• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROFIL DESA PENYANGGA SUAKA MARGASATWA PALIYAN. Disusun oleh : Tim Pelaksana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROFIL DESA PENYANGGA SUAKA MARGASATWA PALIYAN. Disusun oleh : Tim Pelaksana"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PROFIL DESA PENYANGGA SUAKA MARGASATWA PALIYAN

Disusun oleh : Tim Pelaksana

Mengetahui,

Kepala Balai Penanggungjawab,

Ir. Junita Parjanti, MT Ir. Kuncoro

(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan Profil Desa Penyangga Suaka Margasatwa Paliyan. Laporan kegiatan Profil Desa Penyangga Suaka Margasatwa Paliyan berisi terkait potensi desa penyangga di Suaka Margasawta Paliyan.

Kegiatan ini merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Balai KSDA Yogyakarta dalam rangka mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi. Harapannya dengan adanya kegiatan penyusunan profil desa penyangga Suaka Margasatwa Paliyan mampu membantu pemerintah (BKSDA Yogyakarta) dalam mengambil kebijakan dan menjadi acuan dalam perencanaan pemberdayaan masyarakat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya laporan kegiatan ini. Kami juga mengharapkan saran dan kritik atas laporan kegiatan ini supaya lebih baik kedepannya.

Yogyakarta, November 2018 Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Maksud dan Tujuan ... 3

D. Dasar Hukum ... 3

E. Ruang Lingkup... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Kawasan Konservasi dan Daerah Penyangga Kawasan Konservasi ... 5

B. Pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Paliyan ...12

BAB III METODE...18

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data ...18

B. Penyajian Data ...18

BAB IV.I PROFIL DESA KARANGDUWET...19

A. Sejarah Desa ...19

B. Kondisi Umum ...20

C. Kondisi Tata Ruang ...21

D. Demografi...23

E. Sosial Budaya ...24

F. Perekonomian...30

G. Potensi Unggulan Desa ...32

H. Arah Kebijakan Pembangunan Desa ...35

I. Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangduwet...36

BAB IV.II PROFIL DESA KARANGASEM...37

A. Sejarah Desa ...37

B. Kondisi Umum ...37

C. Kondisi Tata Ruang ...38

D. Demografi...40

(5)

F. Perekonomian...43

G. Organisasi Pemerintah Desa ...47

H. Potensi dan Permasalahan Desa Karangasem...49

I. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran ...50

BAB IV.I PROFIL DESA KEPEK...53

A. Sejarah Desa ...53

B. Kondisi Umum ...53

C. Kondisi Tata Ruang ...55

D. Demografi...56

E. Sosial Budaya ...57

F. Perekonomian...59

G. Potensi Unggulan Desa ...59

H. Arah Kebijakan Pembangunan Desa ...61

I. Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangduwet...63

BAB IV.I PROFIL DESA JETIS ...65

A. Sejarah Desa ...65

B. Kondisi Umum ...65

C. Kondisi Tata Ruang ...67

D. Demografi...69

E. Sosial Budaya ...71

F. Perekonomian...73

G. Potensi Unggulan Desa ...74

H. Arah Kebijakan Pembangunan Desa ...75

I. Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangduwet...76

BAB V PENUTUP ...78

DAFTAR PUSTAKA...79 LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Potensi Burung SM Paliyan ...14

Tabel 2. Kriteria dan Arahan Pengelolaan Blok SM Paliyan ...16

Tabel 3. Sarana Pendidikan Desa Karangduwet ...22

Tabel 4. Sarana dan Prasarana kesehatan Desa Karangduwet...22

Tabel 5. Agama penduduk Desa Karangduwet...23

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan Desa Karangduwet ...23

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Desa Karangduwet ...30

Tabel 8. Tingkat Pengangguran Penduduk Desa Karangduwet ...31

Tabel 9. Kesejahteraan Keluarga Desa Karangduwet...31

Tabel 10. Pendapatan Perkapita Desa Karangduwet...32

Tabel 11. Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditi di Desa Karangduwet ...33

Tabel 12. Jenis dan Jumlah Populasi Ternak Desa Karangduwet...33

Tabel 13. Jenis dan jumlah produksi kayu Desa Karangduwet ...34

Tabel 14. Lokasi Wisata Desa Karangduwet...34

Tabel 15. Misi dan Tujuan Desa Karangduwet ...35

Tabel 16. Fasilitas Pendidikan Di Desa Karangasem...39

Tabel 17. Data Penduduk Desa Karangasem Berdasarkan Mata Pencaharian...40

Tabel 18. Data Peduduk Menurut Kelompok Usia/Umur...40

Tabel 19. Data Peduduk Menurut Kelompok Usia Tenaga Kerja...40

Tabel 20. Data Peduduk Menurut Penyebaran Ditingkat Padukuhan ...41

Tabel 21. Data Waktu Pelaksanaan Bersih Dhusun atau Rasulan di Desa Karangasem ...41

Tabel 22. Jenis Kelompok Seni Tradisional Desa Karangasem ...42

Tabel 23. Data Pendudukan Berdasarkan Agama dan Kepercayaan ...42

Tabel 24. Pemanfaat lahan di Desa Karangasem ...44

Tabel 25. Potensi Telaga Desa Karangasem ...45

Tabel 26. Industri Kerajinan di Desa Karangasem ...46

Tabel 27. Data Kelapa Desa dan Perangkat Desa Karangasem ...48

Tabel 28. Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Kepek ...56

Tabel 29. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Kepek ...57

Tabel 30. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...59

Tabel 31. Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Kepek ...63

(7)

Tabel 33. Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Jetis ...68

Tabel 34. Data Kependudukan berdasarkan Jenis Kelamin Desa Jetis ...69

Tabel 35. Data Kependudukan berdasarkan Kelompok Umur Desa Jetis...69

Tabel 36. Data Pemeluk Agama Desa Jetis ...70

Tabel 37. Data Kependudukan berdasrkan Pendidikan yang ditempuh ...70

Tabel 38. Data Kependudukan berdasar Pendidikan ...71

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi SM Paliyan ...17

Gambar 2. Grafik Pemanfaatan Lahan Desa Karangduwet ...21

Gambar 3. SDN Paliyan V ...39

Gambar 4. Masjid Baitul Amin Paliyan ...39

Gambar 5. Lahan tegalan milik masyarakat ...44

Gambar 6. Tlogo Bromo, Dhusun Trowono...45

Gambar 7. Criping Hasil Produksi KTH Sodong Makmur ...46

Gambar 8. Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa Karangasem...48

Gambar 9. Grafik Penggunaan Lahan Desa Kepek...55

(9)

BAB I. PENDAHULUAN

Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya secara tegas mendukung adanya upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat yang ada disekitar kawasan yang bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta mengampu 4 (empat) kawasan konservasi, yaitu Cagar Alam (CA) Imogiri, CA/TWA Gunung Gamping, Suaka Margasatwa Paliyan dan Suaka Margasatwa Sermo. Masing-masing kawasan konservasi tersebut dikelilingi oleh desa penyangga, dimana masyarakat desa penyangga memiliki interaksi terhadap kawasan tersebut. Interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi positif ataupun negatif. Interaksi yang terjadi menunjukkan adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di dalam kawasan konservasi. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar kawasan konservasi berperan penting dalam kelestarian hutan. Daerah penyangga juga berfungsi menjaga kawasan dari segala bentuk tekanan dan gangguan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan atau perubahan fungsi kawasan. Daerah penyangga juga dapat menjadi ancaman ke depan apabila tidak diarahkan dan diberikan wawasan mengenai fungsi kawasan yang juga akan berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan.

Salah satu kebijakan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar hutan untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan konservasi melalui program pemberdayaan masyarakat disekitar hutan, dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya serta aspek lainnya. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa dan kelurahan yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa dan kelurahan (Permendagri No. 12 Tahun 2007). Secara umum profil desa ini akan menggambarkan mengenai kondisi dan potensi serta karakteristik masyarakat desa penyangga di sekitar kawasan konservasi.

(10)

Berdasarkan Peraturan Menteri ingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.43/MENLHK/SETJEM/KUM.1/6/2017 tentang Pemberdayaan Masyarakat di sekitar Kawasan Suakan Alam dan Kawasan Pelestarian alam disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, profil desa penyangga kawasan konservasi perlu diperbaharui dan disusun agar kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dapat sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di desa penyangga masing-masing.

Data profil desa ini yang meliputi data sosial, ekonomi dan budaya serta karakteristik masyarakat setempat diharapkan dapat membantu pemerintah desa dalam pengelolaan desa dan masyarakatnya serta dapat menjadi salah satu acuan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat desa penyangga yang akan dilakukan oleh Balai KSDA Yogyakarta.

