• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD KRAPYAK WETAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD KRAPYAK WETAN."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DI

KELAS IV SD KRAPYAK WETAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ujang Erianto NIM 12108249045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ujang Erianto

NIM : 12108249045

Program Studi : PSD

Jurusan : PGSD

Fakultas : Ilmu pendidikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa sikripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji utama yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016 Peneliti,

(4)
(5)

MOTTO

(6)

PERSEMBAHAN

1. Kedua Orang Tua saya Ayah (Alm. Ahmad Rato) dan Ibu (Sabariah) Tercinta 2. Kakak dan Keponakan Saya Tercinta yang Selalu Memberi Motivasi, Doa dan

Merestui Aktivitas Saya Dalam Meraih Cita-Cita.

3. Daerah Saya Tercinta Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, Agama, Negara Dan Bangsa

4. Almamater Saya Tercinta Universitas Negeri Yogyakarta

5. Kepada Orang Spesial (Aprilia Sudaryanti) yang Selalu Mendukung Saya. 6. Kepada Seluruh Keluarga yang Berada Di Desa Siti Ambia Kecamatan

(7)

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

KELAS IV SD KRAPYAK WETAN Oleh

Ujang Erianto NIM 12108249045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Krapyak Wetan dengan menggunakan Media Gambar dalam pembelajaran IPA. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Krapyak Wetan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Krapyak Wetan yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Objek penelitian adalah minat belajar siswa kelas IV SD Krapyak Wetan dengan menggunakan Media Gambar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui data tentang minat belajar siswa. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif persentase pada minat belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan minat belajar siswa meningkat dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran IPA kelas IV SD Krapyak Wetan. Dari hasil analisis dalam penelitian ini dapat dinyatakan minat belajar siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil observasi adalah 50%. Setelah diberikan tindakan siklus I minat belajar siswa meningkat menjadi 65,5%. Dalam siklus I ini, sebagian besar siswa masih memiliki minat belajar rendah. Dari siklus I ini kriteria ketuntasannya masih kurang, kriteria ketuntasan adalah 75%. Maka dari itu dilanjutkan siklus selanjutnya, pada siklus II ini minat belajar siswa meningkat 85,5%. Siklus II ini sebagian besar minat belajar siswa tinggi. Hasil siklus II kriteria ketuntasan tercapai sehingga tidak dilakukan siklus selanjutnya. Dari hasil data penelitian siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPA di SD Krapyak Wetan dapat meningkatkan minat belajar siswa.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Gambar Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SD Krapyak Wetan”.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan dan selesainya skripsi ini karena adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan rasa terimakasih kepada yang terhormat:.

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD)

3. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan selama penulisan skripsi. 4. Bapak dan Ibu tim penguji yang telah berkenan hadir pada saat pelaksanaan

ujian.

5. Kepala Sekolah SD Krapyak Wetan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SD Krapyak Wetan.

6. Ibu Sri Lestari Selaku Guru Kelas IV SD Krapyak Wetan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Suparlan dan bapak H. Affandi beserta keluarga, selaku pengurus asrama FIP UPP II yang telah membimbing dan mendidikak kami dengan tulus.

8. Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Singkil Yogyakarta yang telah membantu memberikan saran dalam kelancaran studi saya.

(9)

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat serta bantuan selama penulisan skripsi ini.

Peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016

(10)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ... 8

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ... 58

B. Deskripsi Data Sebelum Pelaksanaan Tindakan ... 59

C. Pelaksanaan Tindakan ... 61

D. Pembahasan ... 85

E. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi minat belajar ... 56

Tabel 2. Skor minat belajar siswa IPA pada Kondisi awal ... 61

Tabel 3. Skor minat belajar siswa pada pertemuan I siklus I ... 66

Tabel 4. Skor minat belajar siswa pada pertemuan II siklus I ... 68

Tabel 5. Refleksi hasil siklus I ... 70

Tabel 6. Skor minat belajar siswa pada pertemuan I siklus II ... 70

Tabel 7. Skor minat belajar siswa pada pertemuan II siklus II ... 80

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I ... 94

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 Siklus I ... 101

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 Siklus II ... 108

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 Siklus II ... 116

Foto Dokumentasi ... 124

Surat Izin Penelitian ... 140

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Begitu juga halnya dengan Indonesia yang ingin menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan bangsa ini, karena dari itulah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk

(16)

Talib, 2011: 1) mengemukakan Pendidikan adalah proses dimana potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, dan digunakan oleh manusia untuk diterapkan.

Pendidikan di Negara Indonesia mengacu pada tujuan pendidikan nasional secara umum manusia Indonesia seutuhnya dan disadari pula bahwa sepenuhnya belum mencapai harapan yang di cita-citakan. Di dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 disebutkan: “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

(17)

IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah, Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Selain itu, menurut Usman Samatowa (2006: 3) dalam Adhy Putri Rilianti 2013: 3) mengungkapkan empat alasan perlunya IPA diajarkan di SD yaitu 1) karena IPA merupakan dasar teknologi sehingga berfaedah bagi suatu bangsa; 2) IPA memberikan kesempatan berpikir kritis jika IPA diajarkan salah satunya dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”; 3) IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat hafalan belaka bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak; dan 4) IPA mempunyai nila-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

(18)

kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tidak ada habis-habisnya. Mengacu pada pernyataan tersebut, IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dapat membuat siswa berminat untuk mempelajarinya.

