Skala, Pengukuran
dan Hubungan Antar
Variabel
Freddy Heriyanto
fredheryan@gmail.com kuliahfreddy.wordpress.com
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai.
Skala nilai variabel, dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan skala:
nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Terdapat banyak cara dalam pengelompokan variabel. Tapi secara umum
pengelompokan variabel dapat melalui dua cara: dengan menganggap
bobot setiap variabel yang akan dikelompokkan adalah sama, dan dengan
menganggap bobot variabel yang akan dikelompokkan adalah berbeda.
Pengelompokkan variabel dilakukan melalui cara: Summated Rating, Skala
Likert, dan Skala Guttman.
Sifat Skala
Skala Nominal
ialah skala yang mempunyai sifat hanya membedakan. Misalnya
variabel jenis kelamin yang mempunyai kategori "laki-laki" dan "wanita". Atau,
misalnya variabel agama yang mempunyai kategori "Islam", "Katolik", "Protestan",
"Budha", "Hindu" dan "Konghucu".
Skala Ordinal
ialah skala yang mempunyai sifat selain membedakan juga
mencerminkan adanya tingkatan. Misalnya variabel jenjang pendidikan formal
yang mempunyai kategori "SD", "SMP", "SLTA", "D3", "S1", "S2" dan "S3".
Skala Interval
ialah skala yang mempunyai sifat membedakan, mencerminkan
adanya tingkatan dan jarak. Misalnya variabel umur. Dalam skala interval patut
diketahui bahwa nilai-nilai pada variabel tidak diukur dari titik awal nol yang sama
(titik nol relatif).
Skala Rasio
ialah skala yang mempunyai sifat membedakan, mencerminkan
adanya tingkatan, jarak dan mempunyai titik nol mutlak. Misalnya variabel berat
badan.
Summated Rating
Suatu pengelompokan variabel dengan sekedar menjumlahkan skor dari nilai
seperangkat variabel yang bersangkutan.
Contoh: misalnya seorang peneliti ingin mengukur "sikap terhadap kelahiran",
sehubungan dengan ia mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Skala Variabel
No.
Pertanyaan Pertanyaan/Variabel Kategori/nilai jawaban
1. Kelahiran anak adalah salah satu pengalaman yang paliingberarti dalam kehidupan seorang wanita Setuju Tidak Setuju
2.
Adalah kurang baik memiliki hanya seorang anak, karena sebagai anak tunggal ia akan kesepian dan sedih tidak memiliki saudara.
Setuju Tidak Setuju
3.
Kewajiban utama seorang wanita adalah menjadi ibu, dan tidak mengapa bagi wanita untuk berkarier sepanjang tidak mengganggu peranannya sebagai ibu.
Setuju Tidak Setuju 4. Lebih baik mempunyai sekurang-kurangnya, seorang anaklaki-laki dan perempuan, daripada hanya salah satu saja. Setuju Tidak Setuju
Skala Likert
Dalam skala ini, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar "setuju" dan "tidak
setuju", tetapi dibuat lebih banyak kemungkinan jawaban. Yaitu "sangat setuju",
"setuju", "tidak ada pendapat", "tidak setuju", dan "sangat tidak setuju".
Contoh:
Skala Variabel
Punya dua anak sudah cukup Sangat
Setuju Setuju
Tidak ada
pendapat Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Punya dua anak tidak cukup Sangat
Setuju Setuju
Tidak ada
pendapat Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sholat itu penting karena merupakan tiang agama.
Sangat
Setuju
Setuju
Tidak ada
pendapat
Tidak
setuju
Sangat
tidak setuju
5
4
3
2
1
Skala Guttman
Skala yang hanya mengukur satu dimensi saja, dari gejala yang diukur yang mempunyai beberapa dimensi.
Variabel (pernyataan atau pertanyaan) yang tercakup dalam skala ini mempunyai bobot yang berbeda.
Contoh: Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada sejumlah orang, sebagai berikut: A – apakah anda memiliki radio?
B – apakah anda memiliki televisi?
C – apakah anda memiliki sepeda motor? D – apakah anda memiliki mobil?
Secara teoritis jawaban yang ideal haruslah mempunyai pola sebagai berikut:
A B C D
Ya Tidak Tidak Tidak
Ya Ya Tidak Tidak
Ya Ya Ya Tidak
Ya Ya Ya Ya
Untuk mengukur konsep/variabel perlu menetapkan batasan dan tata cara
tertentu untuk mengukur konsep/variabel tersebut. Yaitu dengan
merumuskan definisi, menentukan indikator, dan juga menetapkan definisi
operasional untuk variabel bersangkutan. Semakin tingkat keabstrakan
suatu konsep, semakin banyak indikator yang diperlukan dalam proses
operasionalisasi konsep yang bersangkutan; sehingga semakin besar
untuk terjadi kesalahpengukuran.
Definisi
adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau memberi makna
suatu istilah atau konsep tertentu.
