BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Profil Singkat Perusahaan
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Lingkungan Kabupaten Bandung dirancang untuk dapat membantu kegiatan pengendalian (controlling) dan pengawasan (monitoring) pencemaran air di wilayah Kabupaten Bandung. Secara garis organisasi, berdasarkan Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007, UPTD Laboratorium Lingkungan berada langsung dibawah Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bandung (DLH Kab. Bandung, 2018).
1. Tupoksi UPTD Laboratorium Lingkungan
(DLH Kab. Bandung, 2018) Tugas pokok UPTD Laboratorium Lingkungan adalah memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi badan di bidang pengelolaan laboratorium lingkungan, Sedangkan fungsi UPTD Laboratorium Lingkungan adalah:
a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan laboratorium lingkungan.
b. Penyelenggaraan pelaksanaan operasional laboratorium lingkungan. c. Perencanaan operasional kegiatan pengelolaan laboratorium lingkungan.
d. Penyusunan mekanisme organisasi dan tatalaksanan pengelolaan laboratorium lingkungan.
e. Pengelolaan anggaran pelaksanaan pengelolaan laboratorium lingkungan. f. Pengembangan kemitraan pengelolaan laboratorium lingkungan.
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
h. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan laboratorium lingkungan dengan sub unit kerja lain di lingkungan Badan.
24
2. Visi dan Misi UPTD Laboratorium Lingkungan
Berikut adalah ini visi dan misi dari UPTD Laboratorium lingkungan (DLH Kab.
Bandung, 2018), yaitu: a. Visi
Menjadi laboratorium yang kompeten dan terpercaya dalam hal pengujian kualitas lingkungan serta menjadi sarana pendukung utama program pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan di Kabupaten Bandung.
b. Misi
1) Menyelenggarakan kegiatan pengujian yang mengacu kepada standar kompetensi laboratorium pengujian ISO/IEC 17025 2005 dan standar lainnya yang relevan. 2) Menyelenggarakan pengelolaan laboratorium secara profesional dan melakukan
pengendalian seluruh kegiatan pengujian secara ketat untuk mencapai mutu pengujian yang akurat, presisi dan konsisten dalam memenuhi standar pelayanan laboratorium dan kepuasan customer .
3) Membangun kompetensi sumberdaya manusia laboratorium melalui pendidikan dan pelatihan baik aspek manajemen maupun aspek teknis pengujian.
3. Struktur Organisasi
25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD Lab DLH (Sumber: Dinas Lingkungan Hidup)
4.1.2 Prosedur Penggunaan Alat dan Penentuan Titik Sampling
Alat ukur thermometer dan hygrometer yang digunakan peneliti adalah alat ukur yang telah dikalibrasi sedangkan alat pengukur pencahayaan atau Lux meter belum terkalibrasi. Berikut ini akan disebutkan cara kerja pemakaian alat, yaitu:
4.1.2.1 Prosedur Penggunaan Alat
1. Cara kerja Thermometer Raksa
a. Letakkan Thermometer di ruangan 10 menit
b. Lihat angka suhu yang ditunjukkan pada garis merah c. Catat hasil
2. Cara kerja Hygrometer
a. Letakkan hygrometer pada tempat yang akan diukur b. Diamkan ± 10 menit
c. Catat hasil 3. Cara kerja Lux Meter
Manajemen Puncak
Kepala Bagian Tata Usaha (Manajer Administrasi)
Koordinator Teknik (Manajer Teknik)
Penata Jaminan Mutu (Manajer Mutu) Penyelia Pengujian Penyelia PPC (Pengambilan Contoh Uji) Deputi Manajer Mutu Urusan Umum Urusan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Analis PPC
Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Kepala Badan Pengendalian
26
a. Geser tombol ON
b. Kalibrasikan Lux meter pada angka 0 atau pada angka yang stabil c. Arahkan electric cell pada sumber cahaya yang akan diukur
d. Lihat angka pada layar Lux meter hingga angka yang muncul stabil e. Lakukan sampai 3 kali pengukuran
f. Catat hasil pengukuran g. Tekan Off
h. Hitung rata-rata hasil pengukuran
4.1.2.2 Penentuan Titik Sampling
Berikut ini adalah penentuan titik sampling dari parameter suhu, kelembaban, dan pencahayaan, yaitu:
1. Suhu
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1335/MENKES/SK/ X/2002 untuk penentuan titik sampling suhu yaitu jumlah titik yang diambil adalah jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing-masing ruangan.
