• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Konsep Diri dan Kecemasan Komunikasi pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Konsep Diri dan Kecemasan Komunikasi pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI

PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

OLEH

PRISKA CHRISTINA YULIANTI WITJAKSONO 802012094

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Priska Christina Yulianti Witjaksono NIM : 802012094

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 17 November 2016 Yang menyatakan,

Priska Christina Y. Witjaksono

Mengetahui, Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Priska Christina Yulianti Witjaksono NIM : 802012094

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA Yang dibimbing oleh :

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 17 November 2016 Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Oleh

Priska Christina Yulianti Witjaksono 802012094

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal 17 November 2016 Oleh :

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., M.S. Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI

PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Priska Christina Yulianti Witjaksono Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Konsep Diri dan Kecemasan Komunikasi pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat hubungan negatif antara Konsep Diri dan Kecemasan Komunikasi pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah Purposive Sampling, dengan populasi penelitian yaitu mahasiswa FKIP yang ada di UKSW dan jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 100 partisipan. Teknik pengambilan data menggunakan skala yang telah dikembangkan dan disusun berdasarkan Personal Report Communication Apprehension (PRCA-24) yang dibuat oleh James C. McCroskey yaitu untuk mengukur kecemasan komunikasi, dan untuk mengukur konsep diri menggunakan Tennesse Self Concept Scale (TSCS) yang dibuat oleh William H. Fitts. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson, maka didapatkan skor signifikansi sebesar 0,000 (p<0,001) yang berarti bahwa terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan kecemasan komunikasi pada mahasiswa FKIP UKSW.

Kata Kunci : Konsep diri, Kecemasan Komunikasi, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(9)

ii Abstract

This study aims to determine the relationship between Self-concept and Communication Apprehension at Faculty of Teacher Training and Education Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. The hypothesis of this research that there is a negative relationship between Self-Concept and Communication Apprehension at Faculty of Teacher Training (FKIP) and Education Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW). The method used is purposive sampling, the study population are students of FKIP SWCU and the number of samples are 100 participants. Data collection techniques using a scale that has been developed and compiled based on Personal Report Communication Apprehension (PRCA-24) made by James C. McCroskey is to measure communication apprehension, and to measure self-concept using the Tennesse Self Concept Scale (TSCS) made by William H. Fitts. Based on the results of the data analysis was conducted using a statistical technique test correlation product moment of pearson, so obtained a score significance is 0,000 (p<0,001) which means that there is a negative relation between the self-concept and communication apprehension at students of FKIP UKSW.

Keywords : Self-concept, Communication Apprehension, Faculty of Teacher Training and Education

(10)

1 PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, berkomunikasi dengan orang lain merupakan hal yang kita lakukan hampir setiap saat. Komunikasi adalah sebuah proses sistemis dimana orang berinteraksi dengan dan melalui simbol untuk menciptakan dan menafsirkan makna (Wood, 2013). Individu dapat melakukan komunikasi dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Namun pada kenyataannya masih terdapat individu yang memiliki rasa cemas dalam berkomunikasi seperti halnya yang dinyatakan oleh Robbins (2003) dalam bukunya bahwa halangan utama lainnya terhadap komunikasi yang efektif adalah bahwa beberapa orang (sekitar 5-20 persen dari populasi), menderita kegelisahan komunikasi atau kecemasan yang melemahkan.

Kecemasan komunikasi menurut McCroskey (1976) merupakan sindrom (kumpulan gejala) kecemasan terkait dengan komunikasi langsung atau komunikasi yang akan atau sedang dilakukan oleh individu dengan satu orang atau lebih. Individu yang mengalami kecemasan komunikasi akan cenderung menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja (Rakhmat, 2013), hal ini tentu saja akan mengganggu proses interaksi individu dengan sekelilingnya.

