TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengambilan Keputusan Karir 1. Definisi Pengambilan Keputusan Karir
Sahrf (1992) mendeskripsikan bahwa pengambilan keputusan karir adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pikiran untuk membuat perencanaan karir. Gati, Krauz, dan Osipow (1996) menjelaskan bahwa pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk mencari alternatif-alternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan. Pengambilan keputusan karir proses penentuan pilihan yang menyadarkan individu atas faktor-faktor yang melekat pada setiap pilihan yang melibatkan adanya pengetahuan diri, komitmen, dan informasi untuk meraih tujuan karirnya (Istifarani, 2016).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan sebuah proses yang melibatkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pemilihan karir seseorang. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa kompetensi yang dimiliki individu seperti intelegensi, softskill, dan informasi mengenai karir itu sendiri. 2. Aspek-aspek Pengambilan Keputusan Karir
Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 2012) mengemukakan bahwa terdapat empat aspek dalam pengambilan keputusan karir, yaitu :
a. Eskplorasi
Aspek ini merupakan sebuah proses eksplorasi terhadap kemungkinan pilihan keputusan yang akan diambil oleh seseorang. Melalui fase ini seseorang akan memahami dengan jelas konsekuensi akan sebuah keputusan.
b. Kristalisasi
Aspek kristalisasi merupakan stabilisasi dari sebuah pemikiran seseorang. Pada fase ini pemikiran dan perasaan mulai terbentuk secara permanen sehingga keyakinan atas pilihan yang diambil menguat. Hal tersebut membuat alternatif pilihan semakin jelas.
c. Pemilihan
Aspek pemilihan merupakan fase organisir pelengkapan dan penyesuaian terhadap pilihan karir sehingga seseorang semakin yakin dan percaya terhadap pilihannya.
d. Klarifikasi
Klarifikasi merpakan proses meyakikan kembali ketiga aspek terdahlu ketika seseorang mulai kebingungan terhadap keputusannya yaitu esksplorasi, kristalisasi, dan pemilihan terhadap alternatif lain.
Sedangkan Menurut Gati, Landman, Davidovitch, Peretz, dan Gadassi (2010), terdapat sebelas domain dalam pengambilan keputusan karir, yaitu 1) pengumpulan informasi, 2) lokus kontrol, 3) usaha, 4) prokrastinasi, 5) kecepatan membuat keputusan akhir, 6) konsultasi dengan orang lain, 7) ketergantungan dengan orang lain, 8) hasrat untuk
berkompromi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil aspek-aspek yang dikemukakan oleh Tiedeman dan O’hara (Sharf, 1992) sebagai aspek pengambilan keputusan karir, yaitu eskplorasi, kristalisasi, pemilihan alternatif, dan kristalisasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir Marliyah (2004) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang disebabkan dari dalam dirinya sendiri. seperti intelegensi, bakat, minat, sifat-sifat kepribadian, keadaan fisik, nilai-nilai kehidupan serta pengetahuan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang disebabkan dari luar diri seseorang. Antara lain dipengaruhi oleh status sosial, ekonomi, keluarga, pengaruh dari keluarga khususnya orangtua, pendidikan sekolah, teman sebaya, serta latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Mitchell dan Krumboltz (Rahmat, Wahyuni, dan Herdi, 2014), faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir individu antara lain adalah :
a. Sumbangan Genetis
Faktor ini terdiri dari penampilan fisik seperti tinggi badan, warna rambut, warna kulit, kecenderungan terhadap penyakit fisik tertentu, dan lain-lain.
b. Kondisi lingkungan dan Kejadian-kejadian
Kondisi lingkungan dalam hal ini meliputi faktor sosial, kondsi pendidikan, dan kondisi pekerjaan.
c. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar terdiri dari dua jenis yaitu pengalaman belajar instrumental dan pengalaman belajar asosiatif.
d. Ketrampilan Menghadapi Tugas
Ketrampilan mengerjakan tugas dapat dijelaskan sebagai kemampuan atau pemahaman seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan yang terdiri dari penetapan tujuan, penetapan alternatif, klarifikasi nilai, dan mendapat informasi karir.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil faktor-faktor yang dikemukakan oleh Marliyah (2004), yaitu faktor internal dan faktor eskternal. Salah satu faktor internal dalam mengambil sebuah keputusan adalah ciri-ciri pribadi pengambil keputusan, yaitu efikasi diri. Efikasi diri memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan mampu menggunakan potensi dirinya secara optimal apabila efikasi diri mendukungnya (Rustika, 2012). Ogutu, Odera, dan Maragia (2017) juga menyebutkan bahwa efikasi diri dapat mempengaruhi
diri adalah salah satu faktor dari pengambilan keputusan karir.
B. Efikasi Diri 1. Definisi Efikasi Diri
Bandura (1995) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan dan penilaian individu terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik. Alwisol menyatakan efikasi diri dapat diubah, ditingkatkan atau diturunkan dengan salah satu atau gabungan dari empat sumber yaitu, pengalaman menguasai suatu prestasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan pembangkitan emosi (Adicondro & Purnamasari, 2011). Baron dan Byrne (Ghufron & Risnawita, 2010) berpendapat bahwa efikasi diri merupakan sebuah evaluasi individu mengenai kemampuan dan komptensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Tingkat efikasi diri yang rendah mampu meningkatkan terjadinya masalah emosional dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan mental (Tahmassian & Moghadam, 2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan suatu keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan atau mencapai tujuan.
