• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERINTEGRASI MEDIA ANIMASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS KELAS X SEMESTER GANJIL SMA KATOLIK BUDI MURNI-3 T.A. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERINTEGRASI MEDIA ANIMASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS KELAS X SEMESTER GANJIL SMA KATOLIK BUDI MURNI-3 T.A. 2012/2013."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERINTEGRASI

MEDIA ANIMASI FLASH TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

GERAK LURUS KELAS X SEMESTER

GANJIL DI SMA BUDI MURNI

3

MEDAN T.A 2012/2013

Oleh :

Benny Yansen Evangelista Manurung NIM. 408321006

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERINTEGRASI MEDIA

ANIMASI FLASH TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS KELAS X SEMESTER GANJIL SMA

KATOLIK BUDI MURNI – 3 MEDAN T.A. 2012/2013

Benny Yansen Evangelista Manurung (408321006)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan hasil belajar siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT terintegrasi media animasi flash pada materi pokok gerak lurus kelas X semester ganjil SMA Katolik Budi Murni – 3 Medan T.A. 2013/2013.

Adapun populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Katolik Budi Murni – 3 Medan T.A. 2012/2013 sebanyak 40 orang yang tersebar dalam dua kelas. Pengambilan sample dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah sample sebanyak 20 orang untuk kelas eskperimen dan 20 orang untuk kelas kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu tes hasil belajar.

Sebelum pembelajaran diberikan terlebih dahulu dilakukan pretes kepada kedua kelas. Untuk kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata 41,5 dan untuk kelas kontrol diperoleh 40,5. Dari hasil uji normalitas kelas kontrol diperoleh Lhitung =

0,1485 dan Ltabel = 0,190 dan pada kelas eksperimen Lhitung = 0,1017 dan Ltabel =

0,190 dan pada uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,21 dan Ftabel = 2,16 sehingga

hitung

F <Ftabel bahwa data kedua sampel adalah berdistribusi normal dan homogen.

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada data pretes diperoleh bahwa kondisi awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kondisi awal siswa pada kelas kontrol. Selanjutnya, dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terintegrasi media animasi flash pada kelas eksperimen dan pembelajaran kelas konvensional pada kelas kontrol. Setelah pembelajaran diberikan kemudian pada kedua kelas dilakukan postes. Untuk kelas eksperimen uji normalitas diperoleh Lhitung = 0,1272 dan Ltabel = 0,190 dan kelas kontrol diperoleh Lhitung =

0,1628 dan Ltabel= 0,190 dan uji homogenitas Fhitung = 1,08 dan Ftabel= 2,16

sehingga Fhitung<Ftabel . Dari hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 3,66. Pada

taraf nyata  0,05 diperoleh ttabel = 1,96 ( thitungttabel ) yang berarti Ha

(4)

vi

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

2.1.4. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif 9 2.1.5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.6. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas 16 2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) 17

2.1.8. Animasi Adobe Flash 18

2.1.9. Keterkaitan Antara Macromedia Flash dan Hasil Belajar 20

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36

4.1. Hasil Penelitian 36

4.1.1. Data Nilai Pretes 37

4.1.2. Data Nilai Postes 37

4.2. Pengujian Analisis Data 39

4.2.1. Uji Normalitas 39

4.2.2. Uji Homogenitas 39

4.2.3 Uji Hipotesis 40

4.2.3.1. Uji Kemampuan Awal / Pretes 40

4.2.3.2. Uji Kemampuan Postes 40

4.3. Temuan Penelitian 41

4.4. Pembahasan 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

5.1. Kesimpulan 45

5.2. Saran 45

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kelompok Berpasangan 11

Tabel 2.2. Kelompok Bertiga 11

Tabel 2.3. Kelompok Berempat 11

Tabel 2.4. Kelompok berlima 12

Tabel 2.5. Perbedaan antara kelompok kooperatif dengan

Kelompok belajar konvensional 12

Tabel 2.6. Enam langkah utama (sintaks) dalam pembelajaran

Kooperatif 15

Tabel 3.1. Desain Penelitian 30

Tabel 3.2. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 31

Tabel 3.3. Indikator Kelulusan di sekolah SMA Budi Murni-3 31

Tabel 4.1 Distribusi Nilai Pretes 36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Postes 37

Tabel 4.3 Ringkasan hasil perhitungan nilai rata-rata

Standart deviasi dan varians 38

Tabel 4.4 Ringkasan hasil perhitungan uji normalitas 39

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kedudukan benda di P dan di Q berbeda tanda 21

karena berlawanan arah.