Menurut McCroskey (1984), ada empat karakteristik individu yang mengalami kecemasan komunikasi, yang pertama adalah Internal Discomfort yaitu individu mengalami perasaan tidak nyaman ketika melakukan komunikasi. Kemudian yang kedua adalah Avoidance of Communication yaitu individu yang mengalami kecemasan komunikasi cenderung menghindari situasi atau kondisi yang memerlukan komunikasi. Karakteristik yang ketiga adalah Communication Disruption yaitu individu yang mengalami kecemasan komunikasi cenderung kurang lancar dalam presentasi lisan atau melakukan perilaku

(11)

non-2

verbal yang tidak alami. Karakteristik terakhir yaitu Overcommunication yaitu individulebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas dari komunikasi yang disampaikan.

Salah satu faktor kepribadian yang berhubungan erat dengan kecemasan komunikasi adalah konsep diri (Gunarsa, 1983). Konsep diri menurut Fitts (1971) yaitu sebagai suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang individu. Fitts (dalam Hendriati, 2006) juga mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri individu karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini secara langsung membuat konsep diri menjadi faktor yang sangat menentukan dalam berkomunikasi karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya (Rakhmat, 2013). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Giri (2016) dimana hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan kecemasan komunikasi interpersonal. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2011) juga menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan komunikasi interpersonal.

Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2013) menyebutkan bahwa konsep diri ada dua jenis yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Brooks dan Emmert juga menjelaskan bahwa ada empat tanda seseorang memiliki konsep diri negatif, yang pertama yaitu memiliki kepekaan terhadap kritik yang membuat individu tidak tahan dalam menerima kritikan sehingga dapat membuatnya mudah marah atau naik pitam. Kemudian yang kedua adalah responsif atau antusias terhadap pujian yang diberikan pada dirinya apalagi yang menunjang peningkatan harga dirinya. Tanda yang ketiga yaitu hiperkritis, individu yang hiperkritis cenderung suka mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun. Selanjutnya, tanda yang keempat yaitu merasa dirinya tidak disenangi oleh orang lain dan merasa tidak diperhatikan. Tanda yang terakhir yaitu individu bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

(12)

3

Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2013) juga menjelaskan tentang tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif, yaitu individu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, individu merasa setara dengan orang lain, individu menerima pujian tanpa rasa malu, individu menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, individu juga mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2011) menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan komunikasi interpersonal, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian milik Giri (2016) yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan kecemasan komunikasi interpersonal. Namun, hasil-hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adawiyah (2012) dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dan kecemasan komunikasi.

Terkait dengan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang hubungan konsep diri terhadap kecemasan komunikasi untuk lebih mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dan kecemasan komunikasi. Fokus dari penelitian ini yaitu pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Peneliti mengambil subyek dari mahasiswa FKIP karena hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Wood (2013) yaitu bahwa pentingnya komunikasi sangat jelas dalam profesi, seperti salah satunya dalam mengajar, dimana berbicara dan mendengarkan adalah yang paling utama. Hal ini dikarenakan mahasiswa FKIP nantinya akan dituntut untuk berkomunikasi sebagai seorang pengajar atau guru maka pengaplikasian proses berkomunikasi dalam proses belajar mengajar di fakultas ini lebih terlihat

(13)

4

dibandingkan fakultas lain, sehingga hal ini akan membantu peneliti untuk mendapatkan subyek yang sesuai dengan topik penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu “Apakah terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana?”.

TINJAUAN PUSTAKA

A. KECEMASAN KOMUNIKASI 1. Definisi Kecemasan Komunikasi

Kecemasan komunikasi menurut DeVito (2007) adalah suatu perasaan malu, takut, dan keengganan untuk berkomunikasi atau terlibat dalam suatu interaksi komunikasi. Kemudian West dan Turner (2009) menjelaskan bahwa kecemasan komunikasi adalah ketakutan berupa perasaan negatif yang dirasakan individu dalam melakukan komunikasi, seperti perasaan tegang, gugup, panik ketika melakukan komunikasi.

