ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA MATERIAL
HANDLING EQUIPMENT JENIS
CONVEYOR BELT
DENGAN
MANUAL LABOUR
PADA GUDANG
PENYIMPANAN BERAS
LAPORAN KERJA PRAKTIK ALTERNATIF
PROYEK LINTAS PRODI
TEKNIK LOGISTIK DAN TEKNIK MESIN
Oleh
Sisilia Rosari Widyastika 102417050
PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
OKTOBER 2020
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA MATERIAL
HANDLING EQUIPMENT JENIS
CONVEYOR BELT
DENGAN
MANUAL LABOUR
PADA GUDANG
PENYIMPANAN BERAS
LAPORAN KERJA PRAKTIK ALTERNATIF
PROYEK LINTAS PRODI
TEKNIK LOGISTIK DAN TEKNIK MESIN
Oleh
Sisilia Rosari Widyastika 102417050
PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
OKTOBER 2020
Laporan Kerja Praktik yang diajukan oleh,
Nama : Sisilia Rosari Widyastika
NIM : 102417050
Program Studi : Teknik Logistik
Fakultas : Fakultas Teknologi Industri
Tanggal Pelaksanaan KP : 1 Agustus 2020 – 31 Agustus 2020 Dengan Judul :
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA MATERIAL HANDLING EQUIPMENT JENIS CONVEYOR BELT DENGAN MANUAL LABOUR PADA GUDANG
PENYIMPANAN BERAS Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 13 November 2020
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kerja Praktik (KP) Alternatif 1
Nama : Gita Kurnia S.T, M. Sc NIP : 116061
Dosen Pembimbing Kerja Praktik (KP) Alternatif 2
\
Nama : Judha Purbolaksono, Ph. D NIP : 119029
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Logistik
______________________________ Dr. Eng. Iwan Sukarno
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kerja praktik alternatif yang berjudul “Analisis Perbandingan Biaya Perancangan Fasilitas Dan Material Handling Equipment Jenis Conveyor Belt Dengan Jenis Manual Labour Pada Gudang Penyimpanan Beras” yang merupakan kegiatan kerja praktik alternatif antara Teknik Logistik dan Teknik Mesin berdasarkan proposal kerja praktik yang berjudul “Perancangan Fasilitas Dan Material Handling Equipment Jenis Conveyor Belt Pada Gudang Penyimpanan Beras Untuk Meminimumkan Biaya.”
Dalam laporan kerja praktik ini, saya akan menganalisis bagaimana biaya perancangan fasilitas dan material handling equipment dengan jenis conveyor belt dibandingkan menggunakan jenis manual labour pada gudang penyimpanan beras dimana laporan kerja praktik ini merupakan syarat melakukan seminar kerja praktik. Oleh karena itu saya ingin mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Teman-Teman dalam Kerja Praktik Alternatif Teknik Logistik dan Teknik Mesin dalam segala bantuan dalam proses penyelesaian pengerjaan penelitian ini. 2. Ibu Gita Kurnia dan Bapak Judha Purbolaksono selaku dosen pembimbing yang
sudah memberikan arahan dan bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini.
3. Serta pihak – pihak lain yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Jakarta, 24 Oktober 2020
Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) menyarankan untuk adanya peremajaan dari fasilitas ataupun pembangunan fasilitas baru di gudang penyimpanan beras di Indonesia yang mengacu pada perkembangan teknologi saat ini. Hal ini juga berkaca pada masih banyaknya gudang penyimpanan beras di Indonesia yang seluruh prosesnya masih memanfaatkan teknologi tradisional dengan tenaga manusia (manual labour) dalam proses pemindahan karung beras dari truk ke dalam gudang ataupun sebaliknya tanpa adanya alat bantu (Tambunan, 2015). Didasari hal tersebut, tujuan penelitian ini untuk melihat efisiensi dari segi biaya material handling jika proses penanganan karung beras di gudang penyimpanan digantikan dengan menggunakan teknologi conveyor belt serta dampaknya dalam perpindahan karung beras di gudang penyimpanan beras. Dalam penelitian ini ongkos
material handling (OMH) akan memperhitungkan biaya depresiasi berdasarkan depresiasi garis lurus dan biaya operasi yang terdiri dari biaya bahan bakar, biaya operator dan biaya pemeliharaan. Berdasarkan perhitungan tersebut conveyor belt layak dari segi biaya untuk diaplikasikan di gudang penyimpanan beras untuk memindahkan 29.067 karung beras per harinya. Selain karena selisih biaya OMH yang lebih kecil Rp. 26.251 dibandingkan manual labour, penggunaan conveyor belt mampu mengefisiensikan total biaya material handling
hingga 74% dibandingkan dengan biaya menggunakan manual labour. Walaupun manual labour lebih efisien 96% dari jumlah frekuensi perpindahan tetapi dari segi jumlah tenaga kerja yang digunakan penggunaan conveyor belt lebih efisien 94% dibandingkan manual labour. Sedangkan jumlah tenaga kerja sangat mempengaruhi OMH per frekuensinya. Sehingga dalam memindahkan karung beras yang lebih cepat dan efisien baik dari segi biaya maupun jumlah tenaga kerja untuk memindahkan karung beras dalam jumlah besar, penggunaan conveyor belt layak untuk digunakan didalam gudang penyimpanan beras. Kata kunci: Gudang penyimpanan beras, material handling equipment, conveyor belt, manual labour, ongkos material handling, OMH, Biaya material handling.
ABSTRACT
The Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) recommends that there be a rejuvenation of facilities or the construction of new facilities in rice storage warehouses in Indonesia which refers to current technological developments. This also reflects on the fact that there are still many rice storage warehouses in Indonesia, where the entire process still utilizes traditional technology with human labor (manual labor) in the process of moving rice sacks from trucks to warehouses or vice versa without any tools (Tambunan, 2015). Based on this, the purpose of this study is to see the efficiency in terms of material handling costs if the handling process of rice sacks in storage warehouses is replaced by using conveyor belt technology and its impact on moving rice sacks in rice storage warehouses. In this study, material handling costs (OMH) will take into account depreciation costs based on straight-line depreciation and operating costs consisting of fuel costs, operator costs, and maintenance costs. Based on these calculations the conveyor belt is feasible in terms of cost to be applied in rice storage warehouses to move 29.067 bags of rice per day. Apart from the smaller difference in OMH costs of Rp. 26.251 compared to manual labor, the use of conveyor belts can streamline the total material handling costs by up to 74% compared to the costs of using manual labor. Although manual labor is 96% more efficient than the total frequency of movement, in terms of the amount of worker used, the use of conveyor belts is 94% more efficient than manual labor. Meanwhile, the number of workers greatly affects the OMH per frequency. So that in moving rice sacks faster and more efficiently, both in terms of costs and the number of workers to move large quantities, the use of conveyor belts is suitable for use in rice storage warehouses.
