• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)

Disusun Oleh

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2023 M/1444 H

SUSANTI NIM. 180604005

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

KATA PENGANTAR

ِمي ِحهرلا ِنَٰمْحهرلا ِهللَّا ِمْسِب

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada program studi Ilmu Ekonomi.

Dalam proses pembuatan skripsi ini penulis mendapat banyak saran, dorongan, bimbingan dari berbagai pihak yang lebih berpengalaman, oleh karena itu tanpa menghilangkan rasa hormat penulis mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Hafas Furqani, M.EC selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Laboraturium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar- Raniry Banda Aceh yang penulis butuh selama ini.

3. Ibu Cut Dian fitri, SE., M.Si., AK selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi dan Ibu Ana Fitria, M.Sc.. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi.

4. Bapak Hafis Maulana, SP., S.Hi., selaku ketua Laboraturium dan Ibu Uliya Azra, SE.,M.Si selaku wakil ketua Laboraturium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

5. Bapak Dr. Hafas Furqani, M.EC sebagai Dosen Pembimbing 1 yang dengan kesabarannya telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga skrispi ini dapat terselesaikan.

(7)

viii

6. IbuYulindawati, SE.,MM sebagai Dosen Pembimbing 2 yang dengan kesabarannya telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Ibu Cut Elfida, S.H.I.,M.A sebagai Penasehat Akademik dan seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

8. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada perangkat dan seluruh masyarakat desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya karena telah membantu dalam penelitian saya.

9. Orang tua tercinta, Bapak Efendi dan Ibunda Elly Novida terimakasih atas segala doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan, percayaan, motivasi, semangat dan dukungan baik secara moril maupun materil yang tidak terhingga agar penulis memperoleh yang terbaik dan mampu menyelesaikan pendidikan pada program studi Ilmu Ekonomi. Terimakasih juga kepada Juliandry Erista selaku saudara kandung penulis yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi tiada henti kepada penulis, semoga kita dapat membanggakan orang tua.

10. Terima kasih kepada Rossa Yuli Fitri Maulinda, kak Rossi Ayuningtia, Nurul Yusra, Tri Raina Mutiara selaku sahabat sehidup tapi tak semati, terimakasih atas berbagai pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis, terimakasih atas segala semangat, dukungan dan motivasi yang tiada henti kepada penulis. Dan terima kasih kepada Fakhrul Razi, Safrijal, selaku sahabat yang selalu ada dikala susah dan senang, yang selalu memberi semangat sedari tahun 2018 hingga saat ini. Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT karena telah dipertemukan dengan orang-orang baik seperti kalian. Semoga kita bisa sukses dan selalu bersama hingga akhir hayat. Aamiin. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2018 yang sangat

(8)

ix

sering membantu dalam banyak hal terimakasih atas segalanya.

Semoga kesuksesan segera menghampiri kita.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih untuk semua pihak semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna tapi penulis sangat berharap proposal ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 29 Desember 2022 Penulis,

Susanti

(9)

x

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN KeputusanBersamaMenteriAgamadanMenteriP danK

Nomor:158 Tahun1987 –Nomor:0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

1 ا Tidakdilambangkan 16 ط

2 ب B 17 ظ

3 ت T 18 ع

4 ث 19 غ G

5 ج J 20 ف F

6 ح 21 ق Q

7 خ Kh 22 ك K

8 د D 23 ل L

9 ذ Ż 24 م M

10 ر R 25 ن N

11 ز Z 26 و W

12 س S 27 ه H

13 ش Sy 28 ء

14 ص 29 ي Y

15 ض

2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

(10)

xi a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

َ Fatḥah A

َ Kasrah I

َ Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama Gabungan

Huruf

ي َ Fatḥah dan ya Ai

و َ Fatḥah dan wau Au

Contoh:

فيك : kaifa لوه: haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan

Huruf Nama Huruf dan

Tanda ا َ

/

ي Fatḥah dan alif atau ya Ā

(11)

xii

ي َ Kasrah dan ya Ī

ي َ Dammah dan wau Ū

Contoh:

لا ق :qāla ى م ر :ramā لْي ق :qīla ل ْو ق ي :yaqūlu 4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah (ة)hidup

Ta marbutah (ة)yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah (ة) mati

Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة) diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

ْلا فْط لَْا ة ض ْو ر : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl ة ر ّو ن مْلا ة نْي د مْل ا

َ : al-Madīnah al-Munawwarah/

al-Madīnatul Munawwarah

ْة حْل ط : Ṭalḥah

(12)

xiii Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut; dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

(13)

xiv ABSTRAK Nama Mahasiswa : Susanti

NIM : 180604035

Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/ S1 Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)

Pembimbing I : Dr. Hafas Furqani, M.Ec.

Pembimbing II : Yulindawati, SE., MM.