Pengelolaan Kawasan konservasi di wilayah D.I Yogyakarta tidak lepas dari dinamika masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Interaksi masyarakat terhadap kawasan tidak dapat dihindari, tetapi perlu adanya pengelolaan yang sesuai sehingga interaksi masyarakat tersebut tidak menganggu proses kelestarian hutan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan sebagai salah satu cara mengurangi interaksi negatif masyarakat terhadap kawasan, oleh karena itu diperlukan data mengenai sosial, ekonomi dan budaya serta karakteristik masyarakat setempat.

Potensi Desa sebagai daerah penyangga kawasan perlu digali dan disajikan dalam sebuah profil daerah penyangga. Profil daerah penyangga tersebut akan menjadi dasar dan acuan dalam merumuskan program yang tepat bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi yang dikelola Balai KSDA Yogyakarta.

(11)

Profil Desa Penyangga Suaka Margasatwa Paliyan ini disusun untuk menyajikan berbagai potensi Desa yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, serta berbagai aspek lain yang dibutuhkan dalam merumuskan program yang tepat untuk pemberdayaan masyarakat desa penyangga.

Tujuan disusunnya profil desa penyangga ini adalah:

1. Menyajikan data dan potensi Desa Penyangga di sekitar Suaka Margasatwa Paliyan yang dapat dikembangakan sebagai usaha dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi 2. Mengetahui gambaran potensi dan tingkat perkembangan Desa Penyangga

yang akurat dan terbaharui.

Dasar hukum penyusunan profil daerah penyangga Suaka Margasawta Paliyan adalah :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

4. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam 5. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No.43/Kpts/DJ-VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang Pedoman Pengembangan Daerah Penyangga

6. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No.44/Kpts/DJ-VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Pengembangan Daerah Penyangga 7. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam

No.49/Kpts/DJ-VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga

C. MAKSUD DAN TUJUAN

(12)

8. Peraturan Menteri ingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.43/MENLHK/SETJEM/KUM.1/6/2017 tentang Pemberdayaan Masyarakat di sekitar Kawasan Suakan Alam dan Kawasan Pelestarian alam.

9. Surat Pengesahan DIPA Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta tahun 2018

Ruang Lingkup kegiatan Penyusunan Profil Desa Sekitar Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan adalah :

1. Sasaran kegiatan difokuskan pada masyarakat di desa penyangga Suaka Margasatwa Paliyan, yaitu Desa Karangasem, Desa Karangduwet, Desa Jetis dan Desa Kepek.

2. Pengambilan data mencakup kondisi umum, sejarah desa, informasi geografis, informasi demografi, ekonomi, potensi unggulan desa, pemberdayaan masyarakat, keterkaitan masyarakat dengan kawasan konservasi, kelembagaan desa dan dokumentasi.

(13)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAWASAN KONSERVASI DAN DAERAH PENYANGGA KAWASAN

KONSERVASI

1. Kawasan Konservasi

a.

Pengertian dan Kategorisasi Kawasan Konservasi

.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan , kawasan hutan ditetapkan dengan 3 fungsi yaitu fungsi Konservasi, fungsi Lindung, dan Fungsi Produksi. Dalam konteks pola pemanfaatan ruang Wilayah Nasional (RTRWN) kawasan hutan berdasarkan fungsi pokok hutan dikelompokkan sbb. :

1. Kawasan Konservasi yang meliputi kawasan hutan suaka alam, dan kawasan hutan pelestarian alam dikelompokkan ke dalam kawasan lindung berupa kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA) 2. Hutan Konservasi yang berupa taman buru dikelompokkan ke dalam

kawasan lindung lainnya bersama cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian watwa dan kawasan pantai berhutan bakau.

3. Hutan lindung dikelompokkan ke dalam kawasan lindung berupa kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya bersama kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

4. Hutan produksi yang meliputi hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi/dikelompokkan ke dalam kawasan budidaya berupa kawasan hutan produksi.

Menurut undang-undang No. 41 tahun 1999, hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Sedangkan menurut undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

(14)

Kawasan/Hutan konservasi dalam katagorisasi nasional mencakup 2 kelompok besar, yaitu :

1. Kawasan Suaka Alam (KSA)

Kawasan Suaka Alam yaitu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terdiri :

a. Cagar Alam (CA)

Cagar Alam adalah suatu kawasan yang ditetapkan untuk menjaga agar suatu species, habitat, kondisi geologi, ekosistem, juga proses ekologis agar tetap seperti apa adanya, tanpa campur tangan manusia dengan tujuan utama untuk kepentingan ilmiah atau pemantauan lingkungan. Pengelolaan dalam Cagar Alam hanya berupa monitoring (termasuk riset) dan pengamanan saja (sehingga sering dikenal sebagai zero manajemen). Kegiatan pemanfaatan yang diperbolehkan dalam Cagar Alam sangat terbatas, terutama yang berkaitan dengan kepentingan ilmiah serta bukan kegiatan yang sifatnya ekstraktif (mengambil sesuatu yang berupa fisik dari kawasan).

b. Suaka Margasatwa (SM).

Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Dalam suaka margasatwa intervensi pengelola untuk menjaga keberlangsungan populasi species tersebut diperkenankan, misalkan dalam bentuk perbaikan habitat, control populasi dan sebagainya.

2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

kawasan pelestarian alam yaitu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari :

(15)

a. Taman Nasional (TN)

Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi, yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional di Indonesia dalam prakteknya merupakan kawasan konservasi yang paling terorganisir, baik dari sisi infrastruktur maupun kelembagaannya.

b. Taman Hutan Raya (TAHURA)

Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Tahura (Taman Hutan Raya) secara prinsip hampir mirip dengan Taman Nasional, namun memiliki derajat kepentingan keragaman hayati yang lebih rendah, serta dikelola untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami maupun bukan alami, jenis asli maupun tidak asli. Ada pembagian blok-blok pengelolaan yang hampir serupa dengan system zonasi, namun lebih ditujukan untuk penataan koleksi.

c. Taman Wisata Alam

Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Taman Wisata Alam dan Taman Buru merupakan bentuk kawasan yang dilindungi/ hutan konservasi yang memiliki tujuan pemanfaatan tertentu (wisata alam dan perburuan). Meskipun bertujuan untuk wisata dan perburuan namun sebagai hutan konservasi maka aktivitas wisata dan perburuan harus sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi.

b. Pengelolaan Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi merupakan kawasan yang sangat penting bagi perlindungan dan pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan konservasi tidak hanya memberikan nilai bagi perlindungan habitat alam beserta flora dan fauna yang ada didalamnya tetapi

(16)

setempat dalam hal pembangunan, pemanfaatan lahan marginal secara rasional, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi. Selain itu mendukung penelitian dan pemantauan, pendidikan konservasi, rekreasi dan pariwisata. Sedangkan IUCN the world conservation unit mendefinisikan bahwa, kawasan konservasi merupakan area darat dan/atau laut yang secara khusus ditetapkan untuk melindungi dan memelihara keanekaragaman hayati, sumber daya alam dan budaya yang melekat padanya, dan dikelola secara legal atau dengan cara lain yang efektif. Pengelolaan Kawasan Konservasi secara spesifik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang pengelolaan Kawasan dan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka alam.

2. Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

a. Pengertian Daerah Penyangga

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dinyatakan bahwa daerah penyangga adalah wilayah yang berada di luar kawasan suaka alam maupun kawasan pelestarian alam, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah Negara maupun tanah yang dibebani hak, yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Dengan demikian, daerah penyangga ini mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu untuk mengurangi tekanan penduduk ke dalam kawasan pelestarian dan suaka alam, memberikan kegiatan ekonomi masyarakat dan merupakan kawasan yang memungkinkan adanya interaksi manfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat dengan kawasan konservasi, (M. Bismak dan R. Sawitri, 2006).

b. Penentuan Daerah Penyangga

Di dalam menunjuk atau menentukan suatu daerah penyangga bagi suatu kawasan konservasi didasarkan atas hasil kajian di lapangan yang meliputi aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan mengacu kepada aturan yang berlaku. Berdasarkan hasil kajian dan usulan dari pengelola kawasan konservasi selanjutnya dilakukan

(17)

penetapan derah penyangga. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011:

- Pemerintah dan Pemda harus menetapkan wilayah yang berbatasan dengan wilayah KSA dan KPA sebagai daerah penyangga untuk menjaga keutuhan KSA dan KPA.

- Daerah penyangga dapat berupa : kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan hak, tanah Negara bebas atau tanah yang dibebani hak.