Siswa sebagai pelaku utama pembelajaran memiliki karateristik yang berbeda-beda. Keanekaragaman karakteristik yang dimiliki siswa tersebut dapat memunculkan minat belajar yang berbeda pula dalam mengikuti pembelajaran IPA. Siswa yang berada dalam satu kelas belum tentu memiliki minat yang sama terhadap pembelajaran IPA.

Upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA tak terlepas dari peran guru sebagai pengelola kelas. Guru hendaknya dapat mengelola kelasnya sebaik mungkin sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan belajar siswa adalah media gambar.

(19)

menggunakan media gambar yang ada dalam buku paket dan alat-alat seadanya yang dimiliki oleh pihak sekolah sehingga siswa kurang memahami materi yang akan diajarkan.

Selain media yang digunakan sangat minim, banyaknya materi IPA juga sangat dikeluhkan oleh para siswa. Siswa kesulitan memahami materi dalam pembelajaran IPA yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan banyak siswa kurang berminat dalam pelajaran IPA. Belum digunakannya berbagai media pembelajaran pada pelajaran IPA juga menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa, salah satu media yang belum pernah diterapkan adalah media gambar. Dalam belajar IPA dibutuhkan minat belajar yang tinggi, jika siswa tidak memiliki minat belajar siswa dalam mempelajari maka akan terasa sulit dalam belajar IPA.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis menginginkan sebuah proses pembelajaran IPA yang ideal sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mempelajari IPA. Adapun salah satu media yang dapat mengakomodasi terwujudnya pembelajaran IPA lebih menarik yaitu media gambar.

B. Identifikasi masalah

(20)

1. Siswa kelas IV SD Krapyak Wetan minat belajarnya rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA.

2. Kurangnya media yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA 3. Siswa kelas IV SD Krapyak Wetan kesulitan memahami materi

dalam pembelajaran IPA

4. Guru hanya menggunakan media yang ada dalam buku paket dan alat-alat seadanya

C. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar penelitian ini terfokus pada masalah yang dikaji. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA masih rendah dan kurangnya media gambar dalam pelajaran IPA. Tindakan untuk mengatasi masalah yaitu menerapkan media pembelajaran dengan media gambar dalam pembelajaran IPA.

D. Rumusan masalah

(21)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Krapyak Wetan melalui media gambar dalam pembelajaran IPA. Minat belajar siswa dilihat dari rasa ingin tahu, perasaan senang dan keterlibatan siswa secara aktif.

F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru

a) Memberikan gambaran untuk merancang dan menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPA. b) Membantu meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang

menjadi tanggung jawab guru. 2. Bagi siswa

1) Memberikan pengalaman belajar yang bermakna setelah terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan media gambar.

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian media pembelajara

Gerlach dan Ely 1971 (dalam Rostina Sundayana 2013: 4) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Gagne dan Briggs 1975 (dalam Arsyad 2002) secara implicit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain, buku, tape-recorder, kaset, video camera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, telvesi, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau bahan fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

(23)

latintekne (bahasa inggris; art) dan logos (bahasa Indonesia; ilmu). Menurut websten 1983: 105 (dalam dalam Rostina sundayana 2013: 5) “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, study dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai : perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu Arsyad, 2002: 3-5 (dalam Rostina sundayana 2013: 5).

Dari berbagai pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. 2. Fungsi media pembelajaran

Secara umum, Sadiman 1993: 16 (dalam Rostina Sundayana 2013: 7) menyatakan bahwa media mempunyai fungsi:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

(24)

a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;

b) Objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan Timelapse atau High Speed Photography;

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun scara verbal; e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain; dan

f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan lewat film, gambar dan lain-lain.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar.

4)Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestiknya.

5)Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

6)Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 7)Pembelajaran dapat lebih menarik.

(25)

10)Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

11)Proses pembelajaran dapat berlangsung, kapanpun dan dimanapun diperlukan

12)Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Menurut Yudi Munadi (2013) ada lima fungsi media pembelajaran:

1) Fungsi media pembelajar sebagai sumber belajar

Secara teksnis, media pembelajaran berfungsi sebagi sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya disamping ada fungsi-fungsi lain yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya dalam bab ini.

(26)

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

Di muka telah disinggung bahwa bahasa meliputi lambang (syimbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang keduannya telah menjadi totalitas pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsure dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah suatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar harimau dapat dipakai sebagai simbol

keberanian, sperti digunakan oleh masyarakat Kota Bandung (Maung Bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukkan kepada binatang

buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan menjadi amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”; “kata” hanya bermakna” bila telah dirujukkan kepada sejumlah referen. Manusialah yang memberi makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang member makna pada setiap kata yang disampaikannya.