Alokasi Dana Desa merupakan salah satu bentuk dana desa yang telah ditetapkan sebagai sumber dana yang dapat memberdayakan masyarakat di suatu desa, dengan segala aspek penting yang mampu dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, faktor pendukung, dan penghambat alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya dilihat dari berbagai pembangunan yang dapat meningkatkan aktivitas masyarakat seperti memberikan modal usaha pada UKM, penanaman pangan, menyediakan pembibitan jagung, pembagian sapi dan tempat pembibitan sayuran. Faktor pendukung dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat tersedianya lahan dalam bercocok tanam, memberikan dana bagi masyarakat yang membutuhkan, dan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat. Faktor penghambat dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat dipengaruhi oleh kurang ketersedian SDM, minimnya pengetahuan, sulit memasarkan produk serta sering terjadinya banjir dalam kegiatan bercocok tanam.

Kata Kunci: Pengelolaan Alokasi Dana Desa & Pemberdayaan Masyarakat

(14)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ... i

HALAMAN JUDUL KEASLIAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xiv

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHLUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Alokasi Dana Desa ... 13

2.1.1 Pengelolaan Alokasi Dana Desa ... 13

2.1.2 Tujuan Adanya Alokasi Dana Desa ... 19

2.1.3 Manfaat Alokasi Dana Desa ... 21

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 24

2.2.3 Prinsip dan Dasar Pemberdayaan Masyarakat ... 28

2.2.4 Falsafah Pemberdayaan Masyarakat ... 31

2.2.5 Strategi Pemberdayaan ... 34

2.2.6 Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat ... 35

2.3 Temuan Penelitian Terkait... 37

2.4 Kerangka Penelitian ... 41

(15)

xvi

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Rancangan Penelitian ... 45

3.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 46

3.3 Informan Penelitian ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN KESIMPULAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 106

(16)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui ADD di

Desa Panton, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh

Jaya Tahun 2017-2019 ... 3

Tabel 2.2 Penelitian Terkait... 37

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 47

Tabel 4.1 Urutan Sejarah Kepemimpinan Pemerintah Gampong Panton ... 54

Tabel 4.2 Sejarah Pembangunan Gampong Panton... 54

Tabel 4.3 Informan Penelitian ... 58

Tabel 4.4 Pengaruh Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat ... 59

Tabel 4.5 Dana Desa dan Pemberdayaan ... 78

Tabel 4.6 Faktor Pendukung Pemberdayaan Masyarakat ... 88

Tabel 4.7 Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat ... 97

(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Rata-Rata APBG Tahun 2020-2022... 8 Gambar 2.1 Penyaluran Dana Desa dari Pusat ke Daerah

dan Desa... 17 Gambar 2.2 Kerangka Penelitian ... 43 Gambar 3.1 Triangulasi Data... 48

(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembimbing Tahun Akademik 2022/2023 ... 106

Lampiran 2 Surat Penelitian dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar- Raniry Banda Aceh ... 107

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kechik Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya ... 108

Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 109

Lampiran 5 Daftar Nama-Nama yang Diteliti ... 111

Lampiran 6 Foto Dokumentasi ... 112

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup Penulis ... 117

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang pernah ada dan berkembang sejalan dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan struktur masyarakat Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan desa maka pihak pemerintah menentukasn sumber pendapatan dana desa. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 merupakan salah satu sumber pendapatan dana desa yang dapat mempengaruhi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa melalui ADD. Menurut Raharjo (2020:7) ADD merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kab/Kota, yakni paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima Kab/Kota dalam APBN setelah dikurangi dana alokasi khusus.

Bagi Kab/Kota yang tidak memberikan alokasi dana desa tersebut, pemerintah dapat melakukan penundaan atau pemotongan sebesar alokasi dana peribangan setelah dikurangi dana alokasi khusus yang seharusnya disalurkan ke desa.

Ketersediaan ADD merupakan salah satu donasi stimulan atau dana perangsang buat memajukan acara pembangunan pemerintah desa yang disupport dengan keikutsertaan swadaya gotong royong masyarakat dalam melakukan aktivitas pemerintahan serta pemberdayaan rakyat (Rorong dkk, 2021). Pada dasarnya ADD tidak hanya terfokus pada pembangunan

(20)

2

infrastruktur semata, akan tetapi pemberdayaan masyarakat menjadi penting diperhatikan dan dilaksanakan supaya pembangunan dapat merata (Amsyal dkk, 2020). Menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 12 bahwa Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Program-program pemberdayaan masyarakat desa dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah upaya dengan macam kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup sengsara (Minang dkk, 2021). Hal ini membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting karena bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat tersebut.

Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu hal yang perlu diutamakan, karena tujuan adanya dana desa untuk mensejahterakan masyarakat, baik pada bidang ekonomi, sosial,

(21)

3

maupun infrastruktur. ADD ini merupakan salah satu bentuk dana desa yang telah ditetapkan sebagai sumber dana yang dapat memberdayakan masyarakat di suatu desa, dengan segala aspek penting yang mampu dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut.

ADD ini perlu dikembangkan, karena menjadi salah satu sumber utama bagi masyarakat untuk mensejahterakan kehidupannya.

Berdasarkan hasil observasi di Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya menunjukkan bahwa terdapat beberapa program yang dapat mempengaruhi pemberdayaan masyarakat di desa tersebut. Salah satunya pemberdayaan masyarakat pada bidang ekonomi, sosial, maupun infrastruktur.

