• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV.I PROFIL DESA KARANGDUWET

E. Sosial Budaya

Aktivitas sangat terkait dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat yaitu petani. Umumnya masyarakat Desa Karangduwet telah memulai aktivitasnya menuju lahan pertanian mereka pada pukul 07.00 WIB, dan kembali ke rumah pada pukul 11.00 untuk beristirahat dan memberi pakan ke ternak mereka. Pada pukul 13.00 WIB mereka kembali ke lahan dan mengakhiri aktivitas pada sekitar pukul 16.00 WIB. Aktivitas sosial kemasyarakatan antara lain musyawarah warga (kumpulan RT/ RW), ronda malam, pengajian rutin, dan lain lain umumnya dilaksanakan pada malam hari atau pada akhir pekan. 2. Kelembagaan Masyarakat (umum di Desa dan terkait Kawasan Konservasi).

Terdapat beberapa lembaga masyarakat antara lain a. Kelembagaan Desa

 Badan Permusyarawan Desa (BPD), dengan jumlah pengurus 11 (sebelas) orang.

 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus 15 (lima belas) orang.

 Karang Taruna Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus sebanyak 3 (tiga) orang.

 Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Karangduwet, dengan jumlah pengurus 36 orang.

 Posyandu

Di Desa Karangduwet terdapat 12 unit Posyandu.

 Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT), dari 3 dusun yang ada, Desa Kebongede terbagi dalam 8 (enam) RW dan 16 RT.

b. Kelembagaan Masyarakat yang terkait dengan pengelolaan Kawasan Hutan.

Lembaga kemasyarakatan di Desa Karangduwet yang berkaitan dengan kawasan konservasi adalah MPA (Masyarakat Peduli Api). MPA terbentuk pada tahun 2013 yang difasilitasi oleh BKSDA Yogyakarta. Tujuan utama dibentuknya lembaga ini adalah untuk menampung dan memfasilitasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengendalian kebakaran hutan. Organisasi MPA yang terbentuk belum optimal dalam tujuan pokoknya yaitu pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan.

c. Kelompok/lembaga masyarakat lain

Di samping kelembagaan masyarakat yang disebutkan di atas, terdapat kelompok masyarakat yang terbentuk dalam rangka pengembangan program pemberdayaan masyarakat oleh Balai KSDA Yogyakarta, terutama di bidang kehutanan. Kelompok tersebut yaitu Kelompok Tani Hutan PETAK 136 dan Kelompok Tani Hutan WANA RAHARJA. Terdapat pula Kelompok masyarakat lain terbentuk dari latar belakang aktivitas keagamaan antara lain kelompok yasinan dan pengajian.

3. Bentuk interaksi masyarakat terhadap kawasan Hutan

Interaksi masyarakat dimaksudkan sebagai bentuk hubungan masyarakat dengan kawasan hutan secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa bentuk dan teknis interaksi masyarakat (utamanya adalah Desa Karangduwet)

Khusus untuk interaksi dengan Suaka Margasatwa Paliyan antara lain meliputi sebagai berikut :

a) Bertani di lahan hutan

Interaksi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani penggarap di kawasan SM Paliyan. Diketahui bahwa penggarapan lahan dalam kawasan berbeda - beda, beberapa mengatakan bahwa penggarapan lahan sudah dilakukan sejak tahun 1950-an, sebagian lainnya mengatakan sejak tahun 1970, dan juga ada yang mengatakan sejak tahun 1990-an. Bahkan ada beberapa penggarap yang mengatakan bahwa penggarapan lahan baru dimulai pada tahun 2000-an. Aktivitas penggarapan lahan ini terus berjalan sampai sekarang walaupun status kawasan sudah berbeda. Cara memperoleh lahan garapan dalam kawasan SM Paliyan beragam, yaitu;

 Adanya hasil kebijakan dari pengelola (Dinas Kehutanan dan Perkebunan D.I. Yogyakarta) saat berstatus sebagai hutan produksi, yaitu sistem tumpangsari, dimana para petani akan mendapatkan lahan garapan dengan syarat harus ikut menjaga pohon utama (tanaman kehutanan).