Luas dari UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung adalah 36,66 M2, berdasarkan peraturan diatas jumlah sampel yang diambil adalah 3,666 atau jika dibulatkan 4 sampel yang diambil, untuk menambah data dari hasil sampling peneliti menambahkan dari jumlah minimal tersebut menjadi 15 titik sampling.
2. Kelembaban
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1335/MENKES/SK/ X/2002 untuk penentuan titik sampling kelembaban yaitu jumlah titik yang diambil adalah jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing-masing ruangan.
Luas dari UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung adalah 36,66 M2 , berdasarkan peraturan diatas jumlah sampel yang diambil adalah 3,666 atau jika dibulatkan 4 sampel yang diambil, untuk menambah data dari hasil sampling peneliti menambahkan dari jumlah minimal tersebut menjadi 15 titik sampling.
27
3. Pencahayaan
Berdasarkan SNI 16-7062-2004 untuk penentuan pengukuran pencahayaan yaitu: a. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.
Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 4.2
3 m 3 m
3 m
3 m
3 m 3 m 3 m 3 m
Gambar 4.2 Penentuan titik penerangan umum Luas 10 M2-100 M2 (Sumber: SNI-16-7062-2004)
Luas dari UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung adalah 36,66 M2 , berdasarkan peraturan diatas untuk pengambilan sampel pencahayaan adalah 6 titik, untuk menambah data dari hasil sampling peneliti menambahkan dari jumlah minimal tersebut menjadi 15 titik sampling.
4.1.3 Dokumentasi, observasi dan Data Pengamatan
28
probability sampling, menurut Sugiyono (2017) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang meliputi random sampling dan sampling area, dari dasar metode tersebut peneliti akan mengambil data pada 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja yang berjumlah 15 sampel, pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 april- 3 mei 2019.
1. Dokumentasi Observasi
Peneliti mendokumentasikan langsung dan mengobservasi lingkungan kerja sekitar, kejadian, dan keadaan sekitar laboratorium, berikut ini adalah hasil nya:
Keterangan:
Gambar 4.3 Kegiatan Pengukuran Suhu Ruangan Sumber: Pengumpulan Data
Kegiatan yang sedang dilakukan ini adalah pengukuran suhu oleh alat Thermometer diruangan laboratorium basah. Adapun tata cara pelaksanaan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
a. Letakkan Thermometer di ruangan 10 menit
b. Lihat angka suhu yang ditunjukkan pada garis merah c. Catat hasil
29
Keterangan:
Gambar 4.4 Kegiatan Pengukuran Kelembaban Sumber: Pengumpulan Data
Kegiatan yang sedang dilakukan ini adalah pengukuran kelembaban oleh alat Higrometer diruangan laboratorium basah. Adapun tata cara pelaksanaan pengukuran kelembaban adalah sebagai berikut:
a. Letakkan hygrometer pada tempat yang akan diukur b. Diamkan ± 10 menit
c. Catat hasil
Gambar 4.5 Kegiatan Pengukuran Pencahayaan Sumber: Pengumpulan Data
30 Keterangan:
Kegiatan yang sedang dilakukan ini adalah pengukuran pencahayaan oleh alat Lux Meter diruangan laboratorium basah. Adapun tata cara pelaksanaan pengukuran pencahayaan adalah sebagai berikut:
a. Geser tombol ON
b. Kalibrasikan Lux meter pada angka 0 atau pada angka yang stabil c. Arahkan electric cell pada sumber cahaya yang akan diukur
d. Lihat angka pada layar Lux meter hingga angka yang muncul stabil e. Lakukan sampai 3 kali pengukuran
f. Catat hasil pengukuran g. Tekan Off
h. Hitung rata-rata hasil pengukuran
Gambar 4.6 Kondisi Pencahayaan Laboratorium Basah Sumber: Pengumpulan Data
Keterangan:
Kondisi pencahayaan yang kurang membuat penerangan di laboratorium cenderung redup sehingga membuat para analis tidak focus pada saat pekerjaan analisa, serta kondisi ruangan yang tidak memiliki ventilasi langsung keluar membuat lembab ruangan laboraorium basah ini. Keadaan ini diperparah dari terlihatnya karat dipermukaan alat logam di laboratorium yang berindikasi udara dalam ruangan laboratoium cenderung bersifat asam.