Sumber dana untuk menjalankan program-program pemberdayaan tersebut berasal dari alokasi dana desa. Adapun beberapa program yang sudah berjalan sejak tahun 2020 sampai 2022 dengan tujuan sebagai pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada tabel 1.1.

berikut ini.

Tabel 1.1

Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui ADD di Desa Panton, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2020-2022

No Program Penerima Manfaat

Biaya Sumber Dana

Tahun 1 Pengelolaan

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Masyarakat Rp 9.300.000,00 ADD 2021

2 Pengelolaan Kegiatan Pelayanan Pendidikan

&

Masyarakat Rp 33.200.000,00 ADD 2021

(22)

4

No Program Penerima Manfaat

Biaya Sumber Dana

Tahun Kebudayaan

(Insentif Pengajar Paud) 3 Pengelolaan

Usaha Jasa

& Industri Kecil

Masyarakat Rp 83.757.109,07 ADD 2021

4 Pendirian dan Pengemban gan BUMG dan/atau BUMG Bersama

Masyarakat Rp

136.500.000,00

ADD 2021

5 Penguatan Kesiapsiaga an

masyarakat Gampong dalam menghadapi bencana serta Kejadian luar biasa lainnya

Masyarakat Rp 16.000.000,00 ADD 2021

6 Penguatan Tata Kelola Gampong Yang Demokratis

Masyarakat Rp 25.000.000,00 ADD 2021

7 Pembangun an Tugu Batas Desa

Masyarakat Rp 16.014.589,64 ADD 2021

8 Pembangun an Gudang Aset

Masyarakat Rp 94.681.934,55 ADD 2021

9 Rehab Toko Desa

Rp

173.136.917,71

ADD 2021 10 Pembangun

an Toko Desa

Masyarakat Rp

135.911.940,89

ADD 2021

(23)

5

No Program Penerima Manfaat

Biaya Sumber Dana

Tahun 11 Pembangun

an Septick Tank, Kanopi , Sumur Bor Toko Desa

Masyarakat Rp 56.195.422,14 ADD 2021

12 Rehab Meunasah

Masyarakat RP 9.000.000,00 ADD 2022 13 Lanjutan

Pembangun an Jalan Rabat Beton

Rp 30.000.000,00 ADD 2022

14 Lanjutan Pembangun an Saluran Tanah

Masyarakat Rp 10.000.000,00 ADD 2022

15 Pengadaan Hand Traktor

Masyarakat Rp 60.000.000,00 ADD 2021

16 Pengadaan Mesin Perontok Padi

Masyarakat Rp 16.500.000,00 ADD 2022

17 Pengadaan Meja Makan Kanduri

Rp 10.200.000,00 ADD 2022

18 Pengadaan Pentas Bongkar Pasang

Masyarakat Rp 20.000.000,00 ADD 2020- 2022

19 Pengadaan Becak Gampong

Masyarakat Rp 50.000,000,00 ADD 2021- 2022 20 Pengadaan

Alat Tangkap Nelayan

Masyarakat Rp 50.000.000,00 ADD 2021- 2022

21 Optimalisasi Lahan Persawahan

Masyarakat Rp

100.000.000,00

ADD 2022

22 Penyuluhan Pertanian

Masyarakat Rp 10.000.000,00 ADD 2022

(24)

6

No Program Penerima Manfaat

Biaya Sumber Dana

Tahun 23 Pembangun

an Kilang Padi

Masyarakat Rp

150.000.000,00

ADD 2022

24 Pengadaan Bibit Bebek Ternak

Masyarakat Rp 30.000.000,00 ADD 2021- 2022 25 Pengadaan

Ternak Sapi BUMG

Masyarakat Rp 50.000.000,00 ADD 2020- 2022 26 Pengemuka

n Sapi Ternak BUMG

Masyarakat Rp 20.000.000,00 ADD 2020- 2022

27 Pengadaan Alat Permainan PAUD

Masyarakat Rp 20.000.000,00 ADD 2021- 2022

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Panton (2020-2022)

Tabel 1.1 menunjukkan hasil pengelolaan ADD sejak tahun 2017-2019 baik dari segi ekonomi, sosial, maupun infrastruktur.

Tujuan pengelolaan ADD tersebut sebagai program pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara beberapa masyarakat juga menunjukkan bahwa program-program yang telah dibentuk oleh aparat desa sudah 80% mampu memberdayakan masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa program yang dapat memudahkan masyarakat seperti pengadaan pembangunan, pengadaan program kesehatan maupun penyuluhan-penyuluhan pada bidang pertanian dan sebagainya.

Selanjutnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG) di desa Panon terjadi kenaikan dan penurunan selama tiga

(25)

7

tahun terakhir. Adapun jumlah APBG selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1.1 Jumlah Rata-Rata APBG Tahun 2029-2022 Gambar 1.1 menunjukkan jumlah rata-rata APBG Desa Panton, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan hasil pengamatan membuktikan bahwa APBG selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan dan penurunan. Hasil pengamatan jumlah APBG tertinggi yaitu pada tahun 2021 dengan total Rp 46.593.575,90. Dana APBG merupakan keseluruhan pengeluaran dana desa dalam setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa di Desa Panton pemberdayaan masyarakat sudah dirasakan masyarakat namun terjadi perubahan jumlah dana desa setiap tahunnya.

