• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selanjutnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Selanjutnya "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIKINDONESIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG

KERJASAMA MARITJM ANTARA

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

PEMERINT AH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

Pemerintah Republik Indonesia clan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya discbut sebagai "Para Pibak");

BERHASRA T untuk meningkatkan lebih lanjut hubungan bilateral yang telab terjalin antara kedua negara;

MEMPERHA TIKAN ke1jasama yang bermanfaat dan efektif antara kedua negara dalam bidang-bidang, antara lain, keselamatan pelayaran, keamanan maritim, dialog dan ke1:jasama antara kedua Angkatan Laut, penelitian ilmiah kelaulan, dan perlindungan lingkungan;

MENGAKUI pentingnya memperluas dan memperdalam kcrjasama maritim antara Para Pihak guna memperkaya kemitraan strategis bilateral untuk keuntungan bagi rakyat kedua negara;

MENY ADARI babwa kerjasama maritim yang lebih crat antara kedua negara meningkatkan saling kepercayaan dan kesepahaman mereka serta mendorong perkcmbangan dari hubungan bertetangga kedua negara yang baik dan hubungan yang bersahabat;

MENGINGAT ketentuan-ketentuan terkait dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut pada tanggal 10 Desember I 982;

(2)

Implementasi dari Deklarasi Bersama dalam Kemitraan Strategis antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok yang ditandatangani pada tanggal 21 Januari 2010 dan Komunike Bersama antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok tentang Penguatan Lebih Lanjut Kemitraan Strategis Indonesia-Tiongkok yang diterbitkan pada tanggal 29 April 2011;

SESUAI DENG AN hukum dan peraturan nasional masing-masing dari Para Pihak;

Telah menyetujui sebagai berikut:

Pasal 1 Tujuan

Para Pihak wajib membentuk suatu kerangka kerja untuk memperkuat Iebih lanjut mekanisme kerjasama maritim bilateral dalam bidang-bidang maritim, seperti keselamatan pelayaran, lingkungan laut, dan keamanan maritim.

Pasal 2 Bidang Kerjasama

Para Pihak wajib mendorong perkembangan kerjasama maritim melalui bidang-bidang berikut:

1. Keselamatan Pelayaran:

(1) Pertukaran informasi mengenai keselamatan pelayaran;

(2) Penyediaan alat bantu pelayaran untuk keselamatan pelayaran dan fasilitas terkaitnya;

(3) Kerjasama dalam dialog antara Negara Pantai dan Negara Pengguna Selat Malaka dan Singapura.

2. Lingkungan Laut dan Perikanan:

(1) Pertukaran informasi mengenai Hngkungan laut;

(2) Perlindungan lingkungan dan ekologi maritim; Pertukaran teknis dan kerjasama mengenai tumpahan minyak di laut dan pencegahan polusi;

(3) Pertukaran teknis dan kerjasama untuk memerangi, mencegah, menangkal, dan menghapuskan penangkapan ikan yang ilegal, tidak diatur dan tidak dilaporkan.

(4) Penelitian ilmiah kelautan, program observasi dan pelatihan; 3. Keamanan Maritim:

(3)

(3) Kerjasama di bidang-bidang seperti memerangi penyelundupan, perdagangan obat terlarang, perdagangan manusia, kejahatan transnasional terorganisir, kejahatan terhadap kapal di laut, perompakan, dan tindakan-tindakan melanggar hukum lainnya di laut;

( 4) Pertukaran antar angkatan bersenjata di bidang-bidang seperti saling kunjung angkatan laut, guna meningkatkan hubungan antara militer dan kerjasama terkait lainnya.

4. Bidang lainnya:

( 1) Kerjasama pencarian dan pertolongan maritim;

(2) Pembangunan dan penyediaan kapal, termasuk perawatan dan perbaikan; (3) Program peningkatan kapasitas mengenai isu-isu maritim;

(4) Kerjasama di berbagai forum internasional seperti Organisasi Maritim

Internasional (OMI), Organisasi Hidrografis Internasional (OHI), Komisi Oseanografi Antai· Pemerintah (KOAP) dan Asosiasi Internasional Otoritas Mercusuar (AIOM);

(5) Bidang kerjasama lainnya yang dianggap perlu oleh Para Pihak.

Pasal 3

Komite Kerjasama Maritim

1. Para Pihak sepakat untuk membentuk Komite Kerjasama Maritim (selanjutnya

disebut sebagai "KKM") yang di Ketuai Bersama oleh Wakil Menteri Luar Negeri

dari masing-masing negara, dengan anggotanya yang terdiri dari wakil-wakil

instansi pemerintah terkait dari masing-masing Pihak.