31
2. Data Hasil Pengamatan
Berikut ini adalah hasil pengamatan yang telah dilakukan: a. Data Pengamatan Suhu
Tabel 4.1 Data Pengamatan Suhu No Hasil Pengamatan (derajat Celcius)
1 30 2 27 3 30 4 29 5 29 6 29 7 30 8 30 9 29 10 28 11 28 12 29 13 30 14 29 15 30 Rata-rata 29
(Sumber: Pengumpulan Data)
Keterangan:
Pengambilan data yang dilakukan dan diukur langsung dengan alat yang terkalibrasi yaitu dengan thermometer raksa, Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode teknik probability sampling, menurut Sugiyono (2017) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang meliputi random sampling dan sampling area, dari dasar metode tersebut peneliti
32
akan mengambil data pada 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja yang berjumlah 15 sampel, pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 april- 3 mei 2019. Berikut akan dilampirkan sertifikat kalibrasi alat yang digunakan peneliti untuk mengukur, bisa dilihat di lampiran 2
b. Data Pengamatan Kelembaban
Tabel 4.2 Data Pengamatan Kelembaban
No Hasil Pengamatan (%) 1 70 2 65 3 68 4 70 5 69 6 66 7 68 8 67 9 70 10 66 11 65 12 69 13 66 14 68 15 69 Rata-rata 68
(Sumber: Pengumpulan Data)
Pengambilan data yang dilakukan dan diukur langsung dengan alat yang terkalibrasi yaitu dengan Hygrometer, Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode teknik probability sampling, menurut Sugiyono (2017) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang meliputi random sampling dan sampling area, dari dasar metode tersebut peneliti akan
33
mengambil data pada 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja yang berjumlah 15 sampel, pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 april- 3 mei 2019. Berikut akan dilampirkan sertifikat kalibrasi alat yang digunakan peneliti untuk mengukur, bisa dilihat dilampiran 3
c. Data Pengamatan Pencahayaan
Berikut data pengamatan pengukuran pencahayaan dengan alat Lux Meter:
Tabel 4.3 Data Pengamatan Pencahayaan
No Nilai LUX 1 150 2 151 3 160 4 165 5 167 6 170 7 155 8 167 9 157 10 158 11 170 12 159 13 150 14 159 15 129 Rata-rata 158
(Sumber: Pengumpulan Data)
Keterangan :
Pengambilan data yang dilakukan dan diukur langsung dengan alat yang terkalibrasi yaitu dengan Lux Meter, Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode teknik probability sampling, menurut Sugiyono (2017) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang meliputi
34
random sampling dan sampling area, dari dasar metode tersebut peneliti akan mengambil data pada 3 titik yang dikalikan 5 hari kerja yang berjumlah 15 sampel, pengambilan data dilakukan pada tanggal 29 april- 3 mei 2019.
4.1.4 Pedoman Wawancara
Wawancara mendalam akan dilakukan peneliti pada staf analis yang sehari-hari bekerja di ruangan laboratorium, wawancara dilakukan pada tanggal 24 juni 2019, pukul 09.00 wib sampai 14.00 wib untuk semua staf analis. Staf analis yang diwawancarai berjumlah 6 orang. Untuk teknik pengambilan data peneliti menggunakan Metode sampling menggunakan Sampling jenuh (Sensus), Menurut Supriyanto dan Machfudz (2010) Sampling jenuh (Sensus) adalah metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini sering dlakukan apabila jumlah populasi kecil, kurang dari 30 orang.
Dalam pengambilan dan pengumpulan data untuk wawancara peneliti akan menanyakan berbagai hal mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung, adalah sebagai berikut:
1. Menurut anda seberapa penting keselamatan dan kesehatan kerja di UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung, jelaskan?
2. Apa saja yang menjadi kendala terhadap penerapan K3 dilaboratorium UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung ini?
3. Apa yang anda inginkan untuk memenuhi kebutuhan agar program K3 bisa diterapkan dilaboratorium UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung ini? 4. Bagaimana menurut anda dengan keadaan pencahayaan pada saat mengerjakan
analisa di UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung?
5. Bagaimana menurut anda suhu dan kelembaban diruangan laboratorium UPTD Laboratorium Lingkungan Kab. Bandung pada saat pengujian?