(27)

3) Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada cirri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya sebagaimana disebut di atas. Berdasarkan karakteristik umumini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:

a) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain

b) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, seperti proses metamorfois, proses berang-berang membangun bendungan dan sarangnya, dan proses ibadah haji. c) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah

(28)

Kedua, kemampuan media pembelajran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu:

a) Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom, dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan gambar, film dan lain-lain.

b) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorphosis.

c) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara membaca Al-Quran sesuai dengan kaidah tajwid, belajar bahasa asing, belajar menyanyi dan bermusik, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape recorder).

d) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

4) Fungsi psikologis a) Fungsi Atensi

(29)

dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya.

Dengan demikian, media pembelajran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.

b) Fungsi Afektif

Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Jahja Qahar, 1982: 11)

c) Fungsi kognitif

(30)

Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (WS.Winkel,1989: 42) d)Fungsi Imajintif

Media pembelajran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi (imagination) berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993: 239) adalah proses menciptakan objek atau

peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasikan kuat sekali oleh pikiran-pikiran autistik.

e) Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

5) Fungsi Sosio-Kultural

(31)

memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Sedangkan dipihak lain, kurukulum dan materi aja ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinya (guru) baik adat, budaya, lingkungan dan pengalamannya berbeda dengan para siswanya. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. 3. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2006: 170) dalam Rostina sundayana 2013: 13) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:

a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara seperti radio dan rekaman suara.

b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsure suara. Jenis media yang tergolong kedalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

(32)

berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam: a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan

telvisi, melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang actual secara serentak tanpa harus menggunakan ruang khusus.

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi:

a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip, transparansi dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, overhead projector (OPH) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini maka media ini tidak akan berfungsi apa-apa.

(33)

4. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Sudirman N. (1991) dalam Rostina sundayana 2013: 15) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam tiga kategori, sebagai berikut:

a. Tujuan pemilihan

Memilih media yang digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong, lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMA dan lain-lain.

b. Alternatif pilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media yang akan digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan. c. Kriteria pemilihan media

(34)

B. Tinjauan tentang media gambar

Menurut Hujair AH. Sanaky (2013: 81) gambar atau foto merupakan media yang paling umum digunakan orang, karena media ini mudah dimengerti dan dapat dinikmati, mudah didapatkan dan dijumpai di mana-mana, serta banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan verbal. Gambar secara garis besar dapat dibagi pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan foto. Pertama, sketsa atau disebut juga sebagai garis (stick figure), yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok suatu objek tanpa detail. Kedua , lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek atau situasi. Ketiga, photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.

Alasan utama para guru tidak menggunakan atau menghadirkan gambar dalam proses pembelajaran adalah “tidak bisa menggambar”. Alasan ini tampaknya hanya untuk menutupi dirinya kurang kreatif atau malas karena sudah enjoy dengan pola yang selama ini dilakukan (metode ceramah) dan lain-lain. Bahkan ia lupa kalau dirinya pernah belajar menggambar dan mewarnai pada saat duduk di sekolah dasar bahkan di taman kanak-kanak (bagi yang mengalaminya).

(35)

lingkaran tersebut merupakan cara ampuh untuk menyingkirkan hambatan buta huruf dan kesukaran bahasa. Gambar garis atau sketsa ini dapat digunakan untuk semua tingkat sosial, mulai orang tidak bersekolah sama sekali sampai orang yang terpelajar. Tidak perlu khawatir dengan gambar yang telah dibuat.

Karena sketsa disebut sebagai draft kasar, maka ia dapat dikembangkan menjadi karikatur dan kartun. Karikatur menurut Ahmad rohani (1997: 79) dalam Yudhi Munadi 2013: 87) adalah suatu bentuk gambar yang sifatnya klise, sendirian, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan perasaan seseorang yang biasanya diekspresikan berdasarkan masalah-masalah politik dan sosial. Karikatur sebagai media komunikasi mengadung pesan kritik atau sindiran dengan tanpa banyak komentar, tetapi cukup dengan rekaan gambar yang sifatnya lucu sekaligus mengandung makna yang dalam. Tidak setiap bentuk karikatur mudah dibaca atau ditangkap maknanya oleh seseorang. Seringkali untuk melihat dan menangkap maksud gambar karikatur memerlukan kegiatan berpikir atau penalaran. Dalam komunikasi pembelajaran, karikatur dapat digunakan untuk melatih siswa berpikir kritis dan memiliki kepekaan atau kepedulian sosial, lebih mempertajam daya pikir dan daya imajinasi peserta didik.

(36)

situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti dengan cepat. Kalau kartun mengena, pesan yang besar bisa disajikan secara ringkas dan kesanya akan tahan lama di ingatan.