Menurut Weiten, et al. (2009), kecemasan komunikasi merupakan ketegangan yang dialami individu ketika akan berbicara dengan orang lain seperti perasaan gugup. Kemudian McCroskey (1977) juga menjelaskan bahwa kecemasan komunikasi merupakan tingkat ketakutan atau kekhawatiran seorang individu dengan kondisi nyata atau komunikasi dengan individu yang lain.

Berdasarkan beberapa uraian definisi kecemasan komunikasi di atas, definisi kecemasan komunikasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah definisi kecemasan komunikasi menurut McCroskey (1977) yang menjelaskan bahwa

(14)

5

kecemasan komunikasi merupakan tingkat ketakutan atau kekhawatiran seorang individu dengan kondisi nyata atau komunikasi dengan individu yang lain.

2. Karakteristik Kecemasan Komunikasi

McCroskey (1984) mengemukakan bahwa terdapat empat karakteristik individu yang mengalami kecemasan komunikasi :

a. Internal Discomfort

Individu mengalami perasaan tidak nyaman ketika melakukan komunikasi. Ketidaknyamanan dalam diri individu akan menimbulkan respon-respon yang negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan yang kemudian memunculkan rasa panik, malu, tegang atau gugup.

b. Avoidance of Communication

Individu yang mengalami kecemasan komunikasi cenderung menghindari situasi atau kondisi yang memerlukan komunikasi. Dalam situasi tersebut, perilaku yang dimunculkan dapat berupa diam ataupun berbicara seperlunya atau berbicara dengan kalimat pendek.

c. Communication Disruption

Individu yang mengalami kecemasan komunikasi cenderung kurang lancar dalam presentasi lisan atau melakukan perilaku non-verbal yang tidak alami. Pilihan yang buruk dalam strategi komunikasi kadang-kadang tercermin dalam respon individu tersebut berupa: “Seharusnya saya mengatakan…” atau “Seharusnya saya tidak mengatakan…”.

d. Overcommunication

Individu lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas dari komunikasi yang disampaikan. Individu cenderung memberikan respon yang

(15)

6

berlebihan untuk menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki kualitas yang baik dalam melakukan presentasi namun sebenarnya perilaku tersebut muncul untuk menutupi kualitas komunikasi yang kurang pada diri individu. Sebagai contoh, ketika melakukan presentasi di depan kelas, individu mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan topik yang dibawakan.

3. Dimensi Kecemasan Komunikasi

Kecemasan komunikasi dibagi ke dalam empat dimensi menurut McCroskey (1992), yaitu :

1. Small Group (Kelompok Kecil)

Komunikasi yang dilakukan oleh sedikit orang yang berkumpul dan digolongkan bersama-sama.

2. Meetings (Pertemuan-Pertemuan / Rapat)

Komunikasi yang dilakukan dalam gabungan orang-orang untuk tujuan tertentu, terutama untuk diskusi formal.

3. Dyad (Interpersonal)

Komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih. 4. Public Speaking (Berbicara Di Depan Umum)

Komunikasi yang dilakukan di depan pertemuan publik.

B. KONSEP DIRI

1. Definisi Konsep Diri

Menurut Feist dan Feist (2010), konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Kemudian, McCrae dan Costa (2003)

(16)

7

mendefinisikan konsep diri yaitu suatu karakter adaptasi, tetapi konsep diri mendapatkan tempatnya sendiri karena merupakan adaptasi yang penting. Selain itu, McCrae dan Costa (1996) juga menjelaskan bahwa konsep diri terdiri dari pengetahuan, pandangan, dan evaluasi tentang diri, dengan cakupan dari beragam fakta atas sejarah personal sampai identitas yang memberikan suatu perasaan memiliki tujuan dan kesatuan dalam hidup.

Menurut Aldridge (1993), konsep diri adalah suatu bagian pemikiran tentang diri individu dan seperti apa diri individu tersebut dalam berbagai hal. Sedangkan menurut Semiun (2013), konsep diri merupakan aspek-aspek pengalaman individu yang dipersepsikan oleh individu itu sendiri. Kemudian menurut Fitts (1971) konsep diri yaitu sebagai suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang individu.

Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian dari konsep diri, definisi konsep diri yang akan digunakan oleh peneliti adalah definisi konsep diri menurut Fitts (1971) yang menjelaskan bahwa konsep diri sebagai suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang individu.

2. Dimensi Konsep Diri

Menurut Fitts (1971), konsep diri dibagi menjadi dua dimensi, yaitu : a. Dimensi Internal (persepsi mengenai dunia dalam dirinya), yang meliputi:

i. Identity self

Persepsi individu mengenai siapa dirinya, yang meliputi simbol atau label yang diberikan pada dirinya untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

(17)

8

ii. Judging self

Persepsi individu sebagai hasil pengamatan dari evaluasi terhadap diri, yang akan menentukan kepuasan dan penerimaan terhadap dirinya. iii. Behavioral self

Persepsi individu mengenai diri yang meliputi pertanyaan mengenai apa yang individu lakukan dan bagaimana individu bertingkah laku.

b. Dimensi Eksternal (persepsi individu mengenai dirinya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya), yang meliputi:

i. Physical self

Merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik, kesehatan, dan penampilan dirinya.

ii. Moral-ethical self

Merupakan persepsi individu mengenai hubungannya dengan Tuhan; kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya.

iii. Personal self

Merupakan persepsi individu mengenai keadaan pribadinya, yang menyangkut sifat yang digunakan oleh dirinya dalam berhubungan dengan dunia luar.

iv. Family self

Merupakan persepsi individu mengenai dirinya dengan interaksinya dengan keluarga dan orang-orang terdekat.

(18)

9

v. Social self

Merupakan persepsi individu mengenai dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya secara umum.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

METODE

Prosedur Sampling

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel pada populasi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW) dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu dengan memilih sampel yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian (Martono, 2012). Subyek yang dipilih dalam metode ini memiliki ciri-ciri spesifik tertentu sesuai dengan desain penelitian (Nasution, 2012). Karakteristik subyek yang dipakai dalam penelitian ini yaitu subyek merupakan mahasiswa yang aktif berkuliah di FKIP UKSW, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, merupakan mahasiswa angkatan 2014 atau 2015 (semester 3 atau semester 5) dan belum pernah mengikuti Kerja Praktik / Praktik Lapangan.

Sampel penelitian minimal adalah sebesar 10 persen sesuai dengan yang disarankan oleh Azwar (2011). Jumlah mahasiswa FKIP UKSW yang aktif berkuliah berjumlah 881 mahasiswa (angkatan 2014 dan 2015) maka 10 persennya adalah 89 mahasiswa, namun peneliti mengambil 100 sampel yang terdiri dari masing-masing Program Studi (Progdi), yaitu Progdi Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Matematika,

(19)

10

Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Bimbingan Konseling sehingga semakin banyak sampel yang diambil diharapkan sampel yang diambil semakin representatif (Azwar, 2011).

SKALA PENGUKURAN

Skala yang digunakan untuk mengambil data dikembangkan dan dimodifikasi oleh peneliti dengan menggunakan dua alat ukur yaitu Skala Kecemasan Komunikasi dan Skala Konsep Diri.

1. Skala Kecemasan Komunikasi

Skala Kecemasan Komunikasi yang digunakan adalah skala yang telah dikembangkan dan dimodifikasi berdasarkan Personal Report Communication Apprehension (PRCA-24) yang dibuat oleh James C. McCroskey. Skala ini terdiri dari 24 item berdasarkan dimensi kecemasan yaitu Small Group (Kelompok Kecil), Meetings (Pertemuan / Rapat), Dyad (Interpersonal), Public Speaking (Berbicara di Depan Umum), dengan masing-masing dimensi terdiri dari 3 item favorable dan 3 item unfavorable. Skala ini disusun dengan menggunakan model Likert, yaitu 1 (sangat tidak sesuai) sampai 4 (sangat sesuai) untuk pernyataan favorable, dan 1 (sangat sesuai) sampai 4 (sangat tidak sesuai) untuk pernyataan unfavorable. Untuk standar penilaian yang digunakan adalah sebesar 0,3 (Azwar, 1999). Bila item tidak memiliki corrected item-total correlation dibawah 0,3 maka item dianggap tidak valid.