Keywords: rice storage warehouse, material handling equipment, conveyor belt, manual labour, material handling costs, cost efficiency
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 11
1.1 Latar Belakang ... 11
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan ... 12
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan KP ... 12
1.5 Ruang Lingkup/Batasan Masalah ... 12
1.6 Metodologi ... 13
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 15
2.1 Conveyor ... 15
2.2 Biaya Material Handling ... 18
2.3 Perhitungan Biaya Material Handling ... 18
BAB 3 HASIL KERJA PRAKTIK ... 21
3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 21
3.1.1 Identifikasi Produk ... 21
3.1.2 Layout Gudang ... 22
3.1.3 MaterialHandlingConveyor ... 23
3.1.4 Material HandlingManual Labour ... 27
3.2 Analisis Hasil Pengolahan Data ... 29
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
4.1 Kesimpulan ... 34
4.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Biaya Bahan Pembuatan Conveyor Belt ... 24
Tabel 3.2 Tabel Biaya Perawatan Conveyor Belt ... 25
Tabel 3.3 Biaya - Biaya yang Dikeluarkan Jika Menggunakan Conveyor Belt... 26
Tabel 3.4 Perbandingan Biaya antara Conveyor Belt dan Manual Labour ... 30
Tabel 3.5 Perbandingan Kinerja Pemindahan Karung Beras antara Conveyor Belt dan Manual Labour ... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tahapan Penelitian ... 13
Gambar 2 Conveyor Sabuk Datar dengan Drive Control ... 15
Gambar 3 Conveyor Chain Tipe Apron Berjarak Rata (Slat Conveyor) ... 15
Gambar 4 Haulage Conveyor ... 16
Gambar 5 Kereta Gantung untuk Mengangkut Penumpang ... 16
Gambar 6 Vertikal Conveyor Rantai Ember ... 16
Gambar 7 Roller Conveyor Tidak Menggunakan Bahan Bakar ... 17
Gambar 8 Screw Conveyor Auger ... 17
Gambar 9 Sistem dari Pneumatic Conveyor ... 17
Gambar 10 Hydraulic Conveyor ... 18
Gambar 11 Beras yang akan Disimpan Didalam Gudang ... 21
Gambar 12 Alur Proses Produk Beras didalam Gudang ... 22
Gambar 13 Tata Letak Gudang Penyimpanan Beras ... 22
Gambar 14 Conveyor Flat Belt untuk Gudang Penyimpanan Beras ... 23
Gambar 15 PVC Belt Conveyor ... 23
Gambar 16 Conveyor Belt Karet Jenis Chevron ... 24
Gambar 17 Besi Hollow Hitam Baja ... 24
11
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) masih dibutuhkan pengoptimalan dari kinerja pengelolaan beras di Indonesia. CIPS juga menyarankan untuk adanya peremajaan dari fasilitas yang telah ada ataupun pembangunan fasilitas baru yang mengacu pada perkembangan teknologi saat ini. Hal ini berkaca pada masih banyaknya gudang penyimpanan beras di Indonesia yang seluruh prosesnya memanfaatkan teknologi tradisional atau dengan tenaga manusia (manual labour) dalam proses pemindahan karung beras dari truk ke dalam gudang ataupun sebaliknya (Tambunan, 2015). Untuk meningkatkan efisiensi dari hilir mudik karung ke dalam gudang dibutuhkan pertimbangan material handling yang tepat dan juga pertimbangan akan biaya yang dikeluarkan apakah sebanding dengan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan menggunakan manual labour.
Selain karena ketidakefisienan dalam proses pengangkutan, alasan lain harus dilakukannya perubahan cara pengangkutan adalah fenomena kecelakaan kerja yang dialami oleh para buruh angkut fenomena ini akan meningkat seiring dengan peningkatan beban kerja yang menyebabkan kelelahan dari para buruh angkut ini (Cahyani, 2013). Maka dibutuhkannya digitalisasi dalam gudang penyimpanan beras untuk mengurangi kerusakan pada karung beras dan kecelakaan kerja didalam gudang. Hal ini yang membuat penulis mempertimbangan pembangunan perancangan gudang penyimpanan beras dengan menggunakan material handling conveyor belt.Pemilihan tersebut dipertimbangkan karena conveyor belt telah terbukti mampu untuk menghemat biaya tenaga kerja dan juga dirancang untuk meningkatkan efisiensi proses dalam industri. Dibalik keuntungan tersebut conveyor belt tidak dapat dipindahkan dengan mudah serta sistemnya yang dinilai mahal. Dimana menurut 6 river systems, biaya suatu sistem conveyor dapat bernilai 2 kali lipat dari collaborative mobile robots.
Oleh karena itu dalam laporan kerja praktik yang berjudul “Analisis Perbandingan Biaya Material Handling Equipment Jenis Conveyor Belt dengan Manual Labour pada Gudang Penyimpanan Beras” akan dilakukan perhitungan perbandingan biaya yang akan dikeluarkan dengan menggunakan material handling conveyor dan manual labour untuk mengetahui pengaruh perubahan material handling terhadap besar biayanya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas, berdasarkan topik laporan kerja praktik adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya OMH per satuan frekuensi dari conveyor belt dan biaya material handling dari manual labour ?
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
12
2. Berapa besar biaya material handling dari conveyor belt dan biaya material handling dari manual labour ?
3. Berdasarkan total biaya MHE dari keduanya, apakah penggunaan conveyor belt
dapat menjadi pertimbangan perubahan fasilitas dilihat dari segi harganya ?
4. Bagaimana dampak penggunaan conveyor belt terhadap biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan menggunakan manual labour ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang diajukan dalam proses pengerjaan kerja praktik alternatif ini dan berdasarkan topik yang diangkat adalah :
1. Menganalisis dampak penggunaan conveyor terhadap frekuensi perpindahan dibandingkan menggunakan manual labour.
2. Melakukan perbandingan biaya dalam penggunaan material handling antara
conveyor belt dan manual labour.
3. Membantu pembuatan keputusan investasi dari pengaplikasian sistem konveyor di gudang penyimpanan beras berdasarkan biaya OMH.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan KP
Adapun waktu dan lokasi pelaksanaan kerja praktik alternatif ini, sebagai berikut : Waktu : 1 Agustus 2020 – 31 Agustus 2020.
Durasi : 4 minggu dengan maksimal 150 jam kerja. Lokasi : -
1.5 Ruang Lingkup/Batasan Masalah
Pada proses kerja praktik alternatif ini, batasan dan ruang lingkup yang digunakan adalah :
1. Area lokasi gudang penyimpanan beras berada di Jalan Saharjo No. 45, Manggarai, Kec Tebet , Jakarta Selatan dengan luas 450 m2.
2. Karung beras yang akan dipindahkan memiliki panjang 530 m dengan berat 10 Kg. 3. Perhitungan biaya material handling berdasarkan penerimaan dan pengeluaran
karung beras dari gudang penyimpanan di periode ke 10 yaitu sebanyak 29.076. 4. MHE yang akan digunakan untuk perpindahan karung beras adalah conveyor dan
manual labour dimana asumsi perpindahan dilakukan per karung.
5. Upah tenaga kerja sudah termasuk biaya yang dikeluarkan untuk jaminan kecelakaan kerja.
13
7. Karung beras yang dipindahkan dengan material handling baik manual maupun
conveyor dianggap sama sama tidak memiliki kerusakan, sehingga tidak terdapat biaya kerusakan pengepakan dan material.
8. Biaya pembelian muatan ditiadakan.
9. Biaya yang muncul akibat overtime akan ditiadakan karena jam operasional dihari lainnya tidak mencapai 8 jam kerja.
1.6 Metodologi
Dalam penyelesaian penelitian digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Berikut adalah tahapan dari penelitian yang akan dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini, diantarnya :
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian perancangan fasilitas logistic gudang penyimpanan beras terlebih dahulu. Serta beberapa data lain di ambil dari studi literatur dan penelitian perancangan conveyor belt
untuk gudang penyimpanan beras untuk mendapatkan deskripsi lengkap dari conveyor belt yang digunakan. Lalu pada pengolahan data akan menggunakan formula perhitungan OMH yang mempertimbangkan biaya depresiasi dengan menggunakan depresiasi garis lurus dan biaya operasi yaitu biaya bahan bakar, biaya operator dan biaya pemeliharaan. Dalam perhitungan OMH akan dihitung berdasarkan satuan frekuensi perpindahan baik untuk manual labour ataupun conveyor belt. Hasil tersebut akan dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui kelayakan pemasangan sistem
conveyor belt pada gudang penyimpanan beras dibandingkan menggunakan manual labour.
