• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MUSIK PADA UPACARA PERAYAAN CAP GO MEH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN MUSIK PADA UPACARA PERAYAAN CAP GO MEH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MUSIK PADA UPACARA PERAYAAN CAP GO MEH

DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DESY CHRISTINARIA S

NIM 208142096

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL . 9 A. Landasan Teori ... 9

1. Pengertian Peranan ... 9

2. Pengertian Musik ... 10

3. Pengertian Upacara atau Perayaan ... 15

4. Budaya Masyarakat Tionghoa... 17

5. Pengertian Cap Go Meh ... 18

B. Kerangka Konseptual ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Perayaan Cap Go Meh dalam Budaya Masyarakat Tionghoa .... 32

B. Peranan Musik dalam Upacara Perayaan Cap Go Meh dalam Budaya Masyarakat Tionghoa Di Kota Medan ... 35

C. Tata Acara Perayaan Cap Go Meh dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Kota Medan ... 48

D. Makna Musik pada Upacara Perayaan Cap Go Meh bagi Masyarakat Tionghoa dan Masyarakat Umum ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 59

(8)

vii

DAFTAR TABEL

(9)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Irama dengan notasi balok... 12

Gambar 2.2 Melodi dengan notasi balok... 13

Gambar 2.3 Harmoni pada notasi balok... 13

Gambar 4.1 Musik yang dimainkan pada saat awal dan akhir upacara Sembahyang... 37

Gambar 4.2 Musik yang dimainkan pada saat pembacaan doa dan kitab... 38

Gambar 4.3 Gendang... 40

Gambar 4.4 Gong Kecil... 42

Gambar 4.5 Simbal Kecil... 43

Gambar 4.6 Gendang yang dipakai para pemain musik Barongsai... 47

Gambar 4.7 Lampion... 50

Gambar 4.8 Hio : Kayu atau lidi yang dilaburi ramuan pewangi dalam bentuk padat... 51

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi

waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik

itu untuk individu, keluarga, kelompok, maupun manusia di dunia secara

mayoritas. Waktu-waktu penting dalam kehidupan manusia ini selalu pula

diperingati untuk meneruskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Peristiwa

penting itu diantaranya seperti hari kelahiran seseorang, hari kelahiran tokoh

masyarakat, hari peperangan, hari kemenangan, peristiwa bencana alam, peristiwa

pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dalam mengenang peristiwa dan mengatur siklus waktu dalam

kehidupannya tidak jarang pula manusia menggunakan sistem penanggalan atau

kalender. Ada yang digunakan secara meluas, namun ada pula yang digunakan

oleh sekelompok kecil manusia. Contoh kalender yang digunakan secara luas

adalah kalender Masehi, yang berdasar kepada lahirnya Tuhan Yesus Kristus di

dunia ini. Sampai sekarang kalender ini menjadi kalender dunia. Setiap tanggal 25

Desember umat Kristiani merayakan hari kelahiran Yesus Kristus, dan setiap

tanggal 1 Januari semua manusia di muka bumi ini memperingati tahun baru.

Sistem kalender Masehi ini berdasar kepada perputaran bumi mengelilingi

(11)

2

Selain itu, masyarakat Islam juga mengenal penanggalan Hijriah, yang

berdasar kepada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Medinah di

awal-awal perkembangan Islam. Kalender umat Islam ini berdasar kepada

perputaran bulan mengelilingi bumi. Oleh karena itu sistem penanggalan umat

Islam ini disebut sebagai sistem penanggalan qamariah (bulan).

Begitu juga dengan masyarakat Tionghoa mengenal sistem

penanggalannya sendiri yang setiap tahunnya diperingati tahun baru Imlek. Tahun

baru Imlek disebut juga dengan Gong Xi Fat Cai yang mempunyai arti ucapan

syukur dan doa kepada Tuhan (dewa-dewi) mengharapkan agar di tahun-tahun

berikutnya mendapat rejeki yang lebih banyak. Dalam perayaan tersebut

dilakukan sembahyang kepada sang pencipta, dan perayaan Cap Go Meh. Malam

tahun baru Imlek dikenal sebagai Chuxi yang berati “malam pergantian tahun”.