- Daerah penyangga di dalam kawasan hutan lindung atau kawasan hutan produksi ditunjuk dan/ atau ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

- Daerah penyangga di luar kawasan hutan lindung atau kawasan hutan produksi ditetapkan oleh pemda provinsi atau kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya.

- Daerah penyangga di luar kawasan hutan lindung atau kawasan hutan produksi dilakukan secara terpadu dengan tetap menghormati hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak.

Penunjukan maupun penetapan tersebut tidak mengurangi hak atau merubah status atas lahan, namun hanya bersifat pengaturan tata cara pengelolaan agar lahan/daerah tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan mutu lingkungan sehingga mampu menjaga keutuhan kawasan konservasi yang ada di sekitarnya.

c. Kebijakan Pengelolaan dan Pengembangan Daerah Penyangga

Dalam Anonim (2011), Pengelolaan dan Pengembangan daerah penyangga merupakan suatu upaya guna menciptakan sumber penghidupan yang baru bagi masyarakat yang berada didaerah penyangga sebagai pengganti sumber daya alam yang semula berasal dari kawasan konservasi dan upaya pencegahan gangguan keutuhan dan perubahan fungsi kawasan serta satwa liar yang hidup di dalam kawasan konservasi terhadap daerah sekitarnya di luar kawasan. Fungsi dan tujuan Pengelolaan dan Pengembangan daerah penyangga adalah sebagai berikut :

(18)

- Menyelamatkan potensi kawasan konservasi dari berbagai macam gangguan baik oleh manusia, ternak ataupun pencemaran lingkungan.

- Mengembangkan dan membina hubungan tradisional antara masyarakat dengan alamnya, dengan mengusahakan adanya integrasi antara manusia dan alamnya pada tingkat yang lebih baik. - Memberikan perlindungan terhadap masyarakat, daerah pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan pemukiman dari gangguan satwa liar yang berasal dari kawasan konservasi.

- Meningkatkan produktifitas lahan melalui pola usaha tani yang lebih intensif

- Menigkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pelestarian alam dan lingkungannya.

- Mengembangkan sistem jasa yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi

Pembinaan Dan Pengembangan Daerah Penyangga meliputi : - Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Penyangga

Pengembangan daerah penyangga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang berada didaerah penyangga, melalui kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, peningkatan produktifitas lahan, rehabilitasi lahan dan kegiatan lainnya. Dalam pelaksanaannya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta karakteristik masing-masing daerah penyangga untuk menentukan program pengembangan yang akan dipilih, serta memperhatikan keadaan pasar agar hasil pengembangan suatu program dapat diserap dan memberikan nilai tambah

- Pengembangan Kesadaran Masyarakat

Sesuai undang-undang Nomor 5 tahun 1990, didalam mengembangkan peran serta masyarakat, pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dikalangan masyarakat melalui pendidikan dan penyuluhan. Pembinaan dan Pengembangan kesadaran konservasi masyarakat daerah penyangga antara lain :

(19)

o Penyuluhan kesadaran konservasi pada kelompok masyarakat di sekitar daerah penyangga berdasarkan jenis ketergantungan pada kawasan konservasi

o Penyuluhan terpadu dengan unsur terkait o Kader konservasi

- Pembinaan dan Pengembangan Perlindungan Kawasan Konservasi Program pembinaan dan pengembangan perlindungan meliputi kerjasama dibidang pengamanan dengan pihak lainnya

Sementara itu Prioritas Pembinaan dan Pengembangan daerah penyangga didasarkan atas 3 (tiga) kriteria :

- Daerah-daerah penyangga yang termasuk dalam daftar desa tertinggal, tingkat ketergantungan terhadap kawasan konservasi sangat tinggi, berpotensi untuk pengembangan, masyarakatnya mempunyai potensi dan minat yang tinggi terhadap kegiatan yang akan dikembangkan dan lokasi kegiatan mudah dijangkau.

- Daerah-daerah penyangga yang berbatasan dengan kawasan konservasi dengan kondisi hutannya rusak akibat banyaknya tekanan dari masyarakat sekitarnya serta kawasan konservasi yang berbatasan dengan daerah-daerah dengan tingkat laju perkembangan yang pesat (termasuk yang masih direncanakan) seperti daerah pembukaan bagi transmigrasi, HTI, Pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, dan daerah bagi pengembangan industri serta daerah pengembangan bagi pemukiman dan investasi lainnya.

- Daerah-daerah penyangga yang bersambungan /berbatasan dengan kawasan konservasi yang memiliki nilai-nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dan hutan alami yang tinggi. Pembinaan daerah penyangga dilaksankan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan Pembinaan Daerah Penyangga sebagai berikut :

a. Pengumpulan data dan potensi desa (profil daerah penyangga) b. Penetapan daerah penyangga

c. Penyusunan Rencana pengelolaan daerah penyangga (master plan)

(20)

f. Supervisi

Dari poin d diatas terdapat 9 (sembilan) tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat, (Ditjen PHKA, 2008) yaitu:

a. Membangun kesepahaman.

b. Membangun/ mengembangkan kelembagaan tingkat desa. c. Menyiapkan fasilitator/ pendamping.

d. Pelatihan PRA. e. Melaksanakan PRA.

f. Peningkatan kapasitas SDM.

g. Mengembangkan usaha ekonomi produktif. h. Membangun kemitraan dan jejaring usaha.

i. Monitoring evaluasi dan pembinaan pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

B. PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SUAKA MARGASATWA

PALIYAN

1. Sejarah Kawasan

Pada tahun 1970-an merupakan kawasan hutan produksi yang di tumbuhi tanaman sonokeling (Dalbergia latifolia). Pengelolaan kawasan pada saat itu melibatkan masyarakat sekitar dengan membuat perjanjian kontrak antara Dinas Kehutanan Provinsi DIY melalui RPH Paliyan dengan masyarakat yang berisi hak dan kewajiban terhadap pengelolaan hutan produksi. Hak masyarakat yakni diperbolehkan menanam di bawah tegakan sampai pada pemeliharaan tahun ke 2 (sekitar 3 tahun) dan kewajibannya adalah tidak boleh menebang pohon yang ditanam. Pada tahun 1979, KODAM IV Diponegoro mengajukan ijin penggunaan kawasan pada petak 136, 137, dan 138 seluas 1,5 ha untuk dijadikan medan latihan PUSLATPUR terdiri dari petak 136 untuk lapangan militer, barak/ asrama, lintasan latihan, petak 137 untuk lapangan latihan ABRI, Menara latihan ABRI, sasaran tembak ABRI I, sasaran tembak ABRI II, sasaran tembak ABRI III, petak 138 yakni sasaran tembak ABRI IV. Tahun 1998/1999 kawasan hutan ini pernah menjadi korban pada era reformasi, dimana terjadi penjarahan secara besar besaran yang dilakukan oleh banyak pihak. Kegiatan penjarahan menyebabkan hutan menjadi gundul karena hampir semua ditebang habis oleh para penjarah.

(21)

2. Status dan Luas Kawasan

Pada tahun 2000 pemerintah menunjuk kawasan di paliyan sebagai Hutan Konservasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 171/Kpts-II/Menhut/2000 tertangal 29 Juni 2000 tentang penunjukkan kawasan konservasi. Kemudian pada tahun 2014 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK 1870/Menhut-VII/KUH/2014 pada tanggal 25 Maret 2014 menetapkan kawasan hutan konservasi sebagai Kawasan Hutan SM Paliyan di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan SM Paliyan berdasarkan SK penunjukkan memiliki luas 434,6 Ha. Kemudian diperbarui luasannya, yaitu menjadi 434,834 ha berdasarkan SK Penetapan Nomor 1870/Menhut-VII/KUH/2014. Berdasarkan dokumen pengelolaan blok SM Paliyan tahun 2016, keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor : SK.224/KSDAE/SET/KSA.0/7/2016 Tentang Blok Pengelolaan Suaka Margasatwa Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, SM Paliyan terbagi menjadi 3 blok yaitu blok perlindungan, blok rehabilitasi dan blom khusus.

3. Letak Geografis dan Administratif Kawasan

Kawasan SM Paliyan terletak pada koordinat UTM antara 444.000 mT – 448.000 mT dan 9.111.000 mU – 9.116.000 mU. Kawasan SM Paliyan berada di Provinsi D.I Yogyakarta tepatnya masuk wilayah Kabupaten Gunungkidul Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Saptosari.