Poto merupakan gambar hasil pemotretan atau photografi. Tidak ubahnya seperti gambar, fotopun merupakan media visual yang efektif karena dapat memvisualisasikan objek dengan lebih konkrit, lebih realistis dan lebih akurat. Foto dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat yang lain dapat dilihat oleh seorang yang berada dari tempat kejadian dalam bentuk photo setelah kejadian itu berlalu. Foto dapat memperlihatkan kerusakan hutan yang menyebabkan banjir akibat penebangan hutan secara tidak bertanggung jawab. Foto juga dapat menggambarkan lahirnya bayi ikan pesut dan lain sebagainya. Ia juga dapat menggambarkan suasana pelaksanaan haji Mekkah. Serta gambar juga bisa menampakkan perubahan penampakan bumi dan langit.

(37)

kata verbal, mengkonkritkan yang abstrak dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar membuat orang dapat menangkap idea tau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang diungkapkan oleh kata-kata. Akan tetapi, karena setiap orang merasa mudah untuk memperoleh gambar, ia menganggapnya sebagai “hal yang biasa” atau “terlalu biasa” sehingga melupakan manfaatnya.

Walaupun hanya menekankan kekuatan indera penglihatan, kekuatan gambar terletak pada kenyataan bahwa sebagian besar orang pada dasanya pemikir visual. Tidak heran apabila kemudian kita menjadi kandidat utama target pengeluaran miliaran rupiah untuk periklanan, telvisi, media, film, dan multimedia.

(38)

1. Kelebihan gambar atau foto

a) Gambar atau foto sifatnya konkrit, lebih realis menunjukan pada pokok masalah bila dibandingkan dengan verbal semata.

b) Gambar atau foto dapat mengatasi ruang dan waktu, artinya tidak semua benda, objek, peristiwa dapat dibawa kekelas, dan pembelajaran dapat dibawa ke objek tersebut. Maka perlu diciptakan dengan membuat gambar atau foto benda tersebut.

c) Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera. Misalnya, binatang bersel satu tak mungkin dilihat dengan mata telanjang, tetapi dengan miskroskop. Apabila tidak menggunakan miskroskop, maka dapat direkayasa dengan bentuk gambar atau foto. d) Memperjelas suatu sajian masalah dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja.

e) Media ini, lebih murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Jadi, penggunaan media gambar atau foto dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada kreasi dan inisiatif pengajar, asalkan gambar atau foto tersebut dilihat dari sisi seni baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(39)

Media gambar atau foto sebagai suatu media pembelajaran, tentu juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Lebih menekankan persepsi indera mata,

b) Benda terlalu kompleks, kurang efektif untuk pembelajaran, c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan media gambar memiliki kelebihan seperti gambar atau foto dapat mengatasi ruang dan waktu,mengatasi keterbatasan pengamatan panca indera, Media ini, lebih murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. media gambar juga memiliki kelemahan antara lain lebih menekankan persepsi indera mata, benda terlalu kompleks kurang, kurang efektif untuk pembelajaran, dan ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

C. Tinjauan Tentang Minat Belajar 1. Pengertian minat

(40)

minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Menurut Sutjipto (2001) (dalam Makmun Khairani 2013: 136) bahwa minat adalah seseorang terdapat suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya minst harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Jhon Holland (dalam Makmun Khairani 20013:137) ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi pengertian minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.

Menurut Crow and Crow 1984 (dalam Makmun Khairani 2013: 137) minat dapat menunjukkan kemampuan untuk member stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, suatu barang atau kegiatan, atau seseuatu yang dapat member pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turu sertanya dalam kegiatan itu.

(41)

pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut.

2. Unsur-unsur yang mempengaruhi minat a. Unsur-unsur minat

1) Perhatian

Seseoarang pengajar harus dapat menarik perhatian peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, sebab dengan perhatian yang dimiliki peserta didik akan timbul keinginan yang tertuju pada suatu hal tertentu. Makmun Khairani (2013: 154) perhatian adalah pemusatan atau konsentari dari seluruh aktivitet individu ditujukan kepada sesuatu obyek atau kepada sekumpulan obyek-obyek. Perhatian juga adalah merupakan peneleksian terhadap stimuli yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Perhatian dapat di defenisikan sebagai proses pemusatan phase-phase atau unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. 2) Perasaan senang

(42)

3) Motif

Motif dapat dikatakan “sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan: (Sudirman AM, 986: 73). Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada mendorongnya. Dalam hal ini motifasi sebagai dasar penggerak yang mendorong seorang untuk belajar dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu.

4) Bakat

Bakat merupakan faktor yang dibawa sejak lahir dapat mengembangkan minat. Bakat dapat berkembang apabila ditunjang atau didukung oleh lingkungan yang memadai dengan bimbingan intensif ( Supri Harjana, 2003: 15).

5) Cita-cita

Cita-cita merupakan suatu unsure kejiwaan yang dapat mempengaruhi dirinya mengarah (melukis) untuk menimbulkan adanya minat (Supri Harjana, 2003: 15)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

(43)

sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow and Crow, 1973) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1) The factor inner urge

Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2) The factor of social motive

Minat seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, misalnya seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.

