• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGANORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA Hubungan antara budaya organisasi dengan Organizational citizenship behaviour (ocb) pada Pegawai dinas pendidikan kota cilegon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGANORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA Hubungan antara budaya organisasi dengan Organizational citizenship behaviour (ocb) pada Pegawai dinas pendidikan kota cilegon."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA

PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1

Disusun Oleh:

FITRI EKA SULISTYOWATI F 100 100 148

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

(S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :

Fitri Eka Sulistyowati F 100 100 148

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)
(6)

1

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA

PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

Fitri Eka Sulistyowati Susatyo Yuwono

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

OCB merupakan perilaku ekstra yang lebih dari biasanya diluar rutinitas waktu yang telah ditetapkan dalam jobdesk karyawan yang memberi kontribusi pada keefektifan serta keefisienan fungsi organisasi. Budaya organisasi yang sudah terinternalisasi akan mempengaruhi munculnya perilaku OCB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai, mengetahui tingkat perilaku OCB pada pegawai, mengetahui budaya organisasi pada Dinas Pendidikan Kota Cilegon serta mengetahui seberapa besar peranan budaya organisasi terhadap perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan organizational citizenship behavior. Metode penelitian menggunakan kuantitatif dengan 106 responden. Pengukuran menggunakan skala budaya organisasi yang berjumlah 40 aitem dan skala organizational citizenship behaviour yang berjumlah 50 aitem. Teknik analisis data yang digunakan korelasi product moment. Hasil analisis korelasi

product momentdiperoleh (r) sebesar 0,891 ; p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan OCB. Sumbangan efektif budaya organisasi terhadap OCB menunjukkan koefisien determinan (r2) sebesar 0,794, sehingga variabel budaya organisasi memberi sumbangan efektif sebesar 79,4% dalam mempengaruhi OCB pada pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, sedangkan sisanya 20,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel budaya organisasi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 95,87 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75 yang berarti budaya organisasi pada subjek tergolong tinggi. Variabel OCB diketahui rerata empirik (RE) sebesar 125,69 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 100 yang berarti OCB pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat sigifikan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon.

Kata Kunci: Budaya Organisasi,Organizational Citizenship Behaviour(OCB)

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam usaha

(7)

2

perubahan secara eksternal atau yang berkaitan dengan organisasi maupun secara internal yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Perubahan internal dalam organisasi salah satunya dengan memperbaiki kualitas SDM dan juga meningkatkan kemampuan bekerja dalam tim.

Kinerja SDM di Indonesia secara umum masih dinilai berkualitas rendah, terutama yang bekerja di instansi pemerintahan. Kasus-kasus indisipliner sering terjadi diberbagai instansi pemerintah. Sebanyak 216 dari 6.000 pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkot Cilegon atau sekitar lima persennya tidak masuk kerja pada hari pertama setelah libur Lebaran, Senin (12/8). Jumlah pegawai yang tidak masuk kerja itu tersebar di seluruh SKPD di lingkungan Pemkot Cilegon, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami penambahan jumlah (Irawan, 2013). Hal tersebut merupakan sebagian bukti dari rendahnya kualitas kerja sumber daya manusia di Indonesia, sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan dalam organisasi.

Suatu organisasi menuntut “perilaku sesuai” dari seorang karyawan, akan

tetapi perilaku yang dituntut bukan hanya perilaku in-role tetapi juga perilaku extra-role. Perilaku extra-role

dalam organisasi juga dikenal dengan istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan orang yang menampilkan perilaku OCB disebut sebagai karyawan yang baik (good citizen). Contoh perilaku yang termasuk dalam OCB antara lain seperti: membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja, menghindari konflik dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai

peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang kurang ideal atau kurang menyenangkan di tempat kerja, memberi saran-saran yang membangun di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja, namun perilaku ini tidak menjadi suatu bagian dari kewajiban kerja formal, namun mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara efektif (Robbins, 2008).