4. Kondisi Topografi dan Aksesibiltas Kawasan

Kondisi topografi kawasan SM Paliyan berupa perbukitan karst dengan lapisan tanah yang tipis, memiliki kelerengan di atas 40 % serta pada ketinggian antara 100 – 300 m dpl. Untuk menuju kawasan SM Paliyan dapat dijangkau dari Kota Yogyakarta dengan jarak tempuh kurang lebih 1,5 jam ke arah Wonosari, dengan kondisi jalan beraspal.

5. Potensi Flora dan Fauna

(22)

hingga tahun 2015. Pada tahun 2005-2011 dilakukan kegiatan program rehabilitasi dan regenerasi oleh PT. Mitsui Sumitomo dengan menanam 30 jenis tanaman yaitu asam jawa, duwet, flamboyan, gamal, jambu air, jambu klutuk, jambu mete, johar, ketapang, lamtoro,mahoni, mangga dan melinjo. Tanaman yang mendominasi adalah jenis jati (Tectona grandis) yang merupakan tanaman RHL tahun 2003/2004. Pada tahun 2014-2015 mulai dilakukan pemulihan ekosistem pada kawasan yang terdegradasi dengan jenis tumbuhan asli karst (native specieskarst).

Berdasarkan dokumen Rencana Pengelolaan SM Paliyan Tahun 2015, satwa yang dapat ditemui di kawasan SM Paliyan diantaranya jenis mamalia seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan landak (Hystrix javanica), serta jenis aves. Potensi burung di kawasan SM Paliyan memiliki 28 jenis yang terbagi ke dalam 19 famili dan terdapat 5 jenis burung yang dilindungi PP No. 7 Tahun 1999. Sesuai dengan kategori status konservasi IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) Red List yaitu klasifikasi terhadap spesies makhluk hidup yang terancam kepunahan, sesuai data potensi burung SM Paliyan terdapat 28 jenis tergolong Least Concern (LC; Risiko Rendah yaitu diberikan untuk spesies yang telah dievalusi namun tidak masuk dalam kategori manapun). Berikut tabel data potensi burung yang ada di SM Paliyan :

Tabel 1. Data Potensi Burung SM Paliyan

No Nama Umum Nama Ilmiah Family Status KonservasiIUCN CITES PP/UU 1 Ayam hutan

hijau Gallus varius Phasianidae LC -2 Bentet kelabu Lanius schach Laniidae LC -3 Bondol jawa Lonchura

leucogastroides Ploceidae LC

-4 Bubut besar Centropus sinensis Cuculidae LC -5 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae LC -6 Caladi tilik Dendrocopos

moluccencis Picidae LC

-7 Caladi ulam Dendrocopos macei Picidae LC

-8 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae LC - Dilindungi 9 Cekakak suci Todirhamphus sanctus Alcedinidae LC - Dilindungi 10 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae LC - Dilindungi 11 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Silviidae LC

-12 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Silviidae LC -13 Cipoh kacat Aegithina tiphia Chloropseidae LC -14 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae LC -15 Dederuk jawa Streptopelia bitorquata Columbidae LC

-16 Elang ular bido Spilornis cheela Accipitridae LC - Dilindungi 17 Gagak hutan Corvus enca Corvidae LC

(23)

-No Nama Umum Nama Ilmiah Family Status KonservasiIUCN CITES PP/UU 19 Kadalan birah Phaenicophaeuscurvirostris Cuculidae LC

-20 Kehicap rantin Hypothymis azuera Muscicapidae LC

-21 Madu sriganti Nectarinia jugularis Nectariniidae LC - Dilindungi 22 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae LC

-23 Perenjak coklat Prinia polychroa Silviidae LC -24 Sepah kecil Pericrocotus

cinnamomeus Campephagidae LC

-25 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus Dicrurudae LC -26 Tangkar cetrong Crypsirina temia Corvidae LC -27 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae LC -28 Walet linchi Collocalia linchi Apopidae LC

-Sumber : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Satwa Liar Di SM Sermo dan SM Paliyan 2015 6. Jenis Tanah

Mayoritas jenis tanah di SM Paliyan berupa latosol atau tanah lempung yang memiliki kedalaman tanah yang minim (rata-rata < 50 cm). Kondisi tersebut ditambah dengan bentuk topografi yang berbukit menyebabkan kemampuan lahan untuk pertanian sangat sedikit dan lahan sangat rawan terhadap ancaman proses erosi tanah.

7. Blok Pengelolaan SM Paliyan

Berdasarkan dokumen Penataan Blok SM Paliyan tahun 2016, tujuan dari Pengelolaan SM Paliyan adalah mewujudkan kawasan perlindungan dan pembinaan habitat terhadap populasi jenis-jenis satwa liar, sebagai area peresapan air di lahan gersang, dan sebagai sumber oksigen serta penyerapan karbon. Pembagian blok pengelolaan SM Paliyan berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor. P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam. Berdasarkan peraturan tersebut, dan hasil olah data, pertimbangan aspek ekologis, serta keadaan riil kawasan SM Paliyan maka Balai KSDA Yogyakarta membagi blok pengelolaan mejadi 3 (tiga) blok yaitu blok perlindungan, blok rehabilitasi dan blok khusus.

Blok perlindungan dalam kawasan SM Paliyan terletak di bagian tengah dan selatan dari kawasan SM Paliyan. Area tersebut merupakan area perlindungan terhadap habitat landak, ayam hutan, dan merupakan daerah sebaran Macaca fascicularis. Potensi lain dari blok ini berupa bentang karst yang dicirkan dengan bukit-bukit karst, gua, stalagmit, serta telaga.

(24)

Blok Rehabilitasi merupakan bagian dari kawasan yang mengalami kerusakan dan diperlukan upaya pemulihan habitat sesuai kondisi awalnya untuk menunjang peningkatan daya dukungnya. Kondisi lahan di Blok rehabilitasi SM Paliyan sebagian besar masih merupakan lahan yang terbuka karena adanya aktifitas penggarapan lahan ileh petani penggarap.

Blok khusus dalam kawasan SM Paliyan merupakan bagian dari kawasan yang dibentuk guna mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan para pihak dengan membangun sarana dan prasarana di dalam kawasan. Penetapan Blok Khusus SM Paliyan berdasarkan adanya bagunan fisik Dodiklatpur Rindam IV Diponegoro dan infrasturktur berupa akses jalan aspal di dalam kawasan SM Paliyan. Berikut tabel Kriteria dan Arahan Pengelolaan Blok SM Paliyan

Tabel 2. Kriteria dan Arahan Pengelolaan Blok SM Paliyan. Nama Blok Luas

(Ha) Kriteria Penetuan Blok Arahan Pengelolaan

Blok

Perlindungan 53,854

Sebagai areal konsentrasi

komunitas satwa/ biota utama Sebagai perlindungan habutat ayamhutan dan landak Sebagai perlindungan kawasan karst yang merupakan bagian dari kawasan karst gunung sewu.

Sebagai tempat kawain/ berpija, pembesaran dan bersarang satwa/ biota utama. Area jelajah satwa Landak, Ayam Hutan dan Macaca fascicularis

Blok Rehabilitasi

373,767 Mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem

Sebagai kawasan yang akan dipulihkan ekosistemnya untuk menjadi habitat sawta liar khas SM Paliyan dan menjadi kawasan karst dengan jenis tanaman asli.

Blok Khusus

7, 2013 Terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakan

Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk kepentingan non kehutanan yaitu sebagai tempat latihan militer yang dikelola oleh Dodiklatpur berdasarkan perjanjian kerjasama antara Balai KSDA Yogyakarta dengan Dodiklatpur. Terdapat infrastruktur berupa

jalan kabupaten di dalam kawasan yang menghubungkan Paliyan-Panggang.

(25)

Gambar 1. Peta Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi SM Paliyan

8. Pemanfaatan kawasan

PP nomor 28 tahun 2011 menyebutkan bahwa kegiatan pemanfaatan dalam kawasan Suaka Margasatwa hanya terbatas pada :

o Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

o Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; o Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta

energi air, panas, dan angina serta wisata alam terbatas; dan o pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk menunjang budidaya,

(26)

BAB III. METODE

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini meliputi data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara perorangan dan juga melalui FGD(Focus Group Discussion). FGD dilakukan dengan menghadirkan aparat Desa, tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat. Penggalian informasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai potensi-potensi yang ada di Desa terkait kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta kebutuhan masyarakat dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Data sekunder yang diperlukan antara lain diperoleh dari dokumen Buku Induk Kependudukan, Profil Desa, RKPDes, RPJMDes, Laporan kegiatan kelompok, dan data data yang dikumpulkan dari instasi pemerintah daerah yang terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah dalam bentuk tabel, grafik serta narasi dengan pengelompokkan informasi yang sistematis.

B. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan disajikan dalam bentuk dokumen Profil Desa Penyangga Kawasan Konservasi.

(27)

BAB IV PROFILE DESA

A. DESA KARANGDUWET

o

A. Sejarah Desa

Pengertian Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut hasil wawancara dengan warga masyarakat, berdirinya Desa Karangduwet diperkirakan pada tahun 1925 dengan ditandai adanya orang-orang luar yang datang dengan misi keagamaan, para pendatang tersebut di duga para ulama yang melakukan syiar. Terdapat cerita lain lagi terkait penamaan Desa Karangduwet, yaitu Karang berarti gunung dan duwet dikarenakan daerah tersebut dulu banyak pohon duwet, jadilah desa tersebut dinamakan Desa Karangduwet.

Tahun 1928 kepala desa pertama yang bernama Tanukaryo. Selanjutnya sekitar tahun 1942 kepala desa digantikan oleh Sastrodiharjo. Tahun 1945 Indonesia merdeka dan pada tahun yang sama terjadi pergantian kepala desa yaitu Radiyowirono. Setelah itu pada tahun yang hampir sama terjadi pergantian kepala desa kembali dikarenakan sebelumnya tersangkut masalah, kepala desa diambil alih pihak keraton dengan menugaskan Nolodiningrat. Selanjutnya pada tahun 1971 kepala desa diganti oleh Sakiran dan dilanjutnya oleh Muyardi. Setelah itu pada tahun 2014 kepemimpinan Desa Karangduwet dipegang oleh Budi Paliyanto hingga sekarang.

(28)

o

B. Kondisi Umum

1. Luas wilayah dan Letak

Desa Karangduwet memiliki luas wilayah 950,136 Ha. Secara administrasi pemerintahan terletak dalam wilayah Kecamatan Paliyan. Adapun secara geografis wilayah Desa Karangduwet memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Grogol, Kecamatan Paliyan

Sebelah selatan : Desa Kepek, Kecamatan Saptosari

 Sebelah timur : Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan

 Sebelah barat : Desa Banyusoco, Kecamatan Playen

2. Kondisi Iklim, tanah, dan Bentang Alam

Desa Karangduwet berada pada ketinggian 300 mdpl. Curah hujan rata-rata berkisar antara 300 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 60 hari pertahun. Puncak hujan terjadi pada bulan November sampai bulan Maret tiap tahunnya. Suhu udara berkisar antara 27⁰ C sampai 34⁰C.

Kondisi topografi wilayah Desa Karangduwet termasuk zona selatan atau zona pegunungan seribu. Jenis tanah di wilayah Desa Karangduwet didominasi oleh tanah latosol dan mediteran merah serta masuk dalam kawasan karst yang jarang ditemukan air di permukaan.

3. Aksesibilitas

Desa Karangduwet dapat dicapai dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan roda 4 maupun roda 2, dengan menempuh rute dari ibukota propinsi (Yogyakarta) : Yogyakarta – Kabupaten Gunungkidul – Kecamatan Paliyan. Perjalanan ditempuh dari Yogyakarta kearah timur hingga masuk ke daerah perbukitan seribu menuju Kabupaten Gunungkidul hingga Kecamatan Paliyan. Perjalanan dari Yogyakarta menuju ibu kota Kabupaten Gunungkidul ditempuh selama kurang lebih 1,5-2 jam, dan jarak Desa Karangduwet dengan ibu kota Kabupaten Gunungkidul kurang lebih 15 km, dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor kurang lebih 15-20 menit. Sementara itu Jarak Desa Karangduwet dari ibu kota Kecamatan Paliyan kurang lebih 1 km.

(29)

o

C. Kondisi Tata Ruang

1. Tata ruang

Wilayah Desa Karangduwet seluas 950,13608 Ha. Luas tanah kering sebesar 0,75 Ha atau 0,07 %. Luas tanah sawah 0,526 Ha atau 0,05 %. Pemanfaatan tanah sebagian besar untuk lahan hutan, hutan lindung dan hutan konservasi sebesar 750 Ha atau 78,9 %. Luas wilayah untuk bangunan perumahan/gedung serta pekarangan, tempat usaha, lembaga pendidikan dan sosial kemasyarakatan sebesar 118,859 Ha atau 12,5 %. Sedangkan seluas 80 Ha atau 8,5% digunakan untuk perkebunan. (Potensi Desa dan Kelurahan Karangduwet, 2017).

Gambar 2. Grafik Pemanfaatan Lahan Desa Karangduwet.

2. Sarana dan Prasarana

a. Sarana Dan Prasarana Perhubungan

Jaringan jalan yang terdapat di Desa Karangduwet sudah berupa jalan aspal, hanya beberapa ruas saja yang kondisinya masih berupa jalan makadam (perkerasan batu). Sementara itu jaringan komunikasi berupa telepon kabel belum tersedia di desa ini, namun kemudahan dengan komunikasi selular telah dapat dirasakan di Desa ini.

0% 0%

8% 13%

79%

Penggunaan Lahan Desa Karangduwet Luas (Ha)

Luas tanah sawah Luas tanah kering Luas tanah perkebunan Luas fasilitas umum Luas tanah hutan

(30)

b. Sarana Pendidikan dan Kesehatan

Sarana pendidikan yang ada di Desa Karangduwet terdapat 10 Taman Kanak-kanak (TK), 4 Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan 3 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs).

Tabel 3. Sarana pendidikan Desa Karangduwet

No. Nama Jumlah(buah) Ruang KelasJumlah PengajarJumlah JumlahSiswa

1. TK 10 10 28 158

2. SD/ MI 4 21 55 640

3. SMP/ MTs 3 21 64 720

Sumber : RPJM Desa Karangduwet, 2014 - 2019

Sarana kesehatan yang ada di Desa Karangduwet cukup memadai untuk tingkat desa, antara lain 1 ( satu ) unit Puskesmas , 12 ( duabelas ) unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), 1 (satu) Poliklinik, 1 (satu) Kantor Prakter Dokter,1 (satu) Rumah Bersalin dan 1 ( satu ) Apotik. Sedangkan Rumah Sakit dapat dijumpai di Ibukota Kabupaten yang berjarak sekitar 15 Km dari Desa Karangduwet dengan akses yang relatif mudah untuk mencapainya.

Tabel 4. Sarana dan prasarana kesehatan Desa Karangduwet

No. Jenis Jumlah

Prasarana kesehatan

1. Puskesmas pembantu 1

2. Poliklinik/ Balai pengobatan 1

3. Apotik 1

4. Posyandu 12

5. Rumah/ Kantor Praktek Dokter 1

6. Rumah Bersalin 1

Sarana kesehatan

1. Jumlah dokter umum 2

2. Jumlah dokter gigi 1

3. Jumlah dukun terlatih 3

4. Bidan 2

5. Perawat 9

6. Jumlah dokter praktek 1

(31)

o

D. Demografi

Secara administrasi kependudukan Desa Kebongede terbagi dalam 8 (delapan) Dusun yaitu dusun Tahunan, Dusun Pendem, Dusun Corot, Dusun Karangduwet, Dusun Paliyan Tengah, Dusun Paliyan Kidul, Dusun Paliyan Lor, dan Dusun Surulanang.

1. Struktur penduduk Desa Karangduwet

Jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah 6.684 jiwa terdiri dari 2.272 KK, 3.275 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3.409 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk tahun lalu yang berjenis kelamin laki-laki adalah 3275 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan adalah 3421 jiwa. Jadi prosentase perkembangan jumlah penduduk yaitu sebesar -0,03% untuk laki-laki dan -0,35% untuk perempuan.