Setelah dilakukan uji diskriminasi item pada skala Kecemasan Komunikasi, diketahui bahwa terdapat satu item yang gugur yaitu item nomor 1 sehingga pengujian harus memasuki tahap pengujian kedua. Kemudian setelah dilakukan pengujian kembali, tidak ada item yang gugur karena skor corrected item-total correlation yang dimiliki oleh seluruh item melebihi 0,3. Sedangkan hasil uji reliabilitas pada skala Kecemasan Komunikasi memiliki skor sebesar 0,905 yang berarti bahwa skala

(20)

11

Kecemasan Komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki skor reliabilitas yang tinggi dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 1.1

Skor Reliabilitas Kecemasan Komunikasi Mahasiswa FKIP UKSW Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.905 23

2. Skala Konsep Diri

Skala Konsep Diri yang digunakan adalah skala yang telah dikembangkan dan dimodifikasi berdasarkan Tennesse Self Concept Scale yang dibuat oleh William H. Fitts. Skala ini terdiri dari 60 item berdasarkan dimensi konsep diri yaitu dimensi eksternal yang terdiri dari aspek Fisik, Moral-Etik, Personal, Keluarga, Sosial, kemudian dimensi internal yang terdiri dari aspek identitas, penerimaan, dan tingkah laku. Dimensi Fisik-Identitas, Fisik-Penerimaan, Fisik-Tingkah Laku, Moral Identitas, Moral Etik-Penerimaan, Moral Etik-Tingkah Laku, Personal-Identitas, Personal-Etik-Penerimaan, Personal-Tingkah Laku, Keluarga-Identitas, Keluarga-Penerimaan, Keluarga-Tingkah Laku, Sosial-Identitas, Sosial-Penerimaan, Sosial-Tingkah Laku, masing-masing memiliki 2 item favorable dan 2 item unfavorable. Skala ini disusun dengan menggunakan model Likert, yaitu 1 (sangat tidak sesuai) sampai 4 (sangat sesuai) untuk pernyataan favorable, dan 1 (sangat sesuai) sampai 4 (sangat tidak sesuai) untuk pernyataan unfavorable. Untuk standar penilaian yang digunakan adalah sebesar 0,3 (Azwar, 1999). Bila item tidak memiliki corrected item-total correlation dibawah 0,3 maka item dianggap tidak valid.

Selanjutnya, peneliti melakukan uji diskriminasi item sebanyak 2 kali pada skala Konsep Diri. Hasil uji diskriminasi item yang pertama menunjukkan bahwa terdapat 12 item yang gugur yaitu item nomor 1, 2, 7, 10, 26, 36, 51, 52, 53, 56, 57, 59, sehingga

(21)

12

pengujian harus memasuki tahap pengujian kedua. Kemudian setelah dilakukan pengujian kembali, ada 1 item yang gugur yaitu item nomor 8, kemudian setelah dilakukan pengujian ketiga, tidak ada item yang gugur karena skor corrected item-total correlation yang dimiliki oleh seluruh item melebihi 0,3. Lalu hasil uji reliabilitas pada skala Konsep Diri didapatkan skor sebesar 0,934 yang berarti bahwa skala Konsep Diri yang digunakan dalam penelitian ini memiliki skor reliabilitas yang tinggi dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Tabel 1.2

Skor Reliabilitas Konsep Diri Mahasiswa FKIP UKSW Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .934 47 HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif

Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel Kecemasan Komunikasi, peneliti menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Untuk mengetahui interval maka digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2012) :

