• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelestarian Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao Di Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelestarian Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao Di Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO

DI SUMATERA BARAT

Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Alamat Email penulis: dionimovic10.dh@gmail.com

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji karakter bangunan Masjid Tuo Kayu Jao yang meliputi karakter visual, spasial, struktural bangunan, dan menentukan strategi arahan pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao. Metode analisis data yang digunakan pada studi ini, yaitu metode deskriptif analisis, evaluatif, dan development.Karakter visual memperhatikan keseluruhan elemen yang membentuk fasade eksterior maupun interior dari Masjid Tuo Kayu Jao, seperti gaya bangunan, pintu, jendela, dan dinding. Karakter struktural dengan menganalisa susunan struktur yang ada pada Masjid Tuo Kayu Jao, mulai dari struktur bawah hingga struktur bagian atas bangunan. Dari hasil analisa ketiga karakter tersebut, nantinya dapat ditentukan hasil berupa arahan pelestarian yang sesuai dengan setiap elemen-elemen bangunan yang ada di Masjid Tuo Kayu Jao.

Kata kunci: Masjid Kuno, karakter bangunan, strategi pelestarian ABSTRACT

The objective of the study is to identify and to analyze the spatial, visual and structural character of the building of Masjid Tuo Kayu Jao, and to determine the strategy for the conservation of Masjid Tuo Kayu Jao. Data analysis tools are descriptive, evaluative and development methods.Visual character seen a whole elements which form fasade exterior and the interior of Masjid Tuo Kayu Jao, as the building style, the door, the window, and walls. Structural character by analyzing the composition of an existing structure in Masjid Tuo Kayu Jao, starting from the bottom up to the structure of the top of a building. From the analysis of the three characters, will be determined the direction of the suitable conservation to any element buildings in Masjid Tuo Kayu Jao.

Keyword: Ancient mosques, building character, conservation strategy

1. Pendahuluan

Suku Minangkabau di Sumatera Barat tidak hanya dikenal lewat Rumah Gadangnya, tetapi daerah ini juga dikenal sebagai daerah serambi mekah, dengan mayoritas penduduk muslim, sekitar 98% yang beragama Islam dan 2% agama lainnya yang dianut masyarakat pendatang. Keberadaan masjid sebagai sarana beribadah umat muslim menjadi hal yang sangat penting untuk kelancaran beribadah dan masjid-masjid tersebut bercorak arsitektur khas Minangkabau. Di antara banyak masjid dengan arsitektur Minangkabau di Sumatera

(2)

Barat, ada salah satu masjid yang unik dan sangat bersejarah. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia dan di Sumatera Barat dan masih mempertahankan keaslian bangunannya, yang berlokasi di Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yaitu Masjid Tuo Kayu Jao.

Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang di bangun sekitar tahun 1567 dan terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Keunikan Masjid ini selain merupakan masjid tertua di Sumatera Barat, yaitu dengan tetap dipertahankannya atap ijuk sehingga masih mempertahankan keaslian bangunan khas Minangkabau. Sekitar tahun 1970an, Masjid Tuo Kayu Jao sempat tidak digunakan, dikarenakan pembangunan masjid raya di sekitar kawasan, sehingga aktivitas ibadah berpindah dari Masjid Tuo Kayu Jao ke masjid raya tersebut. Hal inilah yang berdampak pada penurunan kualitas pada masjid ini.

Dari latar belakang yang telah diungkapkan, permasalahan pada studi ini dapat

dirumuskan sebagai “bagaimana karakter spasial bangunan Masjid Tuo Kayu Jao dan bagaimana strategi dan arah pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao”. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik bangunan Masjid Tuo Kayu Jao, serta menganalisis dan menentukan arah pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao.

2. Metode Penelitian

Studi ini adalah studi deskriptif yang menggambarkan dan menganalisis secara jelas dan lengkap tentang karakter bangunan pada Masjid Tuo Kayu Jao. Analisis terhadap karakter bangunan yang terdiri dari beberapa elemen bangunan ini sebagai upaya untuk menentukan tindakan dan arahan pelestarian bangunan untuk Masjid Tuo Kayu Jao.

