• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESIGN OF A PINEAPPLE LEAF FIBER DECORTICATOR MACHINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESIGN OF A PINEAPPLE LEAF FIBER DECORTICATOR MACHINE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1978-502X; e-ISSN2614-5383

1)Komunikasi Penulis

DESIGN OF A PINEAPPLE LEAF FIBER

DECORTICATOR MACHINE

Nurhikmah Weisdiyanti*1), Kiki Santoso2), Riri Syavira3), Liza Karina Octovyanda Pohan4), Rionaldo Tamba5), Rita Juliani6)

1,2,5,6)

Department of Physics,Medan State University

3)

Department of Chemistry,Medan State University

4)

PKK,

Medan State University

e-mail: [email protected]

[email protected]

Abstract

The manufacture of pineapple leaf fiber decorticator machines has been made in the village of Onan Runggu III, Sipahutar District, North Tapanuli Regency. Machine making aims to help pineapple farmers to overcome the problem of waste and pineapple. The method used starts from feasibility studies, designing machines, collecting and purchasing tools and materials, evaluating results and testing tools. Results obtained by the pineapple leaf fiber decorticator machine 0,12 kg/hour obtained through two stages of grinding namely grinder 1 and grinder 2. The final results obtained from the decorticator machine of pineapple leaf fiber are pineapple leaf fibers that can be used to make raw materials for textile products. Keywords:decorticator machinery, waste, pineapple leaves, textile.

RANCANG BANGUN MESIN DECORTICATOR

SERAT DAUN NANAS

Nurhikmah Weisdiyanti*1), Kiki Santoso2), Riri Syavira3), Liza Karina Octovyanda Pohan4), Rionaldo Tamba5), Rita Juliani6)

1,2,5,6)

Jurusan Fisika, Universitas Negeri Medan

3)

Jurusan Kimia, Universitas Negeri Medan

4)

PKK, Universitas Negeri Medan

Abstrak

Mesin decorticator serat daun nanas telah dirancang di Workshop Teknik Unimed. Pembuatan mesin bertujuan untuk membantu petani nanas di desa Onan Runggu III, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara dalam mengatasi masalah limbah dan nanas. Metode yang digunakan mulai dari studi kelayakan, merancang mesin, mengumpulkan dan membeli alat dan bahan, mengevaluasi hasil dan alat pengujian. Hasil yang diperoleh oleh mesin decorticator serat daun nanas 0,12 kg/jam diperoleh melalui dua tahap penggilingan yaitu penggiling 1 dan penggiling 2. Hasil akhir yang diperoleh dari mesin decorticator serat daun nanas adalah serat daun nanas yang dapat digunakan untuk membuat bahan baku untuk produk tekstil. Kata kunci: Mesin decorticator, limbah, daun nanas, tekstil.

(2)

Pendahuluan

Nanas atau Ananas Comosus Merr merupakan tanaman semak yang berasal dari sebutan orang Tupi yaitu ananas yang berarti buah yang sangat baik. Salah satu komoditas yang memiliki potensi bisnis yang cukup besar untuk mencapai sasaran adalah agroindustri pengolahan serat alam daun nanas.

Kecamatan Sipahutar merupakan sentra produksi tanaman nanas di Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Sipahutar memiliki luas area tanaman nanas 1.872,98 Ha, asumsi untuk satu hektar jumlah tanaman nanas rata-rata 45.000 pohon, maka jumlah bahan baku pasca panen yang berupa limbah mencapai 45.000 kg dengan asumsi 1 kg daun sama dengan 1 pohon nanas, sehingga ketersediaan bahan baku untuk industri manufaktur pengolahan serat cukup porspektif. Kecamatan Sipahutar mampu menghasilkan 1.556.176 kg serat daun nanas (Subagyo, 2012).

Setiap 2 atau 3 kali panen, tanaman nanas lama yang sudah tidak berproduksi lagi harus diganti dengan tanaman nanas yang baru sedangkan daunnya dibuang sebagai limbah dari petani nanas. Pembongkaran tanaman nanas dilakukan secara bergilir dengan tiap 1 hektar lahan menghasilkan 45.000 kg daun nanas, jadi ketersediaan limbah sebagai bahan baku selalu terpenuhi.

Limbah daun nanas dapat diolah menjadi serat dengan menggunakan mesin decorticator. Mesin decorticator merupakan pemisah serat dan daging daun nanas yang terdiri dari suatu cylinder atau penggiling yang dapat berputar pada porosnya (Hidayat, 2008). Teknologi hasil inovasi mesin decorticator dengan rancangan sistem pemisahan serat dan daging daun nanas dengan cara yang mudah dan cepat.

