• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEROHANIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEROHANIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

SITI BADIATUR ROFIAH NIM. 084 111 368

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2015

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI BADIATUR ROFIAH NIM. 084 111 368

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2015

(3)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI BADIATUR ROFIAH NIM. 084 111 368

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Syamsun Ni`am, M.Ag NIP. 19730214200003 1 001

(4)

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Agama Islam Hari : Senin

Tanggal : 03 Agustus 2015 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

H. Mursalim, M. Ag Indah Wahyuni, M. Pd NIP. 19700326 199803 1 002 NIP. 19800306 201101 2 009

Anggota:

1. Dr. Hj. St Rodliyah, M. Pd ( )

2. Dr. H. Syamsun Ni’am, M. Ag ( )

Mengetahui Dekan

Dr. H. Abdullah, S.Ag., M.H.I NIP. 19760203 200212 1 003

(5)

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami………”

(Surat Al-Ankabut [29]: 69) *

*Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2005), 404.

(6)

masa study ku di Institut Agama Islam Negeri Jember. Kupersembahkan “karya”

sederhana ini untuk orang yang telah mengajariku tentang makna hidup serta kedewasaan dalam meniti lika-liku kehidupan yang penuh misteri agar lebih berarti:

1. Bapakku Dahlan Efendi dan Ibuku Marwiyah tercinta yang selalu memberikan semangat dalam doanya, kasih sayang yang tidak pernah putus dan tulus menjadi motivator dan inspirasiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Adekku Allif Imamah Annajibah dan keluarga besarku yang telah mendukung dan memberi semangat agar terselesaikan karyaku ini.

3. Dosen, dan Guru yang telah membimbing memberikanku ilmu yang tak kenal lelah, semoga ilmu yang kudapat akan barokah dan bermanfaat.

4. Dan kepada calon imamku Hari Wahyudi, terima kasih telah memberikanku semangat dalam proses penulisan hingga sampai terselesaikannya karyaku ini.

5. Teman-teman di kelas N (Kerens) terutama sahabat tercinta Fatimah Azzahro, Citra Kumalasari, dan Suciani Hafidatul M, terima kasih atas motivasi, kebersamaan yang penuh dengan senyum serta canda tawanya yang tidak akan pernah terlupakan sampai nanti.

6. Almamaterku IAIN Jember yang tercinta.

(7)

Alhamdulillah segala puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Seiring dengan itu, penulis berterima kasih kepada Bapak, Ibu, serta saudara-saudaraku di rumah yang selalu memberikan motivasi terhadap penyelesaian dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor IAIN Jember.

2. Bapak H. Nur Solikin, S.Ag., M.H. selaku Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga.

3. Bapak Dr. H. Abdullah, S.Ag., M.H.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember.

4. Bapak Dr. H. Mundir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam IAIN Jember.

5. Bapak H. Mursalim, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Jember.

6. Bapak Zeiburhanus Shaleh, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan masukan demi perkembangan akademik penulis.

(8)

sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

8. Bapak Drs. H. Furqon Adi Sucipto, MM selaku kepala sekolah SMK Negeri 2 Jember yang bersedia memberi tempat bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Seluruh dewan guru dan karyawan SMK Negeri 2 Jember yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam bentuk doa atau apapun dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shaleh yang diterima oleh Allah SWT.

Jember, 11 Juni 2015 Penulis

Siti Badiatur Rofiah

(9)

Pendidikan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas itu sangat penting bagi manusia pada zaman yang semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang serba cepat. Apalagi pergaulan global saat ini sudah tidak dapat dihindari lagi oleh seseorang, seperti halnya penemuan-penemuan serta kemajuan-kemajuan yang banyak baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung hal-hal positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan baik. Sebaliknya, ia dapat berakibat negatif ketika hanyut ke dalam hal-hal negatif, hal itulah yang menyebabkan turunnya nilai-nilai agama.

Untuk mencegah turunnya nilai-nilai agama maka penanaman nilai-nilai keagamaan sangat penting dalam membangun kualitas moral pada generasi bangsa agar memiliki keteguahan iman serta kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu kegiatan ekstrakurikuler kerohanian sebagai wadah untuk membentuk serta menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Dari uraian di atas, maka fokus penelitian yang diangkat dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai aqidah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?. (2) Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai syariah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?. (3) Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?.

Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai aqidah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai Syariah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015. (3) Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015.