Gambar 1. Lokasi Masjid Tuo Kayu Jao

Pemilihan objek penelitian yaitu Masjid Tuo Kayu Jao tidak terlepas dari sisi historis yang dimiliki masjid ini. Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur khas Minangkabau. Masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi terkait awal mula penyebaran agama islam di Minangkabau khususnya Kabupaten Solok.Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis, metode evaluative dengan menilai masing-masing elemen dengan cara pembobotan, sedangkan metode

Masjd Tuo Kayu Jao Jalan ke / Dari Pusat Kota

Kampung Kayu Jao

(3)

development dilakukan untuk menentukan arahan dan strategi pelestarian bangunan dalam upaya konservasi.

a. Metode deskriptif analisis

Metode Deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data berupa kondisi objek penelitian yang diperoleh melalui hasil survei lapangan. Dari hasil survey akan ditemukan kemungkinan perubahan pada unsur-unsur atau variabel-variabel pembentuk karakter bangunan Masjid Tuo Kayu Jao.

b. Metode evaluatif

Metode evaluatif digunakan untuk memberikan penilaian terhadap layak atau tidaknya objek studi untuk dijadikan sebagai tindakan pelestarian bangunan. Untuk menentukan nilai makna kultural suatu bangunan didasarkan pada kriteria-kriteria, yaitu estetika, keterawatan, peranan sejarah, keluarbiasaan, kelangkaan, dan keaslian (Tabel 1):

Tabel 1. Metode Evaluatif

No Kriteria Definisi Tolak Ukur

1 Estetika Terkait dengan perubahan estetis dan arsitektonis bangunan

Perubahan gaya bangunan, atap, fasade, struktur dan bahan

2 Keterawatan Keterawatan berkaitan dengan kondisi fisik tapak dan bangunan

Tingkat kerusakan,prosentase kerusakan serta kebersihan bangunan

3 Kelangkaan Bentuk, gaya serta elemen-elemen bangunan dan penggunaan ornamen yang berbeda yang tidak terdapat di tempat lain

Merupakan bangunan langka dan tidak didapat didaerah lain.

4 Peranan sejarah

Berkaitan dengan sejarah, baik dikawasan, maupun pada bangunan itu sendiri

Berkaitan dengan peristiwa bersejarah sebagai hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat ini

5 Keluarbiasaan Memiliki ciri khas yang dapat diwakili oleh faktor usia, ukuran, bentuk bangunan dan lainnya

Peran yang dapat meningkatkan kualitas serta citra dan karakter bangunan

6 Keaslian Memiliki peran penting terkait keaslian elemen bangunan

Tingkat perubahan fisik baik penambahan atau pengurangan elemen bangunan

Nilai pada masing-masing elemen bangunan Masjid Tuo Kayu Jao selanjutnya akan diakumulasikan untuk mendapatkan nilai total yang dimiliki oleh masin-masing elemen. Nilai tersebut menjadi patokan dalam klasifikasi elemen yang selanjutnya menjadi nilai dasar dalam penentuan arah pelestarian.

c. Metode development

Dalam metode ini, pengujian data diperoleh dengan cara membandingkan suatu kriteria atau standar yang sudah ada sebelumnya dengan teori-teori pelestarian. Arahan tindakan pelestarian fisik pada suatu bangunan ini diklasifikasikan lagi kedalam empat jenis, yaitu preservasi, konservasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi (Tabel 2):

Tabel 2. Metode Development Arah pelestarian fisik Tingkat perubahan yang

diperbolehkan

Bentuk pelestarian berdasarkan penyebab perubahan Preservasi Sangat Kecil Preservasi, konservasi, restorasi Konservasi Kecil-Sedang Konservasi, restorasi,

(4)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Karakter spasial bangunan Masjid Tuo Kayu Jao

a. Organisasi Ruang

Dalam suatu area bangunan seperti pada area bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini tentu terdapat organisasi ruang antara ruang yang satu dengan yang lainnya.

- Orientasi ruang

Orientasi ruang dalam pada Masjid Tuo Kayu Jao mengarah kebagian Mihrab, yaitu area imam memimpin solat, selain itu juga berdasarkan pada aktivitas lainnya seperti pendidikan al quran/ pengajian yang berorientasi ke bagian tengah ruang. (Gambar 2);

Gambar 2. Orientasi ruang pada Masjid Tuo Kayu Jao - Orientasi bangunan

Orientasi bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini menghadap ke Barat-Timur, yaitu dengan fungsi utama masjid sebagai area ibadah umat muslim(Gambar 3);

Gambar 3. Orientasi bangunan pada Masjid Tuo Kayu Jao Arah hadap bangunan Masjid Tuo Kayu Jao Orientasi ruang ketika solat Orientasi ruang ketika dilakukan pengajian

