BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mengalami bencana
dikarenakan kondisi alam Indonesia. Setiap tahun Indonesia mengalami
bencana alam meliputi gempa, erosi, gunung meletus dan banjir. Banjir
merupakan kejadian alamiah yang umumnya disebabkan oleh air sungai yang
melimpah, dimana sungai membutuhkan dataran banjir di sekitarnya sebagai
tempat di mana air dapat melimpah (UNESCO (2007:7).
Berdasarkan data BNPB pada tahun 2012 diketahui bencana alam telah
mengakibatkan kerugian sebanyak 487 orang meninggal, 675.798 orang
mengungsi/menderita dan 33.847 rumah rusak, dimana 7.891 rumah rusak
berat, 4.587 rumah rusak sedang dan 21.369 rusak ringan. Sekitar 85 persen
adalah bencana hidrometeorologi yakni meliputi longsor dan puting beliung
dan banjir. Banjir merupakan bencana yang setiap tahun melanda Indonesia
dengan 193 kejadian atau 26 persen dari seluruh bencana yang terjadi di
Indonesia. Berdasarkan data (BNPB 2012).
Kabupaten Sukoharjo sendiri menempati urutan 76 dari 497
Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia dan merupakan wilayah dengan indeks
bencana tinggi. Kecamatan Nguter merupukan salah satu dari 6 (Enam)
kecamatan yang rawan terkena banjir tingkat rendah.
Songgorunggi, Nguter, Roni, mengatakan banjir itu terjadi setelah tanggul
sungai yang berada di belakang kantor Desa Kedungwinong, Nguter, jebol
sekitar pukul 16.30 WIB. Roni menambahkan akibat peristiwa itu, sejumlah
rumah di Kepuh dan Songgorunggi terendam. Bahkan, jalan
Wonogiri-Sukoharjo di daerah Nguter tertutup genangan air setinggi sekitar 50 cm.
Sementara, Camat Nguter, Setyo Aji Nugroho, mengatakan dari data
sementara, terdapat puluhan rumah yang terendam banjir. Di Desa
Kedungwinong, terdapat dua dukuh yang terendam, yakni Dukuh Kragilan RT
1/VI sebanyak 12 rumah, Dukuh Bendungan RT 4/VI sebanyak 20 rumah.
Sedang, di Dukuh Widoro RT 1/IV, Desa Kepuh sebanyak 30 rumah juga
terendam banjir, (Solopos/21/6/2010).
Bencana banjir merupakan masalah serius yang dihadapi sekolah
Indonesia karena dampak yang ditimbulkan dapat merugikan baik harta
maupun jiwa. Sekolah harus aktif dalam menggalakkan mitigasi bencana banjir
bagi siswa di Indonesia agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir
sebaik mungkin. Tingkat bencana banjir yang tinggi maka diperlukan bagi
sekolah untuk selalu siap dalam menghadapi bencana.
Carter (dalam LIPI-UNESCO/ISDR 2006), Kesiapsiagaan adalah
tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat,
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi secara cepat dan tepat
guna. UU RI No.24 Tahun 2007, menjelaskan kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
Faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan siswa adalah
pengetahuan siswa dan sarana prasarana mengenai mitigasi bencana.
Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana banjir. Pengetahuan yang kurang tentang mitigasi
bencana menjadikan siswa rentan menjadi korban bencana. Pengetahuan yang
diperoleh siswa dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mengantisipai ketika
bencana datang. Faktor lainya yang menyebabkan kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana adalah kurangan peranan komunitas sekolah dalam
memberikan informasi mengenai mitigasi bencana. Salah satunya tidak adanya
kurikulum dalam mata pelajaran di sekolah yang memuat tentang mitigasi
bencana dan kuranganya upaya sekolah dalam memberikan informasi
mengenai mitigasi bencana dalam kegiatan ekstrakulikuler dan tidak adanya
simulasi atau pelatihan mitigasi bencana di sekolah, selain itu kurangnya
sarana dan prasana mitigasi juga sangat berpengaruh terhadap kesiapsiagaan
siswa.