Metode penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Adapun penentuan subyek penelitian menggunakan purposive sampling. Dan metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan deskriptif kualitatif. Dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Dari penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: (1) Upaya guru dalam menanaman nilai-nilai aqidah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015

(10)

Upaya guru dalam menanaman nilai-nilai akhlak pada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015 dengan membentuk kegiatan Jum’at bersih yang dilakukan oleh siswa, guru, dan karyawan sekolah agar tercipta tempat pembelajaran yang sehat, rapi, dan bersih.

(11)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 14

(12)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 45

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Subyek Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Analisa Data ... 50

F. Keabsahan Data ... 52

G. Tahap-tahap Penelitian... 54

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian ... 56

B. Penyajian Data dan Analisis... 65

C. Tahap-tahap Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN LAMPIRAN

(13)

4.2 Jumlah Rombongan Belajar SMK Negeri 2 Jember ... 61 4.3 Jumlah Siswa SMK Negeri 2 Jember ... 62 4.4 Pembahasan Temuan ... 94

(14)

4.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Jember ... 57

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang- kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Sedangkan pendidikan agama sendiri bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.1

Dari tujuan pendidikan agama tersebut, jelas sekali bahwa penanaman nilai-nilai keagamaan sangat penting dalam membangun kualitas moral pada generasi bangsa dan juga sangat dibutuhkan oleh semua orang karena menentukan serta menjadi tolak ukur tingkah laku seseorang baik dan buruknya, apalagi pada kehidupan pada jaman yang semakin berkembang ini mengalami kemajuan yang luar biasa yang menyebabkan nilai-nilai keagamaan hampir tidak diperhatikan bahkan ada beberapa orang yang sudah tidak mempraktikkannya dalam kehidupan

1Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:

Rhusty Publisher, 2009), 252.

(16)

masyarakat. Oleh karena itulah sekarang ini diperlukan usaha atau cara untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, karena pergaulan global saat ini sudah tidak dapat lagi dihindari oleh seseorang, seperti halnya penemuan- penemuan serta kemajuan-kemajuan yang banyak baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung hal-hal positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan baik.

Sebaliknya, ia dapat berakibat negatif ketika hanyut ke dalam hal-hal negatif, hal itulah yang menyebabkan turunnya nilai-nilai agama.2

Sebagaimana dalam al-Qur’an telah dijelaskan bahwa, prioritas pertama adalah penanaman aqidah dan akhlak. Penanaman nilai-nilai keagamaan seperti halnya penanaman aqidah dan akhlak harus diutamakan sebagai kerangka dasar atau landasan dalam membentuk pribadi anak yang sholeh. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Luqman: 31 ayat 13 yang berbunyi:































Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Al- Luqman:31 [13])3

Menurut teori belajar behavior perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru

2A Qodry Azizy, Melawan Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 22.

3Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 412.

(17)

sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.4 Jika stimulus yang baik diciptakan maka akan menghasilkan respon yang baik pula. Oleh karena itu kemungkinan dengan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian menjadi salah satu stimulus agar menghasilkan pribadi yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.

Kegiatan ekstrakurikuler kerohanian merupakan suatu aktivitas di luar jam pelajaran yang dilakukan untuk membentuk pribadi islami kepada setiap siswa. Menurut Abdul Rachman Shaleh, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki kemampuan dasar penunjang. Kegiatan-kegiatan dalam program ekstrakurikuler diarahkan kepada upaya memantapkan pembentukan kepribadian siswa.5

SMK Negeri 2 Jember sebagai salah satu dari bagian institusi pendidikan yang turut andil dalam mengemban amanah penegakan nilai- nilai agama Islam dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Selain itu, SMK Negeri 2 Jember tidah hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan umum akan tetapi juga memberikan ruang yang luas terhadap keberadaan pengetahuan agama untuk membentengi para siswa dari pengaruh- pengaruh negatif modernisasi dan globalisasi.

4Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 7.

5Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 170.

(18)

Akan tetapi fenomena yang ada pada saat ini, terdapat kesenjangan antara harapan dan realitas yang ada. Kesenjangan antara harapan bahwa dengan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada siswa dapat merubah kepribadian siswa menjadi yang lebih baik, dengan realita bahwa masih banyak siswa yang berprilaku atau berkepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Seperti contoh, siswa masih banyak yang ramai, main handphone dalam mengikuti pembelajaran.6

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji dan meneliti keseluruhan varian yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai keagamaan siswa melaui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian. Dengan demikian muncul keinginan penulis untuk melakukan suatu penelitian lebih jauh tentang “Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kerohanian Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut juga dengan fokus penelitian. Bagian ini merupakan perumusan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena masalah merupakan suatu objek yang akan diteliti yang masih bersifat sementara dan akan dikembangkan ketika peneliti terjun langsung ke lapangan atau situasi sosial tertentu.