Tetapi ketika perilaku-perilaku itu tidak muncul maka yang akan terjadi adalah kurangnya atau tidak adanya perilaku OCB. Perilaku OCB yang tinggi dapat meningkatkan kinerja pekerjaan karena perilaku tersebut sebagai pelumas dari mesin sosial di dalam organisasi. Dengan kata lain perilaku tersebut akan memperlancar interaksi sosial diantara para anggota organisasi. Sehingga kemampuan bekerja dalam tim akan meningkat. Kinerja tim pada akhirnya akan dapat meningkatkan performance dan juga efektifitas perusahaan (Wardhani, 2012).

Namun yang terjadi di Indonesia saat ini, sulit untuk memiliki pegawai yang memiliki komitmen, loyalitas serta kemampuan kerja yang tinggi terhadap instansi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah budaya organisasi (organization culture). Budaya organisasi mengarahkan perilaku pegawai untuk meningkatkan kemampuan kerja, komitmen dan loyalitas, serta perilaku

(8)

3

royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan perkembangan dunia luar, yang sebagian besar merupakan bagian dari OCB (dalam Oemar, 2013). Bila dilihat dari dua sisi kepentingan, yaitu pegawai sebagai individu dan instansi dalam prosesnya adalah saling mengisi, di mana pegawai membutuhkan imbalan dari instansi dan sebaliknya instansi menuntut pegawai agar berprestasi, sehingga timbul keseimbangan pada kepentingan kedua belah pihak. Di sinilah sangat penting untuk disadari bahwa perilaku kerja pegawai harus dapat berjalan dengan baik dan terkontrol sesuai dengan pekerjaan dan bidangnya masing-masing, sehingga perilaku individu dari pegawai dapat terarah sesuai dengan harapan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (dalam Oemar, 2013).

Budaya organisasi merupakan seperangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (belief), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya (Killmann, dalam Sutrisno 2010).

Organizational citizenship behaviour (OCB) adalah perilaku ekstra yang lebih dari biasanya diluar rutinitas waktu yang telah ditetapkan dalam jobdesk karyawan (Bateman & Organ, dalam Arif 2012).

Didalam budaya organisasi yang kuat, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian

pekerjaan. Karyawan cenderung melakukan tindakan yang melampaui tanggung jawab mereka apabila mereka: merasa puas dengan pekerjaan, menerima perlakuan yang sportif dan penuh perhatian dari para teman maupun atasan, serta percaya bahwa mereka diperlakukan adil oleh organisasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 2) Untuk mengetahui tingkat perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 3) Untuk mengetahui budaya organisasi pada Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 4) Untuk mengetahui seberapa besar peranan budaya organisasi terhadap perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode angket atau kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Tidak ada kriteria untuk menetukan sampel, karena seluruh orang dalam populasi tersebut akan digunakan sebagai sampel penelitian karena adanya keterbatasan jumlah subjek. Analisis yang digunakan adalah analisis product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(9)

4

organizational citizenship behaviour. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu adanya hubungan positif yang signifikan menjelaskan bahwa semakin tinggi budaya organisasi maka semakin tinggi pula perilaku OCB, sebaliknya semakin rendah budaya organisasi maka semakin rendah pula perilaku OCB.

Menurut Oemar (2013), banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku OCB, salah satunya adalah budaya organisasi (organization culture). Manfaat dari penerapan budaya organisasi yang baik adalah dapat meningkatkan jiwa gotong royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan perkembangan dunia luar, yang sebagian besar merupakan bagian dari OCB.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Organ (Novliadi, 2007) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku OCB yang paling penting adalah budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang memicu terjadinya OCB. Budaya organisasi dapat menjadi penyebab atas berkembangnya OCB dalam suatu organisasi. Pada umumnya didalam sebuah organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan.

