• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KAJIAN PENINGKATAN TEKNOPRENEURSHIP USAHA EKONOMI MIKRO: STUDI KASUS POSDAYA BINAAN UNIVERSITAS TRILOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KAJIAN PENINGKATAN TEKNOPRENEURSHIP USAHA EKONOMI MIKRO: STUDI KASUS POSDAYA BINAAN UNIVERSITAS TRILOGI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KAJIAN PENINGKATAN TEKNOPRENEURSHIP USAHA

EKONOMI MIKRO: STUDI KASUS POSDAYA BINAAN

UNIVERSITAS TRILOGI

INSTITUT KETENAGAKERJAAN DAN PEMBANGUNAN PERDESAAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA

MASYARAKAT

UNIVERSITAS TRILOGI JAKARTA

2016

(2)

iii RINGKASAN EKSEKUTIF

Posdaya adalah wadah untuk mensinergiskan kegiatan masyarakat di tingkat paling bawah, yaitu lingkungan rukun keluarga (RW). Melalui wadah POSDAYA tersebut dibangun komunikasi, silaturahmi, kegiatan ekonomi kreatif, pendidikan dan lain-lain. Kegiatan pendidikan mulai dari PAUD, majelis taklim sampai kegiatan pendidikan untuk ibu-ibu semuanya terangkum dan disinergikan dalam system kegiatan yang terpadu dan saling menunjang. Selama ini setiap elemen kegiatan Posdaya berjalan sendiri-sendiri. Misalnya Kegiatan menjelis taklim berjalan tanpa berbarengan dengan Posyandu atau Karang Taruna. Padahal banyak aspek kegiatan-kegiatan tersebut yang saling terkait dan mempunyai tujuan yang sama. Dengan adanya Posdaya, semua kegiatan kemasyarakatan tersebut disinergikan sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuannya.

Dari sekian banyak kegiatan yang terdapat di Posdaya, kegiatan usaha ekonomi produktif adalah kegiatan yang beresentuhan langsung dengan peningkatan kesejahteraan anggotanya. Anggota Posdaya umumnya adalah ibu-ibu rumah tangga yang produktif dan mempunyai waktu luang serta kesempatan untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Melalui kegiatan ekonomi yang ada di Posdaya, seperti memproduksi makanan ringan, menjahit pakaian anak-anak, usaha distr ibusi sembako dan sebagainya, waktu jadi termanfaatkan untuk sesuatu yang berguna.

Usaha ekonomi yang ada di Posdaya umumnya masih tergolong usaha mikro yang perlu didampingi agar menjadi usaha yang berkelanjutan dan tumbuh. Salah satunya ialah dengan meningkatkan jiwa teknopreneur (teknopreneurship) dikalangan Pengurus dan anggota Posdaya. Menjadi usahawan, saat ini tidak hanya cukup dengan bermodalkan semangat, kemampuan menjual dan menciptakan nilai tambah saja, melainkan harus menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi serta terus memupuk kemampuan mengimplementasikannya dalam kegiatan usaha. Telah banyak contoh, perusahaan yang tidak mengikuti perkembangan terkini teknologi akan tersisih dari pasar, karena kalah bersaing dari perusahaan sejenis yang telah menggunakan teknologi terbaru.

(3)

iv Kajian ini bertujuan untuk mensosialisasikan usaha ekonomi yang berbasis kemajuan teknologi (teknopreneur). Diharapkan melalui sosialisasi ini, dapat pula diketahui sejauh mana implementasi teknologi dalam kegiatan produksi meupun pemasaran. Peningkatan teknopreneurship dikalangan pelaku usaha mikro perlu terus didorong , khususnya di Posdaya Binaan Universitas Trilogi. Kegiatan ini, juga merupakan partisipasi perguruan tinggi dalam kegiatan Penelitian/Kajian di bidang Pembangunan Ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan R.I. tahun anggaran 2016.

Program nasional pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Sasaran utamanya ialah pembangunan sumberdaya manusia yang merupakan pusat dari kegiatan pembangunan di segala bidang. Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) adalah implementasi dari program tersebut dalam tataran teknis. Salah satu kegiatan yang ikut dirintis oleh Yayasan Damandiri di banyak Posdaya di Indonesia ialah pendirian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), karena PAUDmempunyai banyak dimensi. Pertama, sebagai wahana bagi anak-anak balita untuk mencintai sekolah dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Keluarga adalah elemen masyarakat terkecil yang menentukan baik atau tidaknya gambaran masyarakat secara umum. Oleh karena memang sangat tepat kalau program pembangunan dimulai dari menyiapkan keluarga-keluarga yang sejahtera, mampu menyehatkan dan mendidik anggota keluarganya.

Objek kajian ini lebih terfokus kepada usaha ekonomi mikro yang ada di Posdaya binaan Universitas Trilogi. Jumlah usahawan atau entrepreneur di Indonesia harus terus ditingkatkan. Dibandingkan dengan Negara-negara lain di kawasan Asean saja, persentase usahawan kita masih kalah.

Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum usaha ekonomi mikro yang ada diposdaya sudah menerapkan teknologi informasi sederhana dalam menjalankan usaha seperti pemasaran melalui media social (facebook, twitter, line dll). Namun untuk teknologi produksi masih belum banyak yang menggunakan teknologi. Misalnya untuk produk keripik

(4)

v singkong, alat penyedot minyak system putar (centrifuge) cukup murah dan kalau digunakan sangat berpengaruh kepada umur simpan produk serta rasa lebih enak.

Selama pelaksanaan loka karya, peserta terlihat aktif mengikuti pemaparan dari nara sumber dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Peserta yang terlibat langsung dengan usaha ekonomi mikro mengemukakan permasalahan-permasalahan yang sering mereka hadapi. Beberapa pertanyaan yang dapat dirangkum di sini diantaranya,

 Bagaimana meningkatkan umur simpan produk olahan makanan.

 Penggunaan bahan makanan yang berbahaya seperti pewarna, pemanis, pengawet dan lain-lain.

 Proses sertifikasi produk halal

 Tata tata cara mendapatkan ijin IRT (Industri Rumah Tangga)

 Aplikasi pencatatan dan pelaporan system akuntasi sederhana

 Teknik pemasaran untuk meningkatkan penjualan

 Suplier alat-alat dan mesin produksi untuk memproses produk snack

Penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan telah disampaikan oleh nara sumber melalui diskusi interaktif. Misalnya pertanyaan tentang lama simpan produk. Dijelaskan bahwa untuk produk makanan, makin berair produk tersebut air akan semakin singkat umur simpannya, karena mikroba membutuhkan air sebagai media tumbuh. Namun mikroba seperti jamur tetap bisa tumbuh dibahan makanan yang kering. Oleh akarena itu, selain diupayakan mengurangi kadar air, produk harus dikemas dengan baik agat tidak cepat terkontaminasi. Bahan-bahan tambahan makanan yang bersifat kimiawi sebisa mungkin dihindari. Kalaupun sudah termasuk bahan yang diijinkan oleh BPOM, takarannya harus seminimal mungkin. Hal ini untuk menghindari dampak jangka panjang pada orang yang mengkonsumsi produk tersebut secara rutin.

Untuk proses sertifikasi produk halal, khusus untuk usaha kecil dan mikro pemerintah memberikan bantuan dan potongan biaya. Nara sumber meyakinkan peserta agar tidak usah kuatir dengan biaya sertifikasi halal. Sedangkan ijin Industri Rumah Tangga (IRT) dapat diajukan ke Dinas Kesehatan Kota. Selanjutnya nanti akan dipanggil untuk mengikuti pelatihan, setelah itu lokasi usaha akan disurvey sebelum sertifikat dikeluarkan.

(5)

KATA PENGANTAR

Laporan ini disusun sebagai hasil dari pelaksanaan pekerjaan ”Kajian Peningkatan Teknopreneurship Usaha Ekonomi Mikro: Studi Kasus Posdaya Binaan Universitas Trilogi” yang merupakan kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dengan Institut Ketenagakerjaan dan Pembangunan Perdesaan (IKPP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Trilogi.

Sistematika laporan terdiri dari enam bab, yaitu: 1) Pendahuluan; 2) Kajian Literatur 3) Dasar Hukum, 4) Metodologi, 5) Hasil dan Pembahasan, 6) Penutup.

Kami dari Universitas Trilogi mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan ini, semoga hasil pekerjaan ini dapat bermanfaat sesuai dengan yang dimaksudkan.