3) Emosional factor

Faktor pesasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya perjalanan sukses yang diapakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kutanya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

4) Cara mengajar guru

(44)

yang tepat, contoh-contoh yang sesuai dengan dunia anak dan variasi-variasi mengajar yang hidup tapi suaranya yang kurang jelas dan pembelajaran yang menonton dapat meperlemah perhatian siswa. c. Macam-macam minat

Menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengutip pendapat Carl safran, bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk membentu minat, yaitu:

1) Minat yang diekspresikan/Expressed Interest

Seseorang dapat mengukapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Missal seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dam mengumpulkan mata uang logam, perangko dan lain-lain.

2) Minat yang diwujudkan/ Manifest Interest

Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata melainkan dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam suatu kegiatan. Missal kegiatan olahraga, pramuka, dan sebagainya yang menarik perhatian.

3) Minat yang diinventariskan/inventoral Interst

(45)

untuk mengukur minat seseorang disusun dengan menggunakan angket.

d. Ciri-ciri Minat

Elizabeth B.Hurlock menyebutkan beberapa cirri minat, yaitu:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental pada waktu perumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minta menjadi stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya, mereka yang lambat matang, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

2) Minat bergantung pada kesiapan belajar anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. 3) Minat bergantung pada kesempatan belajar, kesempatan untuk belajar

bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak maupun dewasa yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

4) Perkembangan minat mungkin terbatas ketidakmampuan fisik dan mental pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. 5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya, anak-anak mendapat

(46)

minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai lagi bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

6) Minat berbobot emosional, bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

7) Minat itu egosentris, sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematikan, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika disekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergensi di dunia usaha.

e. Fungsi minat

Fungsi minat bagi kehidupan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sebagai berikut:

1) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita 2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat

3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat

4) Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.

f. Bentuk-bentuk minat

(47)

1). Minat primitif

Minat primitif disebut minat bersifat biologi, seperti kebutuhan makan, minum, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.

2). Minat cultural

Minat cultural atau dapat disebut juga minat sosial berasa atau diperoleh dari proses belajar. Jadi minat cultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat primitif.

3. Indikator minat

Defenisi operasional dari minat belajar siswa terbagi dalam empat aspek: (1) perhatian, (2) keterlibatan, (3) ketertarikan, dan (4) kesukacitaan. Dari defenisi tersebut dapat disusun indikator minat belajar sebagai berikut.

1) Perhatian siswa pada mata pelajaran IPA, yaitu memperhatikanpenjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar. 2) Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu aktif dalam

pembelajaran IPA, aktif berdiskusi dalam kelompoknya.

(48)

4) Kesukacitaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar IPA, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.

Dengan adanya indikator di atas, dapat diketahui siswa yang berminat dan yang tidak berminat dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar pada mata pelajaran IPA

4. Pengertian belajar 1) Defenisi belajar

Mendengar kata belajar, biasanya pikiran kita terkait dengan kata sekolah. Ketika itu terpikir pula bidang studi dan keterampilan apa yang harus dikuasaai, misalnya: matematika, bahasa, IPA, atau IPS. Padahal yang seharusnya belajar tidak harus dibatasi dengan sekolah, belajar dapat terjadi dimana-mana, kapan saja. Yang lebih luas lagi, belajar seyogyanya dimaknai sebagai kehidupan. Setiap hari kita mempelajari kehidupan kita.

(49)

Muhibbin 2006 (dalam Makmun Khairani 2013: 4) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedang menurut Morgan dalam Introduction to Psychology (1978) bahwa belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan.

E. Woolfolk (1993) menegaskan bahawa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu. Abin Syamsudin (1981) mendifinisikan bahwa belajar adalah perbuatan menghasilkan perubahan perilaku pribadi.

(50)

Jika dirumuskan secara komprehensif bahwa belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen, perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan, perilakum atau kepribadian. Mungkin itu juga bersifat pengurangan atau reduksi pengetahuan, perilaku atau kepribadian yang tidak dikehendaki.

2) Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar Nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar yaitu,

a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkahlaku yaitu adanya perubahan tingkahlaku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Tanpa pengamatan dari tingkahlaku hasil belajar dari orang tidak dapat mengetahuai dan tidaknya hasil belajar. Karena perubahan hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang dapat diamati.