2. Agama yang dianut penduduk Desa Karangduwet

Mayoritas penduduk Desa Karangduwet beragama Islam, bahkan hampir seluruh penduduknya. Data agama yang dianut di Desa Karangduwet disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 5. Agama penduduk Desa Karangduwet

No. Agama Laki-laki Perempuan

1. Islam 3190 3330

2. Kristen 54 57

3. Katholik 12 21

4. Budha 1 1

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017

3. Tingkat pendidikan masyarakat

Sebagian besar penduduk desa Karangduwet hanya menamatkan pendidikan hingga tingkat sekolah dasar. Data tingkat pendidikan penduduk Desa Kebongede disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan Desa Karangduwet

No. Tingkat pendidikan Total

1. Penduduk buta aksara dan huruf latin 266 2. Penduduk usia 3-6 tahun yang sedang TK dan KB 143 3. Penduduk cacat fisik dan mental 59 4. Penduduk sedang menempuh pendidikan SD/sederajat 559 5. Penduduk tamat SD/sederajat 1768

(32)

No. Tingkat pendidikan Total 8. Penduduk tamat SLTP/sederajat 1301 9. Penduduk tidak tamat SLTP/sederajat 383 10. Penduduk sedang menempuh pendidikan SLTA/sederajat 191 11. Penduduk tamat SLTA/sederajat 968 12. Penduduk sedang menempuh pendidikan D1 1 13. Penduduk Tamat pendidikan D1 5 14. Penduduk sedang menempuh pendidikan D2 6 15. Penduduk Tamat pendidikan D2 17 16. Penduduk sedang menempuh pendidikan D3 3 17. Penduduk Tamat pendidikan D3 45 18. Penduduk sedang menempuh pendidikan S1 55 19. Penduduk Tamat pendidikan S1 142 20. Penduduk sedang menempuh pendidikan S2 1 21. Penduduk Tamat pendidikan S2 7 22. Penduduk Tamat pendidikan S3 1

23. Penduduk sedang SLB A 0 24. Penduduk Tamat SLB A 0 25. Penduduk sedang SLB B 3 26. Penduduk Tamat SLB B 0 27. Penduduk sedang SLB C 0 28. Penduduk Tamat SLB C 0

29. Penduduk cacat fisik dan mental 59 Sumber : Tingkat perkembangan desa dan kelurahan Desa Karangduwet, 2017

o

E. Sosial Budaya

1. Aktifitas Harian Masyarakat

Aktivitas sangat terkait dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat yaitu petani. Umumnya masyarakat Desa Karangduwet telah memulai aktivitasnya menuju lahan pertanian mereka pada pukul 07.00 WIB, dan kembali ke rumah pada pukul 11.00 untuk beristirahat dan memberi pakan ke ternak mereka. Pada pukul 13.00 WIB mereka kembali ke lahan dan mengakhiri aktivitas pada sekitar pukul 16.00 WIB. Aktivitas sosial kemasyarakatan antara lain musyawarah warga (kumpulan RT/ RW), ronda malam, pengajian rutin, dan lain lain umumnya dilaksanakan pada malam hari atau pada akhir pekan. 2. Kelembagaan Masyarakat (umum di Desa dan terkait Kawasan Konservasi).

Terdapat beberapa lembaga masyarakat antara lain a. Kelembagaan Desa

 Badan Permusyarawan Desa (BPD), dengan jumlah pengurus 11 (sebelas) orang.

(33)

 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus 15 (lima belas) orang.

 Karang Taruna Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus sebanyak 3 (tiga) orang.

 Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus 36 orang.

 Posyandu

Di Desa Karangduwet terdapat 12 unit Posyandu.

 Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT), dari 3 dusun yang ada, Desa Kebongede terbagi dalam 8 (enam) RW dan 16 RT.

b. Kelembagaan Masyarakat yang terkait dengan pengelolaan Kawasan Hutan.

Lembaga kemasyarakatan di Desa Karangduwet yang berkaitan dengan kawasan konservasi adalah MPA (Masyarakat Peduli Api). MPA terbentuk pada tahun 2013 yang difasilitasi oleh BKSDA Yogyakarta. Tujuan utama dibentuknya lembaga ini adalah untuk menampung dan memfasilitasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengendalian kebakaran hutan. Organisasi MPA yang terbentuk belum optimal dalam tujuan pokoknya yaitu pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan.

c. Kelompok/lembaga masyarakat lain

Di samping kelembagaan masyarakat yang disebutkan di atas, terdapat kelompok masyarakat yang terbentuk dalam rangka pengembangan program pemberdayaan masyarakat oleh Balai KSDA Yogyakarta, terutama di bidang kehutanan. Kelompok tersebut yaitu Kelompok Tani Hutan PETAK 136 dan Kelompok Tani Hutan WANA RAHARJA. Terdapat pula Kelompok masyarakat lain terbentuk dari latar belakang aktivitas keagamaan antara lain kelompok yasinan dan pengajian.

3. Bentuk interaksi masyarakat terhadap kawasan Hutan

Interaksi masyarakat dimaksudkan sebagai bentuk hubungan masyarakat dengan kawasan hutan secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa bentuk dan teknis interaksi masyarakat (utamanya adalah Desa Karangduwet)

(34)

Khusus untuk interaksi dengan Suaka Margasatwa Paliyan antara lain meliputi sebagai berikut :

a) Bertani di lahan hutan

Interaksi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani penggarap di kawasan SM Paliyan. Diketahui bahwa penggarapan lahan dalam kawasan berbeda - beda, beberapa mengatakan bahwa penggarapan lahan sudah dilakukan sejak tahun 1950-an, sebagian lainnya mengatakan sejak tahun 1970, dan juga ada yang mengatakan sejak tahun 1990-an. Bahkan ada beberapa penggarap yang mengatakan bahwa penggarapan lahan baru dimulai pada tahun 2000-an. Aktivitas penggarapan lahan ini terus berjalan sampai sekarang walaupun status kawasan sudah berbeda. Cara memperoleh lahan garapan dalam kawasan SM Paliyan beragam, yaitu;

 Adanya hasil kebijakan dari pengelola (Dinas Kehutanan dan Perkebunan D.I. Yogyakarta) saat berstatus sebagai hutan produksi, yaitu sistem tumpangsari, dimana para petani akan mendapatkan lahan garapan dengan syarat harus ikut menjaga pohon utama (tanaman kehutanan).

 Hasil warisan aktivitas orang tua yang diturunkan kepada anaknya. Hal ini diartikan bahwa petani tersebut akan mewarisi garapan serta tanaman yang ditanam oleh orang tuanya, namun tidak menjadi hak milik.

 Sewa atau jual beli, yaitu sesama petani memperjualbelikan lahan garapan namun tidak seperti jual beli lahan pada umumnya, dengan harga satu petak sewa ataupun jual beli berkisar pada 100 ribu sampai dengan 1 juta rupiah.

Proses awal penanaman dilakukan saat menjelang musim hujan, yang dimulai dari mencangkul tanah dan dilanjutkan dengan pemupukan sehingga lahan siap tanam. Jenis tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan karakteristik tanaman dan dilakukan serempak oleh petani penggarap. Dari proses penanaman sampai pemanenan antar komoditas mempunyai durasi yang berbeda - beda, misalnya jagung, kedelai dan kacang memerlukan kurang lebih 3-4 bulan, padi membutuhkan waktu sekitar 6-7 bulan dan ketela membutuhkan waktu 8-9 bulan. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir setiap hari para petani masuk ke kawasan untuk melakukan aktivitasnya.

(35)

b) Pengambilan Pakan Ternak

Hasil survey yang telah dilakukan mengatakan bahwa hampir semua responden memelihara ternak seperti kambing dan sapi yang jumlahnya lebih dari satu ekor, baik ternak milik sendiri, ternak milik orang lain “menggaduh” maupun keduanya. Kebutuhan pakan ternak tersebut ada yang diambil dari ladang sendiri dan ada pula yang diambil dari dalam kawasan hutan.

Cara pengambilan pakan ternak ini terbagi menjadi 2 (dua) cara, yaitu merumput tanaman di tanah (bawah) dan membabat dedaunan di pohon-pohon (atas). Jenis tanaman bawah yang dirumput yaitu kolonjono (Pannisetum purpureum, gajahan (Panicum maximum), Wedusan (Ageratum conyzoides), kacang - kacangan (Desmodium triflorum) dan lain- lain,sedangkan pakan ternak yang didapat dari membabat biasanya jenis pohon gamal (Gliricidea sepium), lamtoro (Leocaena leucocephala), nangka (Artocarpus heterophyllus), turi (Sesbania grandiflora), tayuman (Bauhinia purpurea), mahoni (Swietenia macrophylla), waru (Hibiscus similis) dan sebagainya.

Pengambilan pakan ternak dari dalam kawasan hutan dilakukan setiap hari di waktu pagi dan sore hari. Dalam satu hari mereka dapat membawa 1-2 ikat pakan, namun bagi yang memelihara hewan lebih dari 1-2 ekor maka akan membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak. Adapun lokasi pengambilan pakannya berada di lahan garapan masing-masing. Namun, bagi mereka yang bukan petani penggarap, biasanya mengambil pakan di saat - saat tertentu, terutama di musim kemarau. Menurut informan, kelompok ini yang tidak termonitor dan tidak memahami peraturan mengenai pengelolaan kawasan SM Paliyan. Kelompok ini melakukan pengambilan pakan pada lokasi yang acak karena tidak mempunyai lahan khusus (lahan garapan), sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman pokok. Pengambilan pakan ternak ini sangat tinggi pada musim kemarau daripada musim penghujan, dikarenakan pada musim penghujan pakan ternak di luar kawasan cukup melimpah.

c) Pengambilan kayu bakar

(36)

gas. Lokasi pencarian kayu tidak hanya di pekarangan rumah, namun juga masuk di kawasan hutan kemasyarakatan (Hkm), SM Paliyan, hutan rakyat dan tempat lainnya. Pengambilan kayu untuk keperluan sendiri dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali, sedangkan pengambilan kayu untuk dijual dilakukan pada setiap hari.

