan danda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek dana berkontribusi terhadap kinerja guru di sekolah. Dana

sebagaimana dijelaskan oleh Ngurah (dalam Suhardana, 2008:45) artinya seorang pemimpin harus berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan bagi bawahannya. Kemampuan pemimpin dalam membantu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan bagi bawahannya merupakan aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aldino (2017:22) yang menyatakan bahwa pemimpin yang bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan bawahan khususnya kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, dan papan sangat penting dalam kaitannya untuk meningkatkan kinerja bawahan. Hal ini dikarenakan kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, dan papan merupakan kebutuhan mendasar dan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Selain itu,

(14)

kepedulian yang ditunjukkan pemimpin terhadap kebutuhan fisiologis bawahan juga merupakan usaha untuk

mengembangkan hubungan

interpersonal yang menyenangkan antara atasan dan bawahan.

Terakhir, penelitian ini juga

menemukan bahwa gaya

kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek danda secara tunggal signifikan dapat menjelaskan variabilitas tingkat kinerja guru-guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan variabilitas aspek-aspek sama, bedha, dan dana. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis

Catur Naya Sandhi khususnya pada aspek danda berkontribusi terhadap kinerja guru di sekolah. Danda

sebagaimana dijelaskan oleh Ngurah (dalam Suhardana, 2008:45) artinya seorang pemimpin harus mampu menghukum secara adil terhadap bawahan dan siapapun juga yang bersalah. Kemampuan pemimpin dalam menghukum secara adil terhadap bawahan dan siapapun juga yang bersalah merupakan aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2016:18) yang meneliti tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan pengaruhnya terhadap kinerja guru. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah. Kepala sekolah yang mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis, berkeadilan, dan tidak deskriminatif terbukti dapat meningkatkan kinerja guru di sekolah. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Laili (2015:57) yang menyatakan bahwa implikasi

kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan sumberdaya guru di SMA Negeri 1 Tumpang antara lain (1) Mendengarkan ide saran dari guru serta berkomunikasi dengan para guru, (2) Memberikan kelonggaran dan fleksibilitas bagi guru yang hendak menempuh pendidikan lebih tinggi (3) Pendelegasian tugas pada guru lain apabila guru berhalangan hadir (4) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan penuh kebersamaan, dan (5) Memberikan sanksi yang adil bagi guru yang melanggar aturan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) terdapat kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi

yang terdiri dari sama, bedha, dana, dan

danda secara bersama-sama dan signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja, (2) terdapat kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi

khususnya pada aspek sama yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan aspek-aspek bedha, dana, dan danda, (3) terdapat kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi

khususnya pada aspek bedha yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan aspek-aspek sama, dana, dan danda, (4) terdapat kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis Catur Naya Sandhi

khususnya pada aspek dana yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan aspek-aspek sama,

bedha, dan danda, dan (5) terdapat kontribusi gaya kepemimpinan kepala

(15)

sekolah berbasis Catur Naya Sandhi

khususnya pada aspek danda yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Singaraja dengan mengendalikan aspek-aspek sama,

bedha, dan dana.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada kepala sekolah agar sebagai pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat menerapkan ajaran Catur Naya Sandhi

sebagai salah satu alternatif gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan berbasis Catur Naya Sandhi yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja positif guru di sekolah adalah: (1) kepala sekolah harus mampu memberikan tauladan, selalu mengusahakan kesejahteraan bawahan (sukanikangrat), dan menghindari kesenangan pribadi (agawe sukaning awak). Karakteristik gaya kepemimpinan sebagaimana dijelaskan tersebut, tentunya mampu meningkatkan motivasi kerja guru serta kinerjanya. (2) Kepala sekolah harus mampu memperlakukan semua bawahannya sama hak dan kewajiban dasarnya, sehingga bawahan memiliki rasa sense of belonging yang tinggi terhadap organisasi. (3) Kepala sekolah harus dapat memperlakukan guru-guru sebagai bawahan secara berkeadilan distributif. Artinya, kepala sekolah dapat juga memperlakukan bawahan secara berbeda sesuai dengan dedikasi dan prestasi kinerjanya di sekolah dan di kelas. Guru yang kurang berdedikasi dan kurang berprestasi tentu perlu dibina, sedangkan guru-guru yang berdedikasi dan berprestasi tinggi bagi sekolah perlu diberi reward atau penghargaan. (4) kepala sekolah perlu bersikap ramah dan menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan bawahan khususnya kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, dan papan sangat penting