Sebagaimana penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Helwani & Herlina (2022) bahwa pengelolaan ADD dalam pemberdayaan masyarakat sudah sesuai dengan peruntukannya.

29.492.753,10

46.593.575,90

12.229.357,90

0,00 5.000.000,00 10.000.000,00 15.000.000,00 20.000.000,00 25.000.000,00 30.000.000,00 35.000.000,00 40.000.000,00 45.000.000,00 50.000.000,00

Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Jumlah Rata-rata APBG

APBG

(26)

8

Perencanaan ADD dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat melalui musyawarah rencana pembangunan desa. Pengorganisasian ADD dilakukan dengan membentuk Tim Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Pengawasan dalam pelaksanaan ADD dilakukan dengan pengawasan secara fungsional, pengawasan secara melekat, dan pengawasan secara structural. Faktor penghambat dalam pengelolaan ADD dalam pemberdayaan masyarakat yaitu sumberdaya manusia terutama masih rendahnya SDM penduduk desa menjadi penghambat utama pengelolaan ADD karena pada proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban, oleh karena itu dibutuhkan SDM yang mampu dalam proses pengelolaan ADD. Faktor pendukung dalam pengelolaan ADD dalam pemberdayaan masyarakat yaitu, tingginya partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang mendukung pengelolaan ADD khususnya dalam proses perencanaan, budaya gotong-royong masyarakat merupakan potensi desa dalam pengelolaan ADD dalam pemberdayaan masyarakat, dan pengawasan secara fungsional dari Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan dapat meningkatkan kedisiplinan pemerintah desa dalam pengelolaan ADD.

Hasil penelitian lainnya yang dikemukakan oleh Rudiarta dkk (2020) mengatakan bahwa Alokasi Dana Desa untuk dapat melaksanakan pembangunan secara merata dan berkeadilan berdasarkan asas partisipatif dibawah pemerintahannya.

(27)

9

Berdasarkan asas otonomi daerah bahwa desa berada dibawah pemerintahan Kabupaten/Kota dan Provinsi. Maka demi mewujudkan pemerintahan desa yang adil, makmur dan sejahtera pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kegunaan sangat penting dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa serta dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa melalui pengelolaan dana desa dapat melakukan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan fenomena yang ada, menunjukkan alokasi dana desa Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya sebagai salah satu desa yang memanfaatkan anggaran tersebut untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini telah ditunjukkan sebelumnya berkaitan dengan beberapa program yang telah terealisasikan, sehingga untuk mengkaji bagaimana pemberdayaan yang dirasakan masyarakat, maka peneliti memilih desa ini sebagai salah saatu lokasi penelitian untuk menemukan fakta yang ada.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti akan mengulas lebih lanjut terkait dengan bank syariah yang akan disajikan dalam proposal skripsi dengan judul “Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(28)

10

1. Bagaimana pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya?

2. Apa saja faktor pendukung dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya?

3. Apa saja faktor penghambat dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dari alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah:

(29)

11 1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta memperluas pandangan peneliti tentang pengelolaan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini penggunaan dana desa dapat meningkatkan pemberdayaan baik dari segi ekonomi, sosial, maupun infrastruktur.

b) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi sebagai referensi atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti sendiri tentang berbagai macam pemanfaatan alokasi dana desa dalam pemberdayaan masyarakat, dimana tidak hanya pada bidang pembangunan namun dalam bidang kesehatan maupun program-program lainnya.

b) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi aparat desa setempat dan masyarakat lainnya, agar kedepannya dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat dari segala bidang apapun.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan suatu gambaran dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan yang terbagi menjadi 5 bab yaitu:

(30)

12

BAB I : Merupakan pendahuluan bab ini merupakan langkah awal dari penyusunan skripsi ini yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Membahas tentang konsep pengelolaan, dana alokasi desa, dan pemberdayaan masyarakat.

BAB III : Metode penelitian, yang menguraikan tentang rancangan penelitian, informan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, pengabsahan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil dan pembahasan penelitian, yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang; (a) pengelolaan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya; (b) Faktor pendukung dan penghambat dari alokasi dana desa terhadap pengelolaan pemberdayaan masyarakat di desa Panton Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

BAB V : Penutup, kegiatan penutup ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan kemudian memberikan saran sebagai bahan masukan.

(31)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Alokasi Dana Desa

2.1.1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan berasal dari kata managemen yang berarti mengatur, mengelola, menangani, serta membuat sesuatu sesua dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan ini sangat penting dilakukan untuk menjalankan roda suatu organisasi agar dapat mencapai tjan yang tlah ditetapkan. Pengelolaan merupakan suatu upaya yang sistematis dalam melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan pengawasan yang dilakukan secara efektif dan efesien dengan menggunakan sumber daya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamid dkk, 2021:4).

Pengelolaan merupakan pemanfaatan sumber daya manusia ataupun sumber lainnya yang dapat diwujudkan dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan tertentu (Putra, 2021). Pengelolaan merupakan pengertian sempit dari Manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur (Noviyanti & Mulyana, 2018).

Menurut George R. Terry, pengelolaan merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber- sumber lain.