Jakarta, 2 November 2016

IKPP - LPPM Universitas Trilogi

Ketua Tim Peneliti

(6)

vii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 3

1.3 Manfaat Kegiatan 3

1.4 Penerima Manfaat 3

BAB II KAJIAN LITERATUR 5

2.1 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) 5

2.2 Entrepreneurship 9

2.3 Teknopreneurship 12

2.4 Usaha Ekonomi di Posdaya 17

BAB III. DASAR HUKUM 20

BAB IV. METODOLOGI 21

3.1. Lokasi Kajian 21

3.2. Waktu Kajian 21

3.3 Data 21

3.4 Analisis 22

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 23

5.1. Hasil Survey 23

5.1.1 Profile Responden 23

5.1.2 Profile Posdaya 26

5.1.3 Pemanfaatan Teknologi Dalam Kegiatan Ekonomi 30 5.1.4 Manajemen Teknologi 30 5.2. Pelaksanaan Loka Karya 37

(7)

viii

BAB VI. PENUTUP 40

6.1 Kesimpulan . 40

6.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(8)

ix DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Charakteristik Usahawan Mikro/Kecil, Entrepreneur dan Teknopreneur

13

Tabe 2. Nama-nama Posdaya Binaan Universitas Trilogi yang jadi Responden

(9)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Profile Responden berdasarkan Jenis Kelamin 23 Gambar 2. Profile Umur Responden 25 Gambar 3. Jumlah Anggota Posdaya 28

(10)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Survey 43

Lampiran 2. Surat Penunjukkan Tim 45 Lampiran 3. Surat Penunjukkan Tenaga Survey Lapang 46 Lampiran 4. Daftar Peserta Loka Karya 47 Lampiran 5. Foto-foto Contoh Produk Usaha Ekonomi Mikro Posdaya Binaan

Universitas Trilogi

(11)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mengentaskan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan cita-cita luhur kemerdekaan, yaitu membentuk masyarakat yang sehat, sejahtera adil dan makmur. Tidak miskin, artinya warga Negara mempunyai kemampuan dan akses untuk menikmati standar hidup minimal untuk sejahtera. Seperti, terpenuhinya kebutuhan pokok, rasa aman, mendapat pekerjaan dan penghasilan yang cukup serta menjalani hidup layak. Untuk membantu tercapainya tujuan tersebut, harus dimulai dengan pembangunan dari kelompok terkecil masyarakat, yaitu keluarga. Jika keluarga-keluarga sejahtera, maka masyrakat pun menjadi sejahtera. Untuk itulah Yayasan Damandiri mencetuskan program pemberdayaan keluarga, yang disingkat Posdaya.

Posdaya adalah wadah untuk mensinergiskan kegiatan masyarakat di satuan wilayah paling bawah, yaitu lingkungan rukun keluarga (RW). Melalui wadah POSDAYA tersebut dibangun komunikasi, silaturahmi, kegiatan ekonomi kreatif, pendidikan dan lain-lain. Kegiatan pendidikan mulai dari PAUD, majelis taklim sampai kegiatan pendidikan untuk ibu-ibu semuanya terangkum dan disinergikan dalam system kegiatan yang terpadu dan saling menunjang. Selama ini setiap elemen kegiatan Posdaya berjalan sendiri-sendiri. Misalnya Kegiatan majelis taklim berjalan tanpa berbarengan dengan Posyandu atau Karang Taruna. Padahal banyak aspek kegiatan-kegiatan tersebut yang saling terkait dan mempunyai tujuan yang sama. Dengan adanya Posdaya, semua kegiatan kemasyarakatan tersebut disinergikan sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuannya.

(12)

2 Intinya, upaya pemberdayaan yang ditawarkan dalam Posdaya diarahkan untuk mendukung penyegaran fungsi keluarga, yaitu keagamaan, budaya, kasih sayang, perlindungan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Tercapainya fungsi-fungsi ini pada hakekatnya bermuara pada pemenuhan tujuan dan sasaran pembangunan milleneum (MDGs) yang ditetapkan sebagai program pembangunan di Indonesia. Dalam Posdaya, keluarga yang lebih mampu kalau perlu dengan pendampingan petugas pemerintah atau organisasi masyarakat, membantu penguatan kemampuan keluarga yang kurang mampu.

Selain itu, kegiatan Posdaya tidak hanya sekedar untuk tujuan yang disebutkan di atas, tetapi juga terdapat kegiatan ekonomi yang menghasilkan income. Seperti usaha kerajinan, pengolahan makanan, perdagangan, bank sampah dan sebagainya. Di beberapa Posdaya, kegiatan usaha ini cukup maju dan memberikan pengaruh penting bagi penciptaan lapangan kerja dan pertambahan penghasilan keluarga. Hal ini terlihat pada saat dilakukan lomba Posdaya baik ditingkat provinsi maupun nasional. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang menggagas gerakan pembentukan Posdaya secara nasional rutin mengadakan pameran dan lomba Posdaya.

Umumnya skala usaha Posdaya masih tergolong usaha mikro yang perlu didampingi agar menjadi usaha yang berkelanjutan dan tumbuh. Salah satunya ialah dengan meningkatkan jiwa teknopreneur (teknopreneurship) dikalangan Pengurus dan anggota Posdaya. Menjadi usahawan, saat ini tidak hanya cukup dengan bermodalkan semangat, kemampuan menjual dan menciptakan nilai tambah saja, melainkan harus menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta terus memupuk kemampuan mengimplementasikannya dalam kegiatan usaha. Telah banyak contoh, perusahaan yang

(13)

3 tidak mengikuti perkembangan terkini teknologi akan tersisih dari pasar, karena kalah bersaing dari perusahaan sejenis yang telah menggunakan teknologi terbaru.

Teknologi telah terbukti menjadikan usaha lebih efisien, lebih cepat dan dapat menekan biaya produksi maupun biaya operasional. Pengusaha yang tidak mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dalam usahanya akan kalah dalam persaingan. Oleh karena itu usaha level kecil sampai besar harusnya tidak boleh jauh dari pemanfaatan teknologi. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi, banyak sekali jenis usaha lain yang ikut memanfaatkannya seperti usaha kuliner dan transportasi. Saat ini orang begitu mudahnya memesan taksi atau ojek, hanya dengan menggunakan aplikasi online. Bahkan pengusaha kuliner mulai dirambah oleh aplikasi serupa, hanya dengan memesan secara online, pesanan langsung diantar kerumah. Artinya, kemajuan teknologi saat ini menjadi andalan para pengusaha untuk tetap eksis di pasar, inilah yang disebut dengan teknopreneur (pengusaha yang mengimplementasikan kemajuan teknologi dalam kegiatannya). Perusahaan-perusahaan menengah dan besar mempunyai sumberdaya yang cukup untuk mengadopsi teknologi baru. Namun bagi usaha kecil dan mikro tentu bukan hal yang mudah karena keterbatasan sumberdaya. Tidak hanya karena terbatasnya modal, pengertian dan pemahaman terhadap pentingnya teknologi pun menjadi kendala tersendiri.

Berdasarkan uraian di atas, Institut Ketenagakerjaan dan Pembangunan Perdesaan Universitas Trilogi (IKPP) bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Badan Perencanaan dan Pegembangan Ketenagakerjaan, Kemenaker R.I. bermaksud melakukan kajian dengan judul, Peningkatan Teknopreneurship Usaha Ekonomi Mikro: Studi Kasus Posdaya Binaan Universitas Trilogi.

(14)

4 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud Kegiatan ini ialah untuk berpartisipasi dalam kegiatan Penelitian/Kajian di bidang Pembangunan Ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI tahun anggaran 2016.

Tujuan kegiatan ialah mensosialisasikan usaha ekonomi yang berbasis kemajuan teknologi (teknopreneurship) serta meningkatkan teknopreneurship dikalangan pelaku usaha mikro, khususnya di Posdaya binaan Universitas Trilogi.

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan adalah semakin berkembangnya usaha mikro ditingkat Posdaya baik dari segi kualits, kuantitas produksi, jumlah tenaga kerja yang terlibat serta penggunaan teknologi produksi dan system manajemen yang lebih maju.

1.4 Penerima Manfaat

Setelah kegiatan kajian ini selesai, pihak yang akan menerima manfaat diantaranya Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan R.I, Kementerian Koperasi dan UKM, Pemerintah Daerah, Pengurus Posdaya dan Lembaga lain yang terkait dengan pengembangan usaha mikro maupun pengembangan masyarakat.

(15)

5 BAB II. KAJIAN LITERATUR

2.1 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)

Program nasional pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran (Yayasan Damandiri, 2012). Sasaran utamanya ialah pembangunan sumberdaya manusia yang merupakan pusat dari kegiatan pembangunan di segala bidang. Posdaya atau Pos Pemberdayaan Keluarga adalah implementasi dari program tersebut dalam tataran teknis. Salah satu kegiatan yang ikut dirintis oleh Yayasan Damandiri di Posdaya-Posdaya yang telah didirikan di seluruh di Indonesia ialah pendirian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), karena PAUD yang selama ini masih belum diperhatikan ternyata mempunyai banyak dimensi. Pertama, sebagai wahana bagi anak-anak balita untuk mencintai sekolah dan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Kedua, wahana menempa rasa percaya diri sejak dini agar dikemudian hari mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dan tidak selalu bergantung kepada orang tuanya atau orang lain. Ketiga, Paud membuktikan perhatian orang tua kepada anaknya dalam mempersiapkan pendidikannya sedini mungkin, dan keempat, orang tua yang anaknya belajar di PAUD mempunyai kesempatan untuk ikut melihat perkembangan kemampuan anaknya serta ikut serta dalam kegiatan sosial ekonomi.