35
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Perbandingan Hasil dengan Nilai Ambang Batas
Dari hasil pengamatan dan pengumupulan data yang telah diperoleh maka data tersebut akan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan Nilai Suhu
Tabel 4.4 Data Pengamatan Perbandingan Suhu
No Hasil Pengamatan (derajat Celcius) NAB (derajat Celcius)
1 30 23-26 2 27 23-26 3 30 23-26 4 29 23-26 5 29 23-26 6 29 23-26 7 30 23-26 8 30 23-26 9 29 23-26 10 28 23-26 11 28 23-26 12 29 23-26 13 30 23-26 14 29 23-26 15 30 23-26 Rata-rata 29
(Sumber: Pengolahan Data)
Keterangan:
Dari pengumpulan data yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengaan NAB, adanya rentang hasil pengamatan dengan nilai ambang batas sebesar 1-4 derajat Celcius, perbedaan yang cukup mempengaruhi ini diduga Karena adanya aktifitas pemanasan dari sebagian analisa yang dilakukan contoh pemanasan untuk pengujian fenol, proses destiasi yang dilakukan pada pengujian berakibat naiknya suhu udara dalam ruang
36
kerja analisa, dan factor lain yang diduga naiknya suhu ini terdapat 3 buah oven yang berada di dalam ruang kerja analisa.
2. Perbandingan Nilai Kelembaban
Tabel 4.5 Data Pengamatan Perbandingan Kelembaban No Hasil Pengamatan
(%)
Nilai Ambang Batas (%) 1 70 40-60 2 65 40-60 3 68 40-60 4 70 40-60 5 69 40-60 6 66 40-60 7 68 40-60 8 67 40-60 9 70 40-60 10 66 40-60 11 65 40-60 12 69 40-60 13 66 40-60 14 68 40-60 15 69 40-60 Rata-rata 68 Keterangan:
(Sumber: Pengolahan Data)
Dari pengumpulan data yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengaan NAB, adanya nilai diluar batas keberterimaan yang cukup tinggi ini diduga diakibatkan oleh aktifitas pencucian alat gelas, karena tempat pencucian tersebut berada diarea kerja analisa, banyaknya aktifitas pencucian dan pembilasan dengan air yang memungkinkan nilai kelembaban di area kerja analisa meningkat, dan aktifitas pengujian analisa air limbah yang pada proses destilasi menimbulkan uap yang keluar di area kerja, uap dari hasil pengujian ini tidak bisa keluar ruangan karena tidak terdapat exhaust atau alat penghisap udara.
37
3. Perbandingan Nilai Pencahayaan
Tabel 4.6 Data Pengamatan Perbandingan Pencahayaan
No Nilai LUX NAB
1 150 300 2 151 300 3 160 300 4 165 300 5 167 300 6 170 300 7 155 300 8 167 300 9 157 300 10 158 300 11 170 300 12 159 300 13 150 300 14 159 300 15 129 300 Rata-rata 158
(Sumber: Pengolahan Data)
Dari pengumpulan data yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengaan NAB, dari hasil data yang diperoleh terdapat rentang yang cukup jauh yaitu rata-rata memiliki perbedan 170 Lux, rendahnya pencahayaan ini membuat pengamatan analis pada saat pengujian fokusnya akan berkurang, faktor kurangnya pencahyaan di ruang kerja ini diakibatkan oleh minimnya prasana dan sarana penerangan yang hanya memiliki lampu neon berjumlah 4 buah saja, dan jarak antara meja kerja dengan lampu yang cukup jauh menimbulkan pencahayaan lampu menjadi berkurang.
38
4.2.2 Hasil Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan dengan cara wawancara mendalam kepada 6 analis. Hasil wawancara dapat dilihat dilampiran 4
4.2.3 Evaluasi Hasil
Dari hasil perbandingan nilai ambang batas berdasarkan permenkes no 70 tahun 2016 dan hasil wawancara, hasil yang pengukuran yang didapat semua menunjukan kualitas lingkungan seperti suhu, kelembaban dan pencahayaan menunjukan angka dibawah baku mutu, maka dari itu perlu adanya perbaikan terhadap hasil yang telah didapat. Berdasarkan tujuan terciptanya jurusan teknik industri ini maka penulis akan melakukan perbaikan, yaitu:
1. Parameter Suhu
Untuk menyesuaikan suhuyang sesuai maka didalam ruangan akan ditempatkan dehumidifier pada setiap titik uji dan akan diukur kembali selanjutnya.