Tabel 2.1

Kategorisasi Kecemasan Komunikasi Mahasiswa FKIP UKSW Angkatan 2014-2015

No Interval Kategorisasi Mean F %

1 78,2 ≤ x ≤ 92 Sangat Tinggi 0 0% 2 64,4 ≤ x < 78,2 Tinggi 8 8% 3 50,6 ≤ x < 64,4 Sedang 50,8 34 34% 4 36,8 ≤ x < 50,6 Rendah 52 52% 5 23 ≤ x < 36,8 Sangat Rendah 6 6% Jumlah 100 100%

(22)

13

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan kecemasan komunikasi mahasiswa FKIP angkatan 2014-2015 cenderung berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata 50,8.

Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel Konsep Diri, peneliti menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Untuk mengetahui interval maka digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2012) :

Tabel 2.2

Kategorisasi Konsep Diri Mahasiswa FKIP UKSW Angkatan 2014-2015

No Interval Kategorisasi Mean F %

1 163 ≤ x < 192 Sangat Tinggi 22 22% 2 134 ≤ x < 163 Tinggi 149,67 58 58% 3 105 ≤ x < 134 Sedang 20 20% 4 76 ≤ x < 105 Rendah 0 0% 5 47 ≤ x < 76 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 100 100%

X = Skor Konsep Diri

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan konsep diri mahasiswa FKIP angkatan 2014-2015 cenderung berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 149,67.

UJI ASUMSI Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya penyebaran data variabel penelitian dalam populasi. Hasil uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test dari variabel kecemasan komunikasi diperoleh skor 1,148 dan skor pada konsep diri sebesar 0,672, maka hal tersebut menggambarkan bahwa persebaran data kecemasan komunikasi berdistribusi normal karena persebaran data dikatakan normal apabila p>0,05.

(23)

14

Tabel 3.1

Skor Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov-Smirnov Test Pada Variabel Kecemasan Komunikasi dan Konsep Diri

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kecemasan

Komunikasi Konsep Diri

N 100 100

Normal Parametersa Mean 50.80 149.67

Std. Deviation 9.150 16.239

Most Extreme Differences Absolute .115 .067

Positive .115 .066

Negative -.083 -.067

Kolmogorov-Smirnov Z 1.148 .672

Asymp. Sig. (2-tailed) .143 .757

a. Test distribution is Normal.

Uji Linearitas

Uji linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variabel yang sudah ditetapkan memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linear bila memiliki nilai signifikansi p>0,05. Pengujian linearitas kedua variabel yang telah dilakukan menghasilkan skor sebesar 0,688 yang berarti kedua variabel bersifat linear.

Tabel 3.2

Skor Uji LinearitasPada Variabel Kecemasan Komunikasi dan Konsep Diri ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. VAR00002 * VAR00001 Between Groups (Combined) 5119.417 52 98.450 1.460 .095 Linearity 2129.640 1 2129.640 31.589 .000 Deviation from Linearity 2989.776 51 58.623 .870 .688 Within Groups 3168.583 47 67.417 Total 8288.000 99 Uji Korelasi

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

(24)

15

apakah ada hubungan dari kedua variabel penelitian. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 maka didapatkan r= -0,507 dan skor signifikansi sebesar 0,000 (p<0,001) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kecemasan komunikasi pada mahasiswa FKIP UKSW.

Tabel 3.3

Skor Uji Korelasi dengan Metode Product Moment-Pearson Pada Variabel Kecemasan Komunikasi dan Konsep Diri

Correlations

Kecemasan

Komunikasi Konsep Diri

Kecemasan Komunikasi Pearson Correlation 1 -.507**

Sig. (1-tailed) .000

N 100 100

Konsep Diri Pearson Correlation -.507** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson, maka didapatkan r= -0,507 dan skor signifikansi sebesar 0,000 (p<0,001) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dan kecemasan komunikasi pada mahasiswa FKIP UKSW, sehingga hipotesis peneliti diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Gunarsa (1983) bahwa salah satu faktor kepribadian yang berhubungan erat dengan kecemasan komunikasi adalah konsep diri. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2011) dan Giri (2016) yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan komunikasi interpersonal.