Perayaan Cap Go Meh awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan

kepada Dewa Thai-Yi. Dewa Thai-Yi sendiri dianggap dewa tertinggi di langit

oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M). Upacara ini dirayakan secara rutin setiap

tahunnya. Upacara ini dahulunya sangat tertutup, hanya untuk kalangan istana dan

belum dikenal secara umum oleh masyarakat Tionghoa. Adat-istiadat perayaan

Cap Go Meh di Indonesia adalah dengan menyaksikan lampion dan makan

makanan khas masyarakat Tionghoa.

Cap Go Meh melambangkan hari kelima belas dan hari terakhir

rangkaian masa perayaan Imlek bagi masyarakat Tionghoa. Istilah Cap Go Meh

berasal dari dialek Hokkien yang bila diartikan secara harafiah bermakna 15 hari

(12)

3

Bila dipenggal per kata, Cap mempunyai arti sepuluh, Go adalah lima, dan Meh

berarti malam. Menurut tradisi rakyat Tionghoa , sehabis Cap Go Meh maka

berakhirlah seluruh perayaan Tahun Baru Imlek.

Ada beberapa adat-istiadat yang merupakan rangkaian acara yang tidak

terpisahkan dari zaman Cina kuno seperti acara pawai menggotong joli

Toapekong untuk diarak keluar dari Kelenteng. Toapekong (Hakka = Taipakkung,

Mandarin = Dabogong) yang berarti secara harafiah eyang buyut untuk makna

kiasan bagi dewa yang pada umumnya merupakan seorang kakek yang sudah tua.

Pawai Cap Go Meh ini diiringi oleh para pemain musik yang

menggunakan instrument musik trompet, tambur dan bajidor (Bedug). Cap Go

Meh juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti, tarian Barongsai atau

tarian singa, tarian naga ataupun yang sering disebut Liong, persembahan

nyanyian, pertunjukkan musik, bahkan drama parodi dan banyak kegiatan

menarik lainnya. Kesenian tersebut masih tetap eksis sampai saat ini di komunitas

masyarakat Tionghoa karena masih berkaitan atau berhubungan dengan upacara

ritual keagamaan.

Hal-hal tersebut sangat menarik perhatian peneliti untuk meneliti

jalannya upacara perayaan Cap Go Meh dan peranan musik dalam perayaan ini.

Untuk itu peneliti akan meneliti dan membahas tulisan ini untuk dijadikan skripsi

dengan judul Peranan Musik Pada Upacara Perayaan Cap Go Meh dalam

(13)

4

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu tahapan permulaan dari penguasaan

masalah, dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali

sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah bertujuan agar kita maupun pembaca

mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian.

Masalah yang dipilih harus researchable dalam arti masalah tersebut dapat

diteliti.

Berdasarkan pendapat diatas dan uraian latar belakang masalah, maka

permasalah penelitian ini diidentifikasikan menjadi beberapa bagian, diantaranya :

1. Bagaimana peranan musik pada upacara perayaan Cap Go Meh dalam

budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

2. Bagaimana tata acara upacara perayaan Cap Go Mehdalam budaya

masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

3. Mengapa acara Cap Go Meh rutin dilaksanakan dalam budaya masyarakat

Tionghoa?

4. Apa dampak bila musik ditiadakan pada setiap perayaan Cap Go Meh

dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

5. Apa makna musik pada upacara perayaan Cap Go Meh bagi masyarakat

(14)

5

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan yang akan diteliti,

maka agar penelitian itu lebih terarah pada tujuan yang diharapkan, dalam hal ini

peneliti mengadakan pembatasan masalah yang akan dihadapi dalam penelitian

ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi (2006:30) yang

mengatakan bahwa :

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum ke dalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai

berikut :

1. Mengapa acara Cap Go Meh rutin dilaksanakan dalam budaya masyarakat

Tionghoa?