Gambar 2.2. Jarak OP dan OQ tidak dibedakan arahnya 21

Gambar 2.3. Grafik hubungan antara jarak dengan waktu x – t 23

Gambar 2.4. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu v – t 24

Gambar 2.5. Grafik v - t 25

Gambar 2.6. Grafik s-t 26

Gambar 2.7 Gerak benda jatuh bebas 27

Gambar 2.8 Gerak vertikal ke atas 27

Gambar 4.1 Diagram batang nilai pretes kelas kontrol dan eksperimen 37

Gambar 4.2 Diagram batang nilai postes kelas kontrol dan eksperimen 38

Gambar 4.3 Diagram lingkaran persentase ketuntasan individu 43

Gambar 4.4 Diagram lingkaran penilaian aktivitas individu dalam

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pada Kelas Eksperimen 49

Lampiran 2 Kisi-kisi soal 67

Lampiran 3 Instrumen Penelitian 83

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 90

Lampiran 5 Tabulasi Hasil jawaban kelas eksperimen dan kontrol 95

Lampiran 6 Data Hasil Pretes dan Postes Siswa Untuk Kedua Kelas 99

Lampiran 7 Tabel nilai pretes dan postes serta tingkat ketuntasan

kelas eksperimen 100

Lampiran 8 Tabel 4.8 nilai pre-test, nilai post-test dan nilai aktivitas

pada setiap kelompok. 101

Lampiran 9 Perhitungan Rata-rata dan Standard Deviasi Pada Pretes 102

Lampiran 10 Uji Normalitas Data Nilai Pretes 104

Lampiran 11 Uji Homogenitas Data 106

Lampiran 12 Pengujian Hipotesis Kemampuan Awal (Pretes) 107

Lampiran 13 Pengujian Hipotesis postes 108

Lampiran 14 Tabel Harga Kritik Dari r Product Moment 109

Lampiran 15 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 110

Lampiran 16 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 111

Lampiran 17 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 112

Lampiran 18 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 114

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini pembangunan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan

dalam pembangunan suatu bangsa khususnya dibidang pendidikan. Sehingga

peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,

damai, terbuka, dan demokratis. Dalam era globalisasi, sumber daya manusia

yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa berkompetensi.

Sehingga pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan, khususnya dalam

pendidikan formal yang merupakan salah satu wahana dalam membangun sumber

daya manusia yang berkualitas.

Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai

terwujudnya situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran. Tercapainya tujuan proses mengajar dan belajar yang baik dalam

kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang

baik pula antara guru (pendidik) yang mengajar dan peserta didik (murid) yang

belajar.

Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam hal meningkatkan

mutu pendidikan di Indonesia seperti penyedian dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), penyediaan perlengkapan sarana dan prasarana untuk menunjang

proses pembelajaran sampai diadakanya sertifikasi untuk guru-guru guna

meningkatkan keprofesionalan guru dalam mendidik para siswa guna

meningkatkan kualitas pendidikan.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sudah menunjukan peningkatan

tetapi masih kurang memuaskan.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu ditunjukan berdasarkan

(10)

2

sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years

Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan

sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years

Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang

mendapat pengakuan dunia. (Marhenyantoz, 2011)

Begitu juga dari data Education for All (EFA) Global Monitroring

Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York pada

Senin, 1/3/2011, indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan

69 dari 127 negara yang disurvei. Tahun lalu dengan ukuran yang sama, peringkat

Indonesia berada pada urutan 65 (Mudjia Rahardjo, 2011), dan berdasarkan dari

pengalaman peneliti selama Program Pengalaman lapangan (PPL) di sebuah

sekolah juga menunjukan minat belajar yang rendah.