 Hasil warisan aktivitas orang tua yang diturunkan kepada anaknya. Hal ini diartikan bahwa petani tersebut akan mewarisi garapan serta tanaman yang ditanam oleh orang tuanya, namun tidak menjadi hak milik.

 Sewa atau jual beli, yaitu sesama petani memperjualbelikan lahan garapan namun tidak seperti jual beli lahan pada umumnya, dengan harga satu petak sewa ataupun jual beli berkisar pada 100 ribu sampai dengan 1 juta rupiah.

Proses awal penanaman dilakukan saat menjelang musim hujan, yang dimulai dari mencangkul tanah dan dilanjutkan dengan pemupukan sehingga lahan siap tanam. Jenis tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan karakteristik tanaman dan dilakukan serempak oleh petani penggarap. Dari proses penanaman sampai pemanenan antar komoditas mempunyai durasi yang berbeda - beda, misalnya jagung, kedelai dan kacang memerlukan kurang lebih 3-4 bulan, padi membutuhkan waktu sekitar 6-7 bulan dan ketela membutuhkan waktu 8-9 bulan. Dengan demikian, dapat dikatakan hampir setiap hari para petani masuk ke kawasan untuk melakukan aktivitasnya.

b) Pengambilan Pakan Ternak

Hasil survey yang telah dilakukan mengatakan bahwa hampir semua responden memelihara ternak seperti kambing dan sapi yang jumlahnya lebih dari satu ekor, baik ternak milik sendiri, ternak milik orang lain “menggaduh” maupun keduanya. Kebutuhan pakan ternak tersebut ada yang diambil dari ladang sendiri dan ada pula yang diambil dari dalam kawasan hutan.

Cara pengambilan pakan ternak ini terbagi menjadi 2 (dua) cara, yaitu merumput tanaman di tanah (bawah) dan membabat dedaunan di pohon-pohon (atas). Jenis tanaman bawah yang dirumput yaitu kolonjono (Pannisetum purpureum, gajahan (Panicum maximum), Wedusan (Ageratum conyzoides), kacang - kacangan (Desmodium triflorum) dan lain- lain, sedangkan pakan ternak yang didapat dari membabat biasanya jenis pohon gamal (Gliricidea sepium), lamtoro (Leocaena leucocephala), nangka (Artocarpus heterophyllus), turi (Sesbania grandiflora), tayuman (Bauhinia purpurea), mahoni (Swietenia macrophylla), waru (Hibiscus

similis) dan sebagainya.

Pengambilan pakan ternak dari dalam kawasan hutan dilakukan setiap hari di waktu pagi dan sore hari. Dalam satu hari mereka dapat membawa 1-2 ikat pakan, namun bagi yang memelihara hewan lebih dari 1-2 ekor maka akan membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak. Adapun lokasi pengambilan pakannya berada di lahan garapan masing-masing. Namun, bagi mereka yang bukan petani penggarap, biasanya mengambil pakan di saat - saat tertentu, terutama di musim kemarau. Menurut informan, kelompok ini yang tidak termonitor dan tidak memahami peraturan mengenai pengelolaan kawasan SM Paliyan. Kelompok ini melakukan pengambilan pakan pada lokasi yang acak karena tidak mempunyai lahan khusus (lahan garapan), sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman pokok. Pengambilan pakan ternak ini sangat tinggi pada musim kemarau daripada musim penghujan, dikarenakan pada musim penghujan pakan ternak di luar kawasan cukup melimpah.

c) Pengambilan kayu bakar

gas. Lokasi pencarian kayu tidak hanya di pekarangan rumah, namun juga masuk di kawasan hutan kemasyarakatan (Hkm), SM Paliyan, hutan rakyat dan tempat lainnya. Pengambilan kayu untuk keperluan sendiri dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali, sedangkan pengambilan kayu untuk dijual dilakukan pada setiap hari.