15
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Conveyor
Conveyor merupakan material handling yang memanfaatkan gravitasi atau yang bertenaga dimana biasa digunakan untuk memindahkan beban secara massal secara terus menerus dan searah dari suatu titik ke titik lainnya di jalur yang tetap (fixed position). Dimana dalam pergerakannya hanya material yang akan bergerak tetapi material handlingnya tetap pada posisi. Menurut Siddhartha Ray (2008), conveyor
diklasifikasikan menjadi 9 jenis diantaranya yaitu : 1. Conveyor belt
Conveyor jenis ini terdiri dari sabuk yang datar dan fleksibul yang biasanya terbuat dari karet, plastic, kulit ataupun logam. Dimana sabuk biasanya diletakkan pada 2 katrol datar berbahan metalik di kedua ujungnya yang bergerak satu arah. Berikut adalah gambar dari belt conveyor :
Gambar 2Conveyor Sabuk Datar dengan Drive Control 2. Chain Conveyor
Chain Conveyor merupakan jenis conveyor yang memiliki untaian rantai sebagai jalur conveyornya dan digerakan oleh satu set sprocket disetiap ujungnya. Berikut adalah gambar dari chain conveyor :
Gambar 3Conveyor Chain Tipe Apron Berjarak Rata (Slat Conveyor) 3. Haulage Conveyor
Haulage conveyor merupakan jenis chain conveyor khusus dimana beban akan didorong atau ditarik oleh permukaan atau rel yang tidak bergerak. Berikut adalah salah satu contoh haulage conveyor:
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
16
Gambar 4Haulage Conveyor 4. Cable Conveyor
Cable conveyor biasa dikenal sebagai kereta gantung atau trem udara. Conveyor
jenis ini akan menggunakan kabel penggerak di atas kepala atau tali kawat yang biasanya terdiri dari beberapa titik pemuatan di jarak tertentu dan dapat digunakan baik pengangkutan barang ataupun penumpang. Berikut adalah salah satu contoh
cable conveyor :
Gambar 5 Kereta Gantung untuk Mengangkut Penumpang
5. Bucket Conveyor
Bucket conveyor biasanya digunakan untuk membawa muatan curah dalam ember atau bejana yang sudah terpasang didalam sistem konveyornya. Berikut adalah contoh dari bucket conveyor :
Gambar 6 Vertikal Conveyor Rantai Ember
6. Roller Conveyor
Roller conveyor terdiri dari gulungan atau rol dimana jarak antar rolnya bergantung pada ukuran muatan yang akan dibawa. Jenis conveyor ini biasanya akan membutuhkan setidaknya beban yang permukaannya kaku dan datar untuk menjaga keseimbangan pada rolnya. Berikut merupakan contoh dari roller conveyor :
17
Gambar 7 Roller Conveyor Tidak Menggunakan Bahan Bakar
7. Screw Conveyor
Conveyor skrup terdiri dari skrup heliks menyambung ataupun yang terputus dimana skrup tersebut akan diikat ke poros yang diputar yang biasanya berbentuk u. nantinya conveyor akan mendorong material curah berbutis halus melalui bak. Berikut adalah contoh screw conveyor :
Gambar 8Screw Conveyor Auger
8. Pneumatic Conveyor
Pengangkutan dengan pneumatic adalah proses pengangkutan bahan bubuk atau butiran dengan cara mengapungkan bahan tersebut ke dalam gas atau udara lalu dibiarkan mengalir didalam pipa tertutup. Berikut adalah sistem dari pneumatic conveyor :
Gambar 9 Sistem dari Pneumatic Conveyor 9. Hydraulic Conveyor
Hydraulic conveyor digunakan untuk proses pengangkutan untuk memindahkan materia curah disepanjang pipa atau saluran di aliran air. Dimana material tersebut biasanya tercampur dengan air atau disebut sebagai bubur (pulp). Berikut salah satu bentuk dari hydraulic conveyor :
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
18
Gambar 10Hydraulic Conveyor
2.2 Biaya Material Handling
Biaya material handling atau ongkos material handling (OMH) adalah biaya yang muncul akibat adanya pemindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya ataupun dari satu area ke area lainnya yang memiliki satuan tertentu (Sutalaksana, 1997). Adapun jenis-jenis biaya material handling terdiri dari :
1. Biaya Investasi
Biaya investasi terdiri dari biaya fixed cost yaitu biaya pembelian, biaya komponen alat bantu, dan biasa pemasangan atau instalasi.
2. Biaya Operasi
Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan selama materialhandling digunakan seperti biaya perawatan, biaya bahan bakar dan biaya jaminan tenaga kerja (upah). 3. Biaya pembelian muatan
Biaya pembelian muatan yaitu biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan pembelian pallet atau container untuk melakukan unitisasi.
4. Biaya kerusakan pengepakan bahan
Tentunya dalam proses penanganan material ada biaya biaya yang harus dihindari kemunculannya yaitu biaya karena adanya over-handling terhadap material, biaya mesin yang tidak digunakan, biaya material yang rusak saat proses handling, biaya dari manajemen ruang yang buruk dan juga biaya akibat ketidakefisiensian dari material handling.
2.3 Perhitungan Biaya Material Handling
Perhitungan biaya material handling dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1. Menghitung depresiasi garis lurus.
2. Menghitung OMH.
3. Menghitung total biaya material handling
Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan ongkos material handling dapat menggunakan cara berikut : (Heragu, 2006)
1. Perhitungan depresiasi garis lurus
Depresiasi atau penyusut adalah alokasi berkala dan sistematis terhadap harga asset akibat penggunaan asset tersebut. Dimana beban penyusutan ini merupakan
19
pengakuan atas manfaat atau potens dari suatu asset. Penyusutan bukan merupakan pengeluaran kas atau keuangan secara berkala tapi lebih berimbahs pada penurunan dari nilai value asset tersebut (non-cash outlay expense) (Hery, 2014). Berikut adalah salah satu contoh perhitungan biaya penyusutan garis lurus berdasarkan taksiran dari lama asset tersebut dapat digunakan :
𝐷 =
𝐶𝑝− 𝐶𝑠T Keterangan :
D = Besar depresiasi per tahun
Cp = Harga pokok pembelian barang
Cs = Harga jual barang setelah t digunakan (Nilai sisa)
T = Taksiran umur pengunaan (Tahun)
2. OMH per meter (OMH/m)
Ongkos material handling atau biaya untuk memindahkan barang adalah biaya yang dikeluarkan ketika memindahkan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan atau menggunakan alat bantu. Berikut adalah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung OMH per satuan jarak (meter) :
𝑂𝑀𝐻 𝑚
⁄ = 𝛴𝐶𝑚ℎ𝑒
𝑠
Keterangan :
𝑂𝑀𝐻⁄ 𝑚 = Ongkos Material Handling per meter
𝐶𝑚ℎ𝑒 = biaya-biaya dari Material Handling yang dikeluarkan (jam)
𝑠 = Jarak tempuh tiap jamnya (m)
𝛴Cmhe pada perhitungan OMH per meter merupakan jumlah total dari semua jenis
biaya yang dikeluarkan ketika material handling. Jenis biaya material handling
terdiri dari 4 yaitu biaya investasi, biaya Operasi, biaya pembelian muatan, dan biaya kerusakan material.
3. Total Biaya material handling
Setelah mengetahui besar dari ongkos material handling, maka untuk mengetahui hingga total biaya material handling per harinya dapat menggunakan perhitungan :
∑ 𝑂𝑀𝐻 = (𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛× 𝐶𝐿𝑜𝑎𝑑/𝑢𝑛𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔) + (𝑂𝑀𝐻 𝑚⁄ × 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛) Keterangan :
𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 = Frekuensi perpindahan barang per harinya
𝐶𝐿𝑜𝑎𝑑/𝑢𝑛𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 = Biaya untuk load dan unloading barang
𝑂𝑀𝐻 𝑚
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
21
BAB 3 HASIL KERJA PRAKTIK
3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam pengumpulan dan pengolahan data, terdapat data hasil pengolahan sebelumnya yaitu berupa perancangan fasilitas logistik dari gudang penyimpanan beras dengan menggunakan material handlingbelt conveyor. Data yang akan diambil dari pengolahan tersebut adalah data spesifikasi beras yang disimpan, lama disimpan, lot, layout gudang, jenis conveyor yang digunakan, serta biaya pembuatan dari conveyor, data tersebut akan menjadi pengolahan dalam mengetahui besar biaya material handling yang akan dikeluarkan
3.1.1 Identifikasi Produk
Proses penyimpanan beras akan dilakukan di Jalan Saharjo No. 45, Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dengan luas gudang sebesar 450 m2, dimana panjangnya 22 m dengan lebar 20 m. Gudang tersebut telah memiliki listrik sebesar 16.500 watt. Untuk produk beras yang akan disimpan didalam gudang memiliki berat sebesar 10 kg dengan ukuran karung 53 X 35 cm. Berikut adalah gambar beras yang akan disimpan didalam gudang penyimpanan beras :
Gambar 11 Beras yang akan Disimpan Didalam Gudang
Dalam penyimpanannya, beras akan menggunakan palet hanya sebagai alas sehingga beras tidak secara langsung bersentuhan dengan lantai gudang. Selain itu tinggi dari tumpukan beras sebanyak 13 tumpukan karung beras dengan total satu palet sebanyak 65 karung. Sehingga tinggi setiap tumpukannya mencapai 3.75 meter. Beras yang disimpan akan memenuhi permintaan dari 5 area konsumsi sekitar gudang yaitu Setia Budi, Tebet, Mampang, Prapatan, dan Pancoran. Total seluruh kebutuhan beras yang akan dipenuhi pertahun berdasarkan area tersebut adalah 574.200 karung beras dengan safety stock
sebesar 3.675 karung beras per bulannya.