2. KKM adalah suatu badan pengai·ah untuk kerjasama mru:itim antara Para Pihak dengan mandat berikut:

(1) Memberikan pedoman kebijakan mengenai mekanisme kerjasama maritim antai11 Para Pihak;

(2) Merencanakan bidang-bidang dan proyek-proyek penting kerjasama maritim antara Para Pihak dari perspektif strategis tingkat tinggi dan jangka panjang; (3) Membuat keputusan mengenai isu-isu penting;

(4) Mengarahkan dan mengawasi penggunaan Dana Kerjasama Maritim Indonesia-Tiongkok;

3. KKM akan bertemu setiap tahun cli Indonesia atau Tiongkok secara bergantian. dan

(4)

4. KKM akan melapor kepada dialog bilateral antara Menteri Luar Negeri kedua negara dan antara Menteri Koordinator bidang Politik Hukum, dan Keamanan dari Republik Indonesia dan Dewan Negara dari Republik Rakyat Tiongkok.

Pasal 4

Komite Teknis Kerjasama Maritim

I. Para Pihak sepakat untuk membentuk Komite Teknis Kerjasama Maritim

(selanjutnya disebut sebagai "KTM"') yang diKetuai Bersama oleh pejabat tingkat tinggi dari masing-masing Kementerian Luar Negeri dengan anggotanya terdiri dari wakil-wakil dari instansi pemerintah terkait.

2. KTM adalah badan eksekutif untuk kerjasama maritim antara Para Pihak dan bertanggung jawab untuk tugas-tugas berikut :

(1) Merencanakan, menyetujui, mendorong dan mengawasi proyek-proyek kerjasama;

(2) Melapor kepada KKM mengenai pelaksanaan proyek-proyek dan kerjasama di masa depan, dan membuat rekomendasi kepada KKM.

3. KTM akan mengadakan pertemuan tahunan dan/atau pertemuan-pertemuan khusus di Indonesia atau Tiongkok secara bergantian, berdasarkan kesepakatan bersama Para Pihak.

Pasal 5

Dana Kerjasama Maritim

1. Fungsi utama Dana Kerjasama Maritim adalah untuk menyediakan dukungan keuangan bagi kerjasama maritim antara Para Pihak melalui pendanaan proyek-proyek yang disetujui.

(5)

Pasal 6

Hak Kekayaan Intelektual

Setiap basil dari aktivitas yang dilakukan dibawah Memorandum Saling Pengertian ini wajib tunduk kepada hukum dan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan hak kekayaan intelektual dan hak terkait dalam wilayah masing-masing Para Pihak sepanjang tidak diatur dalam suatu persetujuan umum yang bersifat intemasional.

Pasal 7

Amandemen

Setiap amandemen terhadap Memorandum Saling Pengertian ini wajib dibuat hanya berdasarkan kesepakatan yang dicapai melalui konsultasi dan dengan konfinnasi tertulis oleh kedua Pihak.

Pasal 8

Penyelesaian Sengketa

Setiap sengketa yang mungkin timbul diantara Para Pihak dalam melaksanakan Memorandum Saling Pengertian ini akan diselesaikan secara damai melalui konsultasi.

Pasal 9

Masa Berlaku, Masa Berlaku dan Pengakhiran

1. Memorandum Saling Penge1tian ini akan mulai berlaku pada tanggal penandatanganan oleh kedua Pihak.. Memorandum Saling Penge1tian akan tetap berlaku untuk jangka waktu lima tahun dan akan diperpanjang secara langsung untuk jangka waktu lima tahun berikutnya dan seterusnya, kecuali diak.hiri pada setiap waktu oleh salah satu Pihak dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelumnya

2. Pada saat berlakunya Memorandung Saling Pengertian ini, Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mengenai Kerjasama Maritirn yang ditandatangani oleh kedua belah Pihak pada tanggal 25 April 2005 akan berakhir.

(6)

SEBAGAI BUKTI, yang diberi kewenangan oleh Pemerintah masing-masing Negara,

yang dibawah ini menandatangani Memorandum Saling Pengertian ini.

Dibuat cli Beijing pada tanggal 23 Maret 2012, dalam rangkap dua dalam bahasa

Indonesia, Mandarin, dan lnggris, semua naskah mempunyai kekuatan huk.um yang

sama. Dalam hal terdapat perbedaan interpretasi, naskah dalam bahasa Inggris yang akao berlaku.