Maka dalam penelitian apapun, fokus penelitian harus mencamtumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya

6Observasi, SMK Negeri 2 Jember, 27 Maret 2015

(19)

melalui proses penelitian dan harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.7

Adapun masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai aqidah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai syari’ah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan pengetahuan. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian kualitatif adalah menemukan. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah ada dan belum diketahui. Dengan metode kualitatif, maka peneliti dapat menemukan pemahaman luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang kompleks, memahami intraksi

7Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 44.

(20)

dalam situasi sosial tersebut sehingga dapat ditemukan hipotesis, pola hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi teori.8

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.9

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai aqidah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai syari’ah melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015.

3. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu untuk mengemban ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk memecahkan masalah.10 Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa

8Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), 290.

9Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, 291.

(21)

yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan.

Kegunaan penelitian harus realistis.11 Suharsimi Arikunto Mengemukakan bahwa manfaat hasil penelitian adalah suatu yang dapat digunakan oleh pihak-pihak lain untuk meningkatkan apa yang telah ada.12

Adapaun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil pembahasan skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai konstribusi atau sumbangan bagi pengembangan kazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang upaya guru dalam menanamkan nilai- nilai keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, untuk menambah keatifan mahasiswa dalam melatih cara berfikir secara ilmiah dan memberikan pengalaman yang berguna untuk masa yang akan datang dalam hal kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

b. Bagi SMKN 2 Jember, sebagai acuan, literatur, dan sumber informasi dalam hal menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian serta sebagai

11Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

12Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 46.

(22)

sumbangan untuk mengembangkan pemikiran dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam penanaman nilai-nilai keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler disekolah-sekolah lainnya.

c. Bagi lembaga IAIN Jember, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan literature atau referensi bagi lembaga IAIN Jember dan mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian tentang penanaman nilai-nilai keagamaan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian.

d. Bagi masyarakat, sebagai informasi tentang pentingnya kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah merupakan tambahan kegiatan untuk mengembangkan kemampuan siswa. sehingga dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ini masyarakat dapat lebih membantu meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dengan lebih baik lagi.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.13

Dari Judul “ Upaya Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kerohanian Di Sekolah

13Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

(23)

Menengah Kejuruan Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”. Maka hal-hal yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia menanamkan berasal dari kata tanam yang artinya menaruh supaya tumbuh.14 Jadi menanamkan adalah suatu usaha seseorang ataupun lembaga untuk menumbuhkan sesuatu pada diri orang lain.

Sedangkan kata nilai menurut Kup perman, adalah patokan formatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.15

Menanamkan nilai-nilai keagamaan yang di maksud disini adalah suatu usaha untuk menumbuhkan segala sesuatu yang berisis efek positif baik berupa perbuatan, tingkah laku, sikap atau akhlak yang dimiliki oleh siswa setelah memperoleh penanaman yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian.

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Kerohanian

Dalam kamus besar bahasa indonesia kegiatan berarti aktivitas, usaha, pekerjaan.16 Menurut Suharsimi AK sebagaimana dikutip Suryosubroto, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan

14Daryanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo, 1997)., 574.

15Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), 9.

16Daryanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, 239.

(24)

pilihan.17 sedangkan kerohanian berasal dari kata “rohani” yang berarti “berkenaan dengan roh atau jiwa”.18

Dari beberapa pengetian diatas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan ekstrakurikuler kerohanian adalah suatu aktivitas tambahan, di luar jam pelajaran yang dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai islami pada jiwa dan diri setiap siswa.

Jadi yang dimaksud dengan judul pnelitian ini, upaya guru dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian di SMK Negeri 2 Jember tahun pelajaran 2014/2015 adalah adalah usaha guru dalam memasukkan nilai-nilai keagamaan secara penuh dalam hati dan diri siswa, yang dilakukan secara sadar melalui kegiatan ekstrakurikuler kerohanian dalam rangka membimbing anak didik menuju kehidupan yang beragama sehingga terbiasa mengerjakan dengan sendirinya.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian kualitatif sistematika pembahasan merupakan gambaran yang berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan sampai pada bab penutup.

Skripsi ini membahas pokok bahasan yang terdiri dari lima bab sebagaimana tersususun sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan gambaran secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan sekaligus

17Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 271.

18Pius A Partanto dan Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), 686.

(25)

memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya. Bab ini dimulai dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, sistematika pembahasan.

Bab dua merupakan kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada penelitian terdahulu berisi berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, hal ini dimaksudkan sebagai pembeda antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang hendak dilakukan. Sedangkan kajian teori berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan perspektif dalam penelitian.