Permukaan cylinder dibubut agar per-mukaan lebih kasar yang akan menimbulkan proses pengelupasan dan pemukulan (beating action) pada daun nanas, saat cylinder berputar (Doraiswarmy & Chellamani, 1993). Gerakan perputaran cylinder dilakukan menggunakan motor listrik.

Bahan dan Metode

Pembuatan rancang bangun mesin decorticator dilaksanakan di bengkel Unimed

pada bulan April - Mei 2019. Bahan yang digunakan pada pembuatan rancang bangun mesin decorticator tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan pembuatan mesin decorticator

No. Nama Bahan Nama Alat

1 Besi siku bolong Grinda tangan 2 Besi as padat

(Penggiling)

Mesin gergaji duduk

3 Penyambung siku Dinamo

4 V-belt Mesin bubut

5 Bearing Mesin las

6 Mur dan baut Motor listrik 7 Plat seng Pulley penggerak 8 Spur Gear Pulley ganda

Pulley

Pembuatan mesin decorticator dilakukan dengan diagram alir seperti yang tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir pembuatan mesin decorticator.

a. Studi kelayakan

Studi kelayakan (feasibility study) merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Wijana et al., 2016).

b. Mendesain mesin

Mesin didesain dengan menggunakan software solidwork untuk dapat dirancang sistem yang lebih akurat, efisien, dan praktis.

Start Studi kelayakan Mendesain Alat Pengumpu lan alat dan bahan Pembuata n mesin uji coba alat evaluasi hasil & uji

coba alat

(3)

Desain yang dibuat berupa mesin decorticator dengan dimensi: T=50 cm  L=50 cm  P=25 cm. Gambar rancangan untuk tampak depan diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Desain mesin decorticator. c. Pengumpulan alat dan bahan

Pengumpulan alat dan bahan dilakukan di berbagai lokasi yang berbeda di Kota Medan. Untuk mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan diperoleh pada tempat tertentu seperti di Jl. Pancing, Jl. Letda Sujono, Jl. AR Hakim, Jl. Gatot Subroto, Jl. Prof. H.M Yamin, Jl. Pandu.

d. Pembuatan mesin decorticator

Proses pembuatan mesin decorticator secara ringkas tertera pada diagram alir Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir pembuatan mesin decorticator.

Pembuatan alat dimulai dari penyediaan alat dan bahan, pembuatan kerangka alat, pembuatan penggilingan, pemasangan bearing, pembuatan rangka dudukan penggiling,

pembuatan turunan daun dari plat, pemasangan penggiling, motor listrik, pulley dan V-belt. e. Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dari hasil uji coba mesin. Pengujian mesin dilakukan dengan memasukkan daun nanas ke penggiling 1 dan penggiling 2. Data yang dikumpulkan berupa data kapasitas mesin yang telah dirancang.

f. Teknik Analisis Data

Data dianalisis untuk menguji tingkat kecepatan mesin yang dihasilkan serta tekanan yang diberikan kepada daun nanas.

Hasil dan Pembahasan

1. Komponen-komponen utama alat

Mesin decorticator memiliki komponen-komponen utama sebagaimana ditunjukkan Gambar 4 yang digunakan adalah:

Motor Listrik Penggiling

Gear Bearing

Pulley dan V-belt Kerangka

Gambar 4. Komponen-komponen utama alat. a. Motor Listrik

Motor 1400 rpm sebagai penggerak utama role/penggiling. Motor listrik digunakan untuk mengubah dari energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk energi gerak dengan prinsip elektromagnetis (Halliday et al., 2011). Pembuatan kerangka mesin Pembuatan role mesin Pembuatan dudukan role Menyusun mesin AISIA

(4)

b. Penggiling

Penggiling yang menerapkan prinsip dua roda berporos yang dipasang berimpit dan berguna untuk melakukan penggilingan daun nanas agar bisa menghasilkan serat. c. Gear

Merupakan salah satu komponen penggerak pada putaran poros untuk di transmisikan ke conveyor belt (Harahap, et al., 2018).

d. Bearing

Merupakan komponen untuk mengurangi gesekan dari suatu putaran, sehingga membuat putaran roda dan conveyor belt lancar (Harahap et al., 2018).

e. Roda gigi

Merupakan salah satu komponen yang menerima putaran transmisi dari rantai. f. Pulley

Merupakan suatu alat mekanis yang digunakan sebagai pendukung pergerakan tali pulley untuk mengubah arah dari gaya yang diberikan dan mengirimkan gerak rotasi.

g. Kerangka

Merupakan alat untuk menempatkan atau menopang motor listrik, penggiling serta pulley.