Berdasarkan dari data diatas penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia

ialah kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan

pendekatan education function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan

secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi

sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang

diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan

menghasilkan output yang dikehendaki. Masalah input antara lain: rendahnya

prestasi siswa, rendahnya sarana dan prasarana, rendahnya pembangunan

infrastruktur, pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang

memungkinkan peserta didik untuk dapat belajardengan mudah, menyenangkan

dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian,

pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar

pembelajaran tersebut dapat berguna, efisiensi adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih “murah”. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh

hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Konsep efisiensi akan

tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan

hanya masukan yang relatif tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat

(11)

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya

biaya pendidikan, waktu pengajaran, mutu pengajar meliputi kompetensi,

sertifikasi guru yang belum berdampak nyata terhadap mutu pendidikan, ini

terbukti dari guru-guru yang telah serifikasi masih menggunakan model

konvensional yaitu cara mengajar dengan model ceramah yang mengakibatkan

proses pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher center ), sementara itu

guru dituntut dapat menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi

yang dapat menciptakan situasi belajar yang bertujuan proses pembelajaran

tersebut membuat siswa aktif atau proses pembelajaran yang berpusat kepada

siswa.

(Chintia, 2012)

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui

penerapan bekerjasama memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya

dan saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya. Dalam

konteks saling tukar-pengetahuan, mengajukan dan menjawab pertanyaan,

komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dan guru, dan mengerjakan

tugas bersama merupakan strategi pokok dalam pembelajaran kooperatif.

Untuk menciptakan kinerja siswa dalam kelompoknya adalah dengan

mode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Model ini

membagi siswa dalam beberapa kelompok di dalam satu kelas yang setiap

kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa. Setiap sekolah haruslah heterogen yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa keunggulan

seperti: siswa mudah memahami materi pelajaran atau mudah menyelesaikan

tugas karena menggunakan bahasa teman sebaya, suasana proses mengajar belajar

bebas karena tidak ada rasa tertekan, siswa mendapatkan tingkah laku

bertanggung jawab secara sosial, setiap anggota kelompok memiliki kesempatan

yang cukup untuk mengungkapkan atau mengajukan ide. menumbuhkan rasa

kerjasama untuk mencapai tujuan dan menumbuhkan persahabatan antar anggota

(12)

4

aktif, siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil,

dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan keterampilan sosial siswa,

interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat, dan setiap siswa dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui

jawaban pertanyaan yang diberikan, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Netti

Farida Simanullang di Kelas X SMA Negeri 9 Medan yang juga menggunakan

model pembelajaran tipe ini yang membuktikan adanya peningkatan hasil belajar.

Adapun kelemahannya adalah ada kelompok yang kurang bisa melakukan

kerjasama dengan alasan kelompoknya tidak sesuai dengan keinginannya, dan

siswa kurang mampu memanfaatkan waktu dalam bekerjasama membahas soal

yang diberikan sehingga pada waktu presentasi siswa terburu-buru

mengerjakannya, oleh sebab itu untuk mengurangi kelemahan dari model NHT

tersebut maka dapat dikombinasikan dengan menggunakan beberapa media

seperti media peta konsep, media power point ataupun media animasi flash.

Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti berkeinginan melakukan

penelitian yang berjudul : “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) Terintegrasi Media Animasi Flash

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X

Semester Ganjil SMA Budi Murni – 3 Medan T.A.20012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

identifikasi masalah adalah:

1. Hasil belajar yang diperoleh siswa di sekolah kurang maksimal dalam

pembelajaran.

2. Kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran.

3. Siswa cenderung tidak menyukai mata pelajaran fisika .

4. Pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher center).

(13)

1.3.Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dalam hal ini kemampuan biaya dan

waktu, juga agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka perlu adanya

batasan masalah dan identifikasi masalah. Dalam hal ini, masalah-masalah yang

dibatasai penulis adalah :

1. Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

NHT terintegrasi media animasi flash dan pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar siswa.

2. Materi yang diajarkan adalah gerak lurus di kelas X semester Ganjil SMA

Budi Murni-3 Medan TA 2012/2013.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT terintegrasi media animasi flash dan

model pembelajaran konvensional pada materi pokok Gerak Lurus di kelas

X semester Ganjil SMA Katolik Budi Murni – 3 Medan T.A.2012/2013.

2. Apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terintegrasi media animasi flash terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok Gerak Lurus di kelas X semester Ganjil SMA Katolik Budi Murni –

3 Medan T.A.2012/2013.

1.5.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe number head together (NHT) terintegrasi media

animasi flash terhadap hasil belajar siswa pada materi gerak lurus kelas X SMA

(14)

6

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yang diharapkan penulis ini adalah:

1. Sebagai informasi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif.

2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti tentang model pembelajaran

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terintegrasi

media animasi flash adalah 74,00 yang tergolong baik. Sedangkan rata-rata

hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang diberi pengajaran konvensional

adalah 63,75 yang tergolong cukup baik.

2. Ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa karena pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

terintegrasi media animasi flash terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok Gerak Lurus di kelas X semester Ganjil SMA Katolik Budi Murni – 3

Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka

penulis memberikan beberapa saran untuk memperbaiki kualitas hasil belajar

siswa antara lain :

1. Bagi peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT untuk lebih memperhatikan pemberian nomor secara merata menurut

kemampuan siswa.

2. Untuk peneliti yang serupa yaitu pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan pertanyaan yang lebih

spesifik terhadap materi yang diajarkan dan memperhatikan alokasi waktu

(16)

46

3. Bagi penerliti yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT untuk lebih membimbing siswa agar sesama kelompok dapat

mengetahui jawaban.

4. Untuk peneliti yang serupa yaitu pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilakukan dengan cara melibatkan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Bahri, Syaful Djamarah dan Zain Aswan, (2006), Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Dimyanti dan Mudjiono., (2006), Belajar Dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta. Jakarta.

Farida, Netti., (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Listrik Dinamis Kelas X Di SMA Negeri 9 Medan., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Hamzah. H., (2011), ModelPembelajaran Menciptakan Proses Belajar mengajar Yang Kreatif dan Efektif, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Handriyanti, Chintia, (2012), Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di

Indonesia, sidoarjo:

http://manajemenmututerpaduku.wordpress.com/2012/04/08/penyebab-rendahnya-kualitas-pendidikan-di-indonesia/

Jihad, A., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta.

Kanginan, M., (2006), Fisika Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta.

Lie, Anita., (2002), Cooperative Learning, Grasindo, Jakarta.

Marhenyantoz, 2011, Peringkat Pendidikan Indonesia Naik atau Turun Yogyakarta: http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/12/20/peringkat-pendidikan-indonesia-naik-atau-turun/

(18)

http://mudjiarahardjo.com/artikel/315-peringkat-pendidikan-indonesia-48

Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana. H. D., (2001), Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Falah Production, Bandung.

Sudjana. H. D., (2005), Metoda Statistik, Tarsito, Bandung.

Sutondo, Nanang, (2011), Belajar Animasi Dengan Macromedia Flash, Sukoharjo: http://sutondoscript.blogspot.com/2011/04/pengertian-macromedia-flash-aplikasi.html

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Gambar

Tabel nilai pretes dan postes serta tingkat ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 1.1 tingginya kontribusi sektor pertanian mencerminkan bahwa peranan sektor pertanian dapat diharakan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Boyolali.Untuk itu,perlu

1.) Secara teknis pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang cukup layak karena pasar cukup prospektif, bahan baku tersedia dalam jumlah dan

Bagi pihak luar dalam hal ini kreditur maupun investor dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menanamkan modal mereka serta untuk mengetahui kelangsungan dari

1. bentuk kerja sama lain yang disepakati untuk kepentingan dan keuntungan bersama Para Pihak.. Guna mengimplementasikan kerja sama tersebut, Para Pihak akan membuat

BAGIAN D : Masa mulai berlaku: Amendemen Ketujuh ini mul ai berlaku segera setelah ditandatangani oleh Para Pihak... IN WITNESS WHEREOF, USAID and the Grantee,

BERKEINGINAN lebih lanjut untuk menetapkan garis batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang saling tumpang tindih antara Para Pihak;.. MEMPERHATIKAN ketentuan-ketentuan

perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan

[r]