Bab tiga menjelaskan metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. Pada bab inilah yang akan dijadikan acuan prosedur dalam melakukan penelitian ini.

Bab empat menjelaskan tentang gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data yang diperoleh dilapangan dan juga untuk menarik kesimpulan dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Bab lima menjelaskan kesimpulan dan saran-saran. Seluruh kesimpulan yang valid akan ditentukan pada bab ini disertai saran-saran yang membangun kearah yang lebih baik.

(26)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

1. Siti Wahyuni mahasiswi STAIN Jember tahun 2014 dengan judul “ Penanaman Nilai-nilai Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al-Hidayah Desa Karangharjo Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, guna memperoleh data yang akurat peneliti menggunakan beberapa metode dalam penggalian data yaitu metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi dengan menggunakan cara berfikir reflektif.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai Agama Islam melalui pembinaan akhlak siswa melalui program Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler sudah berjalan dengan baik. Hal ini nampak pada cara guru mengajar, selalu memberikan apersepsi yang mencakup tentang nilai-nilai agama Islam, Sholat Berjama’ah, peringatan hari besar (PHBI), itu semua bernafaskan Islam.

2. Imam Buhari mahasiswa STAIN Jember tahun 2012 dengan judul “ Model Pemberdayaan Nilai-nilai Relegius Dalam Pembentukan Budaya Di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso Tahun Ajaran Pelajaran 2011/2012”.

(27)

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Secara umum dalam penelitian ini disimpulkan bahwa model pemberdayaan nilai-nilai religius dalam membentuk budaya di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso dibangun oleh: Lingkungan yang religius, tradisi religius, kebijakan kepala sekolah, program kegiatan madrasah yang senantiasa mengacu kepada arah dan nilai luhur keberagamaan (religius). Faktor pendukungnya yaitu:

pelaksanaan program, lingkungan, kebijakan senantiasa diacu kepada nilai religius. Faktor penghambatnya adalah: strategi kurang inovatif, materi kurang tersistematisasi dengan baik.

3. Ana Holifa mahasiswi STAIN Jember tahun 2014 dengan judul “ Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan Melalui Media Permainan pada Anak Usia Dini di Taman Posyandu Matahari Kecamatan Maron Probolinggo Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif, sedangkan penentuan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling penelitian kualitatif. Pengumpulan datanya menggunakan observasi, interview, dan dokumntasi.

Secara umum penelitian ini disimpulkan bahwa macam-macam permainan yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada Anak Usia Dini dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1) Permainan

(28)

sosial kooperatif, 2) permainan dengan benda. Yang termasuk dalam permainan dalam bentuk sosial kooperatif adalah bentuk kelompok dan cerdas cermat. Sedangkan yang termasuk permainan dengan benda adalah menyusun huruf hija’iyyah dan Asmaul Husna.

Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada variabel pertama yaitu penanaman nilai-nilai keagamaan. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu terletak pada lokasi penelitian dan fokus penelitiannya. Pada penelitian ini peneliti lebih menekankan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian sebagai sarana untuk menanamkan nilai- nilai keagamaan siswa. Agar dengan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian, siswa lebih mengetahui ajaran-ajaran agama Islam.

B. Kajian Teori

1. Kajian Teoritis tentang Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan a. Pengertian Nilai-nilai Keagamaan

Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan nilai, diantaranya:

1) Gordon Alport sebagai seorang ahli psikologi kepribadian:

nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.19

2) Abu Ahmadi dan Noor Salimi: nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas

19Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, 9.

(29)

yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.20

3) Kup perman: nilai adalah patokan formatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.21

4) Kluckhohn: nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan.22

Dari beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang. Contohnya nasab- nasab orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.

Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada

20Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 202.

21Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, 9.

22Ibid., 10.

(30)

masyarakat serta alam sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial, budaya, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah (Akhlak).23

Jadi nilai-nilai keagamaan yang dimaksud disini adalah keyakinan atau perasaann yang diyakini oleh setiap individu sebagai suatu identitas yang dimiliki yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun prilaku yang bersifat agama, artinya segala sesuatu yang diyakini berladaskan dengan agama.

b. Sumber Nilai Keagamaan

Agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah) , yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.24

Sumber nilai keagamaan adalah asal atau tempat ajaran Islam itu diambil sebagai sumber mengindikasikan makna bahwa ajaran Islam berasal dari sesuatu yang dapat digali dan

23Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar pendidikan Agama Islam, 4.

24Ibid., 4.