2. Pembuatan mesin decorticator

Pembuatan kerangka Pemotongan besi as

Pengesalan gear Pembubutan besi as

Pemasangan Pulley dan V-Belt

Pemasangan motor listrik Gambar 5. Proses pembuatan mesin

decorticator.

Kerangka alat terbuat dari besi siku bolong dengan dimensi: T=50 mm  L=50 mm  P=25 mm. Penggiling dibuat dengan mesin bubut Gambar 5.

Kerangka alat terbuat dari besi siku bolong dengan dimensi: T=50 mm  L=50 mm  P=25 mm. Siku bolong dipotong disambung menggunakan penyambung siku dan dilas, Penggiling dibuat dari bahan dasar besi as padat yang dipotong dan dibubut mengguna-kan mesin bubut ysng ditunjukmengguna-kan pada Gambar 5. Komponen lainnya berupa penggiling dengan dudukan penggiling terbuat dari bearing, gear, yang disambung dan digabungkan ke kerangka besi dengan cara dilas. Selanjutnya dipasang pulley dan diukur ukuran V-belt setelah pulley dipasang. Mesin decorticator dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Mesin decorticator. 3. Sistem kerja mesin decorticator

Mesin decorticator terdiri dari suatu penggiling atau penggiling yang dapat berputar pada porosnya. Pada permukaan penggiling dibubut agar permukaan sedikit kasar sehingga bisa merobek kulit daun nanas yang akan menimbulkan proses perobekan, pemukulan (beating action) pada daun nanas, saat penggiling berputar (Doraiswarmy & Chellamani, 1993). Gerakan perputaran roll digerakan menggunakan motor listrik. Saat roll berputar, daun-daun nanas akan dijatuhkan dan diputar oleh penggiling yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Penggiling akan mengarahkan daun nanas jatuh ke plat dan plat mengarahkan ke penggiling kedua, penggiling kedua akan menggiling kembali serat daun nanas dengan

(5)

tekanan yang lebih besar sehingga didapat serat daun nanas.

Gambar 7. Serat daun nanas digiling. Karena daun-daun nanas yang digiling mengalami proses pengelupasan dan pemukulan yang dilakukan oleh penggiling-penggiling selama berputar, maka kulit daun ataupun zat-zat perekat (gummy substances) yang terdapat disekitar serat akan terpisah dengan seratnya (Hidayat, 2008). Kecepatan putaran penggiling dan jarak seting antara dua penggiling akan mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kualitas serat yang di-hasilkan. Untuk memudahkan pemisahan zat-zat yang ada di sekitar serat dan menghindari kerusakan pada serat, proses decortikasi sebaiknya dilakukan pada kondisi daun dalam keadaan segar dan basah (wet condition). Daun-daun nanas yang telah mengalami proses dekortikasi, kemudian dicuci dan dikeringkan melalui sinar matahari.

4. Ujicoba alat

Mesin decorticator diuji coba terlebih dahulu untuk melihat berhasil atau tidaknya mesin menggiling hingga menghasilkan serat.

Gambar 8. Menggiling daun nanas.

Tabel 3. Produksi mesin decorticator

No. Penggiling rpm Produksi

kg/jam

1 Penggiling 1 600 0,096 2 Penggiling 2 1000 0,12

Gambar 8 menunjukkan proses mesin yang sedang menggiling daun nanas. Hasil yang diperoleh yaitu daun nanas menjadi serat. Hasil penggujian mesin decorticator diperolah data pada Tabel 3.

Hasil memperlihatkan bahwa dalam setiap penggiling meimiliki kecepatan dan produksi yang berbeda. Pada penggiling 1 mampu memproduksi 0,096 kg/jam. Penggiling 2 memproduksi 0,12 kg. Mesin decorticator mampu bekerja dalam sehari dengan waktu operasi selama 5 jam.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan yaitu:

1. Mesin decorticator serat daun nanas telah bekerja secara maksimal dengan jumlah rata-rata produksi 0,12 kg/jam.

2. Mesin decorticator serat daun nanas memiliki dua penggiling yang dapat mengepress serat daun nanas secara ber-tahap hingga menjadi serat daun berupa bahan baku tekstil.