Masa anak berusia 0-6 tahun merupakan masa yang paling penting dalam periode kehidupan seorang manusia. Pada masa itu pertumbuhan otak dan kemampuan nalarnya berkembang pesat mencapai 75 persen, sehingga disebut sebagai periode emas pertumbuhan. Oleh karena itu kasih sayang orang tua dan masyarakat dalam bentuk yang

(16)

6 tepat kepada anak usia balita, sangat berpengaruh kepada pembentukan karakter anak tersebut ketika ia dewasa. Jika anak-anak tidak pernah diberi kesempatan bersosialisasi, belajar dan mencoba mengatasi masalahnya sendiri maka dia akan menjadi anak yang selalu tergantung pada orang lain. Bahkan Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dalam Pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa Pendidikan diupayakan sejak anak lahir sampai usia 6 tahun dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lanjut. Dalam pembelajaran di PAUD, kemandirian anak sudah dicontohkan melalui pendampingan yang pas, terukur dan proporsional sehingga anak berkesempatan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, memiliki kecerdasan intelektual maupun emosional yang baik.

Kegiatan lain yang dilakukan di Posdaya ialah kegiatan penguatan perekonomian keluarga melalui Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja). Usaha ekonomi mikro yang ada di setiap Posdaya menjadi perhatian Yayasan Damandiri untuk dibantu agar usaha tersebut tumbuh berkembang dan menjadi usaha yang menghasilkan tambahan penghasilan bagi keluarga, khususnya kerluarga yang kurang mampu. Kesenjangan kesejahteraan diantara keluarga yang ada di suatu Posdaya akan menjadi kecil ketika melalui kegiatan usaha ekonomi mikro tersebut, keluarga yang sudah mampu membantu keluarga yang masih pra sejahtera. Kalau keluarga yang mampu bisa memberikan perhatian dan bantuan serta mendampingi keluarga yang miskin dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraannya, maka proses pemberdayaan keluarga akan semakin kuat dan tatanan sosial kemasyarakatan juga menjadi lebih kokoh. Misalnya dengan membeli produk yang

(17)

7 dihasilkan keluarga miskin dalam usaha mikro Posdaya atau membantu permodalan dan sebagainya.

Yayaan Damandiri (2014) Menyebutkan tujuan Tabur Puja adalah sebagai berikut:

 Memperkuat kemandirian keluarga dengan membangun Posdaya gemar menabung, memelihara kesehatan, menyekolahkan anaknya dan berlatih keterampilan.

 Menyediakan modal usaha kepada usaha kelompok Posdaya atau anggotanya, baik untuk memulai, meneruskan atau mengembangkan usaha ekonomi produktif.

 Memperkuat budaya gotong royong dengan kewajiban melaksanakan system tanggung renteng bagi kelompok sebagai ganti agunan atas kredit yang diberikan.

 Mendidik masyarakat terutama keluarga anggota posdaya agar membiasakan diri untuk berhubungan dengan bank atau lembaga keuangan .

Secara khusus program Tabur Puja juga bertujuan untuk menjalin kerjsama dengan lembaga-lembaga keuangan untuk menyediakan fasilitas tabungan, menyediakan skim kredit dan memberikan bimbingan dalam menjalankan kegiatan ekonomi produktif.

Nilai-nilai strategis program Tabur Puja adalah (1) Kebersamaan, yaitu menjadi wadah bergabungnya anggota masyarakat sehingga tercipta rasa kebersamaan, saling percaya dan semangan membesarkan Posdaya; (2) Keterbukaan, Pengelolaan usaha ekonomi produktif Posdaya dilakukan dengan prinsip keterbukaan sehingga meningkatkan rasa saling percaya; (3) Komitmen, setiap anggota ikut serta dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan maupun kegagalan Posdaya, sehingga perlu dibuat aturan yang disepakati bersama; (4) Gemar menabung, kepada setiap keluarga ditanamkan sifat gemar menabung dan dengan adanya tabungan keluarga tersebut akan memperkuat rasa percaya diri dan kemandirian;

(18)

8 (5) Konsisten/disiplin, Pengurus dan anggota Posdaya harus terbuka, tidak pilih kasih dalam melaksanakan aturan yang telah disepakati bersama dan (6) Kemandirian, kerjasama yang terbina dengan baik antar sesama anggota Posdaya akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat dan menciptakan kesetaraan yang akhirnya menumbuhkan kemandirian.

Dalam penyaluran dana kredit, Yayasan Damandiri tidak menyalurkan dana langsung ke Posdaya, melainkan melalui bank mitra, lembaga keuangan mikro maupun koperasi yang siap membantu proses kredit yang diajukan anggota Posdaya. Besarnya pinjaman yang dapat diperoleh perorangan, sesuai dengan modal usaha yang dibutuhkan, maksimum 2 juta rupiah. Jangka waktu kredit maksimum 12 minggu. Namun demikian, bisa saja lembaga penyalur membuat kesepakatan khusus dengan calon debitur baik jumlah maupun skim pengembalian tergantung jenis usaha dan kebutuhan modal yang diajukan. Untuk menilai pelaksanaan kegiatan dilakukan evaluasi dan monitoring agar perkembangan usaha bisa dipantau. Monitoring dilakukan secara berkala dan pencatatan dilakukan dengan formulir atau pembukuan kelompok.

Selain Tabur Puja, kegiatan sosial kemasyaraktan lainnya yang ada di Posdaya ialah Posyandu yang bertujuan membangun keluarga sejahtera melalui upaya menurunkan tingkat kelahiran serta kematian ibu dan anak. Juga ada Kegiatan Posdaya berbasis masjid, yaitu mendukung manajemen pengelolaan masjid yang baik dan terpadu. Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat. Dilihat dari fungsinya, masjid tidak hanya sebagai tempat sarana melaksanakan ibadah semata melainkan juga tempat memberdayakan kapasitas kehidupan masyarakat dibidang ekonomi, social, budanya dan lingkungan.

(19)

9 2.2 Entrepreneurship

Entrepreneurship atau kewirausahaan ialah karakter sesesorang yang berjiwa penciptaan nilai tambah, selalu berusaha memanfaatksan peluang untuk mendapatkan benefit positif dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan wirausahawan adalah orang yang mengorganisir dan mengkordinasikan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Merekalah yang mengkombinasikan faktor produksi ini untuk menciptakan barang dan jasa. Dalam ekonomi, sumberdaya modal, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia harus dikelola oleh orang yang berjiwa entrepreneur agar seluruh potensi tersebut dapat diwujudkan menjadi benefit yang meningkatkan kesejahteraan.

Seseorang yang berjiwa entrepreneur, adalah orang yang berani mengambil resiko, rasional, mampu melihat peluang usaha dengan cermat. Oleh karena itu, semangat wirausahawan akan sangat diperlukan untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi perekonomian. Kegiatan ekonomi memberikan efek domino bagi pembangunan secara keseluruhan, karena akan menciptakan lapangan kerja baru. Tenaga kerja yang diserap pada lapangan kerja ini tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap keseluruhan perekonomian. Semakin banyak lapangan kerja, juga berarti semakin banyak sumber pendapatan bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan berarti akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Kondisi ini menjadi faktor perangsang bagi penigkatan produksi. Semakin banyak jumlah pengusaha maka efek domino yang timbul semakin besar.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli ekonomi diketahui bahwa jumlah pengusaha atau entrepreneur berhubungan erat dengan kemajuan perekonomian suatu

(20)

10 bangsa. Dibandingkan dengan Negara-negara Asean, jumlah pengusaha di Indonesia masih terbilang sedikit (sekitar 1,65%). Di Singapura, jumlah pengusahanya sudah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5% dan Thailand 3%.

Jika disarikan, karakteristik seorang wirausaha menurut buku-buku kewirausahaan adalah sebagai berikut :

 Mempunyai rasa percaya diri yang kuat, mandiri, berkepribadian yang kokoh dan selalu yakin dan optimis.

 Fokus serta berorientasi pada presetasi, hasil, tekun, tabah, energik serta penuh inisiatif.

 Memiliki tekad, motivasi, suka bekerja keras

 Berani mengambil risiko dan piawai dalam mengelolanya serta menyukai tantangan.

 Leadership menonjol, suka bekerja dengan tim, bergaul dengan orang lain, serta terbuka terhadap saran dan kritik konstruktif.

 Berani mengakui kekurangan, melakukan perubahan dan terbuka dengan hal-hal baru.

 Inovatif, kreatif dan fleksibel dalam bertindak, berorientasi ke masa depan, pikirannya selalu begerak dinamis

 Mempunyai banyak sumber informasi dan knowledge yang beragam.

Dalam pengertian sehari-hari istilah technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan Teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Namun demikian, pengertian ini berkembang tidak hanya dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk seperti dalam perdagangan online

(21)

(e-11 Commerce), pemanfaatan perangkat lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web sebagai sarana iklan untuk wirausaha.