Indikator
adalah kriteria untuk mengukur suatu konsep yang abstrak,
biasanya menggunakan beberapa variabel yang konkret.
Operasionalisasi
adalah menjabarkan pengertian suatu konsep yang
abstrak dengan menurunkannya pada tingkatan yang lebih konkret.
Pengukuran Konsep/Variabel
Contoh: mengukur "status sosial ekonomi" seseorang dalam suatu
masyarakat
Tentukan dahulu apa definisi dari "status sosial ekonomi” ?
“Status sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara
sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.”
Agar konsep yang dinyatakan dalam definisi benar-benar dapat diukur
dalam dunia nyata (empiris) diperlukan operasionalisasi atau pengukuran
suatu konsep. Dalam suatu penelitian seringkali untuk mengukur suatu
konsep tertentu tidak dapat menurunkannya hanya dengan satu kali
operasionalisasi.
Pengukuran Konsep/Variabel
Pendidikan (X1) Pekerjaan (X2) Penghasilan (X3) Status Sosial Ekonomi(X) Jenjang Pendidikan Terakhir (X11) Lama Waktu Pendidikan (X12) Jenis Pekerjaan Utama (X21) Jenis Pekerjaan Sampingan (X22) Jumlah Penghasilam Utama (X31) Jumlah Penghasilan Sampingan (X32) Dunia Konsep (abstrak) Dunia nyata/ dunia empiris (konkret) Operasionalisasi
Pengukuran Konsep/Variabel
Melalui beberapa indikator yang telah kita tetapkan, dapat dibuat pertanyaan sebagai berikut: Variabel “pendidikan”
• Dapatkah Anda menyebutkan jenjang pendidikan terakhir yang Anda ikuti?
• Berapa lama waktu yang dibutuhkan (dalam tahun) untuk mengikuti sampai jenjang pendidikan terakhir Anda?
Variabel “pekerjaan”
• Apakah Anda sudah bekerja?
• Kalau ya, apa jenis pekerjaan (utama) Anda?
• Apakah Anda mempunyai jenis pekerjaan lain (sampingan) selain jenis pekerjaan (utama) yang telah Anda sebutkan?
• Kalau ya, apa jenis pekerjaan sampingan Anda? Variabel “penghasilan”
• Dari jenis pekerjaan (utama) tersebut, berapa penghasilan yang Anda peroleh dalam sebulan.
• Dari jenis pekerjaan lain (sampingan) tersebut, berapa penghasilan yang Anda peroleh sebulan?
Pengukuran Konsep/Variabel
Dari hasil jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut anda dapat
menetapkan atau menyimpulkan, apakah seseorang berada pada tingkat
status sosial ekonomi yang tinggi, menengah, ataupun rendah. Dengan
cara membuat defnisi operasional untuk menetapkan hal tersebut.
Suatu definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel
diukur.
Hubungan Antar Variabel
Teori adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua atau lebih konsep secara sistematis, dan bertujuan menjelaskan atau memprediksikan hubungan tersebut.
Hipotesis merupakan peryataan yang dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji dan menggambarkan atau memprediksikan suatu hubungan tertentu antara dua atau lebih variabel.
Contoh suatu hipotesis:
“Semakin positif daya tarik iklan, semakin tinggi kesadaran merek (brand awareness)”
Konsep Konsep Variabel Variabel Teori Konsep Tingkatan teoritis Tingkatan empiris
Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan di antara variabel berdasarkan sifat hubungan:
Hubungan simetris adalah apabila salah satu dari variabel yang ada tidak dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lainnya.
X Y
Hubungan asimetris adalah apabila suatu variabel menyebabkan atau mempengaruhi variabel lainnya.
X Y
Variabel yang dipengaruhi atau disebabkan variabel lainnya, dinamakan variabel tidak bebas, atau variabel terpengaruh.
Variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel yang ingin kita terangkan, dinamakan variabel bebas, atau variabel pengaruh.
Hubungan Antar Variabel
2. Hubungan berdasarkan bentuk hubungan di antara dua variabelHubungan linear adalah apabila terjadi perubahan nilai dalam jumlah satuan tertentu pada satu variabel, akan diikuti oleh perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang sama atau sebanding pada variabel lainnya. X 1 2 4 5 6
Y 2 4 6 10 12
Bentuk hubungan antara variabel X dan Y seperti yang tergambar pada grafik tersebut, dikatakan hubungan linear. Hubungan linear yang seperti itu dikatakan hubungan linear positif.
