• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI DI SMA NEGERI 1 JABIREN RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI DI SMA NEGERI 1 JABIREN RAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

919

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI DI

SMA NEGERI 1 JABIREN RAYA

RABI’AH1

Email rabiah.irham@gmail.com ABSTRAK

Model pembelajaran yang umumnya digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini juga yang diterapkan dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dikelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya. Hasil pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional ini menghasilkan nilai rata-rata 70 sedangkan nilai KKM yang ditetapkan adalah 75. Berdasarkan yang terjadi di lapangan ini, penulis ingin menerapkan model pembelajaran yang berbeda agar dapat memberikan perubahan yang positif dalam pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Promblem Based Learning (PBL). Model pembelajaran unu merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan peserta didik yang berperan aktif pada saat proses pembelajaran dan guru sebagai motivator.

Adapun tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah 1) Agar dapat mengkaji penerapan model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman kepada Rasul dan 2) Dapat mengkaji penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman kepada Rasul.

Penelitian yang diterapkan menerapkan jenis penelitian tindakan (action research) yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklusnya meliputi empat tahap yang terdiri atas rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan revisi. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau. Penelitian ini dilaksanakan pada 9 dan 23 Juni 2022 yang mana data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil tes tulis pada tahap observasi awal, siklus 1 dan siklus 2 dan pada setiap tahapan tersebut, nilai rata – rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari setiap tahap yang lewati.

(2)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

920

Hasil dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman kepada Rasul dengan menerapkan model Problem Based Learning mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada tahap observasi awal, nilai rata-rata siswa adalah 70, pada siklus 1 nilai rata-rata siswa adalah 78,75 dan nilai rata-rata siswa pada siklus 2 adalah 87,5. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman kepada Rasul menunjukkan peningkatan pada aktivitas belajar, diskusi dan juga keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) memberikan dampak yang positif pada pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran.

Kata Kunci : Problem Based Learning, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak hanya menjadi sorotan di mata bangsanya sendiri melainkan telah menjadi sorotan di mata dunia. Keadaan pendidikan di Indonesia kini masih memprihatinkan, karena disebabkan sistem pendidikan yang kurang baik. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan masyarakat, di mana perkembangan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikan (Muslimah: 2016).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran (Syafrin: 2021). Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa diarahkan untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya? “Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi”. Dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah apa yang dipelajari peserta didik, bukan apa yang dikehendaki dan diajarkan oleh guru/fasilitator. Dengan kata lain, apa yang dipelajari oleh peserta didik merupakan kebutuhan, dan sesuai dengan kemampuan mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru/fasilitator (Mulyasa, 2011:122).

(3)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

921

SMA Negeri 1 Jabiren Raya adalah satu-satunya SMA yang ada di Kecamatan Jabiren Raya. Sekolah ini merupakan pilihan bagi siswa dan para orang tua menitipkan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Jabiren Raya, dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, hal yang cenderung terjadi adalah penitikberatan pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian informasi, guru biasanya menggunakan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang yang diberikan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak efektif, siswa menjadi pasif, tidak diberi kesempatan untuk mengadakan diskusi, inkuiri dan sulitnya mengembangkan kreatifitasnya. Kebiasaan ini sama saja dengan proses menghalangi siswa untuk berkembang lebih baik, dikhawatirkan mereka menjadi malas untuk berfikir.

Apalagi ketika mereka dihadapkan pada dunia yang sebenarnya, mereka belum mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh dari sekolah pada persoalan yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jabiren Raya, adapun Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah 75. Namun hal yang terjadi di lapangan bahwa rata – rata nilai siswa adalah 70. Kurang efektifnya kegiatan pembelajaran disebabkan oleh pola pikir siswa yang merasa telah cukup jika telah menghafal materi pelajaran yang didapatkan dari gurunya. Konsep tersebut harus segera diubah menjadi mereka harus memahami. Memahami bahwa waktu yang ia gunakan untuk belajar maka pada saat ini pula kesempatan hasil belajar itu dimanfaatkan. Belajar bukan untuk esok tetapi tanamkan bahwa belajar adalah hari ini. (De Porter dan Hernacki, 2003:60).

Salah satu solusi untuk mengatasi hal demikian, digunakan satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kondisi pembelajaran siswa (Nema Ajimah Suja: 2021), karena kenyataan yang ada di sekolah-sekolah, pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif belum sepenuhnya dilakukan.