(5)

3.2 Karakter visual bangunan Masjid Tuo Kayu Jao a. Pintu

Pada bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini hanya terdapat satu pintu utama bangunan yang terletak di bagian depan bangunan atau timur bangunan. Jenis dari pintu ini yaitu pintu ganda dengan dua daun pintu yang memiliki dimensi tidak terlalu besar (Gambar 4);

Gambar 4. Perletakan pintu pada Masjid Tuo Kayu Jao

b. Dinding

Masjid Tuo Kayu Jao menggunakan dinding papan kayu yang dicat coklat gelap. Dinding interior dengan papan yang disusun horizontal, sedangkan papan dinding eksterior disusun vertikal (Gambar 5);

Gambar 5. Dinding pada Masjid Tuo Kayu Jao

c. Atap

Bentukan atap Masjid Tuo Kayu Jao ini merupakan bentuk khas atap masjid-masjid kuno di Indonesia dan digabungkan dengan ciri khas Arsitektur Minangkabau. Atap dari masjid ini dari bahan anyaman ijuk dan disusun pada kerangka bambu (Gambar 6);

(6)

3.3 Karakter struktural bangunan Masjid Tuo Kayu Jao

a. Pondasi

Pondasi utama pada Masjid Tuo Kayu Jao merupakan pondasi dari umpak-umpak atau sandi-sandi menggunakan batu kali yang berbentuk mipih/ tipis dengan ukuran panjang dan lebar 30 x 40 cm, dengan ketebalan antara 5 hingga 10 cm (Gambar 7);

Gambar 7. Pondasi pada Masjid Tuo Kayu Jao

b. Lantai

Teknologi pengerjaan lantai pada Masjid Tuo Kayu Jao tidak mempergunakan sambungan lidah, hanya berupa perkuatan mempergunakan paku (BPCB, 2015). Pendukung struktur lantai pada Masjid Tuo Kayu Jao yaitu balok lantai (Gambar 8);

Gambar 8. Struktur lantai Masjid Tuo Kayu Jao

c. Atap

Kuda-kuda pada bagian atap ini merupakan kuda-kuda 1/2, karena atap masjid ini terdiri dari tiga tingkat. Bahan bambu pada pendukung atap masjid ini merupakan tempat meletakkan bahan ijuk yang posisinya tersusun horizontal diatas kuda-kuda. Besar balok kuda-kuda ini berukuran 5/20 cm, namun tidak merata, semakin keujung semakin kecil. Lebar bambu berukuran 3 s/d 5 cm dengan panjang 3 s/d 4 m dan tebal 1 s/d 1,5 cm. Kondisi bambu sudah banyak mengalami pelapukan dan bahkan ada yang telah hancur, hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca dan usia bahan (Gambar 9);

Gambar 9. Struktur atap Masjid Tuo Kayu Jao Rasuak / balok

pengikat arah melintang

Balok lantai

Palanca / balok pengikat arah memanjang

(7)

3.4 Tinjauan Pelestarian Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao

Penilaian makna kultural untuk menentukan elemen bangunan potensial didasarkan pada aspek estetika (Et), keterawatan (Kt), keaslian (Ks), peranan sejarah (Ps),keluarbiasaan (Kb) dan Kelangkaan (Kl). Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai yang terbagi dalam 3 pembobotan, yakni nilai tinggi memiliki 3 poin, nilai sedang memiliki bobot 2 poin dan nilai rendah berbobot 1 poin (Tabel 3).

Setelah mengetahui nilai makna kultural tiap-tiap elemen bangunan, selanjutnya adalah mengklasifikasikan elemen bangunan berdasarkan nilai potensialnya berdasarkan jarak interval sebagai berikut: (1). Potensial rendah: 6 - 8, (2). Potensial sedang: 9 - 11, (3). Potensial tinggi : 12 – 15.