(31)

dipergunakan untuk kepentingan operasionalisasi ajaran Islam dan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat Islam.25

Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi, sumber nilai-nilai keagamaan dalam Islam yaitu:26

1) Nilai yang Ilahi: al-Qur’an dan Sunnah

2) Nilai yang mondial (duniawi): ra’yu (pikiran), adat-istiadat dan kenyataan alam.

Bagi umat Islam sumber nilai yang tidak berasal dari al- qur’an dan Sunnah hanya digunakan sepanjang tidak menyimpang atau yang menunjang sistem nilai yang bersumber kepada al- Qur’an dan Sunnah.

Firman Allah yang berbunyi:





































Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al- An’am: 153)27

25Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2002), 11.

26Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar pendidikan Agama Islam, 203.

27Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 149.

(32)























































Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya;

jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".” (Q.S. Ali Imran: 31-32)28 Adapun contoh-contoh dari sumber nilai-nilai keagamaan adalah sebagai berikut:

1) Nilai yang berasal dari al-Qur’an: perintah shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

2) Nilai yang berasal dari Sunnah yang hukumnya wajib: tata pelaksanaan Thaharah, tata cara pelaksanaan shlat dan sebagainya. Sedangkan yang hukumnya fardhu kifayah seperti merawat jenazah.

3) Nilai yang bersumber kepada Ra’yu: memberikan penafsiran dan penjelasan terhadap al-Qur’an dan Sunnah, hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang tidak diatur oleh al- Qur’an dan Sunnah dan sebagainya.

4) Nilai yang bersumber kepada adat-istiadat: tata cara komunikasi, interaksi sesama manusia dan sebagainya.

28Ibid., 54

(33)

5) Nilai yang bersumber kepada kenyataan alam: tata cara berpakaian, tata cara makan-minum dan sebagainya.29

Setiap perbuatan yang kita lakukan didunia ini haruslah mengandung nilai-nilai keagamaan yang bersumber dari al- Qur’an dan Sunnah maupun ra’yu (pikiran), adat-istiadat dan kenyataan alam, hal itu haruslah kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita akan menjadi pribadi yang berakhlakul karimah yang sesuai dengan norma-norma atau nilai- nilai keagamaan.

c. Macam-macam Nilai Keagamaan

Menurut Tim Penulis IAIN Sunan Ampel dalam buku yang berjudul pengantar studi Islam pokok-pokok ajaran Islam, macam- macam nilai keagamaan meliputi:30

1) Aqidah

Secara bahasa “aqidah” adalah ikatan, sedangkan secara istilah berarti iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, aqidah selalu dikaitkan dengan rukun iman yang merupakan asas bagi ajaran Islam. Aqidah juga berarti mengikatkan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya.31

29Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar pendidikan Agama Islam, 204.

30Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, 71.

31Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2.

(34)

Menurut Mahmud Syaltut, aqidah ialah sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun.32

Menurut Sayid Sabiq, aqidah merupakan ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh padanya itu ia akan hidup dalam keadaan yang baik dan menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya itu akan runtuhlah semangat kerohanian manusia. Dan dengan akidah itulah yang menjadi perintis atau pendorong dari amal-amal perbuatan yang shalih.33

Al-Qur’an menyebut aqidah dengan istilah “iman”.

Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab “amana” yang berarti “memberi kiamanan”. Menurut al-Qur’an, iman berarti mempercayai segala yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi- Nya.

Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunnah Nabi Muhamamad SAW.34 Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala pa yang dibawa rasulullah. Mengikrarkan dengan lisan maksudnya

32Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, 71.

33Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Bandung: CV Diponegoro, 1986), 21-22.

34Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam (Palangka Raya: Erlangga, 2010), 12.

(35)

mengucapkan dua kalimat syahadat. Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk ibadah sesuai dengan fungsinya. Maka iman dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan amal perbuatannya.35

Dalam al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menunjukkan kata-kata iman, diantaranya terdapat firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) 165 yang berbunyi:

































































Artinya:“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;

mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).36

Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa iman itu identik dengan (asyaddu hubbal lillah), kecintaan yang sangat mendalam. Iman adalah sikap yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keimanan yang luar biasa terhadap Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah

35Abuddin dan Aliaras Wahid, Membangun karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), 51.

36Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 25.

(36)

adalah adalah orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut Allah SWT kepadanya.

Oleh karena itu ruang lingkup aqidah adalah masalah- masalah keimanan yang berkaitan dengan rukun-rukun iman dan peranannya dalam kehidupan beragama. Rukun iman yang berupa keimanan, yaitu: iman kepada Allah dan sifat-sifatnya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul-rasul Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha’ serta qadar. Hal ini tercantum dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah:2 ayat 177 yang berbunyi:









































































































Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

(37)

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang- orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”37

a) Iman Keapada Allah

Allah, Zat Yang Maha Mutlak, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan Yang Maha Esa. Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut ketuhanan.