(32)

14

Istilah “dana desa” sebenarnya tidak disebutkan secara langsung dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tengan Desa. Adapun yang terdapat dalam Undang-Undang Desa ini terkait (dimaksudkan) dengan istilah dana desa dalam Pasal 72 ayat (1) huruf b yang menyebutkan bahwa pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN).

Kemudian dalam Pasal 75 ayat 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanahkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan desa telah diatur dalam peraturan pemerintah (Raharjo, 2020:13).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menjelaskan bahwa desa mempunyai sumber pendapat berupa pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah diterimaoleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat digunakan untuk mendanai seluruh kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Dana tersebut digunakan untuk mendanai penyelenggaraan kewenangan desa yang mencakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Dengan demikian, pendapatan desa yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk mendanai kewenangan tersebut.

(33)

15

Mengingat Dana Desa bersumber dar belanja pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Alokasi anggaran untuk dana desa ditetapkan sebesar 10% dari total dana transfer ke daerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBN. Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10%, anggaran dana desa dpenuhi melalui relokasi dari belanja pusat dari program yang berbasis desa.

Besaran dana desa yang telah ditetapkan APBN dialokasikan ke desa dalam dua tahap. Pada tahap pertama, Menteri mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota sesuai dengan jumlah desa berdasarkan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dalam bobot tertentu. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dikalikan dengan indeks kelemahan konstruksi sebaga indikator yang mencermnkan tngkat kesulitas geografis.

Tahap kedua, berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota, bupati/walikota mengalokasikan Dana Desa kepada setiap desa. Bupati/walikota diberikan kewenangan untuk menentukan bobot variabel tingkat kesulitan geografisdesa sebagai salah satu variabel perhitungan sesua dengan karakteristik daerahnya. Tingkat kesulitan geografs antara lain ditunjukkan oleh faktor ketersediaan pelayanan dasar serta kondisi infrastruktur dan transportasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan desa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan,

(34)

16

pengalokasian Dana Desa lebih banyak mempertimbangkan tingkat kemiskinan (Raharjo, 2020:15).

Terkait dengan ketentuan penyaluran Dana Desa telah diatur bahwa, Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada kabupaten/kota. Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan dengan cara pemindahan bukuan dari RKUN ke RKUD. Selanjutnya, Dana Desa tersebut disalurkan oleh kabupaten/kota kepada desa.

Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahan bukuan dari RKUD ke rekening kas Desa. Adapun alurnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini (Raharjo, 2020:16).

Gambar 2.1

Penyaluran Dana Desa dari Pusat ke Daerah dan Desa

 Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan dengan cara pemindahanbukuan dari RKUN ke RKUD

 Perda mengenai APBD kab/kota tahun berjalan;

 Perbub/wal mengenai tata cara pembagan dan penetapan rincian DD;dan

 Laporan realisasi penyaluran dan konsolidas penggunaan DD tahap sebelumnya.

 Peraturan Desa mengenai APB Desa tahun anggaran berjalan; dan

 Laporan realisasi penggunaan DD tahap sebelumnya

RKUN

RKUD

RK DESA

(35)

17

Prioritas penggunaan dana desa untuk bidang pembangunan desa ditujukan untuk pembangunan sarana prasarana dasar, sarana prasarana pelayanan sosial dasar, mewujudkan lumbung ekonomi desa, dan sarana prasarana lingkungan. Sedangkan bidang pemberdayaan masyarakat diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat desa dengan mendayagunakan potensi dan sumber dayanya (Ritongga, dkk, 2021).

Selanjutnya alokasi dana desa merupakan bagian dari keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen). Seluruh kegiatan yang berasal dari anggaran alokasi dana desa direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh masyarakat desa (Karimah dkk, 2014).

Alokasi dana desa merupakan dana yang cukup signifikan bagi desa untuk menunjang program-program jangka pendek dan jangka panjang desa, seperti pembangunan jalan ke perkampungan untuk jangka pendek dan seperti pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk jangka panjang (Anggara, 2021).

Alokasi Dana Desa (ADD) direvisi dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan beberapa proporsisi tambahan. Sumber Alokasi Dana Desa tersebut berasal dari APBN sebesar 25% atau yang disebut dana perimbangan yang dibagikan kepada daerah yang dinamakan dengan dana alokasi umum, dari dana alokasi umum tersebut kemudian kabupaten memberikan kepada desa

(36)

18

sebesar 10% yang kemudian dinamakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam rangka otonomi daerah yakni memberikan kepercayaan kepada desa untuk mengurus rumah tangganya sesuai dengan kebutuhan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa tersebut (Magal dkk, 2021).

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, Untuk itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan, yaitu pembentukan Alokasi Dana Desa sebagai perwujudan dari desentralisasi keuangan menuju desa yang mandiri. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa: “Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota yang dalam pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa (ADD)”. Pedoman Alokasi Dana Desa (ADD) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015, Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Alokasi Dana Desa (ADD) diberikan kepada desa berdasarkan perhitungan Alokasi Dana Desa Merata dan Alokasi Dana Desa Proporsional.

Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai wujud desentralisasi keuangan menuju desa yang mandiri. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk

(37)

19

desa, yang bersumber dari sebagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten atau kota untuk mendukung semua sektor dalam masyarakat, serta untuk memudahkan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan (Samadara dkk, 2020).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan merupakan segala sesuatu yang bersifat beruntun atau sistematis, karena dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai target atau sasaran yang diharapkan. Dana desa merupakan dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan alokasi dana desa merupakan suatu bentuk perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap penggunaan dana desa untuk menunjang program-program jangka pendek dan jangka panjang di desa tersebut.

2.1.2. Tujuan Adanya Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa serta

(38)

20

memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan (Setiawan dkk, 2018).

Untuk memaksimalkan pengelolaan Alokasi Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten kepada Desa, maka Alokasi Dana Desa memiliki tujuan anatara lain (Firman dkk, 2014):

1. Untuk memperkuat kemampuan keuangan desa (APBDes), dengan demikian sumber APBDes terdiri dari PADes ditambah Alokasi Dana Desa.

2. Untuk memberi keleluasaan bagi desa dalam mengelelola persoalan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa.

3. Untuk mendorong terciptanya demokrasi desa.

4. Untuk meningkatkan pendapatan dan pemerataannya dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat desa.

Menurut Aljannah (2017) tujuan pemberian bantuan langsung Alokasi Dana Desa (ADD) adalah:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

(39)

21

4. Mendorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

2.1.3. Manfaat Alokasi Dana Desa

Menurut Firman dkk (2014) manfaat Alokasi Dana Desa adalah sebagai berikut:

1. Desa dapat menghemat biaya pembangunan, karena desa dapat mengelola sendiri proyek pembangunannya dan hasil- hasilnya dapat dipelihara secara baik demi keberlanjutannya.

2. Tiap-tiap desa memperleh pemerataan pembangunan sehingga lebih mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat desa.

3. Desa memperoleh kepastian anggaran untuk belanja operasional pemerintahan desa. Sebelum adanya Alokasi Dana Desa, belanja operasional pemerintahan desa besarnya tidak pasti.

4. Desa dapat menangani perasaahan desa secara cepat tanpa harus lama menunggu datangnya program dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

5. Desa tidak lagi hanya tergantung pada swadaya masyarakat dalam mengelola persoalan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa.

6. Dapat mendorong terciptanya demokrasi di desa. Alokasi Dana Desa dapat melatih mayarakat dan pemerintahan desa untuk bekerja sama, memunculkan kepercayaan

(40)

22

antarpemerintah desa dengan masyarakat desa dan mendorong adanya kesukarelaan masyarakat desa untuk membangun dan memelihara desanya.

7. Dapat mendorong terciptanya pengawasan langsung dari masyarakat untuk menekan terjadinya penyimpangan.

8. Dengan partisipasi semua pihak, maka kesejahteraan kelompok perempuan, anak-anak, petani, nelayan, orang miskin, dan lain-lain dapat tercapai.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah merupakan pemberian wewenang, pendelegasian wewenang atau pemberian otonomi ke tingkat di bawahnya. Pendapat tersebut beranggapan bahwa peranan masyarakat dan swasta dalam sebuah pembangunan di suatu daerah adalah sangat penting dan merupakan faktor yang harus dicermati dengan jelas (Sari dkk, 2015).

Pemberdayaan masyarakat berkaitan erat dengan upaya penanggulangan masalah-masalah pembangunan seperti pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan. Masalah ini merupakan masalah pembangunan yang multidimensional (Margayaningsih, 2016). Pemberdayaan masyarakat desa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi desa, pengembangan

(41)

23

Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan hasil produksinya (Kehik, 2017).

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan yang membuat masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kgiatan sosial dalam memperbaki situasi dan kondisi diri sendiri.

Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyaakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi. Jadi pada intinya kata kunci dari pemberdayaan adalah meliputi: proses pembangunan, masyarakat berinisiatif, memperbaiki situasi kondisi diri sendiri. Dengan kata lain keberhasilan dari program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh aktifnya pihak yang diberdayakan untuk mengubah situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya (Maryani & Nainggolan, 2019:9).

Pemberdayaan masyarakat, dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif, untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki (Hamid, 2018:10).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bentuk kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tertentu dengan tujuan sebagai upaya penanggulangan masalah-masalah pembangunan di wilayah

(42)

24

tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat yang makmur dan sejahtera.

2.2.2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil). Untuk melengkapi pemahaman tentang pemberdayaan perlu diketahui tentang konsep kelompok lemah dan penyebab ketidakberdayaan yang mereka alami (Hamid, 2018:12).

Menurut Mardikanto (2015) dalam Maryani & Nainggolan (2019:10) terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu:

1. Perbaikan Kelembagaan “Better Institution”

Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan dapat memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha. Kelembagaan yang baik akan mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan yang ada, sehingga lembaga tersebut dapat secara maksimal menjalankan fungsinya. Dengan demikian tujuan lembaga tersebut akan mudah dicapai. Target-target yang telah disepakati oleh seluruh anggota dalam lembaga tersebut mudah direalisasikan. Lembaga yang baik mempunyai visi,

(43)

25

misi, tujuan yang jelas, sasaran yang dapat diukur, program kerja yang terarah.