UNTUKJ>EMERINT AH REPUBLIK INDONESIA

Signed

R. M. MARTY M. NAT ALEGA WA

MENTERI LUAR NEGERI

UNTUK PEMERINT AH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

Signed

(7)

REPUBLIK INDONESIA

EP

jゥセ@

1ffi

セ@

セ@

f.fl 00

iIS[Jff

!=j

t:p

DaNセ@

セヲNヲャ@

00

jij(Jf.f

UDjZセQQ]ゥセQヲャセヲゥセセ@

"xxtJ

"),

jセ@ ゥャャ MエQW

QエャYjセjゥャセMJQエャャ[@

セMセセセセmヲヲ

セセLM

セセセLMセセセセセ

セLセ@

セCセセセセセセセセセセbJセセmセセセセセセ[@

セセセイセセセセセセMセセセセDセセPPセセセセセ@

セセセLセセセooaセaセMセMセ[@

{A

t,H

j ti

)XI

5i

W3'

00

14JJ

セME@

111=

セ@

;fLl

-T

ゥ |セHLi@

ill

xx

ti

if§

E.

3:1

ヲヲヲセ@

セ@

f;

1£'

1(1§

f;JJ

ャヲヲゥT\セ@

1.i

ェゥMスセ@

*

ttli:

;

'tl&

1982

if

12

fa1

10

B

im.i1(1"J

ᆱAヲxヲャャZゥゥャセCᆬJPセGァII@

i::p

,t.,· V: Al :!if...,

' H セUD[ヲ[|[@

tJJ/tl& 2005

if

4 faJ

25

B

a:*R''l«

eーセᆪァァェeセJッ@

00

セゥZZー@

セaセヲエJQQPPZJMヲMセMQl、ェgセエォヲNZヲセMJiyGャャヲJセQイセᄏL@

2010

if

1

fl

21

n

セエイ@

B<J

«

eイャFセ@

w

S[[j:t;

*rt

Ill

QUャrセ@

セQQ@ セイ@ DAaセセ@

*o

oo

i5l

jヲjJイセセセエFセ

Qy\ヲNZp

WォJセセセ[[MイイGャイイゥYjエ

イ Zjglャᄏ@

セF@

2011

if

(8)

ZゥFャヲュセjj@

§

セ@

pg

yエ、DャuQᆪセjxA[@

セjjjエCjゥIcAコッイZ@

セMセ@

ᄃJセ@

クUャQj

セ E@ セNャャ

M QGMセ

ヲ ー セjQ@

f-t5U,

ゥャャ M エAWZQjセ

ャ@ UAャQZeヲMjjBエQtセZゥZLN@

#Ji:Y¥

セセセセjZセセセセjZセセセセセセセッ@

セ]セ@

セ Q Q]セyゥᄆyx@

クjQjセEQャzYj@

セ@

r

セLュセゥᆬjセjZセQエ@

=

C- )

mヲイセセ]@

1,.

セᆬヲゥイZaaエイセZゥZ

Q セ@ jセセ[@

2,.

セQセセ@

J:

セZゥZ

mQ

Zy@

EI}J

セjゥZ MFセ@

:&-f§

セ@ セjjヲゥャ[@

SMNhmセaセセ

セ セセセセセセidセセセセヲヲャPPセQᆬjュ@

ゥeセサエッ@

( = )

ャbjᆬゥfZeエセャャjᆬゥᄃセZ@

1,.

セセエエZャhjᆬゥfZエエセQ[@

,m;

RMMセセセセZeエセセセセセセ[@

hmjZュセLN@

セセセエエ@

*-§-1'F5tmt;

3,.

H

セQtュMM

t_m1w,.

エセjjZMヲ

QjイヲMQ@

セセ

Qセ QALN@

セQr@

'*,.

セエァヲエ

オ@

(9)

4,

ff

LGゥZQセᆬゥヲJTQQjヲL@

Zク[ョセセオJッZエヲヲキャャ@

jセ@

§

o

(_ )

Cゥ⦅エセセZ@

1,

ScZゥQeセ⦅エセセQセ@

,m;

2,

セサセセ⦅エャャセjセセwゥjjm[@

SLセJョJセセ@

..