Besar kebutuhan beras tersebut akan dipesan dengan frekuensi 2 kali dalam setiap 10 periode. Setiap pemesanan akan sampai dalam 10 jam waktu kerja dimana gudang akan menerima sebesar 26.683 karung beras. Untuk mendistribusikan berasnya, setiap hari gudang penyimpanan beras akan melakukan pengiriman ke konsumen sebesar 2.393 karung beras. Oleh karena
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
22
itu, jumlah karung beras yang akan dipindahan dari atau ke dalam gudang penyimpanan beras sebesar 29.076 karung beras di periode ke-10. Di hari ketika tidak ada penerimaan beras, gudang akan melakukan mengeluarkan sebesar 2.393 karung beras setiap harinya. Pada pengolahan perhitungan ini akan dihitung data dari perpindahan beras di periode ke-10.
3.1.2 Layout Gudang
Berdasarkan seluruh kebutuhan demand, maka sebesar 84 % luas dari gudang penyimpanan akan diperuntukan untuk penyimpanan beras dan proses lainnya yang berhubungan dengan produk secara langsung dan kebutuhan pokok staff gudang. Oleh karena itu area kantor akan berada di luar gudang ini. Berikut adalah proses yang akan dilakukan digudang yang berhubungan langsung dengan produk beras yang disimpan :
Gambar 12 Alur Proses Produk Beras didalam Gudang
Berikut adalah tata letak dari gudang penyimpanan beras berdasarkan alur dari proses diatas:
Pada gambaran layout diatas garis putus-putus yang memisahkan antara kedua area penyimpanan merupakan area penempatan conveyor belt. Sedangkan selain jalur untuk conveyor belt dan jalur untuk pintu darurat, tidak tersedia jalur lainnya. Hal tersebut dikarenakan jalur diarea penyimpanan dikhususkan hanya untuk conveyor belt. Berdasarkan gambar tersebut maka alur proses beras yang masuk ke gudang akan diterima dengan menggunakan conveyor dari area
23
receiving. Diarea tersebut akan dilakukan penimbangan terhadap berat dari beras untuk memastikan tidak berat beras tidak berada di bawah 10 kg, baru akan diteruskan dengan menggunakan conveyor belt menuju ke tempat penyimpanan. Lalu sesampai di area penyimpanan, beras akan dipindahkan ke kolom penyimpanannya dengan tenaga manusia.
3.1.3 MaterialHandlingConveyor
Dalam proses penanganan beras didalam gudang, direncanakan gudang akan menggunakan conveyor belt untuk menangani barangnya dimulai dari barang keluar dari truk hingga barang ditempatkan di area penyimpanan dan diambil dari area penyimpanan untuk dimuat kedalam truk. Conveyor akan tetap berada di satu jalur dengan perubahan arah keluar dan masuk ke area penyimpanan dimana tentunya ketika proses penyimpanan akan dibutuhkan bantuan dari kuli panggul untuk pemindahan dari conveyor ke area penyimpanan. Conveyor flat belt yang akan dibuat terdiri dari 2 tipe yaitu dengan rangka miring dan rangka datar yang keduanya mampu untuk mengangkut beban sebesar minimal 60 kg dalam sekali angkut. Berikut adalah gambaran conveyor flat belt yang akan digunakan :
Gambar 14Conveyor Flat Belt untuk Gudang Penyimpanan Beras
Untuk belt yang digunakan pada conveyor terbuat dari bahan karet yang akan memudahkan dalam proses pembersihan dan lebih mudah dicari dipasaran di bandingkan dengan bahan besi atau baja serta juga harganya yang lebih terjangkau. Belt yang akan digunakan berukuran lebar 50 cm dengan panjang 600 cm. Berikut tipe belt yang akan digunakan :
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
24
Gambar 16Conveyor Belt Karet Jenis Chevron
Sedangkan untuk rangka dari conveyor menggunakan besi hollow hitam berbahan baja. Rangka besi ini terbuat dari bahan dasar baja hitam yang setara dengan besi beton dan warnanya lebih gelap dibandingkan jenis besi hollow yang lain. Jenis besi hollow hitam membutuhkan cat dasar sebagai perlindungan terhadap karat dimana ketahanan terhadap karatnya hanya untuk 3 sampai 5 tahun. Penggunaan besi hollow untuk rangka conveyor dikarenakan area penggunaan conveyor berada didalam ruangan yang terhindar dari sinar matahari dan air hujan. Berikut adalah bentuk dari besi hollow hitam yang akan digunakan:
Gambar 17 Besi Hollow Hitam Baja
Berdasarkan bahan-bahan tersebut, berikut adalah tabel perhitungan biaya dari bahan masing masing conveyor belt :
Tabel 3.1 Tabel Biaya Bahan Pembuatan Conveyor Belt
Nama Bahan Dimensi Total Biaya Rangka miring besi hollow
hitam 72,80 m
3 Rp. 13.369.319,60
Rangka datar besi hollow
hitam 179,40 m
3 Rp. 32.945.823,30
Chevron Belt 6 m Rp. 250.000,00
Flat Belt 14 m Rp. 522.000,00 Total Biaya Bahan Pembuatan Rp. 47.087.142,90
25
Biaya pembuatan tersebut akan menjadi biaya investasi. Biaya investasi ini didapatkan dari pengolahan data pembuatan conveyor yang dilakukan oleh rekan rekan setim dari Teknik Mesin Universitas Pertamina. Biaya investasi ini akan ditambahkan 10% kedalamnya menyesuaikan besar inflasi ringan yang tidak akan lebih dari 10% per tahunnya (Zaenuddin, 2020). Sehingga harga pokok dari pembuatan conveyor menjadi sebesar Rp. 51.795.857. Untuk menghitung ongkos material handling per meter akan membutuhkan biaya investasi. Tetapi dalam penggunaan conveyor belt dimana biaya investasinya telah dibayarkan ketika pembuatannya diawal dan memiliki masa penggunaan lebih dari satu tahun, untuk menghitung besar biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya dari penggunaan conveyor belt dapat menggunakan biaya depresiasi. Berikut adalah perhitungan penyusutan dengan depresiasi garis lurus :
Depresiasi tahunan (D) = 𝐶𝑝− 𝐶𝑠 T =
Rp. 51.795.857 − Rp. 0 5 tahun = Rp. 10.359.171 per tahun = Rp. 10.359.171/ tahun 240 hari ∗10 jam
=
Rp. 4.316 per jamnyaKarena besar perhitungan biaya material handling akan menggunakan satuan per jam maka depresiasi setiap jamnya akan sebesar Rp. 4.316. Selain biaya investasi, dalam menghitung OMH dibutuhkan biaya operasi yaitu biaya perawatan, bahan bakar dan biaya tenaga kerjanya. Berdasarkan Pujiarto dan Haryono (2010), sebuah conveyor belt membutuhkan perawatan yaitu pergantian belt, pembersihan, pergantian brush serta pergantian oli untuk menjaga rantai dan dinamo tetap dapat berjalan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan pembelian terhadap oli dan juga brush dari belt. Berikut adalah tabel biaya perawatan dari conveyor belt:
Tabel 3.2 Tabel Biaya Perawatan Conveyor Belt
Perawatan Biaya Referensi
Ganti brush Rp. 88.000,00 Tokopedia
Ganti oli Rp. 11.800,00 Tokopedia
Pergantian dan pembersihan belt Rp. 500.000,00 Tokopedia
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
26
Maka untuk setiap bulannya akan dikeluarkan sebesar Rp. 599.800 untuk melakukan perawatan terhadap conveyor belt yang digunakan. Perawatan ini harus dilakukan secara terus menerus untuk memastikan conveyor belt dapat digunakan hingga 5 tahun kedepan. Beban biaya perawatan setiap jam sebesar Rp. 2.999. Setelah biaya perawatan, perlu diingat bahwa conveyor belt ini merupakan powered conveyor, sehingga akan membutuhkan bahan bakar.
Conveyor ini akan membutuhkan listrik untuk memutar dinamo sehingga barang dapat bergerak dari dan menuju ke area penyimpanan. Dalam sejam dibutuhkan 3 kw listrik untuk menjalankan dinamo pada conveyor dengan biaya listrik kebutuhan industri sebesar Rp.1.352/kwh. Maka kebutuhan bahan bakar yang dibutuhkan perjamnya sebesar Rp 4.056/jamnya.