2. Perbaikan Usaha “Better Business”

Setelah kelembagaan mengalami perbaikan, maka diharapkan berimplikasi kepada adanya perbaikan bisnis dari lembaga tersebut. Di samping itu kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisns yang dilakukan mampu memberikan kepuasan kepada seluruh anggota lembaga tersebut dan juga memberikan manfaat yang luas kepada seluruh masyarakat yang ada disekitarnya. Hal ini juga diharapkan mampu mengembangkan lembaga tersebut, sehingga mampu memenuhi semua kebutuhan yang dibutuhkan seluruh anggota yang bersangkutan.

3. Perbaikan Pendapatan “ Better Income”

Perbaikan bisnis diharapkan akan berimplikasi kepada peningkatan pendapatan dari seluruh anggota lembaga tersebut. Dengan kata lain terjadinya perbakan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakat.

4. Perbaikan Lingkungan “Better Environment”

Lingkungan pada saat ini banyak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh ulah manusia. Hal ini dengan alas an untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal bila kualitas manusia tinggi, yang salah satu faktornya adalah memiliki

(44)

26

pendidikan tinggi atau memiliki intelektual yang baik, maka manusia tidak akan merusak lingkungan.

5. Perbakan Kehidupan “Better Living”

Tingkat kehidupan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indkator atau factor. Diantaranya tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan atau daya beli masing- masing keluarga. Dengan pendapatan yang membaik diharapkan ada korelasi dengan keadaan lingkungan yang membaik pula. Pada akhirnya pendapatan dan lingkungan yang membaik dharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

6. Perbaikan Masyarakat “ Better Community”

Bila setiap keluarga mempunyai kehidupan yang baik, maka akan menghasilkan kehidupan kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik berarti didukung oleh lingkungan “fisik dan social” yang lebih baik, sehingga diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

Tujuan pemberdayaan meliputi beragam upaya perbaikan, yaitu (Sofinisa dkk, 2020):

1. Perbaikan pendidikan; perbaikan pendidikan melalui pemberdayaan tidak terbatas pada perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan yang menyangkut tempat dan waktu, serta hubungan fasilitatordan penerimaan manfaat.

Tetapi yang lebih penting adalah perbaikan pendidikan

(45)

27

yang mampu menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.

2. Perbaikan aksesibilitas; perbaikan aksesibilitas utamanya tentang aksesibilitas dengan sumber informasi/ inovasi, sumber pembiayaan, penyedia produk dan peralatan, lembaga pemasaran.

3. Perbaikan tindakan; perbaikan pendidikan dan perbaikan aksesibilitas dengan beragam sumberdaya yang lebih baik, diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan yang semakin lebih baik.

4. Perbaikan kelembagaan; dengan perbaikan tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.

5. Perbaikan usaha; perbaikan pendidikan, aksesibilitas, kegiatan, dan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.

6. Perbaikan pendapatan; perbaikan bisnis yang dilakukan diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperoleh, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakat.

7. Perbaikan lingkungan; perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial) karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.

8. Perbaikan kehidupan; tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

(46)

28

9. Perbaikan masyarakat; keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

2.2.3. Prinsip dan Dasar Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat ada lima macam, yaitu (Ulumiyah dkk, 2013):

1. Pendekatan dari bawah (buttom up approach): pada kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi (participation): dimana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan.

3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian dari program pengelolaan.

(47)

29

Dalam rangkan melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai kesuksesan program pemberdayaan masyarakat itu, menurut beberapa ahli terdapat empat prinsip diantaranya (Maryani & Nainggolan, 2019:12):

1. Prinsip kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat ialah adanya kesetaraan atau kesenjangan kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdatyaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang dibangun ialah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbaga pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing individu saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar, saling membantu, saling tukar pengalaman dan saling memberikan dukungan.

Pada akhirnya seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan itu mampu mandiri dalam memenuhi kebbutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

2. Prinsip partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat ialah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi oleh masyarakat itu sendiri. Untuk sampai pada

(48)

30

tingkat tersebut perlu waktu dan proses perdampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat. Artinya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Artinya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan itu mendapatkan arahan yang jelas dari pendampng, shingga mampu memotivasi dirinya untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan protensi yang ada pada masing-masng individu. Pada akhirnya masing-masing individu masyarakat tersebut mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dari keluarganya secara layak.

3. Prinsp Keswandayaan atau Kemandirian

Prinsip keswandayaan ialah lebih menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit.

4. Prinsip Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang supaya bias berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat sendiri.

Secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin bekurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannnya sendiri. Artinya program kegiatan pemberdayaan ini dirancang sedemikian rupa.

(49)

31

Bertolak dari pemahaman pemberdayaan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka pemberdayaan memiliki prinsip-prinsip (Handini dkk, 2019:43):

1. Mengerjakan, artinya, kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan sesuatu. Karena melalui "mengerjakan"

mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan keterampilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama;

2. Akibat, artinya, kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat; karena, perasaan senang atau tidak-senang akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan pemberdayaan di masa-masa mendatang;

3. Asosiasi, artinya, setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya, sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan kegiatannya dengan kegiatan yang lainnya.