Esensi dari iman kepada Allah adalah pengakuan tentang keesaan (tauhid)-Nya. Tauhid berarti keyakinan tentang kebenaran keesaan Allah, tidak mempersekutukan- Nya dengan sesuatu apapun.38

Menurut Osman Raliby dalam Muhammad Daud Ali ajaran Islam tentang Kemaha EsaanTuhan yaitu:39 1) Allah Maha Esa dalam ZatNya (tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang kita kenal), 2) Allah Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya (al-Asma’ul Husna), 3) Allah Maha Esa dalam perbuatan-perbuatanNya. 4) Allah Maha Esa dalam wujudNya, 5) Allah Maha Esa dalam menerima ibadah, 6) Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan

37 Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 27.

38Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, 13.

39Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 202.

(38)

hasrat manusia, 7) Allah Maha Esa dalam memberi hukum.

Menurut Heri Jauhari Muchtar, beriman kepada Allah di sini adalah menyakini keberadaan Allah beserta sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Maksudnya kita harus yakin bahwa Allah itu ada serta Dia memiliki sifat-sifat yang mulia (asmaul husna). Beriman kepada Allah merupakan dasar utama keimanan, dari sinilah melahirkan ketaatan terhadap yang lainnya. Hanya ketaatan yang berdasarkan keimanan kepada Allah sajalah yang benar dan akan diterima.40

b) Iman Kepada Malaikat

Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Akan tetapi, dengan izin Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia. Mereka diciptakan Tuhan dari cahaya dengan sifat selalu taat dan patuh kepada Allah dan senantiasa membenarkan dan melaksanakan perintah Allah.

Menurut Rois Mahfud, malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang bersumber dari cahaya, ia tidak dapat dilihat atau diindrai dengan pancaindra manuasia- makhluk gaib. Namun demikian, ia tetap ada

40Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 26.

(39)

melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah SWT. Malaikat juga makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah melanggar perintah Allah SWT.41

Malaikat yang wajib diketahui ada 10, yaitu:

malaikat Jibril (menyampaikan wahyu), Israfil (meniup sangsakala), Izrail (mencabut nyawa), Raqib dan Atid (mencatat segala perbuatan manusia), Munkar dan Nakir (menanyai dalam kubur), Malik (menjaga neraka), Ridwan (menjaga surga).

Beriman kepada para malaikat mempunyai konsekuensi terhadap seorang muslim. Konsekuensinya, seorang muslim harus menyakini adanya kehidupan rohani yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan malaikat itu.42

c) Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Kitab-kitab suci berarti memuat wahyu Allah, kata kitab berasal dari kata kataba yang berarti “ia telah menulis” yang memuat wahyu Allah. Wahyu adalah firman Allah yang disampaikan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya. Dengan demikian dalam perkataan wahyu terkandung pengertian penyampaian firman Allah kepada umat manusia guna dijadikan pegangan hidup.

41Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam , 17.

42Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam , 210.

(40)

Kitab-kitab Allah ada 4, yaitu: Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Iman kepada kitab-kitab Allah artinya yakin dan percaya bahwa kitab-kitab Allah itu ada, dan harus melaksanakan apa yang diperinyahkan-Nya dan menjauhi apa yang telah dilarang-Nya.

d) Iman Kepada Para Rasul Allah

Arkanul iman yang keempat adalah percaya kepada Rasul Allah. Rasul adalah Utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat manusia. Menurut Rois Mahfud, Rasul berarti utusan yang mengandung makna manusia-manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah dan bertugas untuk menyampaikan wahyu (berita gembira dan pemberi peringatan) kepada tiap-tiap umatnya.43

Oleh karena itu seorang Rasul adalah Nabi, tetapi seorang Nabi belum tentu Rasul. Di dalam al-Qur’an disebut nama 25 Nabi yang wajib diketahui, beberapa di antaranya berfungsi juga sebagai Rasul (Daud, Musa, Isa,

43Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam , 18.

(41)

Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara- cara pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari- hari.

e) Iman Kepada Hari Kiamat

Hari kiamat disebut juga dengan yaumul akhir (hari akhir), yaumul ba’ats (hari kebangkitan), yaumul hisab (hari perhitungan), yaumul zaja’i (hari pembalasan), yaitu pembalasan atas segala amal perbuatan manusia selama hidup di dunia.