Model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri adalah Problem Based Learning (PBL). Mengutip dari artikel Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

(4)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

922

Peserta Didik SMA Sains Al-Qur’an Wahid Hasyim Yogyakarta karangan Purnamasari bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran PAI dengan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta didik. Selain itu mengutip dari artikel Implementasi Problem Based Learning Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Pesantren Mazraatul Akhira Kabupaten Pinrang karangan Haba bahwa implementasi Problem Based Learning (PBL) menjadikan pembelajaran PAI menjadi lebih kontekstual, menyenangkan dan mengarah pada pembelajaran bermakna. Dengan penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat membantu siswa belajar lebih aktif dengan mengajak siswa untuk berfikir kritis, mengungkapkan ide-ide kreatif, pandai berargumen dan bertanya sehingga merubah pembelajaran yang pasif menjadi suasana pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menstimulus siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan kepada siswa. Sebelum proses pembelajaran dimulai didalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu, kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka. (Wahidin, 2006:112).

Berdasarkan pemaparan di atas yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dianggap sangat tepat untuk memacu keaktifan dan kreatifitas siswa, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Jabiren Raya”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran. Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

(5)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

923

Menurut Hopkins (2011), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation). Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu penelitian yang berusaha menjawab permasalah yang ada berdasarkan data-data. Proses analisis dalam penelitian deskriptif yaitu menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan. (Narbuko

& Ahmadi, 2015).

Metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu riset kuantitatif yang bentuk deskripsinya dengan angka atau numerik (statistik) sedangkan metode deskriptif kualitatif adalah suatu riset kualitatif yang bentuk deskripsinya menggunakan fakta atau fenomena yang didapatkan dari data-data secara apa adanya.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jabiren Raya yang berlokasi di Jl. Lintas Kalimantan Km.56 Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Penelitian untuk siklus 1 dilaksanakan pada 9 Juni 2022 dan siklus 2 dilaksanakan pada 23 Juni 2022. Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini adalah XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Jabiren Raya sejumlah 16 orang yang beragama Islam.

Gambar 1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Elliot

(6)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

924 HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji penerapan model Problem Based Learning (PBL) siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya dan mengkaji penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman kepada Rasul. Penelitian di awali dengan pemberian soal pada tahap observasi awal yang bertujuan untuk mengetahui nilai awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL). Pada tahap observasi awal, diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 70. Setelah itu dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus I. Dari pelaksanaan siklus I diperoleh hasil rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 78,75. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 8,75 dari tahap observasi awal. Setelah pelaksanaan siklus I, dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II yang mana diperoleh hasil perolehan rata-rata nilai siswa adalah 87,5. Peningkatan yang terjadi pada tahap siklus I ke siklus II adalah 8,75 dan peningkatan ini sama besarnya seperti perubahan yang terjadi dari tahap observasi awal ke tahap siklus I. Selain peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa, model Problem Based Learning (PBL) juga menstimulus siswa untuk lebih terlibat aktif dalam pembelajaran dikelas, diskusi yang dilakukan, komunikasi sesama rekan satu kelompok atau kelompok lain serta komunikasi dengan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) meningkatkan hasil belajar dan juga aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian ini adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jabiren Raya pada materi Iman Kepada Rasul.

Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran. Berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil evaluasi pada tiap siklus, untuk kemudian dijadikan refleksi dalam menentukan tindakan yang tepat untuk

(7)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

925

mengarah pada perbaikan dalam pengajaran di kelas. Dari hasil refleksi kemudian dilakukan tindakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran ini terdiri dari 2 siklus tindakan, dimana tiap siklus diadakan refleksi sebagai bahan masukan bagi pelaksanaan tindakan selanjutnya. Setelah melakukan penilaian dan observasi pada kegiatan observasi awal, siklus I dan siklus II, diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan nilai rata- rata yang diperoleh siswa. Pada observasi awal, nilai rata-rata siswa dikelas adalah 70, pada siklus I nilai rata-rata siswa dikelas adalah 78,75 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa dikelas adalah 87,5. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) memberikan dampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain peningkatan hasil belajar siswa, model Problem Based Learning (PBL) juga meningkatkan keaktifan siswa dan juga pemahaman siswa terhadap pemahaman soal yang diberikan. Hal lain yang terlihat setelah penerapan model Problem Based Learning (PBL) ini adalah siswa terlibat aktif dalam proses kerjasama, diskusi dan menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti.