Dari hasil survey, pengambilan kayu bakar di dalam kawasan SM Paliyan paling banyak dilakukan oleh petani penggarap, karena mereka adalah orang yang pertama kali mengetahui jika ada kayu kering. Meskipun demikian, orang dari desa lain (bukan penggarap) juga ikut mengambil kayu bakar.

Kayu yang diambil tidak terbatas pada jenis kayu tertentu saja, tetapi berbagai jenis kayu kering dapat diambil untuk dijadikan kayu bakar. Cara pengambilan kayu bakar antara lain, mengambil kayu kering yang jatuh, mematahkan kayu kering dan memotong kayu atau pohon hidup. Dari ketiga cara tersebut, yang paling sering dilakukan adalah mengambil kayu yang jatuh dan mematahkan kayu kering. Pengambilan kayu bakar ini juga berdampak terhadap kondisi tegakan dan cenderung tinggi pada masa musim penghujan, karena persediaan kayu di pekarangan lebih sedikit. d) Wisata

Aktivitas wisata yang dimaksud adalah bukan aktivitas pariwisata masif tetapi wisata terbatas. Hal itu terlihat dengan jenis aktivitas wisata yang dilakukan oleh warga cenderung sebagai kegiatanrefreshingsaja. Mereka biasanya berjalan jalan melepas penat di sekitar telaga, luweng atau tempat - tempat yang menarik (seperti di bukit cinta).

Berdasarkan Penataan Blok Kawasan Konservasi SM Paliyan, bahwa SM Paliyan terbagi menjadi 3 (tiga) blok yaitu blok perlindungan, blok rehabilitasi dan blok khusus. Dari ketiga blok tersebut, tidak diperkenankan untuk kegiatan wisata terbatas, sehingga jenis pariwisata apapun tidak diperkenankan dilakukan di dalam SM Paliyan. Lain halnya dengan kegiatan pariwisata di daerah penyangga SM Paliyan yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.

e) Mencari Belalang

Belalang merupakan komoditas yang bernilai tinggi, sehingga menjadi peluang yang baik bagi masyarakat sekitar kawasan untuk berburu belalang dan menjualnya baik dalam kondisi mentah maupun matang.

(37)

Dahulu perburuan belalang dilakukan saat musim kering, karena saat itu populasi belalang sangat tinggi. Namun, pola tersebut telah berubah karena setiap hari selalu ada belalang, dan selalu ada pembeli. Pemburu belalang mencari belalang dari pagi sampai siang atau siang sampai sore yang kemudian dijual di pinggir jalan raya. Salah satu lokasi penjualannya adalah di depan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Paliyan. Setiap harinya terdapat 4-5 orang yang menjajakan belalang mentah dan matang, dengan harga satu ekor belalang mentah mencapai 1.000 rupiah, sedangkan satu toples belalang yang sudah matang dijual dengan harga 35 ribu rupiah. Peralatan yang digunakan para pemburu berupa “genter” atau galah panjang yang sudah diberi lem atau “pulut” sebagai alat tangkapnya.

f) Ikut menanam pohon

Aktivitas menanam pohon tidak terjadi secara rutin, namun hanya dapat dilakukan pada waktu - waktu tertentu. Sebagai contoh, pada saat melaksanakan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi lahan kerjasama Balai KSDA Yogyakarta dengan Sumitomo Insurance, dengan melibatkan masyarakat sekitar. Dalam mengikuti penanaman tersebut, mereka mendapatkan upah harian sebagai bentukrewardnya.

g) Ikut bekerja di kawasan

Selain terlibat kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi, beberapa orang juga dipekerjakan untuk membantu pekerjaan lain, seperti pembangunan insfrastruktur dan kegiatan proyek lainnya meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit.

h) Lain lain

Lain-lain ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara tentatif, dilakukan hanya oleh sebagian orang, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun sekedar mengisi waktu seperti mencari daun jati, memancing, atau hanya sekedar lewat saja.

(38)

o

F. Perekonomian

1. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Desa Kaangduwet umumnya adalah petani baik petani pemilik penggarap, penyewa ataupun buruh tani. Desa Karangduwet secara fisik berdekatan langsung kawasan hutan konservasi Suaka Margasatwa Paliyan. Sebagian petani dan buruh tani melakukan kegiatan pertanian di bawah tegakan hutan konservasi, karena masih terbawa sebelum menjadi kawasan SM Paliyan hutan tersebut adalah hutan produksi, jadi sampai sekarang masih banyak warga Desa Karangduwet yang menjadi petani penggarap di dalam kawasan Suaka Margasatwa.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok Desa Karangduwet

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1. Petani 1.960

2. Buruh Tanini 179

3. Buruh Migran 4

4. PNS 92

5. Pengrajin 6

5. Pedagang Barang Kelontong 22

6. Montir 21

7. Dokter Swasta 2

8. Bidan Swasta 8

9. TNI 3

10. POLRI 15

11. Pengusaha Kecil, Menengah, Besar 1

12. Guru Swasta 27 13. Dosen Swasta 1 14. Seniman/Artis 4 15. Pedagang Keliling 6 16. Tukang Kayu 5 17. Tukang Batu 6

18. Pembantu Rumah Tangga 5

19. Pengacara 1

20. Dukun Tradisional 2

21. Arsitektur/Desainer 1

22. Karyawan Perusahaan Swasta 385 23. Karyawan Perusahaan Pemerintah 2

24. Wiraswasta 590

25. Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 32

26. Belum Bekerja 587

27. Pelajar 1.225

28. Ibu Rumah Tangga 644

29. Purnawirawan/Pensiunan 89

30. Perangkat Desa 18

31. Buruh Harian Lepas 641

32. Kontraktor 1

33. Pemilik usaha warung, rumah makan, dan

restoran 5

(39)

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) 35. Tukang Jahit 4 36. Karyawan Honorer 26 37. Wartawan 1 38. Tukang Cukur 3 39. Tukang Las 3 40. Pemuka Agama 3 41. Anggota Legislatif 2 42 Satpam/ Security 2 Jumlah 6.666

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017 Tabel 8. Tingkat Pengangguran Penduduk Desa Karangduwet

No. Uraian Jumlah

(orang) 1. Jumlah Angkatan Kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 5.084 2. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak

bekerja 423

3. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah

tangga 644

4. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 2.331 5. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 423 6. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja 59 7. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 0

Sumber : Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet,2017 Tabel 9. Kesejahteraan Keluarga Desa Karangduwet

No. Tingkatan Jumlah keluarga

1. Pra sejahtera 662

2. Sejahtera 1 561

3. Sejahtera 2 720

4. Sejahtera 3 25

5. Sejahtera 3 plus 304

Sumber : Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet,2017

2. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita (Pendapatan setiap orang per tahun) merupakan salah satu indikator kondisi perekonomian Desa Karangduwet. Pendapatan perkapita penduduk Desa Karangduwet pada tahun 2017 dibagi menurut sektor usaha. Terdapat 6 pembagian sektor usaha, dapat dilihat pada tabel berikut :

(40)

Tabel 10. Tabel pendapatan perkapita Desa Karangduwet

No. Sektor usaha Jumlah

1. Pertanian

- Jumlah rumah tangga 980 Keluarga - Jumlah total anggota keluarga 1960 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 10.525.000,-2. Peternakan

- Jumlah rumah tangga 455 Keluarga - Jumlah total anggota keluarga 2276 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 5.000.000,-3. Perikanan

- Jumlah rumah tangga 25 Keluarga - Jumlah total anggota keluarga 125 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 8.000.000,-4. Kerajinan

- Jumlah rumah tangga 3 Keluarga

- Jumlah total anggota keluarga 15 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 4.000.000,-5. Industri kecil, menengah, dan besar

- Jumlah rumah tangga 8 Keluarga

- Jumlah total anggota keluarga 24 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 7.500.000,-6. Jasa dan perdagangan

- Jumlah rumah tangga 82 Keluarga - Jumlah total anggota keluarga 226 orang - Jumlah pendapatan perkapita dari sektor usaha tersebut

untuk setiap rumah tangga Rp. 10.200.000,-Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017