Keyakinan dan kepercayaan akan adanya hari kiamat memberikan satu pelajaran bahwa semua yang bernyawa, terutama manusia akan mengalami kematian dan akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya didunia. Hari kiamat menandai babak akhir dari sejarah hidup manusia di dunia. Kedatangan hari kiamat tidak dapat diragukan lagi bahkan proses terjadinya pun sangat jelas.44

Keyakinan kepada hari akhir inilah yang mendorong manusia menyesuaikan diri dengan kerangka nilai abadi yang ditetapkan Allah. Keyakinan kepada hari

44Ibid, 19.

(42)

akhir ini pulalah yang menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya secara sehat dan mantap. Karena itu pula ajaran Islam mementingkan benar keyakinan kepada hari akhir.

f) Iman Kepada Qada’ dan Qadar

Menurut Rois Mahfud, Qada’ berarti kehendak dan perintah, sedangkan Qadar berarti batasan (menetapkan ukuran). Sedangkan arti lain dari Qada’ adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang sesuatu, sedangkan Qadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu. Dapat pula dikatakan Qada’ adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan Qadar adalah ukuran.45

Iman kepada Qada’ dan Qadar memberikan pemahaman bahwa kita wajib menyakini kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki otoritas tunggal dalam menurunkan dan menentukan ketentuan apa saja bagi makhluk ciptaan-Nya.

Iman kepada takdir akan menumbuhkan ketenangan batin, keteduhan hati, kepercayaan diri, keberanian mengambil tindakan, dan keberanian membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah bagi manusia.46

45Ibid, 21.

46Musthafa Al-Adawy, Fikih Akhlak (Jakarta: Qisthi Press, 2006), 431.

(43)

2) Syari’ah

Mahmud Shaltout mengartikan syari’ah adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhana, dengan umat manusia lainnya, orang Islam dengan non-muslim, dengan alam maupun dalam menata kehidupan ini.47

Menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi yang disebut Syari’ah adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT seperti yang dirumuskan dalam al-Qur’an Surat Al-Jatsiyah ayat 18 yang berbunyi:





























Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”48

Ruang lingkup syari’ah, antara lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut:49

47Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, 101.

48 Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 500.

49Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, 238-240.

(44)

a) Ibadah

Ibadah diartikan secara sederhana sebagai persembahan, yaitu sembahan manusia kepada Allah SWT sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah SWT.

Karena itu, ibadah bisa berarti menghambakan diri kepada Allah SWT. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa bagi orang yang percaya (iman) kepada Allah SWT, detak nafas dan gerak langkah serta segala aktivitas yang dilakukannya, diniatkan sebagai wujud dedikasinya terhadap Allah SWT. Jadi perbuatan apa pun yang dilakukan seorang muslim selama itu baik dan diniatkan hanya karena Allah SWT, maka perbuatan tersebut bernilai ibadah di sisi Allah SWT.50

Menurut ajaran Islam, ibadah dibagi dua, yaitu: (1) ibadah khusus yang disebut juga ibadah mahdah (ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya sudah pasti ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan oleh Rasul-Nya) atau bisa disebut dengan rukun islam diantaranya syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji; dan (2) ibadah umum yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada diri sendiri dan orang lain, dilaksanakan dengan niat ikhlas karena

50Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam , 23.

(45)

Allah, seperti belajar, mencari nafkah, menolong orang susah dan sebagainya.51

b) Mu’amalah

Kata mu’amalah mengandung makna pengaturan hubungan (antar manusia). Menurut Hendi Suhendi, mu’amalah adalah segala peraturan yang dicptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.52 Sedangkan menurut Rois Mahfud, mu’amalah adalah bentukan dari akar kata “amal” yang berarti kerja, mu’amalah mengandung makna keterlibatan dua orang atau lebih dalam sebuah amal (kerja) serta interaksi manusia dalam mewujudkan kepentingannya masing-masing dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.53

Hubungan yang diatur syari’ah mu’amalah adalah hubungan perdata dan hubungan publik. Hubungan perdata, adalah hubungan individu dengan individu (hubungan keluarga seperti perkawnan, perceraian, wasiat), individu dengan benda (pinjam-meminjam, jual beli, sewa-menyewa). Hubungan publik adalah hubungan individu dengan masyarakat (umum) atau negara, seperti persaudaraan, tolong-menolong, toleransi.

51Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam , 247

52Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 2.

53Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam , 34.

(46)

3) Akhlak

Akhlak, secara etimologi (bahasa) berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti: perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.

Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.54

Secara terminologis, ada beberapa definisi tentang akhlak, antara lain:55

a) Menurut Al-Ghazali: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

b) Menurut Ibrahim Anis: akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

c) Menurut Abd al-Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian terus melakukan atau meninggalkannya.