2. Parameter kelembaban
Pada penyesuaian kelembaban ini juga akan ditempatkan dehumidifier pada setiap titik uji dan akan diukur kembali selanjutnya.
3. Parameter Pencahayaan
Pada penyesuai kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pencahayaan peneliti akan menempatkan satu buah lampu belajar pada setiap titik uji dan akan diukur kembali selanjutnya.
39
4.3.3 Hasil Perbaikan
Berikut ini adalah hasil pengukuran dari perbaikan yang telah dilakukan: 1. Parameter Suhu
Gambar 4.7 Perbaikan Kondisi Suhu Ruangan Sumber: Pengolahan Data
Keterangan:
Perbaikan kondisi suhu ruangan yaitu dengan menempatkan alat dehuminifier dimana alat tersebut akan mengkondisikan suhu sekitar menjadi lebih sesuai dengan nilai temperatur yang sebelumnya telah diatur di alat tersebut, selanjutnya suhu ruangan akan diukur oleh thermometer glass dan dicatat hasil dari perancangan dari penempatan alat dehuminifier ini.
40
Tabel 4.7 Data Perbaikan Suhu
No Hasil Pengamatan (derajat Celcius) NAB (derajat Celcius)
1 26 23-26 2 25 23-26 3 24 23-26 4 25 23-26 5 25 23-26 6 24 23-26 7 24 23-26 8 24 23-26 9 24 23-26 10 25 23-26 11 26 23-26 12 24 23-26 13 25 23-26 14 28 23-26 15 25 23-26 Rata-rata 25
(Sumber: Pengolahan Data)
Keterangan:
Dari perbaikan yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengan NAB, setelah menemptakan dehuminifier ini suhu didalam ruangan kerja menjadi baik yang mengalami penurunan 1- 2 derajat celcius, karena nilai pengamatan yang telah dilakukan memenuhi rentang nilai ambang batas masuk, berarti penempatan dehuminifier ini sangat berfungsi sekali dalam pengkondisian suhu tersebut, karena dapat menciptakan kondisi yang nyaman untuk para analis yang bekerja di ruang kerja analisa ini. Dan ini akan menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi para analis serta terhindar dari gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh ketidaksesuaian suhu ruangan.
41 2. Parameter Kelembaban
Gambar 4.8 Perbaikan Kondisi Kelembaban Ruangan Sumber: Pengolahan Data
Keterangan:
Perbaikan kondisi kelembaban ruangan yaitu dengan menempatkan alat dehuminifier dimana alat tersebut akan mengkondisikan suhu sekitar menjadi lebih sesuai dengan nilai temperatur yang sebelumnya telah diatur di alat tersebut, selanjutnya kelembaban ruangan akan diukur oleh Hygrometer dan dicatat hasil dari perancangan dari penempatan alat dehuminifier ini.
Tabel 4.8 Data Perbaikan Kelembaban
No Hasil Pengamatan (%) Nilai Ambang Batas (%)
1 59 40-60 2 60 40-60 3 59 40-60 4 70 40-60 5 62 40-60 6 58 40-60 7 55 40-60 8 51 40-60 9 48 40-60 10 52 40-60 11 60 40-60 12 52 40-60 13 49 40-60 14 51 40-60 15 52 40-60 Rata-rata 56
42
(Sumber: Pengolahan Data)
Keterangan:
Dari perbaikan yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengan NAB, penempatan dehuminifier ini menghasilkan kondisi kelembaban yang cukup optimum karena masuk pada rentang nilai NAB, setelah diukur memiliki nilai rata-rata sebesar 56 %.
3. Parameter Pencahayaan
Tabel 4.9 Data Perbaikan Pencahayaan
No Nilai LUX NAB
1 325 300 2 285 300 3 305 300 4 325 300 5 325 300 6 344 300 7 322 300 8 289 300 9 344 300 10 326 300 11 289 300 12 300 300 13 298 300 14 304 300 15 327 300 Rata-rata 314
(Sumber: Pengolahan Data)
Dari perbaikan yang telah dilakukan dan diukur langsung serta diobservasi langsung oleh peneliti yang selanjutnya dibandingkan dengan NAB, dari hasil penempatan lampu tambahan didapat nilai Lux sebesar 314, nilai tersebut telah memenuhi harapan dari rentang 10% dari nilai NAB yang telah ditetapkan.