セ@

..

aッセ

セGBッッセ

ュセュセL@

DエᄋxGZjGャセjZヲjヲ|MセQSァセセL@

セiゥᄃN@

セF[ヲャZヲエpゥセjZセfᆬAQイェァ[@

TLhmセooセセセセセセセュセL@

Jセュセセセセセヲヲヲゥ@

エrセセヲセッ@

( P-11 )

;ft

fffi

セjヲゥ@ セ@

:

l,

#i_L

エヲセセセヲj][@

2,

セヲ|MセeijAZセJッセsL@

MeQᆬゥUセャセ_J。QセQᆪ[@

3,

セjZセセェjスエセjyQ@

§;

4 ..

セッッセュセL@

ッッセJセュセ@

..

セュセセセセセセ@

セセセセaaセセセセooセセセセセセ[@

5,

x;l

7J

1Ajg

&'

セ@

8"1 A1fil

セヲf@

セjヲゥ@ ゥjセ@

o

ュMセ@

ェヲゥェ⦅」セQエセYゥセ@

- ,

セェjャUjセセゥlCゥ⦅lセQエセセセ@

(

セ@ セセセDBセセセBIL@

、jェᄏヲヲェeセセセセセヲZeゥQjDQヲセヲUjエbヲZヲᄆjエL@

セQjゥlIエwヲエᄃセDヲャQセJQQ]@

Jg

ーセヲヲMA@ 0

] LセセセセセWjセ⦅エセJュセュセL@

ᄆセセセセセ]@

(10)

」 ] ImセセセセセJセセセュセセセセセセセセセセセ@

セojセᄃ[@

c _ )

クゥセZa@

fciJ

N2

セ@

ili

tk:Jl;

cセIュセセセMセセセセセセセセセセセヲヲャmセッ@

M Gセセセセセᆬヲイ

M セセセLセセセセセᆬヲイLセセᆳ

セG@

セセクjcQjセセpj

セセSヲ

セセセᆬヲァj

u セゥUャッ@

L±:..

l=I 0

セLセjョセ@

セセooェセJiイJセセ@

eャセセ@

ヲZeャ Ajスセ

セセクゥゥAJjlQQゥ

AjQセ@

セャョjセ@

[FNNNエNセQGfヲセJセセセ@

M LセセセMセセセセセセエエJセセセHセセセセBエエJ@

セ@

ffJ.

セ@

") ,

EB

j;ij

Ill

Aiセ@

3t

:g:B

セ@ セャ@

JJ!J

セヲヲAA@

セ@ セ@

1.B

1f

.:E

frW ,

セ@

00

:k

ieIエjnヲゥセ@

QGQQ M セセヲf@

71

セセ@

o

] LエエCセセセセセセセセセセセセヲイュセLセセセセセ@

C- )

セjャゥIgAjL@

'$i11t,

**'

mpセセヲゥ]jZヲョ@

Ff;

」 ] IセセᄃセヲイmセセJJセセセセセセセゥャゥJセJ@

エャェセゥIャッ@

⦅ LセセセセMG@

エエCセセセセセセヲヲ

M セセセセOセセ@

(11)

セjゥ

セ@

セ eA jZ セ QQ] ᆬセ@

M LセセiセセセセセセセhセセlセJュJセセセCL@

m

Mイセセ@

セ@

rJn

§

o

=,

セセュJQッセセaセヲヲゥJセセセセセッセセ・ケ`ュ@

セセセセG@

セ セセ

M セG@

セセセセMセセセP@

セO|セ@

セqゥNrヲゥ]Jjャ@

セJセセTセセュセセセセセセJGセセ

M セエエセセセセ@

セセLD。セセセᄆセセセ。ッッセセセセセセセセFヲヲゥセセ@

f Ll

セイZMFセJ。セjuセ@

o

セ@

-t

セ@

ヲQ セ@

c5c

セ セセセ

ュエエセセセセセセJセセキュ

セ セセLセュセセ@

Jゥヲヲゥヲᆴャエセセ@

ウセ@

o

セj|セ@

セGiエゥmiセ@

セセ。Jセmセセセセセイエュセゥャゥセセ・キセセセセエエ@

セZqMj

ゥ ZQj

Q@

セ@ mセ@

o

セョセ@

セsゥI{L@

ョQQセセセ

P セセNliZ@

M LJセ

mセsセセセセ

セJセbセセセッセ

セmセU@

(12)

5r<

Jr ,

*

ゥOセ@

ffilf

セ@

セ@

*

ゥ セ@

a

セjj@

mJ

ra

§

セjj@

M

セjj@

5

ff,

*

*

11:t

r!

111!J!