Untuk biaya operator, jumlah operator yang akan digunakan untuk menjalankan dan membantu operasi dari conveyor belt ini berjumlah 3 orang yang akan bertugas untuk menaikan karung beras dari truk ke conveyor di area receiving
serta memastikan timbangan dari beras yang dikirim dan 2 operator yang juga merupakan kuli panggul dimana mereka akan menata karung beras dari conveyor ke tempat penyimpanan. Biaya operator akan sama besarannya dengan Upah Minim Provinsi (UMP) DKI Jakarta ditahun 2020 sebesar Rp. 4.276.349 per bulannya sehingga dalam satu jam seluruh operator tersebut akan dibayar dengan besaran Rp. 64.010 dan akan bekerja selama 10 jam waktu kerja di hari pertama untuk melakukan proses pengiriman dan juga proses penerimaan. Berikut adalah tabel seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan barang dengan conveyor belt :
Tabel 3.3 Biaya - Biaya yang Dikeluarkan Jika Menggunakan Conveyor Belt
Biaya depresiasi per jam Rp. 4.316 Biaya pemeliharaan per jam Rp. 2.999 Biaya operator per jam Rp. 64.010 Biaya bahan bakar per jam (listrik) Rp. 4.056
Dalam memindahkan barang dengan conveyor, jarak tempuhnya akan diganti dengan menggunakan satuan frekuensi dikarena material handling tidak melakukan pergerakan dan hanya karung beras yang akan bergerak menuju ke titik pindahnya. Dalam perpindahan beras, conveyor belt mampu untuk memindahkan 12 karung beras dalam satu kali putaran belt selama 11,9 detik. Sehingga untuk memindahkan karung beras sebanyak 3.635 karung beras per jamnya dibutuhkan 303 kali frekuensi perpindahan dari belt yang bergerak dengan kecepatan 0.5 meter per detik. Berdasarkan seluruh data biaya, frekuensi, dan kapasitas beban angkut,
27
berikut adalah perhitungan OMH per frekuensi dari penggunaan material handling jenis conveyor belt :
𝑂𝑀𝐻
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
⁄ = 𝛴𝐶𝑚ℎ𝑒
𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛
= (biaya depresiasi + pemeliharaan + operator + bahan bakar )/jam 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 /𝑗𝑎𝑚
= (Rp. 4.316 + Rp. 2.999 + Rp. 64.010 + 4.056)/jam 303 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 /𝑗𝑎𝑚
= ~Rp. 249 per frekuensi
Untuk menghitung besar total biaya material handling yang dikeluarkan perharinya untuk memindahkan seluruh karung membutuhkan biaya load dan
unloading, dimana dalam penggunaan conveyor biaya tersebut termasuk kedalam biaya operator conveyor dikarenakan 3 orang operator tersebut yang akan mengoperasikan conveyor dan juga melakukan load/unloading barang. Oleh karena itu, maka biasa load/unloading sudah termasuk kedalam biaya OMH per frekuensi sehingga nilai adalah Rp. 0. Dalam menghitung total biaya
material handling per hari juga dibutuhkan frekuensi perpindahan untuk seluruh barang yang akan dipindah selama satu hari kerja. Berdasarkan jumlah penerimaan dan pengeluaran barang digudang dalam sehari akan dipindahkan sebanyak 29.076 karung beras, sehingga akan dibutuhkan 3.030 kali frekuensi perpindahan dengan 10 jam waktu kerja. Setelah mengetahui biaya
load/unloading serta jumlah frekuensi perpindahan yang dibutuhkan dalam satu harinya, berikut adalah perhitungan biaya total perpindahan material handling
per harinya : ∑ 𝑂𝑀𝐻 = (𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛× 𝐶𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑢𝑛𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ⁄ ) + (𝑂𝑀𝐻/𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖× 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛) = (3.030 frekuensi/hari × 0) + (𝑅𝑝. 249/𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖× 3.030 frekuensi/hari) = Rp. 754.470 per harinya
Jadi total biaya material handling yang dikeluarkan jika menggunakan conveyor belt untuk memindahkan karung beras selama satu hari untuk 10 jam kerja sebesar Rp. 754.470.
3.1.4 Material HandlingManual Labour
Proses pemindahan beras secara manual dilakukan dengan memanfaatkan tenaga kuli panggul. Kuli panggul akan melakukan pemindahan secara manual tanpa menggunakan alat bantu untuk memindahkan beras dari truk ke gudang penyimpanan atau dari gudang penyimpanan ke truk pengangkutan. Jumlah kuli panggul yang akan digunakan didalam gudang penyimpanan beras harus mampu memindahkan beras sebanyak 29.076 karung beras per harinya. Masing masing
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
28
dari kuli panggul kemungkinan dapat membawa sekitar 50 kg beras per sekali angkut. Berikut adalah gambaran pengangkutan beras dengan kuli panggul :
Gambar 18 Kuli Panggul yang Sedang Menggangkut Beras
Dalam seharinya mampu mengangkut sebanyak 90 sampai 110 kali dengan rata rata besar beban sekali angkut sebesar 50 kg (Retnaningtyas, Harwanti, & Ulfah, 2013). Proses pengangkutan biasanya dilakukan selama 8 jam dengan istirahat selama 1 jam dimana rata rata jarak angkutannya sejauh 20 meter. Para kuli angkut ini akan di bayar sekitar Rp. 500 untuk satu kali pengangkutan sehingga dalam seharinya jika seorang buruh minimal melakukan pengangkutan sebesar 90 kali akan mendapatkan upah sebesar Rp. 45.000. Untuk kebutuhan buruh disetiap gudang sangat berbeda kebutuhannya seperti di Toko Beras Sumber Raya di area Jatinegara, Jakarta timur, mempekerjakan sebanyak 29 orang kuli panggul beras untuk memindahkan beras dari gudang ke mobil pelanggan (MerahPutih Nasional, 2015).
Dengan kemampuan kuli angkut untuk mengangkut sebanyak 110 kali sehari artinya kemampuan seorang kuli angkut untuk mengangkut karung beras sehari sebanyak 550 karung seharinya dengan lama 10 jam kerja. Lalu dengan jumlah karung beras yang akan di terima sebesar 26.683 karung dan yang akan di angkut setiap hari sebanyak 2.393 karung sehingga jumlah total karung yang akan diangkut keluar dan masuk ke gudang sebanyak 29.067 karung. Berdasarkan jumlah tersebut maka akan dibutuhkan 53 orang kuli panggul untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 10 jam. Perhitungan biaya operator mengacu pada besaran gaji sebesar Rp. 500 per satu kali mengangkut beras. Sehingga dalam seharinya dengan menggangkut sebanyak 110 kali, maka kuli panggul akan mendapatkan gaji sebesar Rp. 55.000. Maka jumlah gaji yang akan dibayarkan per jamnya jika menggunakan 53 orang kuli panggul dengan 10 jam kerja sebesar Rp. 291.500.