(51)

c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. Aritnya hasil belajar tidak selalu sertamerta terlihat segera setelah selesai belajar. Hasil belajar dapat terus berproses setelah kegiatan belajar selesai.

d) Perubahan tingkahlaku merupakan hasil latihan atau pengalaman. Artinya belajar itu harus dilakukan secara aktif, sengaja, terencana, buka karena peristiwa yang insendental.

e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkahlaku.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Sumardi Surbyabratan (1995: 249254) bahwa peserta didik yang melakukan belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tetapi tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama besar, ada yang berperan sangat penting dan ada yang kecil pengaruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diklasifikasikan beberapa cara, agar mudah mengenal dan memahami. Diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor diri yang belajar, digolongkan menjadi dua yakni :

(52)

2) Faktor mental psikologis; keadaan mental psikologis yang bersifat sesaat maupun terus menerus, pengaruhnya besar terhadap hasil belajar. Adapun fungsi-fungsi jiwa yang berperan dalam belajar adalah kecerdasan, motivasi, perhatian dan minat.

b. Faktor di luar individual yang belajar, yang digolingkan menjadi tiga yaitu :

a) Faktor alam fisik, faktor iklim, sirkulasi udara dan lain-lain.

b) Faktor sosial psikologis, faktor ini yang paling utama ialah pendidik, yang bertugas mengarahkan, membimbing kegiatan belajar dan menjadi salah satu sumber dari materi belajar.

c) Faktor sarana fisik dan non fisik. Faktor ini berperan dalam kegiatan belajar. Sarana fisik meliputi ruang kelas, laboratorium, perlengkapan dan buku pelajaran. Sarana non fisik atau suasana pedagogis, misalnya tentram dan aman.

(53)

senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar IPA, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

4) Pengertian Minat Belajar IPA

Belajar bukanlah semata-mata mengumpulkan dan menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi. Bukan pula sebagai latihan belaka seperti latihan membaca dan menulis. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik, 2004: 27).

Belajar adalah proses perubahan tingkahlaku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik, misalnya: dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

Dalam belajar, peserta didik mengalami sendiri proses tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach Suryabrata, (1998 dalam Makmun Khairani 2013: 5) : “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.

(54)

keterlibatan yakni aktif dalam pembelajaran IPA, aktif berdiskusi dalam kelompoknya. Aspek ketertarikan yaitu kesegaran siswa dalam mengumpulkan tugas, mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan aspek terakhir adalah aspek kesukacitaan yaitu siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar IPA, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran

D. Tinjauan Tentang Pembelajran IPA di SD

Menurut De Vito, et al (Usman Samatowa, 2011:104) pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun ketrampilan (skills) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pengalaman belajar yang menarik kepada siswa, De Vito (Usman Samatowa, 2011:104).

(55)

informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.

Namun demikian dari segi waktu, jarak, semakin lama semakin sempit sehinggan semboyan “sains hari ini adalah teknologi hari esok merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah “bahkan kini sains dan teknologi mengetahui budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang di satu sisinya mengadung hakikat sains (the nature of science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).

IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

1. Pengertian IPA

(56)

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam winaputra, 1992:122) (dalam Usman Samatowa 2010:3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau seberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten, selanjutnya Winaputra 1992: 123 (dalam Usman Samatowa 2010:3) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah

(57)

didasari pengetahuan dasar yang memadai. Sedangkan pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.

IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akan atau logis, diterima oleh akan sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyatan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam atau ilmu yang berhubungan tentang gejala alam dan kebendaan yang sistemati yang tersusun secara teratur.

2. Hakikat dan tujuan kurikuler pembelajaran IPA di SD a. Hakikat pembelajran IPA

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang bagaimanakan yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena itu struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

(58)

Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebutsebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai ilmu pengetahuan alam, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “ menemukan sendiri “. Sebagai contoh hal berikut ini: “dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta mencari dan menyelediki hal ini, (3) Bila IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah sebagai berikut:

(59)

2) Daur belajar mendorong perkembangan IPA sebagai berikut: (a) eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalnya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya, (b) Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak, (c) Deduksi, yaitu mengaplikasi konsep baru (generalisasi) itu pada situasi dan kondisi baru.

Proses berpikir berkembang melalui tahap daur belajar ini mendorong perkembangan berpikir sietiko-dedukatif, yakni anak dapat menganalisis objek IPA dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.

E. Kerangka Pikir

(60)

Salah satu cara yang baik digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Pemanfaatan media gambar yang masih rendah digunakan di SD Krapyak Wetan karena guru biasanya masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Dengan memanfaatkan media gambar ini diharapkan siswa dapat tertarik dalam pembelajaran IPA karena tidak selalu menghafal pelajaran yang ada.

Oleh karena itu, pemilihan media gambar meruakan salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran IPA di SD Krapyak Wetan kelas IV. Dengan menggunakan media gambar dalam pelajaran IPA siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam mempelajari IPA karena pembelajaran lebih menarik dan siswa lebih aktif dan mengembangkan kreativitas berfikir pada tiap-tiap individu siswa. Siswa dapat menjadi aktif karena siswa dapat dilibatkan langsung dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran sehingga minat belajar siswa meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir diatas, dapat diajukan hipotesis sementara berikut:

(61)

G. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian, keterlibatan, ketertarikan dan kesukacitaan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa minat belajar siswa pada saat proses pembelajaran IPA.

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya. Secara ringkas, PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukan masalah dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi.