Peranan atau sumbangan efektif budaya organisasi terhadap OCB ditunjukkan koefisien determinan (r²) sebesar 79,4%. Hal ini berarti masih terdapat 20,6% faktor-faktor lain yang

mempengaruhi OCB diluar variabel budaya organisasi. Faktor tersebut antara lain kepribadian dan suasana hati, persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, masa kerja, jenis kelamin dan sebagainya (Novliadi, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi dengan segala aspek yang terkandung didalamnya memang memberikan kontribusi untuk OCB pada pegawai, meskipun OCB tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut. Budaya organisasi memberikan kontribusi positif terhadap OCB, yang artinya semakin tinggi budaya organisasi maka akan semakin tinggi pula OCB, sebaliknya semakin rendah budaya organisasi maka akan semakin rendah pula OCB. Sehingga hal ini mencerminkan bahwa memiliki budaya organisasi yang tinggi menjadi salah satu hal yang dapat memunculkan perilaku OCB pada pegawai.

Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel OCB diketahui rerata empirik sebesar (RE) 125,69 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 100 yang berarti OCB subjek tergolong tinggi. Dari hasil kategorisasi OCB diketahui bahwa tidak terdapat pegawai yang memiliki OCB sangat rendah maupun rendah ditunjukkan dengan skor 0%; skor 8,5% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong sedang; skor 72,6% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong tinggi; skor 18,9% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong sangat tinggi.

(10)

aspek-5

aspek OCB, yaitu: altruism adalah memiliki inisiatif untuk membantu atau menolong rekan kerja secara sukarela. Courtesy adalah mampu menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari perselisihan. Sportmanship adalah bersedia menerima apapun yang ditetapkan oleh instansi meskipun dalam keadaan yang tidak sewajarnya. Conscientiousness adalah memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan untuk melebihi standar pencapaian dalam setiap aspek. Civic virtue adalah perilaku yang menunjukkan bahwa pegawai memiliki tanggung jawab untuk terlibat, berpartisipasi, turut serta dan peduli dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh instansi.

Variabel budaya organisasi memiliki rerata empirik (RE) = 95,87 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75, yang berarti budaya organisasi termasuk dalam kategori tinggi. Dari hasil kategorisasi budaya organisasi diketahui bahwa tidak terdapat pegawai yang memiliki budaya organisasi sangat rendah, ditunjukkan dengan skor 0%; skor 0,9% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong rendah; skor 5,7% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong sedang; skor 74,5% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong tinggi; 18,9% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong sangat tinggi.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa prosentase dan jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pegawai sudah cukup memenuhi aspek-aspek budaya organisasi, yaitu tujuan, konsensus, keunggulan, kesatuan, prestasi, empirik, keakraban serta

integritas. Tujuan adalah pegawai telah memahami tujuan instansinya. Konsensus adalah pimpinan memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Keunggulan adalah instansi atau pimpinan memberikan motivasi kepada pegawai untuk berprestasi atau menunjukkan performance terbaiknya. Kesatuan adalah pimpinan memperlakukan pegawai secara adil sehingga tidak memunculkan friksi-friksi dalam instansi. Prestasi adalah mengakui prestasi kerja yang ditunjukkan oleh pegawai. Empirik adalah memiliki komitmen yang tinggi untuk menggunakan data empirik dalam mengambil keputusan. Keakraban adalah dekatnya hubungan antara pegawai. Integritas adalah pegawai memiliki kesungguhan dalam bekerja.

(11)

6

diselenggarakan oleh instansi. Pimpinan memberikan motivasi kepada pegawai untuk berprestasi atau menunjukkan performance terbaiknya, mengakui prestasi kerja yang ditunjukkan oleh pegawainya, sehingga pegawai memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan untuk melebihi standar pencapaian dalam setiap tugasnya. Pimpinan memperlakukan pegawai secara adil serta dekatnya hubungan diantara para pegawai, sehingga akan mampu menjaga hubungan baik antara pegawai sehingga akan terhindar dari perselisihan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan ada hubungan yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan OCB. Namun ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini antara lain: Generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian. Selain itu metode pengumpulan data yang digunakan hanya angket atau skala sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala psikologis yang tidak tampak dalam diri pegawai, oleh karena itu peneliti selanjutnya perlu melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain misalnya dengan teknik observasi, maupun yang lain sehingga akan lebih dapat mengungkap secara mendalam kondisi psikologis subjek penelitian.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan budaya organisasi dengan OCB, dapat disimpulkan bahwa : Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Tingkat OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon tergolong tinggi. Tingkat budaya organisasi pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon tergolong tinggi. Budaya organisasi memiliki peranan yang cukup penting dalam munculnya perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,794 atau 7,94 %.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Amna dan Chohan Aisha. (2012). How job satisfaction is influence the Organizational Citizenship Behaviour (OCB): a study on employees working in banking sector of Pakistan. International