2. Bagaimana peranan musik pada upacara perayaan Cap Go Meh dalam

budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

3. Bagaimana tata acara upacara perayaan Cap Go Meh dalam budaya

masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

4. Apa makna musik pada upacara perayaan Cap Go Meh bagi masyarakat

(15)

6

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian

yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk

menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik,

sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan.

Berdasarkan uraian diatas, hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani

(2005:14) yang menyatakan bahwa :

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.

Berdasarkan uraian di atas baik latar belakang masalah, identifikasi

masalah, serta pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan

sebagai berikut : “Bagaimana Peranan Musik pada Upacara Perayaan Cap Go

(16)

7

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan yang merupakan suatu

keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian dan tujuan penelitian merupakan

jawaban atas pertanyaan dalam penelitian.

Maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui mengapa perayaan Cap Go Meh dilaksanakan dalam

budaya masyarakat Tionghoa.

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan musik pada upacara perayaan Cap

Go Meh dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui tata acara upacara perayaan Cap Go Meh dalam budaya

masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui makna musik pada upacara perayaan Cap Go Meh bagi

masyarakat Tionghoa dan masyarakat umum.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.

Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai peranan musik pada upacara perayaan Cap Go Meh di

Kota Medan.

2. Sebagai sumber pengetahuan bagi para peneliti dan pembaca mengenai

(17)

8

3. Sebagai informasi bagi penelitian berikutnya yang relevan dengan topik

penelitian ini.

4. Untuk mengetahui tata acara perayaan Cap Go Meh dalam budaya

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perayaan Cap Go Meh dirayakan oleh penganut agama Buddha dan

Khonghucu, pada hari ke-15 pada bulan pertama setelah Tahun Baru

Imlek. Agama Buddha dan Khonghucu memang merayakan hari

besar yang sama tetapi cara merayakannya berbeda. Penganut agama

Buddha hanya melaksanakan sembahyang di vihara pada saat

perayaan Cap Go Meh. Sedangkan penganut agama Khonghucu

merayakannya dengan berbagai tradisi dan masih menganut tradisi

nenek moyang mereka, selesai melaksanakan sembahyang mereka

merayakannya dengan mengadakan pertunjukkan barongsai, tarian

naga atau Liong dan opera cina.

2. Peran musik pada perayaan Cap Go Meh adalah sebagai pengiring

doa dan sebagai tanda dimulainya sembayang yang dilaksanakan di

kelenteng maupun di vihara. Musik memiliki peranan penting dalam

pelaksanaan sembahyang Cap Go Meh sebab sudah menjadi

ketetapan dan tradisi masyarakat Tionghoa yang menganut agama

(19)

3. Alat musik yang dipakai pada saat upacara sembahyang adalah

gendang, gong kecil dan simbal kecil. Musik yang dimainkan juga

sebagai alat untuk memanggil para dewa-dewi dalam pelaksanaan

sembayang pada perayaan Cap Go Meh tersebut

4. Tata upacara perayaan Cap Go Meh adalah pada malam hari sebelum

hari Cap Go Meh semua masyarakat Tionghoa yang merakannya

memasang lampion-lampion dirumah mereka dan sekitar pemukiman

mereka. Keesokan harinya tepat pada hari Cap Go Meh, masyarakat

Tionghoa datang ke vihara dan kelenteng unutk bersembayang

memanjatkan doa-doa untuk tahun yang lebih baik. Selesai

sembayang masyarakat yang menganut agama Khonghucu

merayakan Cap Go Meh dengan menyaksikan atraksi barongsai,

tarian naga dan opera cina yang di siapkan pihak kelenteng.

5. Makna musik pada perayaan Cap Go Meh bagi masyarakat Tionghoa

dan masyarakat umum sangatlah berbeda. Bagi masyarakat Tionghoa,

musik adalah bagian dari kebutuhan rohani mereka dan sudah

menjadi tradisi dalam setiap perayaan hari besar dan pelaksanaan

sembahyang. Sedangkan bagi masyarakat umum, musik pada

perayaan Cap Go Meh dan hari besar masyarakat Tionghoa lainnya

dalah bagian dari hiburan dan budaya yang asing bagi mereka.