Dikarenakan kuli panggul tidak memiliki biaya baik pemeliharaan ataupun bahan bakar dan investasi. Maka dalam menghitung besar OMH per frekuensi, biaya yang digunakan merupakan biaya gaji atau biaya operator per jamnya penggunaan manual labour. Lalu berdasarkan asumsi frekuensi dari kuli panggul dimana 1 kali frekuensi berarti 1 kali perpindahan untuk 53 orang kuli panggul, sehingga dalam satu hari dengan 10 jam kerja dibutuhkan 110 kali
29
frekuensi perpindahan untuk memindahkan 29.067 karung beras oleh 53 orang buruh. Berdasarkan data tersebut maka dalam 1 jam frekuensi perpindahan kuli panggul sebanyak 11 kali. Setelah memiliki data frekuensi perpindahan dan data biaya, berikut adalah perhitungan untuk mencari OMH per frekuensinya :
𝑂𝑀𝐻 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 ⁄ = 𝛴𝐶𝑚ℎ𝑒 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 =biaya operator 𝑠 = Rp. 291.500/jam 11 frekuensi/jam = Rp. 26.500 per frekuensi
Lalu untuk total biaya material handling selama satu hari dibutuhkan biaya
load/unloading tetapi karena proses load/unloading dilakukan oleh kuli panggul itu sendiri menuju ke area penyimpanan ataupun ke truk pengangkutan dan menempatkannya langsung ke areanya baik di penyimpanan ataupun di truk pengangkutan sehingga besar biaya load/unloading sebesar Rp. 0. Hal tersebut dikarena tidak adanya penambahan jumlah personil untuk melakukan proses
loading ataupun unloading dari karung beras. Untuk jumlah frekuensi perpindahan, dalam perhitungan total biaya material handling per harinya digunakan frekuensi perpindahan per hari yang dapat memindahkan sebanyak 29.023 karung beras dalam 10 jam yaitu sebesar 110 kali artinya dibutuhkan 110 kali perpindahan dari 53 kuli bangunan untuk memindahkan 29.023 karung beras dari truk pengangkut ke area penyimpanan atau dari area penyimpanan ke truk pengangkut. Berikut adalah perhitungan total biaya material handling per harinya ketika mengunakan manual labour :
∑ 𝑂𝑀𝐻
= (𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛× 𝐶𝐿𝑜𝑎𝑑/𝑢𝑛𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔) + (𝑂𝑀𝐻/𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖× 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛)
= (110 frekuensi/hari × 0) + (𝑅𝑝. 26.500/𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖× 110 frekuensi/hari) = Rp. 2.915.000 per harinya
Jadi total biaya material handling per harinya jika menggunakan manual labour
untuk memindahkan sebanyak 29.067 karung beras dalam 10 jam waktu kerja sebesar Rp. 2.915.000.
3.2 Analisis Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dari OMH per satuan frekuensi serta total biaya MHE dari conveyor belt dan manual labour, dapat dilakukan perbandingan seluruh biaya yang dimiliki seperti biaya investasi ataupun operasi dan tentunya biaya OMH dan total biaya material handling serta juga dapat dilakukan perbandingan dalam
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
30
proses penanganannya dari jumlah operator dan jumlah frekuensinya. Berikut adalah tabel perbandingan biaya dari keduanya :
Tabel 3.4 Perbandingan Biaya antara Conveyor Belt dan Manual Labour Biaya Conveyor belt Manual labour Biaya depresiasi per jam Rp. 4.316 -
Pemeliharaan per jam Rp. 2.999 -
Operator per jam Rp. 64.010 Rp. 291.500 Bahan Bakar per jam Rp. 4.056 -
OMH per frekuensi Rp. 249 Rp. 26.500 Total Biaya MHE per hari Rp. 754.470 Rp. 2.915.000
Efisiensi Biaya 0,74 -2,86
Berdasarkan selisih antara total biaya MHE per hari antara keduanya pada tabel 3.4, dapat diketahui bahwa efisiensi biaya yang didapat jika menggunakan conveyor belt
dibandingkan manual labour sebesar 74% dimana akan terjadi penurunan sebanyak 0,74 kali dari total biaya MHE per hari menggunakan manual labour. Sedangkan jika menggunakan manual labour dibandingkan conveyor belt akan terjadi penurunan efisiensi hingga 286% artinya akan ada kenaikan sebanyak 2,86 kali lipat dari total biaya MHE per hari menggunakan conveyor belt. Selain perbandingan biaya, pemilihan kelayakan penggunaan conveyor belt ataupun manual labour digudang penyimpanan beras dapat dilihat dari tabel perbandingan kinerja pemindahan karun beras antara
conveyor dan manual labour berikut :
Tabel 3.5 Perbandingan Kinerja Pemindahan Karung Beras antara Conveyor Belt dan Manual Labour
Conveyor Manual labour
Frekuensi per hari 3030 frekuensi 110 frekuensi Jumlah operator 3 orang 53 orang Jumlah beras yang
dipindahkan per jam 3.636 karung beras 2.915 karung beras Efisiensi tenaga kerja 0,94 -16,66
Efisiensi produksi
berdasarkan frekuensi/hari -26,54 0.96
Ketika melihat tabel 3.4, pengunaan tenaga manual untuk memindahkan karung beras di gudang penyimpanan beras memiliki nilai OMH yang sangat besar. Jika melihat dari proses perhitungan OMH per frekuensi, besar nilai OMH berbanding terbalik dengan
31
banyaknya frekuensi artinya semakin banyak frekuensi maka akan semakin kecil OMHnya. Pada tabel 3.5 dapat dilihat bahwa frekuensi per hari dari conveyor untuk memindahkan 29.067 karung besar lebih banyak ± 30 kali lebih banyak dibandingkan
manual labour. Selain itu jumlah operator yang lebih besar dengan selisih sebanyak 50 orang yang membuat besar OMH dari manual labour semakin membengkak dibanding
conveyor belt. Pada tabel 3.5, terlihat bahwa nilai efisiensi produksi berdasarkan frekuensi per jamnya merupakan angka negatif dimana Jika hanya melihat dari frekuensi dan bukan dari waktu per frekuensinya maka dalam proses perpindahan conveyor belt dapat dikatakan belum efisien. Hal tersebut dikarenakan conveyor belt hanya mampu memindahkan 12 beras dalam satu frekuensi sedangkan manual labour mampu memindahkan 65 karung beras yaitu dari 5 karung beras untuk setiap orang dari 53 orang kuli panggul yang dipekerjakan. Padahal jika dilihat berdasarkan waktu perpindahan
conveyor belt mampu melakukan satu frekuensi perpindahan selama 11,9 detik sehingga jumlah beras yang dipindahkan lebih banyak ketimbang menggunakan manual labour
maka penggunaan conveyor akan semakin mengefisiensikan biayanya. Sedangkan
manual labour yang dikatakan lebih efisien frekuensi perpindahannya akan mengalami pembengkakan biaya operator karena untuk semakin mengefisiensikan frekuensinya maka dibutuhkan lebih banyak lagi kuli bangunan yang dipekerjakan.
Jika melihat efisiensi tenaga kerja dari tabel 3.5 penggunaan conveyor belt dapat menghemat jumlah tenaga kerja sebesar 0.94 kali dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan jika menggunakan manual labour. Sedangkan jika menggunakan manual labour dibutuhkan penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 16 kali dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dengan menggunakan conveyor belt. Perbandingan operator tersebut yang mempengaruhi besarnya biaya operator pada manual labour apalagi ketika adanya penambahan jumlah karung beras, maka dibutuhkan penambahan jumlah kuli panggulnya. Hal tersebut akan semakin memperberat biaya operator pada manual labour lain halnya jika menggunakan conveyor dikarenakan operator hanya dibutuhkan untuk menyalakan conveyor dan melakukan proses loading/unloading karung beras ke
conveyor, maka tidak dibutuhkan penambahan operator tapi jika sudah melewati batas jam kerja artinya bukan dilakukan penambahan melainkan pergantian shift dari operator. Sehingga jumlah operator akan tetap 3 orang dalam satu kali proses kerja. Sehingga penggunaan conveyor sangat cocok untuk perpindahan karung beras dalam jumlah banyak karena memiliki frekuensi yang tinggi dalam satu jamnya mampu memindahkan 3.635 karung beras dengan kecepatan belt 0,5 m/s. Pengurangan jumlah kuli bangunan akan sangat berpengaruh karena besar frekuensi pada manual labour
tidak dapat di perbanyak. Ketika memperbesar jumlah frekuensi pada manual labour
akan memberatkan para kuli bangunan yang pengaruhnya pada kelelahan akibat frekuensi pengangkatan berlebih. Hal tersebut yang akan memunculkan dampak negatif ke kuli panggul tersebut. Salah satu penyakit yang muncul akibat kuli panggul memaksakan untuk membawa beban yang tidak seimbang dengan proporsional tubuhnya adalah low back pain (LBP). Dalam penelitian hubungan kerja fisik dengan penyakit LBP pada kuli panggul di Pasar Induk Gede Bage (Hanifa, Koesmayadi, & Susanti, 2020) terdapat 31 orang kuli panggul yang mengalami nyeri dari skala 1 – 9 yaitu ringan hingga sedang.
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
32
Dalam penggunaan conveyor dikarenakan terdapat biaya depresiasi, maka dibutuhkan modal awal untuk melakukan pemasangan sistem conveyor. Biaya pemasangannya jika ditotal sebesar Rp. 51.795.857, biaya ini cukup murah ketimbang membeli alat material handling lainnya. Lalu dikarenakan penggunaan didalam ruangan akan lebih awet dan minim perawatan dikarenakan permasalahan utama pada conveyor yaitu karat pada rangka conveyor. Dengan frekuensi yang tinggi conveyor dapat sangat efisien untuk memindahkan kaurng beras dalam jumlah banyak, tetapi masa umurnya yang hanya 5 tahun mengharuskan pembuatan conveyor baru untuk proses pemindahan di tahun ke-6, sehingga dibutuhkan lagi pengeluaran biaya investasi.
Ketika proses pemilihan terfokus pada memilih biaya OMH terkecil dan karena terbukti dari nilai efisiensi biaya dan efisiensi tenaga kerja bahwa conveyor belt mampu menghemat biaya MHE per hari didalam gudang, maka conveyor belt merupakan pilihan yang tepat. Sayangnya pemasangan instalasinya membutuhkan investasi bahkan sebelum gudang mulai beroperasi. Sedangkan manual labour tidak membutuhkan modal sama sekali selain itu conveyor belt membutuhkan pemeliharaan secara berkala dan juga umur ekonomis. Jika dibandingkan dengan manual labour, conveyor belt
membutuhkan perhatian dari staff ataupun pihak gudang untuk menjaga perawatannya sehingga ketika proses gudang berjalan dan conveyor belt dapat memindahkan barang hingga 5 tahun kedepan.
Tentunya manual labour tidak membutuhkan perawatan karena berdasarkan asumsi beban jaminan ketenagakerjaan sudah mencangkup kedalam biaya operator atau gaji yang diterima oleh kuli bangunan. Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan menggunakan conveyor belt akan lebih efisien untuk memindahkan 29.067 karung beras per hari dimana pengunaan conveyor belt mampu mengefisinsikan biaya 0,74 kali dan tenaga kerja sebanyak 0,94 kali dibandingkan menggunakan manual labour.
UNIVERSITAS PERTAMINA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
34
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari biaya material handling antara conveyor belt dan manual labour menggunakan perhitungan OMH dengan satuan frekuensi perpindahan material. Dimana perhitungan tersebut menggunakan biaya depresiasi dan biaya operasi serta meniadakan biaya kerusakan material dan juga biaya pembelian muatan. Maka untuk memindahkan 29.067 karung beras per harinya dalam waktu 10 jam kerja dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Dari biaya depresiasi dan biaya operasi, manual labour hanya memiliki biaya operator yaitu biaya gaji dari 53 orang kuli panggul. Besar biaya operator untuk
manual handling adalah Rp. 291.500 per jam. Sedangkan untuk conveyor belt yang dioperasikan oleh 3 orang, terdapat biaya depresiasi per jam sebesar Rp. 4.316, biaya pemeliharaan per jam sebesar Rp. 2.999, biaya operator per jam sebesar Rp. 64.010, dan biaya bahan bakar per jam sebanyak Rp. 4.056. Dengan OMH per frekuensi dari
manual labour dan conveyor belt sebesar Rp. 26.500 dan Rp. 249, dimana OMH
manual labour lebih besar dari conveyor belt. Untuk besar masing-masing total biaya handling per harinya, penggunaan conveyor akan memakan biaya Rp.754.470 sedangkan penggunaan manual labour sebesar Rp. 2.951.000.
2. Selain itu perbedaan nampak dari banyaknya frekuensi perpindahan dimana manual labour memiliki 11 kali perpindahan dalam satu jam sedangkan conveyor belt
memiliki frekuensi yang lebih besar yaitu 303 kali perpindahan dalam satu jam. Oleh karena itu conveyor belt memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dari
manual labour terutama untuk memindahkan karung dalam jumlah besar.
3. Berdasarkan besar efisiensi total biaya MHE per hari dan tenaga kerja, conveyor belt
sangat dianjurkan untuk digunakan sebagai material handling pada gudang penyimpanan beras dimana akan semakin mempercepat proses perpindahan dan juga mengurangi jumlah operator yang terlibat dalam proses perpindahan. Penggunaan conveyor belt mampu menurunkan biaya hingga 74% dari total biaya MHE per hari yang dikeluarkan ketika menggunakan manual labour serta juga mampu menghemat hingga 94% tenaga kerja dibandingkan menggunakan manual labour. Oleh karena itu, Keputusan untuk mengaplikasikan conveyor belt sebagai alat bantu perpindahan di gudang penyimpanan beras untuk memindahkan 29.067 karung beras per harinya akan sangat berpotensi menekan biaya dari material handling yang dikeluarkan dan meningkatkan kinerja dari gudang penyimpanan beras. Dimana dengan biaya yang lebih kecil dan dicapai proses yang lebih efisien dan cepat.
35 4.2 Saran
Dalam proses pengolahan biaya OMH akan lebih baik lagi jika dilihat dari biaya material yang rusak ketika menggunakan baik conveyor belt ataupun manual labour. Dari biaya ini juga dapat disimpulkan kinerja dari keduanya yang mampu untuk mengurangi karung beras yang rusak saat proses perpindahan. Selain itu dapat juga dilakukan pengambilan dan pengumpulan data dari gudang yan telah menggunakan conveyor dan membandingkan dengan gudang lain sejenis yang menggunakan manual labour sehingga hasil yang didapat lebih merepresentasikan hasil yang sebenarnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, W. D. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Buruh Angkut. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
Hanifa, E., Koesmayadi, D., & Susanti, Y. (2020). Hubungan Beban Kerja Fisik dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Kuli Panggul Beras di Pasar Induk Gedebage Bandung. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains (JIKS), 122-125.
Heragu, S. (2006). Facilities design (Vol. 4th Edition). U.S, New York: CRC Press. Hery. (2014). Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta: Grasindo.
LAC Conveyor & Automation. (2020, March 4). What is a conveyor belt? Diambil
kembali dari LAC Conveyor & Automation: https://www.lacconveyors.co.uk/what-is-a-conveyor-belt/
MerahPutih Nasional. (2015, Maret 01). Kisah Pilu Kuli Panggul Beras. Diambil kembali dari Merah Putih: https://merahputih.com/post/read/kisah-pilu-kuli-panggul-beras Perpus Teknik. (2020, Februari 5). PerpusTeknik. Diambil kembali dari Kelebihan dan
kekurangan besi hollow: https://perpusteknik.com/kelebihan-dan-kekurangan-besi-hollow/
Pujiarto, D. W., & Haryono. (2010). Optimasi Biaya Stock berdasarkan Program Preventif Maintenance (Studi Kasus : Belt COnveyor Sistem PLTA Sengguruh). Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII (hal. A35(1-8)). Surabaya: Program Studi MMT-ITS.
Ray, S. (2008). Introduction to materials handling. New Delhi: New Age International (P) Ltd.
Retnaningtyas, D. B., Harwanti, S., & Ulfah, N. (2013). Hubuangan Sikap Angkat dan Frekuensi Angkut dengan Keluhan Nyeri Pinggang pada Tenaga Kerja Pengangkut Beras di Gudang Bulog 402 Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmasindo, 143-149.
Sutalaksana, I. (1997). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Laboratorium Tata Cara Kerja & Ergonomi Dept. Teknik Industri ITB.
Tambunan, J. (2015). PERANCANGAN BELT CONVEYOR UNTUK MENGANGKUT BERAS PADA GUDANG BULOG KAPASITAS 90 TON PER JAM. University of Muhammadiyah Malang.
Wibowo, I. (2018, Oktober 10). Ekonomi: CIPS: Fasilitas Gudang Bulog Perlu Dibenahi. Diambil kembali dari medcom.id:
https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/DkqqYWRk-cips-fasilitas-gudang-bulog-perlu-dibenahi
Zaenuddin. (2020, Juni 30). Pengertian Inflasi, Jenis, Teori, Penyebab, Dampak, & Cara Mengatasi Inflasi. Diambil kembali dari Artikelsiana:
37
LAMPIRAN I
JURNAL HARIAN PELAKSANAAN
KERJA PRAKTIK (KP) ALTERNATIF/PENGERJAAN PROYEK
NAMA MAHASISWA 1 : I WAYAN DEDI PARWATANIM : 102217008 PRODI : TEKNIK MESIN
NAMA MAHASISWA 2 : ARDINE IVANADHI PRATAMA NIM : 102217020
PRODI : TEKNIK MESIN
NAMA MAHASISWA 1 : M. AULIA BUDI SANTOSO NIM : 102417047
PRODI : TEKNIK LOGISTIK
NAMA MAHASISWA 2 : SISILIA ROSARI WIDYASTIKA NIM : 102417050
38 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 1 03-08-2020 08.00 16.00 Kegiatan Logistik
1. Berdiskusi dengan teknik mesin mengenai lokasi penempatan conveyor didalam gudang.
2. Mencari jurnal referensi mengenai pemilihan MHE.
3. Berdiskusi dengan teknik mesin mengenai MHE yang akan digunakan berdasarkan materi material handling.
Kegiatan Mesin
1. Berdiskusi dengan teknik logistik mengenai alat yang akan dibutuhkan.
2 04-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Mencari kandidat lokasi gudang.