dalam kaitannya untuk meningkatkan kinerja bawahan. (5) Kepala sekolah harus berlaku adil terhadap bawahan dan siapapun juga yang bersalah merupakan aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kinerja guru.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah dan Guru-guru SMA Negeri 2 Singaraja yang telah memberikan kerjasama yang baik dalam rangka pengumpulan data penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2014. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis. Jakarta: PT Gramedia.

Agustin. 2015. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Pendidik dan Pengelolaan Pendidikan di SDIT Insan Mulia Wonosobo.

Tesis. Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam Yogyakarta

Harris Ben M. Et. Al, 1979. Personal Administration in Education. Boston : Houghton Mifflin Company.

Kiswanto. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Bekerja Karyawan Kantor Dinas Kominfo Surakarta.

Jurnal Ilmiah Kursor 6 (1), 1267-1439

Laili, Rizkiyatul. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

(16)

Sumberdaya Guru.Tesis. Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Mutmainah. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalitas Guru terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Tepus. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Saimima, Sahrawi. 2016.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Budaya Etis dalam Meningkatkan Mutu Sekolah.

Jurnal Pendidikan Agama Islam 1 (1), 1-15.

Saroso, W. 2002. A Framework For The Analysis Of Urban Sustainability Linking Theory And Practice. Urban Regional Development Series. 2: 5-21

Semiawan. 2015. Kajian Kinerja Guru di Indonesia. Jakarta: Lembaga Admistrasi Negara.

Suhardana. 2008. Niti Sastra: Ilmu Kepemimpinan atau Manajement Berdasarkan Agama

Hindu. Surabaya:Paramita. Uzer, Moh. 1992. Menjadi Guru

Profesional. Bandung: Rermaja RosdaKarya.

Gambar

Tabel  4.2  Hasil  Analisis  Regresi  Ganda  untuk  Uji    Hipotesis  Kontribusi  Gaya  Kepemimpinan Kepala Sekolah berbasis Catur Naya Sandhi yang terdiri dari Sama (X1),
Tabel 4.3 Uji Signifikasi dan Kelinieran Regresi  Aspek Sama terhadap Kinerja Guru  Model Summary b
Tabel 4.4 Uji Signifikasi dan Kelinieran Regresi Aspek Bedha terhadap Kinerja Guru   Model Summary b
Diagram  tersebut  sudah  sangat  jelas menggambarkan bahwa kontribusi   penerapan  gaya  kepemimpinan  kepala  sekolah  berbasis  ajaran  Catur  Naya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Efek Ekstrak Etanol 70% Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Tikus Yang Diinduksi Kalium Oksonat. Fakultas Matematika dan

Butil Akrilat merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan polimer, dan butil akrilat telah banyak digunakan secara luas pada industri sebagai

Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kecernaan pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) yang berbasis tepung ikan rucah.. Penelitian ini menggunakan

Berdasarkan perhitungan pada intake IPA Sungai Sengkuang ini, ukuran pipa sudah sesuai dengan kriteria desain, hanya pompa penyadap air baku kapasitas pompanya diatas

Begitupun Universitas Kebangsaan Bandung yang memiliki luas pada saat ini adalah 7.691 m 2 luas bangunan 9.174 m 2 diperlukan keamanan &amp; kenyamanan bagi setiap

April 2000 untuk menilai Tesis Master Sains yang bertajuk &#34;Imej Korporat Telekom Malaysia Berhad: Satu Kajian terhadap Kepuasan Pelanggan dan Kualiti Perkhidmatan&#34;

Dari fakta pelaksanaan yang dilakukan Tim Terpadu dalam kurun waktu 2013-2015 terlihat aktivitas kegiatan penertiban dan penindakan terhadap PETI telah terkoordinir

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepala Desa telah menjalankan perannya sebagai motivator di mana Kepala Desa selalu memberikan motivasi serta masukan-masukan