Karena budaya tersebut adalah budaya dari luar dan bukan hal yang

(20)

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran

antara lain :

1. Penggunaan alat musik tradisional sebagai musik pengiring doa dan

sebagai alat komunikasi umat dengan dewa-dewi dalam upacara

sembayang pada perayaan Cap Go Meh, hendaknya dipertahankan dan

dilestarikan.

2. Para pemain musik sebaiknya ditambahkan jumlahnya dan sebaiknya

permainan musik di ajarkan pada anak-anak remaja vihara maupun

kelenteng agar generasi muda tidak lupa akan kebudayaan dan tradisi.

Dan sebagai ilmu pengetahuan agama bagi generasi muda tersebut.

3. Menghadiri lebih banyak lagi jenis alat musik cina agar perayaan Cap

Go Meh setiap tahunnya lebih berwarna dan bervariasi. Alat musik

yang sudah ada dapat dipertahankan dan dilestarikan agar generasi

muda berikutnya dapat mengetahui akan pentingnya peranan musik

dalam upacara sembahyang pada perayaan Cap Go Meh dan hari besar

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Diana. 2012. Peranan Musik pada Upacara Kematian Kepercayaan Khonghucu di Yayasan Angsa Pura Medan. Medan: Skripsi. UNIMED

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antar budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hadeli. 2006. Metode penelitian Kependidikan. Ciputat: PT. Ciputat Press.

Handayani, Putri. Peranan Musik pada Resepsi Pernikahan Etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh-B Kecamatan Tanjung Morawa Medan. Medan: Skripsi. UNIMED

Hamidi. 2004. Metode penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press

http://id.wikipedia.org/wiki/alat-musik

Irawati, Yuni. 2011. Peranan Musik pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Gayo di Desa Hakim Wih Ilang Kabupaten Bener Meriah. Medan. Skripsi: UNIMED

Mantra, Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

(22)

Muslimin. 2002. Metode Penelitian di Bidang Sosial. Malang: Bayu Media dan UMM Press.

Sembiring, Dolorosa M. 2011. Peranan Musik pada Upacara Keagamaan Dewa Yadnya pada Masyarakat Hindu Bali di Pura Raksa Bhuana Medan. Medan: Skripsi. UNIMED

Sinambela, Naomi. 2010. Peranan Musik pada Tata Ibadah Agama Buddha Mahayana di Vihara Borubudur Jalan Imam Bonjol Medan. Medan: Skripsi. UNIMED

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB

Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suryadinata, Leo. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa.Jakarta: Pustaka 2 P3ES

Gambar

Tabel 2.1 Istilah dari tempo.........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pergeseran tradisi Cap Go Meh yang dilakukan masyarakat etnis Tionghoa di Kelurahan Sei Bilah Timur – Pangkalan Brandan dan

mengkaji peran Saikong hanya dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa di

Penggunaan dan Fungsi Ansambel Chui Ko dalam Upacara Bing Yi Guan pada Masyarakat Tionghoa di Yayasan Balai Persemayaman..

Puak poi pada upacara paisin dalam budaya masyarakat Tionghoa berfungsi sebagai: (1) Sarana komunikasi kepada (Tuhan, Dewa, dan leluhur), (2) Menyelesaikan berbagai

Sementara itu, bentuk penyajian Cap Go Meh tahun 2018 di Kota Makassar meliputi: (1) gerakan yang menggunakan enam gerak dasar wushu , yaitu Mashe (kuda-kuda pertama), Pan Mashe

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Struktur Upacara Menempati Rumah Baru Masyarakat Tionghoa di Medan”. Dalam penyelesaian skripsi ini,

Judul skripsi ini adalah ―Struktur Upacara Perkawinan Masyarakat Tionghoa Suku Hakka di Kota Medan‖.. Skripsi ini menganalisis struktur upacara perkawinan masyarakat

Skripsi ini menganalisis struktur upacara perkawinan masyarakat Tionghoa suku Hakka di kota Medan.. Pada umumnya masih banyak orang belum mengetahui