2. Berdiskusi dengan pemilik gudang mengenai ukuran dan fasilitas gudang.
Kegiatan Mesin
1. Mencari referensi tipe konveyor beras.
Diskusi mengenai tipe tipe konveyor yang akan digunakan.
3 05-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Mencari kandidat lokasi gudang.
2. Menentukan ukuran beras yang akan digunakan. 3. Menentukan asumsi waktu produksi.
Kegiatan Mesin
1. Mengidentifikasi masalah masalah yang akan muncul mengenai kandidat tipe konveyor yang akan digunakan.
39 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 4 06-08-2020 08.00 16.00 Kegiatan Logistik
1. Pemilihan lokasi gudang berdasarkan harga ukuran dan kondisi.
2. Mencari referensi tenaga kerja.
3. Menentukan wilayah demand coverage gudang. Kegiatan Mesin
1. Mencari literatur mengenai tipe konveyor yang akan dibuat.
Bimbingan dengan Ibu Gita
5 07-08-2020 09.00 17.00
Kegiatan Logistik
1. Mencari populasi penduduk disetiap wilayah coverage.
2. Mencari referensi kebutuhan konsumsi beras setiap individu perharinya
Kegiatan Mesin
1. Berdiskusi dengan teknik logistik mengenai posisi dan bentuk dari konveyor.
6 10-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Mencari kompetitor dari perusahaan. 2. Menentukan market share.
Kegiatan Mesin
1. Mencari literasi mengenai spesifikasi konveyor berdasarkan kebutuhan teknik logistik.
2. Mencari spesifikasi tambahan untuk
mendukung data yang diberikan oleh teknik logistik.
40 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 7 11-08-2020 08.00 16.00 Kegiatan Logistik
1. Berdiskusi kembali mengenai materi perhitungan safety stock.
Kegiatan Mesin
1. Menghitung load stream dari produk yang diangkut oleh konveyor.
8 12-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Menghitung besar demand
2. Berdiskusi mengenai alur proses menggunakan excel.didalam gudang bersama dengan teknik mesin
Kegiatan Mesin
1. Menghitung spesifikasi motor pada konveyor.
9 13-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Perhitungan biaya simpan dan biaya pesan. Kegiatan Mesin
1. Menghitung spesifikasi pulley pada konveyor.
10 14-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Berdiskusi mengenai kandidat supplier. 2. Mementukan supplier berdasarkan kedekatan
dan harga produk.
3. Berdiskusi mengenai penentuan lot pemesanan. 4. Menghitung EOQ produk beserta frekuensi
pemesanan dan periode. Kegiatan Mesin
1. Menghitung jumlah dan diameter idler atau roller pada konveyor.
41 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 11 17-08-2020 HARI KEMERDEKAAN INDONESIA KE 75
12 18-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Perhitungan perkiraan kapasitas maksimal gudang.
2. Revisi penentuan lot pemesanan.
3. Diskusi mengenai kriteria truk yang akan digunakan.
Kegiatan Mesin
1. Menghitung jumlah dan diameter idler atau roller pada konveyor.
13 19-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Pemilihan tipe tumpukan palet yang akan digunakan.
2. Penentuan tinggi tumpukan beras. 3. Pembuatan sketsa tumpukan produk
menggunakan autocad.
4. Revisi tumpukan produk diatas palet. Kegiatan Mesin
1. Mencari tipe conveyor alternatif.
14 20-08-2020 TAHUN BARU HIJRIYAH 1442 H
15 21-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Revisi kapasitas gudang.
2. Penggambaran layout gudang berdasarkan luar penyimpanan dan posisi conveyor yang
diinginkan dengan menggunakan auto cad. Kegiatan Mesin
1. Mencari studi literasi mengenai tipe konveyor yang baru.
42 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 16 24-08-2020 08.00 16.00 Kegiatan Logistik
1. Diskusi bersama teknik mesin mengenai luas area penyimpanan dan conveyor.
2. Revisi luas area penyimpanan berdasarkan hasil diskusi.
3. Revisi kapasitas gudang. 4. Revisi muatan didalam truk.
5. Revisi penentuan lot pemesanan barang. Kegiatan Mesin
1. Mencari spesifikasi pendukung pada konveyor dari data teknik logistik.
17 25-08-2020 08.00 16.00
Kegiatan Logistik
1. Revisi kapasitas gudang.
2. Revisi penentuan lot pemesanan barang. 3. Penentuan struktur organisasi yang akan
digunakan. Kegiatan Mesin
1. Menghitung konveying capacity dari konveyor yang dibuat.
18 26-08-2020 19.00 21.00
Kegiatan Logistik
1. Penentuan area didalam gudang. 2. Diskusi mengenai ARC, ARD dan TCR. Kegiatan Mesin
43 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 19 27-08-2020 19.00 21.00 Kegiatan Logistik
1. Mencari referensi dimensi furnitur yang digunakan dalam area fasilitas.
2. Menghitung dimensi dan luas ruangan. 3. Pembuatan ARC dan TCR.
Kegiatan Mesin
1. Menghitung motor power dari conveyor datar.
20 28-08-2020 19.00 21.00
Kegiatan Logistik
1. Revisi ARC dan pembuatan ARD.
2. Penggambaran layout gudang berdasarkan hasil ARC, ARD dan TCR.
Kegiatan Mesin
1. Menghitung motor power dari conveyor datar.
21 31-08-2020 19.00 21.00
Kegiatan Logistik
1. Berdiskusi dengan teknik mesin mengenai biaya pembuatan conveyor.
2. Mencari jurnal referensi mengenai besar penggunaan buruh dalam gudang beras.
3. Berdiskusi dengan teknik mesin mengenai biaya maintenance conveyor.
Kegiatan Mesin
1. Membuat design dari incline conveyor. Bimbingan dengan Pak Judha
44 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2 22 01-09-2020 19.00 21.00 Kegiatan Logistik
1. Mencari literatur tentang umur ekonomis belt conveyor.
2. Perhitungan jarak tempuh berdasarkan kecepatan.
Kegiatan Mesin
1. Membuat design dari conveyor datar. Bimbingan dengan Ibu Gita
23 02-09-2020 19.00 21.00
Kegiatan Logistik
1. Revisi perhitungan jarak tempuh dengan menggunakan frekuensi putaran.
Kegiatan Mesin
1. Membuat design dari conveyor datar.
24 03-09-2020 19.00 21.00
Kegiatan Logistik
1. Menghitung biaya OMH buruh.
2. Perbandingan biaya omh per meter dari buruh dan conveyor.
3. Perhitungan total biaya MHE.
4. Menghitung biaya OMH conveyor berdasarkan frekuensi dan kecepatan.
Kegiatan Mesin
1. Perhitungan Biaya pembuatan Conveyor
2. Perhitungan maintenance yang dibutuhkan conveyor
25 09-09-2020 19.00 20.00
Kegiatan Logistik
1. Revisi perhitungan jarak tempuh dengan
menggunakan frekuensi putaran dan kecepatan conveyor.
2. Revisi kapasitas gudang
45 NO TANGGAL WAKTU MULAI WAKTU SELESAI KEGIATAN PARAF DOSEN PEMBIMBING 1 PARAF DOSEN PEMBIMBING 2
dengan teknik mesin. Kegiatan Mesin
1. Mensimulasi metode elemen hingga pada frame.
Bimbingan dengan Ibu Gita
Jakarta, 16 September 2020 Mengetahui,
Dosen Pembimbing 1 Kerja Praktik (KP) Alternatif/Pengerjaan Proyek,
Teknik Logistik, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina,
Nama : Gita Kurnia S.T, M.Sc. NIP : 116061
Dosen Pembimbing 2 Kerja Praktik (KP) Alternatif/Pengerjaan Proyek,
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina,
Nama : Judha Purbolaksono, Ph,D NIP : 119029