Journal of Contemporary Research in BusinessVol.4, No.8.

Irawan, Deny. (2013). Di Kota Cilegon 216 PNS tidak masuk kerja, dalam http://www.suarapembaruan.com/ho me/di-kota-cilegon-216-pns-tidak-masuk-kerja/39870. Tempo.com.

Jayadi, (2012). Kompetensi guru, spiritual intelligence, self determination theory dan Organization Citizenship Behaviour.

Jurnal Humanitas, Vol. IX No. 2.

(12)

7

relationship with Organizational Citizenship Behavior: A study of ademicians in private higher learning institutions in Malaysia.

International Journal of Business and Social Science , Vol. 3 no 28, 83-91.

Novliadi, F. (2007). Organizational Citizenship Behaviour karyawan ditinjau dari persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan dan persepsi terhadap dukungan organizational. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Oemar, Yohanes. (2013). Pengaruh budaya organisasi, kemampuan kerja dan komitmen organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai pada BAPPEDA Kota Pekanbaru.Skripsi.

Pekanbaru: Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Rini, D.P, Rusdarti dan Suparjo. (2013). Pengaruh komitmen organisasi, kepuasan kerja dan budaya organisasi. Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 1 No. 1.

Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi (organizational behaviour). Jakarta: Salemba Humanika.

Sesen, Harun. Fatin Cetin dan Nejat Basim. (2011). The effect of burnout on Organizational Citizenship

Behaviour: the mediating role of job satisfaction. International Journal of Contemporary Economics and Administrative Sciences, Vol.1, No,1, 40-64.

Sutrisno, Edy. (2010). Budaya organisasi. Jakarta: Prenada Media Grup.

Suyasa, P.T dan Julia A.C. (2004). Sikap terhadap budaya organisasi dan komitmen organisasi. Jurnal PsikologiVol. 2, No. 1.

Triyanto, Agus. dan Cintya Santosa. (2009). Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dan pengaruhnya terhadap keinginan keluar dan kepuasan kerja karyawan. Jurnal Manajemen, Vol. 7, No. 4.

Wardani, A.K. dan Miftahun, N.S. (2012). Faktor kepribadian dan Organizational Citizenship Behaviour pada Polisi Pariwisata.

Humanitas,Vol.IX, No. 2.

Widodo, Tri. (2010). Pengaruh lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan terhadap kinerja.

Jurnal Among Makarti, Vol.3, No. 5.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui laju konversi lahan pertanian ke nonpertanian di Sub-DAS Keduang; (2) mengetahui dampak konversi lahan pertanian ke

Ì¿¾»´ ìòé ˶· Í·¹²·º·µ¿²-· п®¿³»¬»® ײ¼·ª·¼«¿´ ø˶· ͬ¿¬·-¬·µ ¬÷

IN WITNESS WHEREOF, the Borrower and the United States of America, each acting through its respective duly authorized representative, have caused this Amendment

What is the minimum number of balls that must be drawn from the container in order to get balls of 4 different colors with at least 9 balls for each

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN-P) yang

Dari hasil tersebut, cendawan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai agens pengendalian hayati terhadap penggerek batang padi kuning adalah cendawan endofit yang hanya

Alasan peneliti memilih iklan Ponds versi 7 Days to Love dan Citra White Lotion karena Ponds dan Citra adalah produk untuk wanita tetapi didalamnya ada unsur eksploitasi

Membership of the Association shall be open to Governments of countries producing natural rubber.. B. The objectives of the Association shall be carried out to