2.2.4. Falsafah Pemberdayaan Masyarakat

Kata falsafah adalah bahasa Arab. Dalam bahasa Yunani falsafah adalah Philosophia, philos artinya cinta, senang dan sophia artinya pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Falsafah dalam bahasa Yunani berarti love of wisdom, cinta akan kebijaksanaan yaitu menunjukkan suatu harapan atau kemajuan untuk mencari fakta dan nilai-nilai kehidupan yang luhur. Falsafah berarti cinta

(50)

32

pada kebijaksanaan yaitu ingin mengetahui secara mendalam dan mendasar tentang kebenaran suatu hal, yang bertujuan untuk menemukan suatu kebenaran yang hakiki terhadap suatu hal yang dipikirkan. Jadi makna falsafah adalah merupakan pandangan hidup dalam melakukan suatu hal yang telah diyakini kebenarannya untuk mencapai hasil yang lebih baik (Hamid, 2018:15).

Selanjutnya dikembalikan Falsafah bagi seorang aparat atau agen pemberdayaan masyarakat dalam memberdayakan sumber daya manusia dapat menganut pada falsafah pendidikan yang dianut oleh pahlawan nasional bidang pendidikan Ki Hajar Dewantoro, yaitu (Hamid, 2018:15):

1. Hing ngarsa sung tulada (beradadi depan) artinya, mampu memberikan contoh atau telada bagi masyarakat/kelompok sasaran;

2. Hing madya mangun karsa (berada di tengah) artinya, mampu menumbuhkan inisiatif dan mendorong kreativitas, serta semangat dan motivasi untuk selalu belajar dan mencoba

3. Tut wuri handayani (berada di belakang) artinya, mau menghargai dan mengikuti keinginan-keinginan serta upaya yang dilakukan masyarakat kelompok sasarannya, sepanjang tidak menyimpang dari aturan yang ada, untuk mewujudkan tujuan perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat tersebut.

(51)

33

Dalam era demokratis saat ini, setiap aparat/agen pemberdayaan masyarakat hendaknya berperan sebagai seorang fasilitator yang menerapkan falsafah pemberdayaan melalui pendekatan yang manusiawi, seperti:

1. Menjadikan masyarakat/kelompok sasaran sebagai mitra sejajar, atau biasa diistilahkan duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi

2. Menjadi pendengar yang baik dan sabar dalam menerima segala keluhan dan kritikan masyarakat

3. Tidak menunjukkan sikap lebih tahu atau mengetahui segalanya dan terkesan ingin menggurui

4. Tidak tergesa-gesa dalam berkomunikasi dan bertindak sehingga terlihat ingin cepat-cepat menyelesaikan suatu tahapan kegiatan, tanpa memperhatikan situasi sekitarnya apakah masyarakat sudah paham atau masih ada yang bermuka bingung

5. Menguasai materi yang diberikan tetapi tetap memberikan ruang kepada masyarakat untuk berpendapat dan melakukan pengulangan-pengulangan setiap tahap kegiatan sampai mereka dapat melakukannya sendiri.

6. Tidak berfikir bahwa hal yang utama ada pada kesuksesan hasil akhir suatu kegiatan, tetapi justru pada setiap tahapan atau proses kegiatan mulai dari awal (identifikasi masalah), perencanaan, pembagian tugas (organizing), pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dan monitoring, seluruhnya

(52)

34

dapat dilaksanakan, diikuti dan dipahami oleh masyarakat/

kelompok sasaran secara partisipatif.

2.2.5. Strategi Pemberdayaan

Proses pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif. Namun tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektifitas. Tidak menutup kemungkinan bahwa strategi pemberdayaan secara individual. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu (Sofinisa dkk, 2020);

1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuannya adalah membimbing atau melatih seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.

2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi, pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap seseorang agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut sebagai Strategi Sistem Besar, karena dalam perubahan ini mempunyai sasaran yang mengarah kepada sistem lingkungan yang lebih luas.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu penelitian ini akan memfokuskan pada analisa faktual terhadap penerapan manajemen pemasaran produk yang dilakukan oleh Rumah Zakat yang difokuskan

Sekitar 74% warga Jakarta puas atau sangat puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur, meningkat dari 69% pada temuan sebelumnya.  Kebijakan-kebijakan pemerintah

Kemudian pengertian nazhir dalam Pasal 1 butir (4) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyatakan Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda

Usulan perbaikan untuk mode kegagalan jamming yaitu memodifikasi langkah kerja pada gripper bar dengan posisi expand maksimal dengan sudut 72 0 yang sebelumnya

Hasil koefisien menunjukkan nilai suku bunga (BI rate) sebesar 0.774763 dengan signifikan sebesar 0.0082 dan lebih kecil dari 0,05 artinya model regresi dalam penelitian

Pada umumnya nama keluarga yang bermakna asosiatif dalam bahasa Kaili dan bahasa Inggris diambil dari nama keluarga berdasarkan nama tempat, nama yang mengikuti nama

2 Kabupaten Sorong bertujuan agar memberikan pengetahuan kepada siswa SMA/SMK dan SMP tentang perlunya kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan yang

Dari wawancara yang peneliti lakukan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung penerapan pendidikan lingkungan hidup adalah 1). Adanya dukungan dan kerjasama