• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGAMBARAN FITUR-FITUR FARMAKOFOR TURUNAN ASPARTIL-DIPEPTIDA SEBAGAI PEMANIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGAMBARAN FITUR-FITUR FARMAKOFOR TURUNAN ASPARTIL-DIPEPTIDA SEBAGAI PEMANIS."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ABSTRAK

Aspartam (L-alfa-aspartil-L-fenilalanin-1-metil ester) telah diketahui memiliki rasa manis. Turunan dari aspartil-dipeptida diketahui merupakan senyawa yang berpotensi sebagai pemanis (Laszlo Tarko et al., 2006). Pada penelitian ini dilakukan penggambaran fitur-fitur farmakofor dari turunan aspartil-dipeptida, agar dapat diketahui fitur-fitur farmakofor apa saja yang paling bertanggungjawab untuk memberikan rasa manis. Proses pemodelan farmakofor secara umum dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu meliputi pertama penyiapan data yang mencakup penggambaran 2D dengan ChemDraw Ultra, optimasi geometri dengan

Hyperchem 7.0, Common Feature Generation Pharmacophore dengan perangkat

lunak Discovery Studio, dan pembuatan training set. Kedua pharmacophore

generation dengan 3D QSAR Pharmacophore, ketiga analisis data, dan yang

keempat validasi model. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan gambaran fitur-fitur farmakofor yang bertanggungjawab memberikan rasa manis yaitu gugus hidroksi dan karbonil berperan sebagai hydrogen bond acceptor (HBA), gugus amina sekunder berperan sebagai hydrogen bond donor (HBD), gugus benzen dan metil berperan sebagai hydrophobic (HY), dan gugus amina sekunder berperan sebagai positive ionizable (PI).

(2)

iv

ABSTRACT

The aspartame (N-(L-α-Aspartyl)-L-phenylalanine,1-methyl ester), to possessing

a sweet taste has shown that the derivatives of aspartyl-dipeptides has the potential as sweeteners (Laszlo Tarko et al., 2006). So, it is suggested that a study of the sweetening level from the derivatives to be done. In this study, drawings of pharmacophore features of the aspartyl-dipeptides were done to discover which pharmacophore features are responsible for the sweetening ability. The pharmacophore modelling process consists of four levels. The first steps are the preparation of datas that cover the 2D drawing with ChemDraw Ultra, the geometrical optimization using Hyperchem 7.0, doing Common Feature Generation Pharmacophore using the Discovery Studio software, and the making of the training set. The second level is the pharmacophore generation with 3D QSAR Pharmacophore, the third is the data analysis, and the fourth is the model validation. Present study showed that the pharmacophore features responsible for the sweetening ability are the hydroxyls and the carbonyls as the hydrogen bond acceptor (HBA), the benzenes and the methyls as the hydrophobic (HY) group, and the secondary amines as the positive ionizable (PI) group.

Referensi

Dokumen terkait

Studi perbandingan model kinetika dan isoterm adsorpsi zat warna naphtol blue black (NBB) dan indigosol blue (IB) pada asam humat (HA) hasil isolasi tanah

Dari ketiga jenis minyak tersebut, angka peroksidasi minyak kelapa setelah penggorengan pertama sampai setelah penggorengan ketiga masih berada dalam batas standar, angka

[r]

Ketika realitas-realitas yang dapat Ketika realitas-realitas yang dapat dinalar itu terukir dalam jiwa yang dinalar itu terukir dalam jiwa yang rasional maka realitas-realitas

Dari hasi tersebut dapat dilihat bahwa nilai daya terima pada perangkat memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya dan nilai hasil

PARTY PARTNER dalam tahap ini sudah cukup sejalan dengan teori yang ada, dengan cara menganalisa pendapat dan respon konsumen terhadap konsep ide baru, mempertimbangkan sumber

Suatu industri harus menetapkan harga untuk pertama kalinya adalah ketika industri tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru. Ketika industri memperkenalkan

0ubung singkat adalah ter#adinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak  bertegangan se"ara langsung tidak melalui media (resistor<beban yang semestinya