54Ahmadi dan Salimi, Dasar-dasar pendidikan Agama Islam, 198.

55Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, 103.

(47)

d) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaziri dalam Mahjuddin, akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela.56

Dari definisi diatas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau petimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan adanya dorongan dari luar dirinya.

Menurut Rosihon Anwar akhlak dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak baik (mahmudah) dan akhlak buruk (madzmumah). Akhlak baik (mahmudah) merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman, tanda tersebut dimanifestasikan kedalam perbuatan-perbuatan sehari-hari dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengana ajaran- ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan akhlak buruk (madzmumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusis, seperi contoh perbuatan syirik, kufur, dusta, takabbur, dal lain sebagainya.57 Dalam ajaran Islam, mengajarkan bahwa umatnya harus melakukan perbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang

56Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), 2.

57Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 212.

(48)

buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam al- Qur’an, karena al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak diragukan lagi kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim. Allah SWT berfirman dalam surat Q.S. Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:

















Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”58

Menurut Mohammad Daud Ali, akhlak dibagi menjadi 3 yaitu:59

a) Akhlak Terhadap Allah SWT

Lingkup akhlak terhadap Allah SWT, antara lain:

1) mencintai Allah melebihi cinta kepada apa pun dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan, 2) melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, 3) mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan Allah, 4) mensyukuri nikmat dan karunia Allah, 5)menerima dengan ikhlas semua kadar Ilahi setelah berikhtiar semaksimal mungkin, 6) memohon ampun hanya kepada Allah, 7) bertaubat dan bertawakkal hanya kepada Allah

58 Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 2.

59Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, 356.

(49)

b) Akhlak Terhadap Manusia

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, manusia perlu berinteraksi dengan sesamanya dengan akhlak yang baik.

Yang termasuk dalam akhlak terhadap sesama manusia meliputi:60 1) akhlak kepada rasulullah (Nabi Muhammad), akhlak kepada Rosulullah adalah mencintai Rasul dan menjadikan rosul sebagai suri tauladan dalam hidup. 2) akhlak pada diri senditi seperti sabar, syukur, dan memelihara kesucian diri. 3) akhlak terhadap orang tua, antara lain mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabatnya, menghormati, merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang. 4) akhlak terhadap keluarga, seperti saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga. 3) Akhlak terhadap masyarakat seperti tolong menolong, pemurah, penyantun, menjaga silaturrahim, memuliakan tamu, dan lain-lain.

c) Akhlak terhadap Alam (Lingkungan)

Islam sebagai agama universal mengajarkan tata cara peribadatan dan interaksi tidak hanya dengan Allah

60Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam , 100-101.

(50)

SWT dan sesama manusia tetapi juga dengan lingkungan alam sekitarnya.

Yang termasuk akhlak terhadap alam (lingkungan) yaitu: menjaga dan memanfaatkan alam dengan baik, sadar memelihara kelestarian lingkungan hidup, dan sayang pada sesama makhluk.

Muhammad dalam Rois Mahfud menegaskan secara eksplisit bahwa akhlak manusia terhadap alam diwujudkan dalam bentuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan dengan tujuan yang hanya untuk ambisi dan hasrat ekonomi. Allah SWT secara tegas memperingatkan kepada manusia supaya tidak berbuat kerusakan pada diri sendiri dan masyarakat luas. 61

Firman Allah yang berbunyi:

































Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-A’raf [7] 56)62

61Ibid, 102

62 Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemah, 157.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data time series selama 10 tahun dengan methode Ordinary Least Square ( OLS ) menunjukan bahwa, sektor Pariwisata berdasarkan ketiga variabel penelitian tersebut

I understand and accept all the matters stated in the Application for “Ajinomoto Scholarship for ASEAN International Students” and hereby apply for this scholarship.

5.3.2 Tim audit harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian independen yang berhubungan dengan organisasi untuk mengidentifikasi dan

Peserta yang dinyatakan lulus SKD paling banyak 3 (tiga) kali jumlah formasi pada masing- masing jabatan berdasarkan peringkat, berhak mengikuti Seleksi Kompetensi

 setting Setiap pcnya Di Departmen 1 dengan ip sama semua dan gateway beda dan di departmen 2 juga tapi dengan ip berbeda.. dengan

frekuensi kumulatif), dan penyajian data dalam bentuk diagram (diagram garis, diagram kotak-garis, diagram batang daun, diagram batang, diagram lingkaran,.. histogram,

Promosi ini biasa digunakan untuk meningkatkan pembelian impulsif oleh konsumen, karena pemberian hadiah dapat mempengaruhi beberapa faktor yaitu memberikan penawaran

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:148) mengemukakan dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,