Pengetahuan siswa yang kurang tentang mitigasi bencana, tentu ini
menjadikan siswa rentan menjadi korban bencana alam. Siswa sebagai anggota
masyarakat yang rentan menjadi korban bencana diharapkan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam mitigasi bencana, sebagai wujud dari
kesiapsiagaan siswa adalah siswa dapat mengetahui hal yang perlu dilakakukan
saat bencana datang dan dapat menyampaikan informasi mengenai
BAPPENAS (2010), menyebutkan Pengetahuan tentang mitigasi bencana
sangat dibutuhkan siswa dikarenakan:
1. Siswa (termasuk yang berkebutuhan khusus) merupakan anggota
masyarakat yang rentan terhadap bencana alam.
2. Komunitas sekolah, khususnya siswa sebagai agen sekaligus komunikator
untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang pendidikan bencana kepada
orangtua dan lingkunganya.
3. Siswa merupakan aset pembangunan dan masa depan bangsa, sehingga
harus dilindungi dari berbagai macam bencana.
SMP Negeri 3 Nguter terletak di Dk. Widoro, Ds. Kepuh Kec. Nguter,
Kab. Sukoharjo. Selain itu Kecamatan Nguter juga masuk kedalam daerah
rawan bencana. SMP Negeri 3 Nguter terletak di selatan sungai Jlantah.
Berdasarkan infomasi yang didapat dari kepala sekolah, menyebutkan bahwa
SMP Negeri 3 Nguter pernah terkena bencana banjir karena sekolah yang
berdekatan dengan sungai, bahkan sampai halaman sekolah dengan ketinggian
mencapai 30 cm. Peta rawan bencana banjir Kecamatan Nguter disajikan pada
!
Daerah yang Dipetakan
Sumber: Peta Rawan Banjir Kab. Sukoharjo
BPBD
Jalan Kereta Api
! ! ! ! ! ! Batas Kabupaten
! ! ! ! ! ! Batas Kecamatan
! ! ! ! ! ! ! ! Batas Desa
Berdasarkan hasil informasi diatas dapat disimpulkan bahwa SMP Negeri
3 Nguter rawan terjadi bencana banjir karena berdekatan dengan sungai Gede.
Pengetahauan tentang mitigasi bencana banjir sangat diperlukan bagi siswa
agar siswa dapat mengantisipasinya ketika bencana banjir melanda di
Sekolahanya.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti ingin mengetahui “Tingkat
Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 3 Nguter Kabupaten Sukoharjo”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. SMP Negeri 3 Nguter rawan terjadi banjir dikarenakan lokasi dekat
dengan sungai Gede.
2. Kuranganya kesiapsiagaan siswa disebabkan oleh minimnya sarana dan
prasarana mitigasi bencana di SMP N 3 Nguter.
3. Siswa merupakan anggota masyarakat yang rentan menjadi korban
bencana.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas, maka pembatasan masalah dalam
penelitan ini sebagai berikut:
1. Mengukur tingkat pengetahuan siswa mengenai mitigasi bencana
2. Mengukur kesiapsiagaan siswa kelas VII SMP Negeri 3 Nguter Kab.
Sukoharjo dalam menghadapi bencana banjir.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pengetahuan siswa mengenai mitigasi bencana.
2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana
banjir.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai mitigasi bencana
banjir.
2. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Nguter Kab. Sukoharjo dalam menghadapi bencana banjir.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana
banjir.
b. Menambah pengetahuan mengenai mitigasi bencana bagi siswa.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam
Dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang mitigasi
bencana banjir.
b. Manfaat bagi guru
Meningkatkan pengetahuan guru mengenai pentingnya
mitigasi bencana bagi siswa.
Memperoleh strategi pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kesiapsiagaan siswa.
c. Manfaat bagi sekolah
Menjadikan sekolah lebih siap dalam menghadapi bencana.