Dari data Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet tersebut disajikan juga pendapaatan riil keluarga yaitu pendapatan kepala keluarga Rp. 1.200.000 dan pendapatan dari anggota keluarga yang bekerja sebesar Rp. 750.000,- dengan jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Karangduwet sejumlah 2272 KK dan sejumlah 6666 orang anggota keluarga.

o

G. Potensi Unggulan Desa

Desa Karangduwet memiliki beragam potensi sumber daya yang bisa dikembangkan, baik yang berasal dari sumber daya alam maupun sumber daya buatan. Beberapa potensi unggulan dalam rangka mendukung pengembangan Desa Karangduwet meliputi :

(41)

1. Pertanian

Komoditi pertanian penduduk Desa Karangduwet dari hasil pertanian adalah jagung, kacang kedelai, kacang tanah, padi ladang dan ubi kayu. Komoditi utama dari hasil pertanian tersebut adalah Jagung. Hasil produksi tanaman pertanian Desa Karangduwet disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 11. Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas di Desa Karangduwet

No. Jenis Luas Jumlah Produksi

1. Jagung 417 Ha 90 Ton/ Ha

2. Kacang kedelai 10 Ha 3,3 Ton/ Ha 3. Kacang tanah 165 Ha 11 Ton/ Ha 4. Padi ladang 150 Ha 2 Ton/ Ha 5. Ubi kayu 760 Ha 1,25 Ton/ Ha Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017

Jagung yang dihasilkan oleh penduduk Desa Karangduwet umumnya dijual kepada tengkulak yang datang langsung ke Desa Karangduwet, hasil jagung ini selama ini baru dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan benih. Besarnya produksi jagung ini perlu dikembangkan pada bentuk pemanfaatan yang dapat memberikan nilai tambah bagi hasil pertanian tersebut.

2. Peternakan

Besarnya potensi usaha peternakan di Desa Karangduwet terkait dengan besarnya sumber pakan ternak yang tersedia di sekitar kawasan hutan. Namun Peternakan yang ada di Desa Karangduwet hanya berupa peternakan skala kecil/rumah tangga antara lain peternakan Sapi, Kambing, Ayam, Bebek, Angsa, Burung Puyuh, Kelinci, Anjing, dan Kucing. Berikut tabel jenis populasi ternak:

Tabel 12. Jenis dan jumlah populasi ternak Desa Karangduwet

No. Jenis Jumlah pemilik

(orang) Jumlah populasi(ekor)

1. Sapi 818 2400 2. Ayam kampung 615 3075 3. Bebek 21 42 4. Kambing 807 2421 5. Angsa 10 250 6. Burung puyuh 5 10000 7. Kelinci 2 5 8. Anjing 12 24 9. Kucing 187 142

(42)

3. Perikanan

Jenis ikan yang di budidayakan masyarakat Desa Karangduwet adalah jenis ikan air tawar. Terdapat 2 (dua) jenis ikan yang dibudidayakan antara lain ikan Bawal dan ikan Lele. Produksi setiap tahunnya sebesar 9 ton untuk ikan bawal dan 4 ton untuk ikan lele.

4. Kehutanan

Potensi desa pada sektor ini terdapat 3 jenis kayu yang menjadi komoditas utama dan produksi dalam setahun cukup besar. Berikut adalah data hasil panen ketiga jenis kayu tersebut :

Tabel 13. Jenis dan jumlah produksi kayu Desa Karangduwet

No. Jenis Jumlah panen (Batang/Tahun)

1. Jati 859

2. Mahoni 213

3. Sengon 1.320

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017

5. Wisata

Terdapat beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan pada kegiatan yang menunjang kepariwisataan. Berikut tempat yang berpotensi wisata:

Tabel 14. Lokasi Wisata Desa Karangduwet

No. Lokasi/ Tempat/ AreaWisata Keberadaan Luas (Ha) pemanfaatanTingkat (aktif/pasif)

1. Hutan Khusus Ada 260 Aktif

2. Goa Ada 3,5 Aktif

3. Situs sejarah dan Museum Ada 2 Aktif Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Desa Karangduwet, 2017

Potensi Desa Kearangduwet dalam aspek pariwisata dan seni budaya cukup beragam, karenanya terdapat peluang untuk mengembangkan Desa Karangduwet sebagai Desa Wisata. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan memperbanyak obyek yang mempunyai daya tarik wisata dan membangun berbagai sarana prasarana pendukungnya, diikuti dengan upaya penyajian dalam paket wisata melaui promosi yang baik. Namun sebelum semua upaya tersebut perlu adanya kesepahaman oleh berbagai pihak terkait, karena di antaranya adalah kawasan hutan yang mempunyai batasan dalam upaya pengelolaannya.

(43)

o

H. Arahan Kebijakan Pembangunan Desa Arah kebijakan pembangunan Desa dapat dilihat dari Visi dan Misi Desa. Visi dan Misi Desa Karangduwet yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) periode tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut :

Visi :

“Desa Mandiri, Sejahtera, Demokrasi, dan Berbudi” Misi :

1. Membangun tata pemerintahan yang lebih baik dengan bersendikan pada prinsip keterbukaan, tanggungjawab, salin percaya dan partisipasi masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas hidup menuju kesejahteraan masyarakat Desa secara berkelanjutan.

3. Membangun semangat otonomi desa yang sejati dan bermaknan bagi masyarakat.

4. Menjadikan masyarakat yang berbudi pekerti dan bermoral baik. Berikut adalah tabel penjelasan masing-masing misi sebagai berikut :

Tabel 15. Misi dan Tujuan Desa Karangduwet

No. Misi Tujuan

1. Membangun tata pemerintahan yang lebih baik dengan bersendikan pada prinsip keterbukaan,

tanggungjawab, salin percaya dan partisipasi masyarakat.

- Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberian pelayanan kepada masyarakat secara berkualitas dan terpercaya.

- Mewujudkan pola hubungan kemitraan kebersamaan antara pemerintahan desa, BPD dan warga masyarakat. - Meningkatkan peran serta masyarakat

dalam proses pemerintahan dan pembangunan desa

2. Meningkatkan kualitas hidup menuju kesejahteraan masyarakat Desa secara berkelanjutan.

- Menggali sumber-sumber ekonomi rakyat untuk kesejahteraan masyarakat desa

- Memfasilitasi upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan

penanganan kemiskinan 3. Membangun semangat otonomi

desa yang sejati dan bermaknan bagi masyarakat.

- Mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak dari luar untuk mendukung pelaksanaan pemerintah dan pembangunan masyarakat desa

(44)

No. Misi Tujuan 4. Menjadikan masyarakat yang

berbudi pekerti dan bermoral baik. - Membentuk masyarakat desa untukhidup saling menghargai satu sama lain.

- Meningkatkan kadar iman dalam beribadah menurut agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Pada realisasinya, sebagaimana yang tertuang dalam LPPDes pembangunan Desa Karangduwet lebih banyak dititikberatkan pada pembangunan sarana prasarana /infrastruktur.

o

I. Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangduwet Program program pemerintah yang dilakasanakan di Desa Karangduwet dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain dalam bidang pertanian dan kehutanan, bersesuaian dengan karakter dan kondisi desa yang potensi terbesarnya di bidang tersebut. Berbagai program dan bantuan kepada masyakat Desa Karangduwet yang telah dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah baik di tingkat daerah maupun instansi pusat.

Bantuan yang pernah diterima pemberdayaan masyarakat yang pernah,

sedang akan dilakukan :

1. Bantuan dari kantor BAPPEDA Kabupaten Gunung Kidul yakni BKK (bantuan keuangan khusus). Bantuan ini diberikan kelompok warga miskin berjumlah 16 orang berupa kambing sebesar 1 juta per warga. 2. Bantuan dari kementerian perumahan yakni RTLH (Rumah Tangga Layak

Huni). Bantuan berupa bahan bangunan sebesar 15 juta per warga. 3. Bantuan dari dinas pertanian dan kehutanan kabupaten gunung kidul

yakni SAPRODI. Bantuan berupa pupuk.

4. Bantuan dari dinas peternakan yakni KUBE ( Kelompok Usaha Bersama ) berupa kambing atau sapi, 1 kelompok ada 10 orang.

5. Bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum yakni JUT (Jalan Usaha Tani) berupa pembuatan jalan di tengah area lahan pertanian warga. Kelompok warga mengajukan proposal.

Gambar

Tabel 1. Data Potensi Burung SM Paliyan
Gambar 1. Peta Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi SM Paliyan
Gambar 2. Grafik Pemanfaatan Lahan Desa Karangduwet.
Tabel 5. Agama penduduk Desa Karangduwet
+7

Referensi

Dokumen terkait