M

0

=--

ᄃJゥZヲェサヲヲゥャヲセ

セUt\

セセ ェ{コbヲヲNYL@

2005

ff

4

faJ

25

bセゥj@

セᆱセセセᆴセセセooセwヲ@

セセDaセセセooセwヲセセセセセ@

ffitiI

セ@

セ@

5r<

»

セp@

ir

セセゥエ@

o

M MMセセャエJセmセセセLセセセセセヲヲゥセJCLセセセ@

JセmセセUイ\ュセセュセJセセュセセュMセセセッ@

JゥJセエゥQセセUイ\イ]@

o

M ]セ@

faJ

bZエeセエjUエセエjL@

- A

セヲゥャLセ

ヲゥャセ

ヲヲャセセセMMセセセセセセセL

M CセJセセセュッ@

セセセJ

セmセセセTセ

L@ セセ

セJセュッ@

ウ ョ セセ@

ゥnスjeセセ。@

OOlE)(mf

fv

*

Signed

セ@ セ@

ifil. •

セャエ、J@

f)J

)Jo

PC

/

セDaセセUヲoヲヲゥjセwヲ@

Q M セ@

*

Signed

セGヲャセケァヲエエ@

(13)

REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON

MARITIME COOPERATION BETWEEN

THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND

THE GOVERNMENT OF THE PEOPLE'S REPUBLIC OF CIDNA

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the People's Republic of China (hereinafter referred to as "the Parties,,);

DESIRING to further promote the existing bilateral relations between the two

」ッオョエイゥ・ウセ@

NOTING the fruitful and effective cooperation between the two countries in the fields

of, among others, safety of navigation, maritime security, dialogue and cooperation between the two navies, marine scientific research and environmental protection;

RECOGNIZING the importance of expanding and deepening maritime cooperation

between the Parties for enriching the bilateral strategic partnership to the benefit of the two peoples;

REALIZING that closer maritime cooperation between the two countries enhances

their mutual trust and understanding and promotes the development of their good-neighborly and friendly relationship;

RECALLING the relevant provisions of the United Nations Convention on the Law of

the Sea of I 0 December 1982;

(14)

April 2005, the Plan of Action for the Implementation of the Joint Declaration on Strategic Partnership between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the People's Republic of China signed on 21 January 2010 and the Joint Communique between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the People's Republic of China on Further Strengthening the Indonesia-China Strategic Partnership issued on 29 April 2011;

PURSUANT TO the respective national laws and regulations of the Parties;

Have agreed as follows:

Article 1 Objectives

The Parties shall establish a framework for further strengthening the bilateral maritime cooperation mechanism in the maritime fields, such as safety of navigation, marine environment, and maritime security.

Article 2

Areas of Cooperation

The Parties shall promote the development of the maritime cooperation through the following areas:

1. Safety of Navigation:

(1) Exchange of info1mation on safety of navigation;

(2) Provision of aids-to-navigation for safety of navigation and its related facilities; (3) Cooperation in dialogues between the Littoral States and User States of the

Straits of Malacca and Singapore;

2. Marine Environment and Fisheries:

(1) Exchange of information on marine environment;

(2) Maritime environmental and ecological protection; Technical exchanges and cooperation on oil spill at sea and pollution prevention;

(15)

3. Maritime Security:

( 1) Exchange of info1mation on maritime security;

(2) Provision of aids for maritime surveillance, monitoring and management; (3) Cooperation in such areas as combating smuggling, drug-trafficking, trafficking

in person, transnational organized crimes, crimes against ships at sea, piracy, and any other unlawful acts at sea;

( 4) Exchanges among the armed forces in such areas as navy mutual visits, to

enhance military-to military relations and other relevant cooperation;

4. Other Areas:

(1) Maritime search and rescue (SAR) cooperation;

(2) Construction and provision of ship, including maintenance and repair;

(3) Capacity building programs on maritime issues;

( 4) Cooperation in various international forum such as International Maritime

Organization (IMO), International Hydrngraphic Organization (IHO), Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) and International Association of Lighthouse Authorities (IALA);

(5) Other areas of cooperation deemed necessary by the Parties.

Article 3

Maritime Cooperation Committee

1. The Parties agree to establish Maritime Cooperation Committee (hereinafter referred to as the "MCC") which shall be Co-Chaired by the Vice Minister for Foreign Ministry from the respective countries, with its members consisting of representatives from relevant government agencies from each Patty.