Grafik Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

0 20 40 60 80 100 120

Observasi Awal Siklus 1 Siklus 2

(8)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

926

Analisis tingkat pemahaman konsep Pendidikan Agama Islam siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kontribusi terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam hal ini dilakukan analisis hasil pemahaman siswa dari materi yang dipelajari untuk tiap siklusnya serta analisis hasil observasi kegiatan awal dan hasil tes tiap siklusnya. Penerapan model ini sudah dibuktikan dengan pendapat dari sebagian tokoh pendidikan yaitu PBL juga mengembangkan pemikiran pada tingkat yang lebih tinggi, artinya tidak hanya terbatas pada meningkatkan pengetahuan melainkan juga mengembangkan kemampuan dan siswa dalam mengatasi permasalahan (Ali Muhson, 2009:175).

Berdasarkan hasil analisis terhadap penelitian, maka peneliti mencoba mengembangkan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan.

Dari hasil tes pada tahap observasi awal menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 70 sedangkan rata-rata nilai pada siklus I sebesar 78,75 dan pada siklus II sebesar 87,5. Berdasarkan analisis hasil tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes pada kegiatan observasi awal dan pada tiap siklus mengalami peningkatan sebagai berikut, kegiatan observasi awal ke siklus I naik sebesar 8,75 dari siklus I ke siklus II sebesar 8,75. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran sudah menunjukkan hasil yang optimal dan kondusif. Secara umum penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model Problem Based Learning (PBL) menyimpan beberapa kendala yang harus dijadikan refleksi bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan pembelajaran konvensional, karena terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajarannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Jabiren Raya dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut :

1. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih baik dalam hal aktivitas belajar, diskusi dan keaktifan dalam pelaksanaan pembelajaran.

(9)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

927

Dalam hal ini dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) siswa menjadi lebih mampu membangun komunikasi, diskusi dan kerja sama yang baik sesama siswa serta siswa mampu membangun komunikasi yang baik dengan guru. Dengan penerapan model pembelajaran ini, dapat menstimulus keaktifan siswa melalui kerja sama antar kelompok dan anggota kelompok.

2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL). Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada observasi awal adalah 70, rata – rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I adalah 78,75 dan rata – rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II adalah 87,5. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan hasil belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 50% dan pada siklus II sebesar 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, 2011. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendikia

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2003). Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Quantum Learning : Unleashing The Genius In You.

1992. Bandung : Kaifa

Haba.2019. Implementasi Problem Based Learning Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Pesantren Mazraatul Akhira Kabupaten Pinrang.

http://repository.iainpare.ac.id/1488/1/16.0211.012.pdf

Hopkins, David, 2011. Panduan guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Muslimah. 2016. Nilai Religious Culture di Lembaga Pendidikan. Yogyakarta:

Aswaja Pressindo.

Nema Ajimah Sujadan Muslimah. 2021. Analisis Terhadap Kebijakan Sistem PendidikanAgama Islam Di Smp Negeri 1 Seruyan Hilir Timur.

(10)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

928

Madinah: Jurnal Studi Islam, Volume 8 Nomor 1 Juni 2021. Hal. 58-71.

http://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/madinah/article/view/655/469 Narbuko & Achmadi. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Purnamasari, Eka. 2019. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik SMA Sains Al-Qur’an Wahid Hasyim Yogyakarta. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/8380

Syafrin dan Muslimah. 2021. Problematika Pembelajaran E-learning di masa Pandemi Covid-19 bagi Santri Pondok Pesantren Al-Hasyimiyyah Kotawaringin Barat. Jurnal Al-Qiyam, Volume 2, Nomo1 1, Juni 2021.

Hal. 10-16. E –ISSN : 2745-9977 P –ISSN : 2622-092X. https://journal.stai- alfurqan.ac.id/alqiyam/index.php/alqiyam/

Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Sangga Buana

Referensi

Dokumen terkait

Bergerak dari beberapa latar belakang diatas Himpunan Mahasiswa Magister Akuntansi (HIMMA) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan

Tahap analisis yang dilakukan penulis pada pengembangan multimedia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu analisis kebutuhan, dan analisis lingkungan. Analisis

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Pada periode intraoperatif, respon tubuh dalam menghadapi stress baik pembedahan dan anestesi adalah meningkatnya kadar hormon katabolik yang menyebabkan

Penulis melakukan analisa produk yang lebih banyak diproduksi dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan klasifikasi ABC, kemudian melakukan peramalan terhadap data hisotri

(4) Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator tidak berhasil