(25)

16

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik konsep diri maka kecemasan komunikasi semakin menurun, begitu pula sebaliknya, semakin buruk konsep diri maka kecemasan komunikasi semakin meningkat, ini sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Fitts (dalam Hendriati, 2006) bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri individu karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini secara langsung membuat konsep diri menjadi faktor yang sangat menentukan dalam berkomunikasi karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya (Rakhmat, 2013). Mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 FKIP UKSW memiliki kecemasan komunikasi yang cenderung berada dalam kategori rendah karena dalam kesehariannya mereka sudah dibekali untuk melakukan komunikasi baik dalam lingkup kecil maupun lingkup besar seperti praktikum-praktikum, micro-teaching, serta kerja praktek. Hal ini diketahui melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa mahasiswa FKIP UKSW.

Mahasiswa FKIP khususnya yang berada pada semester 4 dan 5 juga sudah mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti kerja praktik lapangan nantinya. Adanya praktikum, pelatihan-pelatihan kepemimpinan mahasiswa di UKSW, organisasi kemahasiswaan, seminar-seminar dan workshop yang rutin dilakukan, menjadi faktor yang turut berpengaruh dalam pembentukan konsep diri yang tinggi pada mahasiswa FKIP UKSW.

Pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebesar 6% mahasiswa FKIP UKSW mengalami kecemasan komunikasi yang sangat rendah, kemudian sebesar 52% mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi yang rendah, 34% mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi sedang, 8% mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi yang tinggi dan tidak ada mahasiswa yang mengalami kecemasan komunikasi yang sangat tinggi. Pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti dalam mengetahui kategori konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa FKIP UKSW yaitu sebesar 22% memiliki

(26)

17

konsep diri yang sangat tinggi, kemudian sebesar 58% mahasiswa memiliki konsep diri yang rendah, 20% mahasiswa memiliki konsep diri yang cenderung sedang, dan tidak ada mahasiswa yang memiliki konsep diri yang rendah maupun sangat rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Konsep diri berhubungan negatif pada kecemasan komunikasi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2. Tingkat kecemasan komunikasi yang terjadi pada mahasiswa FKIP UKSW cenderung berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata sebesar 50,8, dan konsep diri pada mahasiswa FKIP UKSW cenderung berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 149,67.

3. Sumbangan efektif konsep diri pada kecemasan komunikasi yaitu sebesar 25,7% yang menunjukkan bahwa konsep diri memengaruhi kecemasan komunikasi mahasiswa FKIP UKSW sebesar 25,7% dan 74,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan diatas, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut:

1. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Mahasiswa FKIP UKSW perlu untuk lebih mempersiapkan diri sebelum terjun langsung dalam proses belajar mengajar ketika mereka menjadi guru nantinya. Persiapan diri dapat dilakukan melalui keterlibatan dalam organisasi, mengikuti seminar atau workshop, sehingga dapat terbentuk konsep diri yang baik sehingga dapat meminimalisir kecemasan komunikasi yang ada dalam diri mahasiswa.

(27)

18

2. Pihak Universitas

Pihak universitas perlu untuk tetap rutin mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk konsep diri yang baik pada mahasiswa sehingga kecemasan komunikasi yang terjadi dapat diminimalisir. Hal ini perlu dikontrol dengan baik dan tidak hanya dilakukan di FKIP saja, namun dapat diadakan di fakultas-fakultas yang lain.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti hubungan konsep diri dan kecemasan komunikasi pada tiap dimensinya, sehingga dapat diketahui lebih detail sejauh mana konsep diri memengaruhi kecemasan komunikasi. Selain itu dapat diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan konsep diri pada mahasiswa serta faktor-faktor yang juga turut memengaruhi kecemasan komunikasi pada mahasiswa.