2. The MCC is a steering organ for the maritime cooperation between the Parties with

the following mandates:

(1) Providing policy guidance on maritime cooperation mechanism between the Patties;

(2) Planning the key areas and projects of maritime cooperation between the Patties from a strategic height and a long-term perspective;

(3) Making decision on important issues;

(16)

3. The MCC shall meet annually in Indonesia or China alternately, and may convene

special meetings whenever deemed necessary upon mutual consent of the Parties.

4. The MCC shall report to the bilateral dialogues between the Ministers for Foreign Affairs of the two countries and between the Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs of the Republic of Indonesia and the State Councilor of the People's Republic of China.

Article 4

Technical Committee on Maritime Cooperation

1. The Parties agree to establish Technical Committee on Maritime Cooperation (hereinafter referred to as the "TCM") which shall be Co-Chaired by the respective high ranking officials from the Ministry of Foreign Affairs with its members consisting of representatives from the relevant government agencies.

2. The TCM is the executive organ for the maritime cooperation between the Parties and is responsible for the following tasks:

(1) Planning, approving, promoting and supervising the cooperation projects;

(2) Reporting to the MCC on the implementation of the projects and for future cooperation and making recommendations to the MCC.

3. The TCM shall convene annual meeting and/or special meetings in Indonesia or China alternately, based upon mutual consent of the Parties.

Article 5

Maritime Cooperation Fund

1. The main task of the Maritime Cooperation Fund is to provide financial support for the maritime cooperation between the Parties by funding the approved projects.

(17)

Article 6

Intellectual Property Rights

Any result of activities performed under this Memorandum of Understanding shall be subject to the laws and regulations concerning the protection of intellectual property rights and related iights in the respective territories of the Parties insofar as these are not covered by a general agreement of an intemational character.

Article 7

Amendment

Any amendment to this Memorandum of Understanding shall only be made after mutual consent achieved by consultation and with written confirmation by both Parties.

Article 8

Settlement of Disputes

Any dispute that may occur between the Parties in implementing this Memorandum of Understanding will be settled amicably through consultations.

Article 9

Entry into Force, Duration and Termination

1 . The Memorandum of Understanding will come into force upon signature by both Parties. It wiJI remain in force for five years and will be automatically renewed for another period of five years and thereafter accordingly, unless terminated at any time by either Pa11y by giving prior notification to the other Party, at least 6 (six) months in advance.

(18)

3. Upon the termination of this Memorandum of Understanding, the Parties will determine the further course of all ongoing activities concluded in the framework of this Memorandum of Understanding in clearly defined terms and conditions.

IN WITNESS THEREOF, being duly authorized by their respective Governments

concerned, the undersigned signed this Memorandum of Understanding.

Done at Beij ing on March 23, 2012, in duplicate in the Chinese, Indonesian, and English languages, all texts being equally authentic. In case of divergence in interpretations, the English text will prevail.

FOR THE GOVERNMENT OF FOR THE GOVERNMENT OF

THE REPUBLIC OF INDONESIA THE PEOPLE'S REPUBLIC OF CHINA

Signed

Signed

R. M. MARTYM. NATALEGAWA YANG.TIECHI

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam laporan ini lebih dititik beratkan pada penggunaan volume suara untuk mengontrol tangan robot dengan menggunakan ADC0804 sehingga tanpa menekan atau menyentuh

Oleh karena itu maka pada bab APK dalam akreditasi rumah sakit versi 2012 bertujuan Oleh karena itu maka pada bab APK dalam akreditasi rumah sakit versi 2012 bertujuan untuk

Guru tidak boleh membiarkan peserta didiknya hanya datang, duduk, mendengarkan dan mencatat tetapi yang diharapkan peserta didik lebih aktif dalam suatu pembelajaran, dan

+ortofolio optimal dapat ditentukan dengan model #arkowit$ atau dengan model Indeks !unggal. Untuk menentukan porofolio yang optimal dengan model- model ini yang pertama kali

Dan penelitian dilakukan di SMP Swasta HKBP Sidorame dengan alasan karena adanya masalah yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran dan disekolah ini dan belum

Bentuk bangun untuk menutup lubang adalah balok berukuran panjang 3 kubus, lebar 2 kubus dan tinggi 3 kubus.. Sehingga kubus yang dibutuhkan untuk menutup lubang =

Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan tingkat perkembangan motorik kasar dan motorik halus balita adalah status gizi balita, lama mengikuti PAUD dan

Aplikasi SLiMS selain digunakan untuk keperluan manajemen pengolahan koleksi, peminjaman dan hal lainnya yang telah diuraikan pada bab bab sebelumnya, juga dapat digunakan