3. Dalam pembuatan mesin decorticator serat daun nanas selanjutnya, agar mem-perhatikan kecepatan putaran dan kerapatan kedua penggiling agar memperoleh hasil yang lebih baik.

Ucapan Terima Kasih

Tim mengucapkan terimakasih kepada RISTEKDIKTI yang mendanai kegiatan PKM–T, Bapak Rektor Universitas Negeri Medan dan jajarannya, mitra petani nanas desa Onan Runggu III Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara, kepala bengkel Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan yang telah bekerja sama dengan Tim didalam pembuatan teknologi mesin decorticator serat daun nanas.

(6)

Daftar Pustaka

Doraiswamy I., Chellamani, P., 1993. Pineapple Leaf Fibres, Textile Progress. 24 (1) pp.

Halliday, D., Resnick, R.,

& Jearl Walker, J.,

2011, Fundamental of Physics, edisi 9, , John Wiley & Sons, Hoboken.

Harahap, M.F., Marpaung, M.A., Pranata, J.D., Siregar, B.M., 2018. Inovasi Penyapu Sampah Menggunakan Becak Tenaga Listrik di Kota Medan. Piston. 2 (2):53-59.

Hidayat, P., 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif

Bahan Baku Tekstil. Teknoin, 13(2): 31-35.

Subagyo, A., 2012. Strategi Pengembangan Industri Serat Alam Daun Nanas untuk Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 1(1):23-28.

Wijana, M., Triadi, A.A., A, Anwar, L.S., 2016. Studi Kelayakan Penggunaan Mesin Diesel dengan Metode Break Even Point (BEP) dan Analisis Sensitivitas pada Pltd (Studi Kasus: PT PLN Persero Sektor Pembangkitan Lombok PLTD Ampenan). Dinamika Teknik Mesin. 6 (1): 60-68.

Gambar

Tabel 1.  Alat dan Bahan pembuatan mesin  decorticator
Gambar 3. Diagram alir pembuatan mesin   decorticator.
Gambar 6. Mesin decorticator.  3. Sistem kerja mesin decorticator
Gambar 8. Menggiling daun nanas.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan serat daun pandan pantai pada adukan beton terhadap kuat lentur beton dan

Hasil pengamatan sifat fisik serat Nenas pada proses pengelantangan memperlihatkan bahwa untuk pulp hasil perlakuan NaOH 0% dan 5% yang dikelantang sedikit mengurangi

Berdasarkan alasan tersebut, Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat dan meneliti sistem hidrolik yang digunakan pada mesin pres serat sabut kelapa.. Sistem yang

Kaitannya dengan kenyataan diatas, memberi penulis ide untuk merancang dan membuat sebuah mesin pemarut bernama Mesin Pemarut Kelapa Portable Skala Rumah Tangga Menggunakan

Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk menerapkan metode relasi fuzzy dalam membangun sistem yang dapat melakukan ekspansi kata kunci pada mesin pencari?. Ekspansi kata

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan penolong dan

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Kebisingan berlebihan menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental, produktivitas, dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material komposit ramah lingkungan menggunakan serat alami sebagai komponen utamanya dengan tujuan meningkatkan kemampuan peredam bunyi material tersebut sehingga dapat mengurangi polusi bunyi. Material komposit dibuat dari serat daun nanas, serat rami, dan matriks lem PVAc pada setiap sampel. Massa lem PVAc sama pada setiap sampel yaitu 120 gr dengan variasi komposisi serat daun nanas dan serat rami berturut-turut adalah 35 gr : 15 gr, 30 gr : 20 gr, 25 gr : 25 gr, 20 gr : 30 gr, dan 15 gr : 35 gr. Rentang frekuensi kebisingan yang digunakan pada penelitian ini yaitu 500 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz. Diperoleh nilai koefisien absorpsi bunyi tertinggi pada sampel E dengan frekuensi 2000 Hz, yaitu sebesar 0,28. Nilai koefisien absorbsi bunyi tertinggi tidak diperoleh dari sampel C, dimana sampel ini mengandung komposisi serat nanas dan serat rami 1:1. Nilai koefisien absorbsi bunyi tertinggi diperoleh dari sampel dengan komposisi serat nanas yang lebih banyak dibanding serat rami. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peredam bunyi dengan komposit berbahan serat nanas dan serat rami belum cukup baik dalam menyerap bunyi.