(63)

bahwa proyek PTK sangat terbatas, sehingga mereka harus berkompetisi secara sehat dan ketat. Jika, usulan yang diajukan ternyata tidak disetujui, maka guru dapat melakukannya secara mandiri.

Guru memegang peranan sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiaran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir zaman nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek dan unik, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapa meningkatkan kompetensinya.

(64)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Krapyak Wetan dengan alamat Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April, semester II tahun ajaran 2015/2016.

C. Subjek dan objek penelitian 1. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Krapyak Wetan.

2. Objek penelitian

Objek yang akan diteliti adalah meningkatkan minat belajar IPA dengan menggunakan media gambar.

D. Model Penelitian

(65)

mengatakan apa yang mereka pahami dan minati. Sementara tindakan berlangsung, dilakukan pengamatan (observer), di dengan memberikan pertanyaan dan jawaban siswa direkam untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata control kelas terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancer, sehingga tidak mencapai hasil yang baik dan perlu diperbaiki (reflect). Pada siklus berikutnya perencanaan direvisi dengan memodifikasi dengan cara mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik.

Gambar 1. Model siklus penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Teggart.

Keterangan: Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan Dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II: 4. Perencanaan II (atas dari hasil siklus I) 5. Tindakan dan Observasi II

6. Refleksi II 3

1

2

6

4 5

1

(66)

E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan 1. Perencanaan Tindakan I

a. Observasi dan wawancara.

Pada tahap perencanaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang Sekolah Dasar yang akan dilakukan penelitian secara keseluruhan dan keadaan pembelajaran IPA kelas khususnya IV (empat).

b. Melakakukan identifikasi masalah yang ada di kelas.

Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan wali kelas khususnya kelas IV, selanjutnya peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang dialami oleh guru kelas maupun kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas IV.

c. Membuat skenario, yang berisi langkah-langkah dalam proses pembelajaran.

d. Guru menentukan materi yang akan diajarkan tentang Perubahan Penampakan Bumi dan Langit.

e. Guru dan peneliti berkerja sama dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media gambar. (Terlampir)

f. Mempersiapkan media gambar yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

(67)

a. Kegiatan awal

1) Apersepsi, dengan guru bertanya kepada siswa.

2) Informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Inti

1) Guru menyajikan materi tentang Perubahan Penampakkan Bumi dan Langit.

2) Siswa mengamati media gambar tentang Perubahan Penampakkan Bumi dan langit yang ditempelkan guru di papan tulis.

3) Siswa mengomentari/memberikan tanggapan gambar tentang Perubahan Penampakkan Bumi dan Langit yang ditempelkan 4) Siswa mendengarkan penjelasan guru.

5) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. 6) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.

7) Setiap kelompok mengerjakan tugas untuk mengungkapkan pikirannya dengan menulis hasil pekerjaan mereka berdasarkan gambar yang telah diamati.

8) Setiap kelompok berdiskusi menampilkan hasil pekerjaannya di depan kelas.

c. Penutup

(68)

2) Saran dan pesan dari guru 3) Menutup pelajaran

3. Observasi I

Peneliti dibantu oleh guru melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selam pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang minat belajar siswa.

4. Refleksi I

Refleksi merupakan pengkajian data yang telah diperoleh setelah dilaksanakannya tindakan. Setelah dilaksanakanya tahap tindakan I, selanjutnya peneliti dan guru melakukan refleksi dengan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Jika masalah belum tuntas atau indikator belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

(69)

kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada dibalik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang minat belajar siswa dalam pelaksanaan di kelas.

G. Instrument Pengumpulan Data

Menurut Wina Sanjaya (2010: 84) mengemukakan instrument penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Karena alat atau instrument ini mencerminkan juga cara pelaksanaannya, maka sering juga disebut dengan teknik penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian harus tepat, jika tidak maka akan merusak rencana pengumpulan informasi. Dalam instrumen hal penting yang harus di ingat dalam proses pembuatan instrument yaitu menentukan apa yang akan diukur, memilih, mengembangkan dan kemudian menyusun butir-butirnya.

(70)

Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar

Aspek pengamatan Indikator Keterangan

1. Perhatian a. Memperhatikan penjelasan guru. belajar pada aspek-aspek seperti, tidak duduk dengan kelompoknya, tidak bekerjasama pada saat mengerjakan tugas kelompok, tidak melakukan aktifitas apapun.

3 = Siswa menampakkan aktivitas belajar pada aspek-aspek seperti, mengamati gambar, bertanya, berdiskusi, dan mengerjakan tugas. 4 = Siswa menampakkan aktivitas belajar pada awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran secara menyeluruh

2. Keterlibatan c. Aktif dalam pembelajaran IPA

d. Aktif berdiskusi dalam

kelompok 3. Ketertarikan e. Kesegaran

siswa dalam 4. Kesukacitaan g. Siswa senang

(71)

H. Teknik Analisis Data

(72)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan bulan mei 2015. Secara sistematis hasil penelitian ini disajikan dalam susunan yakni: A) Deskripsi Data Penelitian, B) Deskripsi Data Sebelum Pelaksanaan Tindakan, C) penelitian Pelaksanaan Tindakan, D) Pembahasan, E) Keterbatasan Penelitian

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Krapyak Wetan yang terletak di alamat Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Siswa SD Krapyak Wetan berasal dari beberapa dusun serta desa yang ada di wilayah Kecamatan Sewon.