Menurut Buchari (2010), karakter wirausaha yang utama ada tiga yaitu, memiliki inisiatif, mampu mengorganisir aspek sosial dan ekonomi untuk menghasilkan seusatu serta tidak takut mengambil resiko. Secara garis besar baik istilah usahawan tradisional, enterpreneur maupun technopreneur esensinya hampir sama. Seseorang disebut ”Enterpreneur Sukses” adalah apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai tambah ekonomis dalam kegiatan usahanya, sehingga mampu mensejahteraan dirinya, keluarganya, karyawannya dan mungkin juga orang lain. Dengan demikian, maka mereka yang digolongkan sebagai enterpreneur sukses adalah orang yang menjalankan usaha, mempekerjakan karyawan dalam memproduksi, mendistribusikan barang atau memberikan jasa-jasa lainnya. Bagi seorang entrepreneur, pendidikan dan keahlian bukanlah hal yang utama dalam mengembangkan bisnisnya, tetapi unsur teknologi, jaringan, lobi, dan pemilihan segment pasar lebih menentukan kesuksesannya.

Selain itu, hubungan antara pembangunan ekonomi dan kewirausahaan telah diketahui dapat menjelaskan kinerja ekonomi suatu negara. Kewirausahaan memainkan peran kunci dalam pembangunan ekonomi dan secara luas diakui baik oleh akademisi dan praktisi sebagai faktor fundamental ekonomi pembangunan serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan (Toma et al., 2014).

(22)

12 2.3. Teknopreneurship

Istilah teknopreneur saat ini sudah popular di dunia usaha dan ekonomi, yang secara umum dapat dipahami sebagai kewirausahaan yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai keberhasilan usahanya. Namun demikian, pengertian teknopreneur dikemukakan dalam format yang bermacam-macam oleh para penulis buku kewirausahaan (Toma et al., 2014). Seperti yang disebutkan dalan Buku Teknopreneur yang diterbitkan oleh Dirjen Dikti Kemdiknas (2008), bahwa teknoprenur esensinya adalah usahawan (orang yangmenciptakan nilai tambah melalui suatu kegiatan usaha), dimana dalam kegiatan usahanya tersebut dia memanfaatkan kemajuan teknologi. Penguasaan teknologi tersebut menjadi keunggulannya dalam memproduksi, mendesain produk, memasarkan dan membangun jejaring.

Dalam era digital dan globalisasi ini usaha kecil sekalipun sudah harus meningkatkan daya saingnya melalui kemampuan menggunakan teknologi, terutama teknologi informasi. Oleh karena itu, technopreneurship seharusnya terus didorong pengembangannya dikalangan usahawan, karena keunggulan persaingan di pasar sekarang ini sangat ditentukan oleh penguasan teknologi. Semakin bertambahnya jumlah tekrnopreneur, maka daya saing bangsa semakin tinggi baik. Technopreneur tidak sekedar menjadi pengusaha atau pedagang barang komoditas saja tetapi juga menjadi pelopor penerapan inovasi teknologi dalan semualini usahanya. Mereka berorientasi kepada menjual produk inovatif yang mampu menjadi substitusi maupun komplemen dalam kemajuan peradaban manusia.

Depdiknas (2008) mengidentifikasi perbedaan antara wirausahan tradisional, entrepreneur dan teknopreneur seperti dirangkum dalam table berikut ini

(23)

13 Tabel 1. Charakteristik Usahawan Mikro/Kecil, Entrepreneur dan Teknopreneur Karateristik Usaha Mikro/Kecil Entrepreneur Teknopreneur

Motivasi

Menjadi sumber hidup, Umumnya bekerja sendiri, Personaliti pemilik Motivasi mendominasi, Ide dan konsep, Eksploitasi kesempatan, Akumulasi kekayaan Pola pikir revolusioner, Kompetisi dan resiko, Sukses dengan teknologi baru, Finansial, menciptakan nama baik Kepemilikan Pendiri/rekan bisnis keuntungan Saham pengendali, Maksimalisasi profit Penguasaan pasar, Pertumbuhan (saham dan Nilai perusahaan)

Gaya manajerial

Trial and error, Lebih Personal, Orientasi local, Menghindari resiko, Risiko pada manajemen

Arus kas stabil, Mengikuti pengalaman, Profesionalisme Fleksibel, target strategi global, Inovasi produk berkelanjutan Kepemimpinan

Jalan hidup, Hubungan Baik, Dengan contoh, Kolaborasi, Kemenangan kecil Otoritas tinggi, Kekuatan lobi, Imbalan untuk Kontribusi, Manajemen baru Perjuangan kolektif, Visioner, Membagi kemajuan bisnis, Menghargai kontribusi dan pencapaian Tenaga Kerja Jaminan rendah, Kekeluargaan, Resiko tinggi, Merekrut tenaga lokal dan Global, Kompensasi menarik, Mobilitas rendah Multikultural, kualitas tinggi, berpendidikan, lebih berorirentasi

prestasi dari pada kehadiran fisik R&D dan Innovasi Mempertahankan bisnis, Pemilik bertanggung jawab, Siklus waktu

yang lama, Akumulasi tekologi sangat kecil

Bukan Prioritas utama, kesulitan mendapatkan peneliti, Mengandalkan franchise, lisensi

Riset dan inovasi, IT, Biotek global, Kecepatan peluncuran produk ke pasar Outsourching dan Jaringan Kerja

Sederhana, Lobi bisnis Langsung

Penting tapi sulit mendapatkan tenaga ahli, Kemampuan umum Pengembangan bersama tim outsourcing, Banyak penawaran,

(24)

14 Berbeda dengan entrepreneur, seorang teknopreneur mendasarkan ke ”enterpreneuran-nya” pada keahlian yang berbasis pendidikan dan pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari pengalaman/percobaan pribadi. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama pengembangan produk suksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi, dan pemilihan pasar secara demografis. Mereka ini disebut juga ”enterpreneur moderen” yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka untuk menghasilkan produk unggulan sebagai dasar dari pembangunan ekonomi bangsa berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economic). Alexander (2014) menyebutkan bahwa entrepreneur adalah motor dalam penciptaan lapangan kerja, teknologi baru dan peningkatan produktivitas.

Saat ini kewirausahaan berbasis teknologi informasi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan usaha apa pun. Baik untuk menciptakan suatu peluang usaha baru maupun mengembangkan bisnsi yang telah lama didirikan. Di Negara-negara maju, teknoreneurship ini menjadi lokomotif baru dalam menggerakkan perekonomian Negara. Contoh ekstrim yang dapat disebutkan ialah pendiri Microsoft, Facebook, Whatsapp

Potensial Pertumbuhan

Siklus ekonomi, Stabilitas

Penetrasi nasional cepat, global lambat, roteksi, monopoli, oligopoli Teknologi baru, Akuisisi teknologi, Aliansi global pertahankan growth Target Pasar Lokal, Kompetisi dng produk di pasar, Penekanan biaya Penguasaan pasar nasional, Penetrasi pasar memakan waktu lama, Produk baru untuk pelanggan baru Pasar global, Membangun jaringan, Penekanan time to market, pre/postsale, Mendidik konsumen, teknologi baru

(25)

15 dan sebagainya. Menjadi wirausaha berbasiskan teknologi ini telah menjamur di kawasan Silicon Valley (Califronia) dimana pemerintah mendorong munculnya pengusaha muda yang memanfaatkan kemajuan teknologi (Buchari, 2010). Di sana terdapat ratusan perusahaan yang kebanyakan bergerak dalam bidang komputer dan elektronik yang selalu menghasilkan produk-produk baru. Mereka bersaing dalam inovasi dan tidak terorganisasi dalam alam birokrasi. Situasi organisasi semacam ini oleh para ahli diistilahkan dengan “adhocracy” sebagai lawan dari birokrasi. Ada pekerjaan spesialis, sedikit ikatan komando, tidak ada struktur organisasi yang jelas. Pengambilan keputusan bersifat desentralisasi. Mereka memiliki budaya kerja yang tinggi, saling percaya, penuh keyakinan. Semua ini membuat pekerjaan sangat efektif.

Pengembangan kewirausahaan berbasis teknologi di Indonesia akhir-akhir ini cukup berkembang. Beberapa perusahaan start-up berhasil menjual ide kreatifnya dan memperoleh pendanaan dari investor seperti game online, pemasaran online dan sebagainya. Namun dibandingkan dengan Negara lain seperti Korea, Taiwan, Malaysia Indonesia masih tertinggal. Oleh sebab itu untuk meningkatkan perkembangan kewirausahaan di bidang teknologi informasi di Indonesia, perlu ditingkatkan kepercayaan diri para pelaku dan seluruh stakeholder.

Pemanfaatan teknologi akan mengarahkan perusahaan pada cara kerja perusahaan yang efisien, perluasan kompetisi, pemasaran, penjualan, distribusi, promosi, dan lain-lainnya. Teknologi juga menyebabkan orang-orang bergerak dengan cepat, mengetahui berita dengan cepat pula. Pada sebagian wirausahawan pemakaian teknologi masih hal yang baru, dan mengalami kendala seperti ketersediaan sumberdaya manusia, permodalan dan dukungan system birokrasi. Oleh karena itu, dalam rangka memajukan dan

(26)

16 membesarkan usaha atau bisnis, peran teknologi harus terus didorong oleh semua pihak. ui bahwa informasi itu sangat penting untuk bahan masukan bagi pengambilan suatu keputusan dalam bisnis.

Salah satu jenis teknologi yang sangat pesat kemajuannya dan mempengaruhi kegiatan dunia bisnis ialah teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi sekarang ini berkembang dengan pesat mencapai berbagai macam bidang kehidupan masyarakat. Tidak hanya dikalangan terpelajar saja, tapi telah merata keseluruh kelompok umur mulai dari anak-anak sampai orang tua. Teknologi informasi dibuat untuk memudahkan para penggunanya dalam mengerjakan urusannya. Seperti membuat, menyimpannya dan mengirim informasi ke orang lain.

Pemanfaatan teknologi informasi dianggap sebagai media yang dapat menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional, misalkan saja pemakaian kertas, penghapus, tinta dan lain sebagainya yang cenderung tidak efisien. Sekarang dengan bantuan computer, internet, banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan cepat dan lebih murah. Pengiriman surat dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya telah menjadi hal yang umum di semua perusahaan. Bahkan industry perbankan telah mengembangkan layanan berbasis teknologi informasi yang menghemat banyak waktu dan biaya nasabah. Seperti SMS Banking, yaitu layanan perbankan yang dilakukan dengan menggunakan SMS (Short Message Service ). Transaksi seperti pengecekan saldo, transfer uang, dan pembayaran tagihan bisa dilakukan dari mana saja dengan menggunakan smartphone. Teknik pemasaran kontemporer juga telah menggunakan teknologi informasi, seperti E-commerce yaitu perdagangan elektronik (Electronic commerce) yang dilakukan dengan memanfaatkan

(27)

17 internet. Memang jenis teknologi yang paling pesat kerkembangannya dalam abad ini adalah teknologi informasi. Apapun segi kehidupan tidak ada yang luput dari pengaruh teknologi informasi ini. Jarak yang jauh menjadi dekat, waktu yang lama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi hanya sebentar saja.

Teknologi informasi memiliki banyak peranan dalam membantu manusia dan memecahkan masalah. Diantaranya membantu manusia dalam meningkatkan produktivitas, meningkatkan efektivitas, meningkatkan efisiensi, meningkatkan mutu dan mencari pemecahan masalah. Dunia entrepreneurship merupakan dunia yang cukup menantang terutama bagi mereka yang membutuhkan tantangan pekerjaan lebih berat dibandingkan hanya sebagai karyawan sebuah perusahaan. Dunia ini juga menjanjikan imbalan berupa kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya dan secara umum entrepreneur juga memberikan kontribusi bagi perekonomian negara dalam bentuk tersedianya lapangan kerja baru dan adanya perusahaan pembayar pajak baru.

2.4 Usaha Ekonomi di Posdaya

Kegiatan perekonomian di tingkat Posdaya adalah wujud dari kebersamaan antara keluarga yang mampu dengan keluarga yang kurang mampu yang dikembangkan dalam bentuk usaha mikro/kecil atau koperasi (Suyono dan Haryanto, 2013). Dalam Posdaya kegiatan perekonomian sangat didorong untuk terus berkembang karena menyentuh langsung akar permasalahan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran utamanya ialah keluarga muda yang memiliki waktu dan kemampuan berusaha, karena biasanya keluarga ini berpendidikan tetapi sebagai ibu rumah tangga biasanya tinggal

(28)

18 dirumah dan mempunyai waktu luang. Mereka bergabung dalam kelompok, saling berbagi ilmu dan memulai usaha sebagai usaha kecil yang memasarkan produknya dikeluarga angota maupun ke konsumen lain di luar Posdaya.

Yayasan Damandiri menfasilitasi dengan mengadakan pelatihan, membantu menjajagi kerjasama dengan perusahaan UMKM lain atau perbankan dengan tujuan agar remaja yang siap kerja di lingkungan Posdaya tersebut memperoleh pekerjaan. Posdaya juga didorong mebentuk koperasi sehingga dapat menolong keluarga yang kurang mampu untuk ikut menjadi anggota dan aktif dikegiatan usaha koperasi tersebut.

Setiap periode tertentu, Yayasan Damandiri mengadakan pameran dagang mengumpulkan Posdaya yang mempunyai usaha ekonomi baik produksi maupun distribusi untuk memamerkan produkannya, memperkenalkan kepada konsmen yang lebih luas serta menghubungkan dengan investor jika mereka ingin mengembangkan produksinya. Biasanya pameran dagang dilakukan secara regional, dan mengundang Posdaya juara dari regional lain.

Untuk membantu pemasaran, kegiatan ekonomi mikro di Posdaya diikutkan dalam program Sentral Perkulakan Posdaya (Senkudaya). Senkudaya beroperasi sebagai wholesale market menghimpun produk-produk yang dihasilkan semua Posdaya lalu mendistribusikan ke jaringan pasar baik pasar tradisional, pasar modern maupun langsung ke konsumen. Terutama produk-produk yang tahan lama seperti hasil kerajinan tangan, pakaian, alat-alat perkakas pertanian, alat rumah tangga dan lain-lain.

Seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Posdaya perlu dibina terus menerus, agar tidak tertinggal dengan kondisi di pasar yang persaingannya makin ketat. Untuk bisa

(29)

19 mengembangkan usaha yang dirintis oleh anggota Posdaya, perlu dilakukan peningkatan teknopreneurship sebagai antisipasi tuntutan perkembangan yang tidak bisa lepas dari pemanfaatan kemajuan teknologi. Untuk itulah kajian ini dirasakan perlu, yaitu untuk mensosialisasikan semangat teknopreneur sebagai langkah awal untuk meningkatkannya. Tanpa supervise dan bantuan dari pihak lain, maka usaha mikro dan kecil akan semakin tersisih, padahal secara jumlah mereka sangat banyak. Lebih dari 90 persen badan usaha terdiri dari UMKM. Walaupun kontribusinya terhadap perekonomian hanya sekitar 40 sampai 50%, UMKM ini menjadi tulang pungung ekonomi nasional karena banyaknya tenaga kerja yang terserap.

UMKM didorong tidak hanya memasarkan produknya di pasar domestic, tetapi juga ke pasar global. Menurut Putrid an Nursyamsi (2016), peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam aktivitas ekspor masih sangat minim, yakni 15,8 persen. Tiga hal yang menghambat produk UMKM menembus pasar internasional ialah perizinan yang terasa masih berbelit bagi pelaku UMKM, minimnya saluran pemasaran di luar negeri dan yang ketiga ialah keterbatasan sumberdaya manusia untuk menjajagi, mengembangkan dan serta untuk memproduksi. Pasar ekspor memang meminta jumlah minimal, rutinitas dan persyaratan mutu sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif agar UMKM bisa meningkatkan pangsa pasar di luar negeri.

(30)

20 BAB III. DASAR HUKUM

Kajian Peningkatan Teknopreneurship Usaha Ekonomi Mikro di Posdaya Binaan Universitas Trilogi ini dilaksanakannya berdasarkan pada peraturan dan perudangan di bawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN.

3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.02/2015 Tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2016.

5. Peraturan Pemerintah Nomor : 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Kementerian Ketenagakerjaan RI; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar; 8. Permen Keuangan Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 55/PMK.05/2014 tentang tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak tetap; 10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Ketenagakerjaan.

11. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Barenbang Tahun Anggaran 2016 Nomor: DIPA-026.11.1.452683/2016 Revisi Ke-6 Tanggal 2 Agustus 2016;

12. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 103 Tahun 2016 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Tahun 2016.

(31)

21 BAB IV. METODOLOGI

3.1. Lokasi Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Wilayah Propinsi DKI Jakarta, dimana terdapat Posdaya binaan Universitas Trilogi. Sebagian besar Posdaya Binaan Universitas Trilogi berada di Wilayah Kota Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Namun beberapa ada juga di Wilayah Jakarta Pusat dan Utara. Posdaya-Posdaya tersebut dibentuk ketika ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik yang dilakukan setiap tahun oleh mahasiswa semester 6. Selanjutnya dosen yang membimbing kelompok KKN tersebut menjadi pendamping dan Pembina Posdaya.

3.2. Waktu Kajian

Waktu dilaksanakannya kajian adalah selama satu bulan terjitung sejak ditanda-tanganinya surat perintah kerja oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan R.I.

3.3 Data

Data yang akan digunakan dalam analisis hasil kajian adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah hasil wawancara terstruktur dengan responden. Populasi adalah seluruh Posdaya binaan Universitas Trilogi yang berjumlah 79. Penarikan sampel dilakukan dengan cara porpusif yaitu pemilihan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari publikasi BPS maupun lembaga terkait. Sampel ditentukan sebanyak 20 Posdaya terpilih dari seluruh Posdaya Binaan

(32)

22 Universitas Trilogi. Dasar pemilihan sampel tersebut ialah berdasarkan keaktifan kegiatan Posdaya khususnya usaha ekonomi.

Parameter yang dikumpulkan meliputi identitas responden, data Posdaya, jenis teknologi yang dipemanfaatan dalam kegiatan usaha dan aspek manajemen teknologi.

Identitas responden meliputi nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan dan posisi di Posdaya. Data Posdaya meliputi alamat Posdaya, jumlah anggota dan jenis kegiatan ekonomi (produksi, perdagangan dan jasa lainnya). Sedangkan jenis teknologi yang dimanfaatkan meliputi tenologi untuk produksi dan untuk pemasaran (website, media social, pencetakan brosur dan aplikasi online-e-commerce).

3.4 Analisis

Analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif, yaitu perhitungan rata-rata, frekuensi dan tren. Melalui analisis ini akan diketahui bagaimana sikap setiap Posdaya yang diwakili oleh Pengurusnya ataupun wakil yang ditunjuk terhadap kegiatan yang meningkatkan teknopreneurship dari Posdaya itu sebagai organisasi. Tabulasi sederhana dari deskripsi responden cukup untuk dijadikan alat pengambil kesimpulan sesuai tujuan dilakukannya kajian ini.

(33)

23 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Survey

Dari 20 Posdaya yang dijadikan sampel dalam kajian ini, hanya 18 yang bisa dianalisis karena dua Posdaya tidak ada kegiatan usaha ekonominya. Dua Posdaya ternyata tidak memiliki usaha ekonomi sehingga tidak bisa dianalisis.

5.1.1 Profile Responden a) Jenis kelamin

Sebanyak 11,11 persen responden berjenis kelamin laki dan 88,89 persen berjenis kelamin perempuan. Banyaknya responden yang menjadi pengurus Posdaya dari kalangan wanita dapat dimengerti karena kaum lelaki umumnya sibuk dengan pekerjaan utama mereka, jadi yang ikut serta dalam kegiatan Posdaya adalah kaum perempuan. Walapun demikian, kegiatan sosial yang ada di Posdaya juga banyak yang melibatkan bapak-bapak seperti pengajian, karang taruna dan kebersihan lingkungan. Responden laki-laki yang menjadi pengurus Posdaya adalah warga yang sudah pendiun dari pekerjaannya dan ingin mengambdikan diri dalam kegiatan masyarakat.

(34)

24 Gambar 1. Profile Responden berdasarkan Jenis Kelamin.

b). Umur

Umur responden berkisar antara 30 sampai 60 tahun. Kalau dilihat dari Gambar … dibawah ini, diagram scatter menunjukkan bahwa kelompok umur dominan dari responden ialah yang berada dalam selang umur antara 35 sampai 55 tahun. Artinya umur tersebut adalah umur produktif menurut kriteria pembagian kelompok umur tenaga kerja. Oleh karena itu, memang sudah selayaknya Posdaya melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan pendapatan bagi anggotanya. Apalagi kalau anggota Posdaya terdiri dari kalangan berpendidikan yang mempunyai banyak waktu luang, tentu bisa membuat kelompok usaha yang potensial berkembang menjadi usaha yang lebih besar.

(35)

25 Gambar 2. Profile Umur Responden

c) Pekerjaan

Pekerjaan responden didominasi oleh ibu rumah tangga (68 %), pedagang/wiraswasta (20%) dan guru (12%). Variable pekerjaan responden penting diketahui untuk melihat bagaimana peran mereka dalam kegiatan ekonomi Posdaya. Sebagian besar merupakan wiraswasta, sehingga memang perlu dilakukan upaya peningkatan teknopreneurship agar usaha yang sudah jalan semakin berkembang dan yang masih merintis, usahanya bisa segera beropersi. Peluang usaha diera digital dan globalisasi ini sebenarnya cukup banyak, namun yang bisa melihat peluang tersebut adalah mereka yang akrab dengan kemajuan teknologi dan berani maju denga mengendalikan risiko-risiko usaha yang ada. Pada beberapa Posdaya seperti Posdaya Tunas Mekar di Rawajati, Posdaya Pelita Hati di Manggarai, mereka berhasil mengembangkan usaha membuat kerajinan dari bahan limbah kertas dan plastik yang dirangkai melalui beberapa tahap proses tertentu dan

(36)

26 akhirnya menjadi produk cantik yang bernilai ekonomi, seperti tempat tisu, tas tangan, bunga kering dan hiasan dinding.

d) Pendidikan

Pendidikan responden bervariasi mulai dari tamatan SLTP sampai tertinggi sarjana, namun sebagian besar jenjang pendidikannya adalah SLTA (72%). Artinya, dengan jenjang pendidikan yang dapat dikatakan cukup tinggi tersebut, maka pengenalan teknologi dalam meningkatkan usaha ekonomi produktif Posdaya memang berpotensi untuk berhasil. Saat ini, teknologi tidak lagi hanya dikuasai oleh sekelompok orang terpelajar saja tetapi semua orang sudah memakai teknologi, khususnya teknologi komunikasi.

5.1.2 Profile Posdaya a) Lokasi

Lokasi Posdaya Binaan Universitas Trilogi tersebar di beberapa wilayah terutama di Jakarta Selatan dan Jakarta TImur. Dalam kajian ini 18 Posdaya yang dijadikan sampel lokasinya dapat dlilihat pada Tabel berikut ini

(37)

27 Tabe 2. Nama-nama Posdaya Binaan Universitas Trilogi yang jadi Responden

No. Nama Posdaya Alamat Keterangan 1 Anggrek RW02 Kelurahan Susukan, Ciracas

Jakarta Timur

2 Melati RW 04, Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

3 Kenanga Rw05 Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

4 Mawar Menteng Wadas IV, Setiabudi Jakarta Selatan

5 Tunas Mekar RW02 Rawajati, Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

6 Sari Kasih RW03, Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan

7 Putra Ceria RW03 Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan

8 Karang Balita RW05 Kel. CIpete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan

9 Dahlia Kelurahan Buktiduri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan

10 Kemuning RW07 Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan

11 Melati Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta TImur

12 Anggur RW06, Kelurahan Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan

13 Teratai RW01 Kelurahan Baru, Kecamatan Ps Rebo, Jakarta Timur

14 Pelita Hati RW03 Kelurahan Makassar, Cipayung Jakarta Timur

15 Pulo Kambing RW02 Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur

16 Wijaya Kusuma RW03 Pondokrangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

17 Tunas Melati RW02 Batu Ampar, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur

18 Anyelir RW05 Batu Ampar, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur

(38)

28 b) Jumlah anggota

Jumlah anggota Posdaya yang dilaporkan oleh pengurus bervariasi antara 23 sampai terbanyak 100 orang. Rata-rata dari 18 Posdaya yang jadi responden, jumlah anggotanya rata-rata mencapai 42 orang. Anggota yang tergabung dalam Posdaya umumnya adalah warga yang memang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan mereka. Baik kegiatan pengajian, Posyandu, kebersihan lingkungan dan kegiatan lainnya. Ketika di rumah memang tidak ada kegiatan, sering ibu-ibu membuat kegiatan berkelompok seperti mengerjakan kerajinan tangan, belajar membuat kue, masakan dan sebagainya.

(39)

29 c) Jenis Kegiatan Ekonomi

Jenis kegiatan ekonomi yang terdapat di Posdaya adalah produksi barang kerajinan, usaha kuliner/masakan, memproduksi kue-kue basah, kue-kue kering, memproduksi asinan/olahan buah, permen, menjahit pakaian anak-anak, mainan anak-anak dan membuat bakso. Selain itu ada juga kegiatan yang memproduksi tetapi tidak untuk dijual seperti menanam sayur hidroponik, memelihara ikan lele di kolam terpal. Sedangkan kegiatan usaha dagang ialah distribusi bahan makanan pokok.

Kegiatan ekonomi yang juga dilakukan oleh beberapa Posdaya ialah mengolah sampah menjadi produk yang bernilai jual, yaitu kompos dan barang kerajinan. Podaya Melati di Rawa Bunga telah mendidikan bank sampah yang telah dirasakan oleh anggota manfaatnya. Sampah yang selama ini dibuang dan menjadi masalah lingkungan, kini setelah dipilah menjadi sampah organic dan non organic bisa dimanfaatkan dan menghasilkan pendapatan tambahan

5.1.3 Pemanfaatan Teknologi Dalam Kegiatan Ekonomi

Jenis teknologi yang dimanfaatkan oleh kegiatan ekonomi Posdaya adalah teknologi informasi yang dipakai dalam pemasaran produk maupun berkomunikasi dengan sesama pengurus atau dengan pelanggan. Dalam kuisioner, macam teknologi yang ditanyakan adalah internet/website, media sosial (facebook, tweitter, instagram, whatsapp dan mendia sosial lainnya), brosur cetak, dan aplikasi pemasaran e-commerce.

Dari seluruh responden yang diwawancarai, tidak ada satupun yang membuka website untuk kepentingan usaha mereka. Alasanya ialah, selain belum ada tenaga yang

(40)

30 mampu mengoperasikan website juga biaya yang dibutuhkan untuk mendisain sebuah website cukup mahal untuk ukuran usaha ekonomi mikro. Sementara produk yang dihasilkan belum begitu banyak, sehingga pengurus Posdaya merasa belum perlu menggunakan laman website untuk usaha mereka.

Sementara media social, hampir semua responden mengatakan telah menggunakan media sosial untuk membantu usaha mereka. Jenis media sosial yang dominan ialah facebook, kemudian Whatsapp, Instagram dan Line. Media sosial digunakan untuk menawarkan produk baik produk baru maupun yang sudah biaya diproduski. Kedekatan hubungan dalam grup media sosial menjadi kunci berhasilnya pemasaran melalu media sosial ini.

Brosur, belum semua Posdaya menggunakan bahan cetak ini untuk kegiatan usaha. Dari 18 Posdaya, hanya sekitar 5 Posdaya yang telah menggunakan bahan cetak berupa brosur untuk mempromosikan produknya. Jenis teknologi yang menggunakan aplikasi e-commerce juga belum ada digunakan oleh usaha ekonomi Posdaya.

5.1.4 Manajemen Teknologi

Perubahan serta perkembangan teknologi yang begitu pesat telah memberikan memberi dampak langsung atau tidak langsung pada semakin cepatnya proses penciptaan produk baru, perubahan dalam rantai nilai serta peningkatan daya saing perusahaan. Penguasaan teknologi menentukan kemampuan seorang wirausahawan/perusahaan untuk dapat mengendalikan masalah-masalah teknis, konsep serta hal yang lainnya yang bersifat tangible yang dikembangkan untuk mengatsi masalah teknis serta kemampuan teknik mengekplor konsep serta hal tangible lain lebih efektif.

(41)

31 Kemampuan manajemen teknologi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti pengalaman produksi, pengetahuan kualitas, pengetahuan layanan prima, disain kemasan, pengetahuan dan penerapan aspek manajemen yang baik, pengembangan produk baru, pernah atau tidak mengajukan pinjaman bank, pernah atau tidak mengikuti pameran dagang, mengikuti pelatihan produksi dan mengikuti pelatihan manajemen.

a) Pengalaman Produksi

Dalam kewirausahaan konvensional, lamanya seseorang melakukan hal yang sama (berulang memproduksi barang yang sama) mempengaruhi penguasaan tekonloginya dalam memproduksi barang tersebut. Ia akan terus mempelajari dan memperbaiki metode sehingga semkain banyak pengalaman diasumsikan makin tinggi penguasaan teknologinya. Dalam kajian ini, walaupun proses produksi usaha ekonomi mikro Posdaya masih tergolong sederhana, namun asumsi ini masih relevan untuk diterapkan. Oleh karena itu, dalam kajian ditanyakan berapa lama usaha ini telah melakukan kegiatan produksi.

Rata-rata usaha ekonomi Posdaya masih terhitung pendek pengalaman produksinya, yaitu mulai dati 1 sampai 5 tahun. Dalam siklus produksi periode seperti ini masih tergolong masa introduksi (pengenalan produk ke pasar). Tetapi ini adalah hal yang bersifat relative. Ada juga produk yang masa introduksinya hanya satu sampai dua tahun, kemudian memasuki masa pertumbuhan. Misalnya untuk produk-produk makanan yang umur simpannya relative singkat. Posdaya memang banyak memproduksi barang seperti ini, keripik, bakso, minuman ringan, asinan buah adalah beberapa contohnya.

Sebenarnya dengan konsep teknopreneur, panjang pendeknya pengalaman produksi tidak terlalu menentukan keberhasilan sebuah usaha, karena perkembangan teknologi yang

(42)

32 paling mutahkhir dapat menafikan pengalaman bekerja seseorang. Misalya orang yang terlatih menjadi juru ketik selama puluhan tahun, tidak bisa diandalkan dengan pemanfaatan teknologi computer yang serba digital. Dulu ketika masih menggunakan mesik ketik manual. Sangat diperlukan sekretaris yang pandai mengetik rapi dan cepat. Sejak pemanfaatan computer, apalagi dengan menggunakan system perangkat lunak terbaru, untuk mengetik dokumen yang rapid an cepat tidak lagi memerlukan pegawai yang ahli mengetik dan berpengalaman.

b) Pengetahuan Kualitas

Ketika ditanyakan tentang pengetahuan kualitas produk, pengelola usaha mikro Posdaya memberikan jawaban yang beragam. Jawaban dikelompokkan menjadi 5 skor, dengan perincian sebagai berikut:

1. Tidak mampu menjelaskan kualitas seperti apa dari produknya yang diinginkan konsumen

2. Mampu menjelaskan kualitas barang

3. Mampu menjelaskan standar kualitas dan memberikan contoh serta kriteria dari preferensi konsumen terhadap kualitas yang melekat pada produk

4. Mampu menjelaskan secara jelas dan mempunyai perbandingan dari kualitas produk pesaing

5. Mengerti dan mampu menjelaskan kualitas yang baik serta punya strategi dan terobosan untuk meningkatkan terus kualitas produk

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bawah skor pengelola usaha ekonomi mikro Posdaya berada pada angka 3 sampai 5, tetapi didominasi angaka 3 sebesar 72%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap kualitas barang yang dihasilkan masih perlu

(43)

33 terus ditingkatkan, bisa melalui pelatihan atau mempelajari contoh barang lain yang kualitasnya paling baik (benchmarking). Kualiti manajemen tidak hanya di perusahaan mikro atau kecil, di perusahaan besarpun menjadi perhatian pimpinan perusahaan. Pemahaman dan kemampuan menghasilkan produk yang berkualitas menjadi kunci dalam merebut pangsa pasar.

Tidak hanya produsen yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, konsumen pun demikian pula, mereka mendapatkan benefit dari kemajuan teknologi tersebut. Kalau dulu konsumen harus dating atau menelepon satu persatu toko untuk mengecek barang yang bagus dari segi harga dan kualitas, kini tidak perlu seperti itu. Cukup buka website maka harga dan gambar barang yang dicari terpampang dan langsung bisa dibandingkan antara satu produsen dengan produsen yang lain.

b) Pengetahuan tentang layanan prima (services excellent)

Layanan prima menjadi perhatian para pemimpin perusahaan saat ini. Untuk bisa tetap eksis dipasar, selain menang dalam kualitas dan harga, memberika layanan terbaik kepada pelanggan tidak bisa ditinggalkan. Oleh karena itu, dalam kajian ini ditanyakan bagaimana pengeatahuan pengelola usaha di Posdaya tentang layanan prima tersebut. Teori manajemen menyebutkan bahwa konsumen selalu menuntut layanan terbaik agar loyalitasnya terjaga. Layanan prima akan menjadikan konsumen puas terhadap atribut yang melekat pada produk dan juga terhadap pelayanan personal seperti memberikan senyuman ketika melayani, mengucapkan terima kasih dan sebagainya, baik sebelum transaksi, saat transkasi maupun sesudahnya. Memberika layanan prima sebenarnya tidak memerlukan biaya yang besar tetapi dampaknya terhadap kepuasan pelanggan cukup besar.

(44)

34 Kriteria yang diukur dalam variable layanan prima sama seperti mengukur pengetahuan tentang kulaitas, yaitu dengan meberikan skor 1 sampai 5 terhadap jawaban, skor tersebut adalah:

1. Tidak mampu menjelaskan proses layanan prima 2. Mampu menjelaskan layanan prima secara singkat

3. Mampu menjelaskan layanan prima dan memberikan contoh serta kriteria dari preferensi konsumen terhadap pelayanan

4. Mampu menjelaskan secara panjang lebar dan mempunyai contoh perbandingan dari layanan produk pesaing

5. Mengerti dan mampu menjelaskan kualitas yang baik serta punya strategi dan terobosan untuk meningkatkan layanan prima

Hasil wawancara memperlihatkan bahwa pengetahuan tentang layanan prima berada dalam selang 2 sampai 4. Hal ini artinya, rata-rata pengelola usaha ekonomi mikro di seluruh Posdaya sudah memahami bagaimana memberikan layanan prima kepada pelanggan. Misalnya usaha kuliner, memberikan layanan prima adalah membuat pelanggan puas dari semua aspek, yaitu kebersihan, rasa, memberikan senmyuman dan ramah kepada setiap pelanggan.

c) Disain Kemasan

Sebanyak 60% Posdaya mengakui bahwa usaha mereka telah menggunakan kemasan yang dicetak dengan teknologi printing. Usaha produk makanan seperti permen jahe, kue kering, keripik singkong dal sebagainya, sangat dipengaruhi keberhasilan pemasarannya oleh bentuk kemasan. Kadang-kadang produk yang bermutu, kalau tidak dikemas dengan baik akan jatuh nilainya dimata konsumen. Sisanya sebanyak 40%

(45)

35 responden mengatakan bahwa produk mereka tidak menggunakan kemasan yang didisain khusus karena kendala permodalan atau jumlah skala ekonomis yang belum tercapai. Untuk mencetak kemasan dengan disain khusus, kalau jumlahnya sedikit harga tiap unitnya menjadi mahal. Sehingga jumlah pesanan kemasan harus dalam jumlah besar supaya harga per unitnya murah. Untuk Posdaya yang jumlah produksinya masih rendah, hal ini menjadi kendala untuk bisa memesan kemasan dengan disain khusus.

d) Pengembangan Produk Baru

Hanya 30 persen (6 Posdaya) yang melakukan percobaan pengembangan produk baru. Ide pengembangan dan peluncuran produkbaru biasanya diperole dari hasil pelatihan maupun memodifikasi produk yang sudah ada. Contohya Posdaya Pulo Kambing di Jatinegara Jakarta Timur, yang melakukan modifikasi produk keripik singkong. Produk baru yang diluncurkan ialah keripik warna ungu dari bahan baku ubi jalar ungu. Produk ini dipromosikan dengan jargon Jajanan sehat karena mengandung zat anti oksidan.

Pengembangan produk baru perlu terus dibudayakan dikalangan pengusaha, karena inovasi selalu ditunggu oleh konsumen. Teori life-cycle produk selalu berlaku apapun produknya. Pada tahap awal atau introduction, produk tersebut membutuhkan perkenalan dan biasanya belum cepat naik penjualannya. Tahap berikutnya, jika memang produk tersebut cocok dengan keinginan pelanggan maka ia akan dicari dan angka penjualan naik cepat. Sampai pada suatu titik, yang disebut titik maturity (kejenuhan) maka barang tersebut melambat penjualannya. Bisa disebabkan oleh pangsa pasar direbut produk baru yang lebih baik, bisa juga karena pengaruh bosan dengan tampilan produk yang seperti itu saja. Pada saat inilah diperlukan peluncuran produk baru baik dengan sedikit modifikasi

(46)

36 maupun sama sekali baru. Tanpa inovasi, maka produk yang berasa dalam fase maturity tersebut akan ditinggalkan dan lama-lama hilang dari pasaran.

e) Pinjaman Modal Dari Bank

Sebagaimana usaha mikro yang lain, usaha yang ada di Posdaya masih kesulitan akses permodalan dari bank. Bank biasanya mau mengucurkan kredit kepada usaha yang sudah berjalan dan terpantau dari transaksi rekeningnya banknya. Jadi ketika mengajukan pinjaman, Bank meminta copy buku rekening bank dan juga kolateral dengan nilai yang cukup. Hal ini tentu tidak mudah bagi usaha mikro di Posdaya karena jarang transaksi mereka yang menggunakan rekening bank. Ketika ditanyakan apakah pernah mendapat pinjaman modal dari bank, tidak ada satupun dari Posdaya yang menjawab pernah. Alasan mereka sama yaitu berurusan dengan bank cukup rumit dan banyak persyaratannya. Walaupun ada program Tabur Puja yang digagas oleh Yayasan Damandiri, tetap saja tidak dimanfaatkan karena pengelola usaha Posdaya menganggap sama saja dengan kredit biasa. Memang yayasan Damandiri tidak menyalurkan langsung modalnya ke usaha mikro Posdaya, melainkan melalui bank mitra, koperasi atau lembaga keuangan lainnya.

f) Pameran Dagang

Yayasan Damandiri, sebagai inisiator pembentukan Posdaya di Indonesia melakukan pameran dagang di tiap-tiap regional, yaitu Sumatera, Jawa Barat dan DKI, Jawa Tengah dan DIY, Jawa serta Jawa Timur. Pelaksanaan pameran dagang ini bersamaan dengan pemilihan Posdaya Teladan tingkat regional. Universitas Trilogi sebagai perguruan tinggi Pembina Posdaya pusat sudah melaksanakan pameran dagang sebanyak 3 kali. Semua Posdaya yang berada dibawah binaan Universitas Trilogi diundang untuk mengikuti pameran dagang

(47)

37 tersebut. Biasanya Posdaya yang mempunyai kegiatan usaha ekonomi, seperti meproduksi makanan ringan, minuman, bakso ataupun yang memproduksi barang lainnya akan mendaftarkan diri untuk ikut pameran dagang. Tempat dan fasilitas stand disediakan oleh Universitas Trilogi.

Hasil wawancara terhadap Posdaya yang dijadikan sampel menujukkan sebanyak…. Persen responden menyatakan pernah ikut pameran dagang. Hal ini merupakan indicator positif bagi pengusaha, yaitu berupaya memanfaatkan kesempatan memperkenalkan produk melalui pameran. Selain pameran dagang yang diadakan Yayasan Damandiri, beberapa Posdaya mengaku, juga mengikuti pameran dagang yang diadakan oleh Pemda melalui Dinas Koperasi. Melalui wawancara mendalam dengan pengurus Posdaya diketahui bahwa

5.2. Pelaksanaan Loka Karya

Pelaksanaan lokakarya bertujuan untuk sharing pengetahuan dan pengalaman antara nara sumber dengan pengurus Posdaya. Narasumber yang dipilih adalah dosen kewirausahaan di Universitas Trilogi, yang pernah memiliki pengalaman bekerja di perusahaan swasta. Narasumber juga menjadi Pembina beberapa Posdaya di lingkungan Universitas Trilogi.

Empat Posdaya yang dipilih sebagai lokasi lokakarya adalah (1) Tunas Mekar di RW 02 Kelurahan Rawa Jati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan; (2) Posdaya Kenanga, RW05 Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur; (3) Posdaya Teratai, RW01 Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dan (4) Posdaya Anggur, RW06 Kelurahan

(48)

38 Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Jumlah peserta dari masing-masing lokasi lokakarya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Selama pelaksanaan loka karya, peserta terlihat aktif mengikuti pemaparan dari nara sumber dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Peserta yang terlibat langsung dengan usaha ekonomi mikro mengemukakan permasalahan-permasalahan yang sering mereka hadapi. Beberapa pertanyaan yang dapat dirangkum di sini diantaranya,

 Bagaimana meningkatkan umur simpan produk olahan makanan.

 Penggunaan bahan makanan yang berbahaya seperti pewarna, pemanis, pengawet dan lain-lain.

 Proses sertifikasi produk halal

 Tata tata cara mendapatkan ijin IRT (Industri Rumah Tangga)

 Aplikasi pencatatan dan pelaporan system akuntasi sederhana

 Teknik pemasaran untuk meningkatkan penjualan

 Suplier alat-alat dan mesin produksi untuk memproses produk snack

Melalui diskusi interaktif, narasumber telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan anggota posdaya merasa cukup puas. Misalnya pertanyaan-pertanyaan tentang lama simpan produk. Dijelaskan bahwa untuk produk makanan, makin berair produk tersebut air akan semakin singkat umur simpannya, karena mikroba membutuhkan air sebagai media tumbuh. Namun mikroba seperti jamur tetap bisa tumbuh dibahan makanan yang kering. Oleh akarena itu, selain diupayakan mengurangi kadar air, produk harus dikemas dengan baik agat tidak cepat terkontaminasi.

Bahan-bahan tambahan makanan yang bersifat kimiawi sebisa mungkin dihindari. Kalaupun sudah termasuk bahan yang diijinkan oleh BPOM, takarannya harus seminimal

(49)

39 mungkin. Hal ini untuk menghindari dampak jangka panjang pada orang yang mengkonsumsi produk tersebut secara rutin.

Untuk proses sertifikasi produk halal, khusus untuk usaha kecil dan mikro pemerintah memberikan bantuan dan potongan biaya. Nara sumber meyakinkan peserta agar tidak usah kuatir dengan biaya sertifikasi halal. Sedangkan ijin Industri Rumah Tangga (IRT) dapat diajukan ke Dinas Kesehatan Kota. Selanjutnya nanti akan dipanggil untuk mengikuti pelatihan, setelah itu lokasi usaha akan disurvey sebelum sertifikat dikeluarkan. Jika usaha yang sama menghasulkan lebih dari satu macam produk, maka untuk produk kedua, proses lebih mudah yaitu tinggal mencantumkan nama produk pada surat pengajuan dan tidak perlu ikut pelatihan lagi. Nomor IRT menurut peserta sangat penting karena disyaratkan ketika akan disuplai ke toko modern.

Suplier alat-alat produksi, bias didapatkan dari berbagai cara seperti di pusat pertokoan Glodok dan Mangga Dua yang menyedia segala macam alat produksi yang cocok untuk UMKM, tersedia produk buatan local maupun impor. Cara lain bias juga dengan memesan langsung ke bengkel yang biasa membuat peralatan produksi dengan spesifikasi sesuai pesanan, namun harga akan lebih mahal disbanding beli langsung jadi di toko.

Gambar

Gambar 3. Jumlah Anggota Posdaya

Referensi

Dokumen terkait

Da- ta yang diperlukan adalah antigen spesifik prostat (Prostate Spesific Antigen /PSA), umur pasien (A- ge), dan volume prostat (Prostate Volume /PV) sebagai parameter masukan dan

Pengaturan alat pengajaran merupakan bagian dari pengelolaan kelas. Karena itu dalam penyampaian materi yang diperlukan alat pengajaran seperti alat peraga atau alat peraga

Era globalisasi yang dialami oleh para siswa ada titik temu dari nilai-nilai positif maupun nilai negatif yang dijadikan sisi capain dari global tentunya sikap mental

TOPSTAR FASHION (D&C BRIGHTSPORT CENTRE) BUKA DIGI STORE EXPRESS LABUAN (LEDDER ENTERPRISE) BUKA.. STREETWISE FASHION STORE

Tujuan dari penelitian tersebut ialah untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kedelai dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi

Penulis telah menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Analisis Pengaruh Media Pendingin dan Temperatur pada Proses Pengerasan Baja AISI 1035 terhadap

Rata-rata risiko sistematis bernilai lebih dari 1 atau (1,289 > 1) sehingga secara umum 44 saham perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki risiko

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki perilaku cukup adalah ibu yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yaitu 30,3% (30 orang) dan dari 9 orang