Dari hasil survey, pengambilan kayu bakar di dalam kawasan SM Paliyan paling banyak dilakukan oleh petani penggarap, karena mereka adalah orang yang pertama kali mengetahui jika ada kayu kering. Meskipun demikian, orang dari desa lain (bukan penggarap) juga ikut mengambil kayu bakar.

Kayu yang diambil tidak terbatas pada jenis kayu tertentu saja, tetapi berbagai jenis kayu kering dapat diambil untuk dijadikan kayu bakar. Cara pengambilan kayu bakar antara lain, mengambil kayu kering yang jatuh, mematahkan kayu kering dan memotong kayu atau pohon hidup. Dari ketiga cara tersebut, yang paling sering dilakukan adalah mengambil kayu yang jatuh dan mematahkan kayu kering. Pengambilan kayu bakar ini juga berdampak terhadap kondisi tegakan dan cenderung tinggi pada masa musim penghujan, karena persediaan kayu di pekarangan lebih sedikit. d) Wisata

Aktivitas wisata yang dimaksud adalah bukan aktivitas pariwisata masif tetapi wisata terbatas. Hal itu terlihat dengan jenis aktivitas wisata yang dilakukan oleh warga cenderung sebagai kegiatan refreshing saja. Mereka biasanya berjalan jalan melepas penat di sekitar telaga, luweng atau tempat - tempat yang menarik (seperti di bukit cinta).

Berdasarkan Penataan Blok Kawasan Konservasi SM Paliyan, bahwa SM Paliyan terbagi menjadi 3 (tiga) blok yaitu blok perlindungan, blok rehabilitasi dan blok khusus. Dari ketiga blok tersebut, tidak diperkenankan untuk kegiatan wisata terbatas, sehingga jenis pariwisata apapun tidak diperkenankan dilakukan di dalam SM Paliyan. Lain halnya dengan kegiatan pariwisata di daerah penyangga SM Paliyan yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.

e) Mencari Belalang

Belalang merupakan komoditas yang bernilai tinggi, sehingga menjadi peluang yang baik bagi masyarakat sekitar kawasan untuk berburu belalang dan menjualnya baik dalam kondisi mentah maupun matang.

Dahulu perburuan belalang dilakukan saat musim kering, karena saat itu populasi belalang sangat tinggi. Namun, pola tersebut telah berubah karena setiap hari selalu ada belalang, dan selalu ada pembeli. Pemburu belalang mencari belalang dari pagi sampai siang atau siang sampai sore yang kemudian dijual di pinggir jalan raya. Salah satu lokasi penjualannya adalah di depan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Paliyan. Setiap harinya terdapat 4-5 orang yang menjajakan belalang mentah dan matang, dengan harga satu ekor belalang mentah mencapai 1.000 rupiah, sedangkan satu toples belalang yang sudah matang dijual dengan harga 35 ribu rupiah. Peralatan yang digunakan para pemburu berupa “genter” atau galah panjang yang sudah diberi lem atau “pulut” sebagai alat tangkapnya.

f) Ikut menanam pohon

Aktivitas menanam pohon tidak terjadi secara rutin, namun hanya dapat dilakukan pada waktu - waktu tertentu. Sebagai contoh, pada saat melaksanakan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi lahan kerjasama Balai KSDA Yogyakarta dengan Sumitomo Insurance, dengan melibatkan masyarakat sekitar. Dalam mengikuti penanaman tersebut, mereka mendapatkan upah harian sebagai bentuk rewardnya.

g) Ikut bekerja di kawasan

Selain terlibat kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi, beberapa orang juga dipekerjakan untuk membantu pekerjaan lain, seperti pembangunan insfrastruktur dan kegiatan proyek lainnya meskipun jumlahnya relatif lebih sedikit.

h) Lain lain

Lain-lain ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara tentatif, dilakukan hanya oleh sebagian orang, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri ataupun sekedar mengisi waktu seperti mencari daun jati, memancing, atau hanya sekedar lewat saja.

Dokumen terkait