Ketentuan penanganan elemen bangunan menggunakan penggolongan yang diterapkan oleh Antariksa (2011) di dalam penggolongan bangunan cagar budaya, yaitu: 1. Bangunan potensial tinggi, ketentuan pemugarannya adalah:

a)boleh terjadi perubahan fisik tampilan, namun sangat kecil ataupun kecil sehingga keaslian bangunan dapat terjaga; dan

b)arahan pelestarian fisik dilakukan dengan preservasi dan konservasi. 2. Bangunan potensial sedang, ketentuan pemugarannya adalah:

a)boleh terjadi perubahan fisik tampilan, namun kecil ataupun sedang namun tampilan bangunan tidak terganggu; dan

b)arahan pelestarian fisik dilakukan dengan konservasi dan rehabilitasi. 3. Bangunan potensial rendah, ketentuan pemugarannya adalah:

a)boleh terjadi perubahan fisik tampilan dalam skala sedang atau besar namun masih tampak bagian bangunan lama; dan

b)arahan pelestarian fisik dilakukan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi. Tabel 3. Arahan Pelestarian Masjid Tuo Kayu Jao

No Variabel amatan Keterangan

1 Potensial tinggi (16-18) Karakter visual bangunan

Ragam hias Mimbar Atap mihrab

Gevel Makam

Dinding eksterior Preservasi dan Konservasi Dinding interior

Karakter spasial bangunan Pola ruang Orientasi ruang Orientasi bangunan

2 Potensial sedang (11-15) Karakter visual bangunan

Gaya bangunan Rehabilitasi Tiang

(8)

No Variabel amatan Keterangan Bedug Tangga Pintu P1 Jendela J1 Rehabilitasi Jendela J2 Atap Plafon

Karakter spasial bangunan Alur sirkulasi Karakter struktural bangunan

Struktur bawah (pondasi) Struktur atas (tiang)

3 Potensial rendah (6-10) Karakter visual bangunan

Cibuak / cucian kaki

Lantai Rekonstruksi

Karakter struktural bangunan Struktur bawah (lantai)

Struktur atas (atap)

4. Kesimpulan

Karakter visual tapak pada bangunan Masjid Tuo Kayu Jao dengan fasade antar bangunan dalam satu kawasan dipengaruhi oleh bentuk atap bangunan yang lebih menonjol dibandingkan bangunan sekitar. Karakter spasial tapak ditentukan dengan adanya beberapa bentuk aktivitas yang terjadi didalam ruang Karakter struktural bangunan ini terbagi atas struktur bawah dan struktur atas. Arahan pelestarian konservasi dan preservasi diarahkan pada potensi tinggi, yaitu pada karakter visual; ragam hias, mimbar, atap mihrab, gevel, makam, dinding, pola ruang, orientasi ruang dan orientasi bangunan. Pada karakter spasial, yaitu pola ruang, orientasi ruang, dan orientasi bangunan. Arahan pelestarian rehabilitasi diarahkan pada potensi sedang, yaitu pada karakter visual; Pintu, jendela, gaya bangunan, tiang, atap plafon, bedug, dan tangga. Pada karakter spasial, yaitu alur sirkulasi dan pada karakter struktural, yaitu kolom/tiang dan pondasi.Arahan pelestarian rekontruksi diarahkan pada potensi rendah, yaitu pada karakter visual;cibuak/tempat cuci kaki dan lantai, serta pada karakter struktural, yaitu lantai dan atap.

Daftar Pustaka

Antariksa, 2011. Metode Pelestarian Arsitektur. antariksa article.blogspot.com. (diakses 15 Oktober 2015)

Balai Pelestarian Cagar Budaya. 2015. Laporan Studi Kelayakan Arkeologi Masjid Tuo Kayu Jao.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Masjid Tuo Kayu Jao
Tabel 1. Metode Evaluatif
Gambar 2. Orientasi ruang pada Masjid Tuo Kayu Jao
Gambar 4. Perletakan pintu pada Masjid Tuo Kayu Jao
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan lalat pengorok daun pada tiga varietas lokal bawang merah (Palu, Palasa, Tinombo) di Palu Sulawesi Tengah

Abdul, Majid, 2014, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal.. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa dalam menemukan

Dari hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa (1) pada akuifer sumur tunggal (baik yang medianya diratakan ataupun dipadatkan) ketinggian airnya lebih

Keimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pemberian pakan ikan rucah 15% pada P3 pertambahan berat Kepiting Bakau sangat baik dengan rata- rata sebesar

Obyek dari performance bond adalah barang serta jasa lingkungan hidup (hutan, udara, air) yang dapat terkena dampak polutif atau ekstraktif dari suatu kegiatan ekonomi..

Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS Royal Prima terkait pelaksanaan pemantauan indikator keselamatan pasien dan hal-hal lainnya

Jasa Raharja (Persero) sebagai lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah dalam pelaksanan Program Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan memiliki peranan dan tanggung

Hasil penelitian komponen teknologi LEIT yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penggunaan kompos PKSTT pada sistem tanam tumpangsari antara cabai merah dengan