Suatu hubungan variabel dikatakan hubungan positif, yaitu apabila terjadi perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang sama atau sebanding pada variabel lainnya ke arah yang sama. Contoh pernyataan yang menunjukkan adanya hubungan positif, misalnya:
“semakin tinggi () pendidikan seseorang, semakin tinggi () jumlah penghasilannya”
atau
“semakin rendah () pendidikan seseorang, semakin rendah () jumlah penghasilannya”
Hubungan Antar Variabel
Kebalikan dari hubungan positif adalah hubungan negatif, yaitu apabila terjadi perubahan nilai dalam sejumlah satuan tertentu (X), akan diikuti oleh perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang sama atau sebanding pada variabel lainnya (Y) ke arah yang berlawanan. Misalnya:
semakin tinggi () X, semakin rendah () Y atau
semakin rendah () X, semakin tinggi () Y
X 1 3 8 10 13 15
Y 15 13 8 6 3 1
Selanjutnya selain hubungan linear, terdapat pula hubungan tidak linear. Yaitu apabila terjadi perubahan nilai dalam sejumlah satuan tertentu pada satu variabel, akan diikuti oleh perubahan nilai dalam sejumlah satuan yang berbeda atau tidak sebanding pada variabel yang lainnya.
Catatan: kebanyakan penelitian hanya berdasarkan pada hubungan linear.
Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian yang meneliti gejala, kadangkala hubungan antara variabel tidak sekedar menyangkut hubungan di antara dua variabel saja, atau hubungan bivariat. Akan tetapi hubungan antar variabel dapat juga menyangkut lebih dari dua variabel, atau hubungan multivariat.
Dapat saja terjadi bahwa pengaruh pengaruh suatu variabel bebas, tetapi melalui suatu variabel lain atau perantaranya. Variabel yang berperan sebagai perantara ini disebut variabel perantara, atau variabel antara, atau variabel intervening.
X Y
Variabel bebas
Z
Variabel antara Variabel tidak bebas
X1 Y Z X2 Variabel bebas Variabel bebas
Hubungan Antar Variabel
X
(daya tarik iklan) Variabel bebas Z (brand awareness) Variabel antara Y (minat beli) Variabel tidak bebas
X1
(daya tarik iklan) Variabel bebas X2 (desain kemasan) Variabel bebas Z (brand awareness) Variabel antara Y (minat beli) Variabel tidak bebas
Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian sering kali untuk mendapatkan suatu keyakinan mengenai apakah antara dua variabel memang benar-benar terdapat hubungan atau tidak, digunakan suatu variabel ketiga untuk menguji atau mengontrol hubungan antara dua variabel tersebut. Variabel yang berperan mengontrol hubungan antara dua variabel tersebut dinamakan, variabel kontrol.
Contoh: Anda tertarik untuk meneliti tingkat kejahatan di berbagai kota. Anda mendapat kesan bahwa kota-kota yang memiliki angka tingkat kejahatannya tinggi, selalu terdapat kebun binatang di kota yang bersangkutan. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan, Anda menduga terdapat hubungan yang positif “ada tidaknya kebun binatang” dengan “tingkat kejahatan” X (Ada-tidaknya kebun bintang) Y (Tingkat kejahatan) Z (Besar-kecilnya kota) Hubungan positif + Hubungan positif +
Hubungan Antar Variabel
Ternyata hubungan yang ada antara “ada-tidaknya kebun binatang” dengan “tingkat kejahatan” adalah hubungan semu (spurious). Yaitu hubungan antara dua variabel yang hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya tidak ada hubungan. Hubungan tersebut ada karena ada variabel ketiga yang berhubungan dengan kedua variabel tersebut.
Atau bisa saja terjadi sebaliknya, berdasarkan data tidak terdapat hubungan antara dua variabel, tetapi apabila dilakukan pengontrolan dengan variabel ketiga akan terungkap sebenarnya terdapat hubungan. Hubungan yang demikian disebut hubungan yang ditekan (suppressed).
X Y
Z
Variabel bebas Variabel tidak bebas
Variabel kontrol +
X Y
Z
Variabel bebas Variabel tidak bebas
Variabel kontrol +
Hubungan Antar Variabel
Suatu hubungan di antara variabel tidak cukup jika hanya diketahui ada tidaknya hubungan dan bentuk hubungan saja. Tapi perlu juga mengetahui peranan dari variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya.
Suatu hubungan variabel dikatakan dalam kondisi hubungan yang perlu, adalah apabila untuk terjadinya suatu variabel diperlukan terlebih dahulu adanya variabel yang lainnya. Contoh:
X Y
Pengalaman menghisap rokok Ketagihan merokok
Suatu hubungan variabel dikatakan dalam kondisi hubungan yang cukup, adalah apabila terjadinya suatu variabel sudah cukup untuk dapat menyebabkan terjadi variabel lainnya.
Contoh: X Y
Keadaan menderita penyakit yang belum dapat disembuhkan
Kematian
Kedua kondisi hubungan yang perlu maupun kondisi yang hubungan yang cukup, dapat saja terjadi secara bersamaan dalam suatu hubungan, yaitu kondisi hubungan yang perlu dan cukup. Yaitu di mana bila X terjadi sudah cukup menyebabkan terjadinya Y, dan tanpa X maka Y tidak akan terjadi.