Menurut Bandura (1995), efikasi diri terdiri dari beberapa aspek berikut :
a. Magnitude
Aspek magnitude berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang akan dilakukan individu.
b. Generality
Aspek generality meliputi seberapa besar individu memiliki keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas.
c. Strength
Aspek strength berkaitan dengan seberapa kuat dan lemah keyakinan individu.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (1995) sebagai aspek efikasi diri, yaitu
magnitude, generality dan generality.
C. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Pengambilan Keputusan Karir Dewasa ini, mahasiswa tingkat akhir seringkali menemukan masalah dalam pengambilan keputusan karir. Kemampuan pengambilan keputusan karier yang rendah mampu menimbulkan beberapa masalah seperti ketidakcocokan saat menjalani karir bahkan meningkatnya presentase pengangguran. Gati, Krauz, dan Osipow (1996) menjelaskan bahwa pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk mencari alternatif-alternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan.
adalah efikasi diri. Ogutu, Odera, dan Maragia (2017) juga menyebutkan bahwa efikasi diri dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir seseorang. Bandura (1995) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan dan penilaian individu terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan benar-benar memahami kemampuan dirinya sehingga dapat melakukan pengambilan keputusan karir dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriantomo dan Suharnan (2015) yang menyatakan bahwa pelatihan efikasi diri mampu mampu memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa SMA untuk menentukan jenjang studinya. Iffah (2012) dalam penelitiannya juga menemukan pengaruh pelatihan efikasi diri untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA.
Aspek efikasi diri yang pertama adalah aspek magnitude. Aspek ini berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang akan dilakukan individu. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki kepercayaan dan penilaian yang baik terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas atau tanggungjawab dengan baik dan tepat waktu. Efikasi diri yang tinggi membuat individu mampu mengatur waktunya dengan baik, sehingga rutinitas tetap berjalan tanpa menimbulkan berbagai kesulitan yang dapat memicu timbulnya tekanan dan stres. Sejalan dengan hal tersebut, Rusdi (2015) menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara efikasi diri dengan stres, dan manajemen waktu dengan stres. Artinya semakin tinggi efikasi diri dan manajemen waktu semakin rendah stres yang akan dialami oleh individu. Pada mahasiswa tingkat akhir, efikasi diri yang tinggi dapat termanifestasi melalui kemampuan pengambilan keputusan karir. Individu akan dengan mudah mengumpulkan dan mengorganisir informasi mengenai alternatif-alternatif pilihan karirnya dengan mudah sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Selanjutnya, individu tersebut akan mampu menganalisis setiap kelebihan, kekurangan, dan resiko-resiko pada setiap alternatif yang telah berhasil dikumpulkan dengan teliti. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki kepercayaan bahwa pekerjaannya di masa depan dipengaruhi oleh keputusannya sendiri dalam menentukan pilihan karir. Oleh karena itu, individu tersebut melakukan usaha maksimal dalam proses pengambilan keputusan karir, seperti memaksimalkan pencarian informasi dan meminta pendapat terhadap orang lain mengenai pilihannya.
Aspek efikasi diri yang kedua adalah aspek generality, yaitu seberapa besar individu memiliki keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar (Sinulingga, 2016). Belajar merupakan indikator dari proses persiapan yang dilakukan individu untuk melaksanakan tugasnya. Melalui belajar individu akan semakin memahami kemampuannya sehingga memiliki keyakinan yang besar dalam melaksanakan tugas. Pada proses pengambialan keputusan karir aspek generality tercermin dalam sikap
dengan baik, sehingga mampu memprediksikan alternatif pilihan karir dengan cepat dan tepat. Individu tersebut akan berusaha keras untuk mencapai target karir yang telah ditentukan. Apabila terdapat kesulitan dalam pencapaian alternatif pilihan karirnya, maka individu dengan efikasi diri tinggi mampu memilih alternatif lain. Pengetahuan dan pemahaman yang baik akan dirinya juga membuat individu dengan efikasi diri tinggi dengan segala pertimbangan bersedia memenuhi ekspektasi orang lain dalam lingkungannya seperti keluarga dan kerabat terkait dengan pilihan karirnya.
Aspek efikasi diri yang ketiga adalah strength yaitu aspek yang berkaitan dengan seberapa kuat dan lemah keyakinan individu. Efikasi diri memiliki korelasi dengan kecerdasan emosi (Yapono & Suharnan, 2013). Semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi kecerdasan emosi individu. Individu dengan efikasi diri tinggi mampu memahami keadaan dan mengatur emosi diri sendiri maupun orang lain sehingga memiliki keyakinan yang besar terhadap kemampuannya dan tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun meminta pendapat orang lain dalam proses pengambilan keputusan karir, namun individu yang memiliki efikasi diri tinggi tidak akan bergantung terhadap pendapat orang lain. Individu tersebut mampu bertanggungjawab secara mandiri terhadap pilihannya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara efikasi diri dengan pengambilan keputusan karir pada mahasiswa. Semakin tinggi efikasi diri maka semakin mudah mahasiswa dalam menentukan keputusan karirnya.