(28)

19

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2012). Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan Komunikasi Pada Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Program Studi Psikologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Aldridge, J. (1993). Self esteem: Loving yourself at every age. Alabama: Doxa Books.

Arumsari, I. A. (2011). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Jatibarang Brebes Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang. Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha. ---, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Daly, J. A., & McCroskey, J. C. (1984). Avoiding communication: Shyness, reticence, and

communication apprehension. Beverly Hills, CA: Sage.

DeVito, J. A. (2007). The interpersonal communication book eleventh edition. USA: Pearson Education, Inc.

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.

Fitts, W. H. (1971). The self concept and behavior: Overview and supplement. California: Western Psychological Service.

Giri, R. S. (2016). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa yang Berasal dari Provinsi X. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gunarsa, S. D. (1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia. Hendriati, A. (2006). Psikologi perkembangan: Pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan

penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Marsh, H. W. & Richards, G. E. (1987). The Tennesse Self Concept Scale: Reliability, Internal Structure, and Construct Validity (Document Resume). Reports-Research/Technical.

Australia: Educational Resources Information Centre (ERIC).

Martono, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif: Analisis isi dan analisis data sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

McCrae, R. R. & Costa, P. T., Jr. (1996). Toward a new generation of personality theories: Theoretical contexts for the Five-Factor model. Dalam J. S. Wiggins (Ed.), The Five-Factor

Model of personality : Theoretical perspectives (hlm. 51-87). New York: Guilford Press.

---, R. R. & ---, P. T., Jr. (2003). Personality in adulthood: A five-factor theory perspective (2nd ed.). New York: Guilford Press.

McCroskey, J. C. (1976). The effects of communication apprehension on nonverbal behavior.

Communication quarterly, 24(1), 39-44.

---, J. C. (1977). Oral communication apprehension: a summary of recent theory and

(29)

20

---, J. C. (1992). An introduction to rhetorical communication (5th Ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

McCroskey, J. C., Richmond, V. P., & Davis, L. M. (1986). Apprehension about communicating with supervisors: A test of a theoretical relationship between types of communication

apprehension. Western Journal of Speech Communication, 50, 171-182.

Myers, G. E. & Myers, M. T. (1992). The dynamics of human communication: A laboratory

approach. Sixth edition. New York: Mc Graw Hill, Inc.

Nasution, S. (2012). Metode research: Penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Pribyl, C. B., Keaten, J. A., Sakamoto, M., & Koshikawa, F. (1998). Assessing the cross-cultural content validity of the Personal Report of Communication Apprehension scale (PRCA-24).

Japanese Psychological Research, 40, 47-53.

Rakhmat, J. (2013). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Robbins, S. P. (2003). Perilaku organisasi jilid II. Alih Bahasa: Tim Indeks. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Semiun, Y. (2013). Teori kepribadian psikoanalitik kontemporer jilid I. Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: ALFABETA, CV. Weiten, W., Lloyd, M. A., Dunn, D. S., & Hammer, E. Y. (2009). Psychology applied to modern life

(9th Edition ed.) USA: Wadsworth Cengange Learning.

West, R. & Turner, L. H. (2009). Pengantar teori komunikasi: Analisis dan aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wood, J. T. (2013). Komunikasi teori dan praktik (komunikasi dalam kehidupan kita) Edisi 6. Jakarta : Salemba Humanika.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara tingkat depresi menggunakan Beck

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dari penelitian yang akan dilakukan adalah bagaimana merancang corporate

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara motivasi belajar

Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dijabarkan tersebut, peneliti merumuskan bahwa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara kepercayaan diri dengan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan persepsi mahasiswa tentang Jurusan Bimbingan

Berdasarkan latar belakang penelitian tidak seluruhnya akan diteliti, pada penelitian ini masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang paling banyak dialami

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada pengaruh konsep diri negatif terhadap depresi postpartum di RSUD Dr Pirngadi Medan