(73)

2. Deskripsi subjek dan objek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV SD Krapyak Wetan yang berjumlah 24 siswa, yang terdiri dari laki-laki 12 dan perempuan 12 siswa. Terdapat satu siswa yang pernah tinggal kelas. Pekerjaan orang tua siswa kelas IV seluruhnya adalah pekerja swasta.

Objek dalam penelitian adalah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Minat belajar siswa dimaknai dari dorongan terhadap siswa dengan menggunakan Media Gambar. Minat belajar siswa dapat dilihat dalam lembar observasi.

B. Deskripsi data sebelum pelaksanaan tindakan

Sebelum menentukan masalah penelitian, penelitian melakukan observasi pembelajaran IPA di kelas IV SD Krapyak Wetan. Observasi dilakukan pada hari Rabu tanggal 17 Februari 2016. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang masalah yang muncul dalam pembelajaran. Melalui observasi ini, peneliti mempunyai kesempatan untuk menyimpulkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Krapyak Wetan.

(74)
(75)

Tabel 2. Skor Minat Belajar Siswa IPA Pada Kondisi Awal

No Subjek Aspek Yang Diamati Jml

h

Ket

Perhatian Keterlibatan Ketertarikan kesukacitaan

(76)

C. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan I

Tahap perencanaa, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Krapyak Wetan untuk mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan perbaikan pembelajaran dan merencanakan tindakan-tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Persiapan yang pertama adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran IPA kelas IV. Peneliti mencari informasi guru kelas IV materi IPA yang akan diajarkan. Materi/sub pokok bahasan pada siklus I adalah Perubahan Penampakan Bumi dan Langit. Materi ini digunakan peneliti untuk membuat RPP.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti kemudian dikonsultasikan kepada guru Kelas IV, masukan-masukan dari guru digunakan oleh peneliti untuk memperbaiki susunan RPP. Setelah RPP diperbaiki dan dianggap benar oleh guru, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menyiapkan Media gambar yang cocok untuk digunakan pada pembelajaran IPA.

b. Pelaksanaan tindakan I

(77)

Langit. Materi ini di laksanakan dalam 2 kali pertemuan. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:

Pada kegiatan awal pembelajaran Siklus I Pertemuan I dan II salah satu siswa memimpin doa pembelajaran atas permintaan guru, selanjutnya siswa bersama guru bernyanyi bersama dengan lagu ‘bintang kecil’ sambil bertepuk tangan, siswa menyampaikan isi lagu dengan pembelajaran yang akan diajarkan, siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disajikan guru.

Selanjutnya pada kegiatan inti siswa mendengarkan sajian guru tentang perubahan kenampakan bumi dan benda langit, selanjutnya guru menempelkan gambar berbentuk kartun dipapan tulis sambil siswa mengamati gambar yang ditempelkan, beberapa siswa mengomentari gambar yang ditempelkan, ada beberapa siswa yang duduk paling belakang tidak begitu jelas dilihat gambar yang ditempelkan sehingga siswa mengomentari gambar yang ditempelkan tidak sesuai dengan gambar yang ditempelkan, sehingga siswa kurang memahami gambar yang ditempelkan, selanjutnya guru menyuruh siswa yang duduk paling belakang agar duduk di depan supaya siswa dapat melihat secara jelas. Setelah itu guru menjelaskan gambar yang ditempelkan dan menjelaskan materi yang diajarkan tentang perubahan kenampakan bumi dan benda-benda langit, disaat guru menjelaskan beberapa siswa bertanya, guru mendengarkan pertanyaan siswa dan langsung menjawab pertanyaan siswa.

Gambar

Gambar 1. Model siklus penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar
Tabel 2. Skor Minat Belajar Siswa IPA Pada Kondisi Awal
Tabel 3. Skor Minat belajar siswa pada pertemuan I Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi sumuran yang direncanakan pada pembangunan Gedung 5 (lima) lantai adalah pondasi sumuran dengan bahan beton siklop dengan mutu beton f c 20.. Pembuatan pondasi

Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah Tahun 2015 2015 Page 10 • Peserta ditentukan oleh pihak madrasah • setiap madrasah per bidang studi hanya

Dalam Rapat Penjelasan ( Aanwijzin g) ini Panitia memberikan penjelasan mengenai perubahan Dokumen Pengadaan, namun Panitia juga memberikan kesempatan kepada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar ibu nifas di BPM Umi Lestari CW, A.Md.Keb Desa Plesungan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro tahun 2019

Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan... perangkat lunak untuk

Sedangkan menurut Hery (2016:187) mendifinisikan bahwa Total Asset Turnover ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik