• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UPAH JASA PEMBUATAN KUSEN DAN PINTU BERDASARKAN JENIS KAYU (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UPAH JASA PEMBUATAN KUSEN DAN PINTU BERDASARKAN JENIS KAYU (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

JASA PEMBUATAN KUSEN DAN PINTU BERDASARKAN JENIS KAYU

(Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)

Skripsi

Oleh

ADITYA ILHAM PRATAMA NPM : 1821030366

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1444 H/ 2023 M

(2)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UPAH JASA PEMBUATAN KUSEN DAN PINTU BERDASARKAN

JENIS KAYU

(Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

dalam Ilmu Syariah

Oleh

ADITYA ILHAM PRATAMA NPM : 1821030366

Pembimbing I: Dr. H. Khairuddin, M.H.

Pembimbing II : Helma Maraliza, S.E.I, M.E.Sy.

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1444 H/ 2023 M

(3)

ii ABSTRAK

Islam adalah agama yang sempurna dengan mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik dalam hal akidah, ibadah, maupun muamalah. Salah satu bentuk muamalah yaitu upah mengupah (ijarah), yang dalam hal ini yaitu upah mengupah jasa pada panglong kayu. Panglong kayu yaitu sebuah usaha penjualan bahan bangunan jenis kayu seperti yang terjadi di Panglong Kayu Pak Min Desa Ogan Lima. Namun dalam praktik penentuan upah jasa Pemilik Panglong tersebut melakukan pembayaran upah sesuai jenis kayu yang mana hal tersebut tidak dijelaskan pada saat awal memulai akad sehingga para karyawan merasa kurang adanya kejelasan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana praktik penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lokasi atau lapangan dan dianalisis secara deskriptif analisis yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan objek yang diteliti. Sumber data yang digunakan ialah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer melalui observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi.

Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara library research, artikel, jurnal, serta informasi lain yang berkaitan dan mempunyai relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan analisis kualitatif dengan menggunakan metode dengan cara berfikir deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Penentuan upah jasa pekerja Panglong Pak Min dilakukan berdasarkan jenis kayu yang digunakan, jika kayu yang digunakan berbeda maka upah yang

(4)

iii

diberikan kepada para pekerja juga akan berbeda walaupun jenis pekerjaan mereka sama. Para pekerja tidak mendapatkan kejelasan terkait upah-mengupah pada awal akad kerja. Sehingga rukun ijarah dalam penelitian ini menjadi kurang sempurna. Seharusnya pada saat terjadinya akad semua rukun dan syarat akad harus terpenuhi sesuai dengan hukum Islam. Tinjauan hukum Islam tentang sistem pengupahan yang kurang jelas tidak diperbolehkan, karena pemilik panglong belum menjalankan upah mengupah sesuai ketentuan Hukum Islam yang terdapat pada firman Allah surat An-Nisa (4) ayat 29 yang menjelaskan orang yang beriman harus memenuhi akadnya bermuamalah sesuai dengan kesepakatan, adapun surat Al-Maidah (5) ayat 1 yang menjelaskan bahwa aqad harus dipenuhi dengan baik.

Kata Kunci : Hukum Islam, Ijarah

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Aditya Ilham Pratama

NPM : 1821030366

Jurusan/Prodi : Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas : Syari’ah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)”

adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan aplikasi ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang dirujuk dan disebut dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 28 Oktober 2022 Penulis,

Aditya Ilham Pratama NPM.1821030366

(6)
(7)
(8)

vii MOTTO

















































“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

(An-Nissa (4) : 29)

(9)

viii

PERSEMBAHAN

Assalamualaikum Wr.Wb

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bukti cinta dan kasih sayang yang tulus kepada:

1. Skripsi ini saya persembahkan sepenuhnya kepada dua orang hebat dalam hidup saya, Ayahanda Sartono dan Ibu Nova Lisa yang telah membesarkan, merawat, mendidik, mendoakan serta memberikan semangat dan dukungan yang tak terhingga untuk saya. Semoga Bapak dan Ibu senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagian dunia maupun akhirat oleh Allah SWT

2. Teruntuk adik saya Nasywa Nabila Azharine yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya kepada saya. Semoga kita dapat selalu rukun, bahagia dan selalu membahagiakan Bapak dan Ibu.

3. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Aditya Ilham Pratama, dilahirkan di Lampung utara pada tanggal 24 Mei 1999. Merupakan anak pertama dari pasangan Sartono dan Nova Lisa.

Mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak aysiyah (TK) Ogan Lima Lampung Utara, selesai pada tahun 2004. Setelah itu melanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 01 Ogan Lima, selesai pada tahun 2011. Setelah itu melanjutkan lagi di pondok pesantren Darussalam Gontor, selesai pada tahun 2017. Pada tahun 2018 pula, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di UIN Raden Intan Lampung tepatnya pada jurusan Muamalah, Fakultas Syari’ah dimulai pada semester 1 tahun akademik 2018.

Bandar Lampung, 28 Oktober 2022

Aditya Ilham Pratama NPM.1821030366

(11)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Shalawat serta salam kita junjung agungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Adapun judul skripsi ini, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D. Selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung.

2. Ibu Dr. Efa Rodiah Nur, M.H. selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung yang telah mencurahkan perhatiannya untuk memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.

3. Bapak Khoiruddin, M.S.I. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung.

4. Bapak Dr. H. Khairuddin, M.H. dan Ibu Helma Maraliza, S.E.I., M.E.Sy sebagai Pembimbing I dan Pembimbin II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing serta memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Syari’ah.

6. Pengelola Perpustakaan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan informasi, data, dan referensi.

(12)

xi

7. Teman-teman seperjuangan Muamalah E angkatan 2018, khususnya Ranu, Arya, Dikha, Azzam, Iqbal, Ria, Indah, Salsa dan Nada.

Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan doa atas kehadirat Allah SWT, semoga jerih payah dan amal bapak, ibu dan teman-teman sekalian mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pembaca. Aamiin ya Allah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 28 Oktober 2022 Penulis,

Aditya Ilham Pratama NPM.1821030366

(13)

xii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 2

C. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 7

H. Metode Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Akad ... 19

1. Pengertian Akad ... 19

2. Dasar Hukum Akad... 23

3. Rukun dan Syarat Akad ... 24

4. Macam-Macam Akad ... 31

5. Sah dan batalnya Akad ... 32

6. Prinsip-prinsip dalam akad ... 33

B. Upah Dalam Hukum Islam ... 33

1. Pengertian Upah Mengupah (Ijarah) ... 33

2. Rukun dan Syarat Upah Mengupah (Ijarah) ... 38

3. Dasar Hukum Upah Mengupah (Ijarah) ... 44

(14)

xiii

4. Macam-Macam Upah Mengupah (Ijarah) ... 48 5. Sistem Pembayaran Upah Mengupah (Ijarah) ... 50 6. Hak dan Kewajiban dalam Upah Mengupah

(Ijarah) ... 51 7. Berakhirnya Upah Mengupah (Ijarah) ... 52 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ... 57 1. Sejarah singkat berdirinya Panglong Pak Min di

Desa Ogan Lima ... 57 2. Letak Geografis Panglong Pak Min di Desa Ogan

Lima ... 58 3. Visi dan Misi Panglong Pak Min di Desa Ogan

Lima ... 59 4. Struktur Organisasi Panglong Pak Min di Desa

Ogan Lima ... 60 B. Praktik Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen dan

Pintu Berdasarkan Jenis Kayu ... 62 BAB IV ANALISIS DATA

A. Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu ... 67 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penentuan Upah Jasa

Pembuatan Kusen Dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu .... 68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Rekomendasi ... 74 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Biaya Upah Jasa Kusen ... 63 Tabel 3.2 Biaya Upah Jasa Pintu ... 64 Tabel 3.3 Upah Jasa Pekerja Pembuatan Kusen dan Pintu ... 65

(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar Pedoman Wawancara ... 83

Gambar 1 Surat Permohonan Penelitian ... 84

Gambar 2 Surat Balasan Penelitian ... 85

Gambar 3 Surat Rekomendasi Penelitian/Survei ... 86

Gambar 4 Dokumentasi wawancara kepada pemilik panglong .... 87

Gambar 5 Dokumentasi wawancara kepada pekerja panglong ... 88

Gambar 6 Dokumentasi jenis-jenis kayu ... 91

Gambar 7 Dokumentasi Produksi Panglong ... 93

Gambar 8 Surat Keterangan Turnitin ... 98

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum melakukan pembahasan yang lebih lanjut maka terlebih dahulu akan dijelaskan tentang istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini. Adapun judul skripsi ini yaitu : ―Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen Dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)”.

Adapun penegasan dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hukum Islam adalah seperangkat aturan yang berisi hukum- hukum syara‘ yang bersifat terperinci, berkaitan dengan perbuatan manusia, yang dipahami dan digali dari sumber- sumber (Al-Qur‟an dan Al-Sunnah).1

2. Penentuan adalah proses, cara, perbuatan menentukan;

penetapan; pembatasan (arti dan sebagainya).2

3. Upah adalah mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu.3

4. Jasa adalah aktivitas, kemudahan, manfaat dan sebagainya yang dapat dijual kepada orang lain (konsumen) yang menggunakan atau menikmatinya.4

5. Kusen adalah kerangka pintu atau jendela yang ditanam di tembok.5

1 Dahlan Rahman, Ushul Fiqh (Jakarta: Paragonatama Jaya, 2014).

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008).

3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2016).

4 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991).

5 Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Serba Jaya, N.D.).

(18)

6. Pintu adalah lubang untuk dilewati, lubang untuk keluar dan masuk.6

Berdasarkan penegasan judul diatas, maka dapat diambil suatu pengertian yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah suatu penelitian tentang penentuan upah jasa pembuatan kusen dan pintu berdasarkan jenis kayu (studi di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara) ditinjau dari sudut pandang Hukum Islam.

B. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna dengan mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik dalam hal akidah, ibadah, maupun muamalah. Salah satu ajaran agama Islam yang penting adalah muamalah, karena muamalah mengatur hubungan antara hak dan kewajiban atas aktivitas yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lainnya atau kelompok satu dengan kelompok lainnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.

Muamalah juga merupakan bagian Hukum Islam yang mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam masalah jual beli, upah mengupah (Ijarah), pinjam-meminjam, perserikatan, kontrak, dan sebagainya.7

Adapun salah satu bentuk muamalah dalam Islam ialah upah mengupah (Ijarah). Upah mengupah (Ijarah) ialah menukar sesuatu dengan ada imbalannya seperti menjual manfaat dan menjual tenaga atau kekuatan.8 Ijarah pada dasarnya diperbolehkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‘an surah Q.S. Al-Baqarah ayat 233:

6 Ibid.

7 Rohidin, Pengantar Hukum Islam, N.D.

8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2016).

(19)



























 

















“Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al- Baqarah ayat 233)

Pada umumnya upah mengupah bertujuan untuk memberikan keringanan pada umat dalam pergaulan hidup.

Seseorang memiliki uang tetapi tidak dapat bekerja, di pihak lain ada yang mempunyai tenaga namun tidak memiliki uang.

Dengan adanya upah mengupah (ijarah) keduanya saling mendapatkan keuntungan.9

Dalam hukum Islam telah dijelaskan syarat sah nya upah mengupah (ijarah) yaitu harus adanya keridhaan dari kedua belah pihak, dan bermanfaat dengan jelas yang dimaksud bermanfaat dengan jelas disini adalah jenis-jenis pekerjaannya, jelas upahnya, jelas waktu kerjanya.10 Sistem pengupahan harus benar-benar dijelaskan sehingga mengurangi adanya kesalah pahaman pada akhir masa kerja. Upah juga dapat diartikan sebagai pembalas berupa uang dan sebagainya yang dibayarkan untuk membalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.

Sedangkan jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak berupa produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya

9 Muhajir, Muhajir, ‗Realisasi Pemberian Upah Terhadap Petugas Ili-Ili Desa Tanjung Sari Dalam Perspektif Hukum Syariah‘, Ilmiah Ekonomi Islam, 7 No.03 (2021): 1931-1936.

10 Rahmat Syafe‘i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001).

(20)

kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau penyelesaian atas masalah yang dihadapi konsumen.11

Dalam kehidupan Makhluk hidup membutuhkan kebutuhan untuk bertahan hidup seperti tempat tinggal, sandang, dan pangan. Seperti halnya rumah yang menjadi kebutuhan utama bagi semua manusia. Tempat tinggal atau rumah memiliki unit terpenting di dalamnya seperti halnya kusen dan pintu. Kusen dan pintu merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu bangunan rumah.12

Jasa pembuatan kusen dan pintu merupakan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pekerja panglong dan menjadi salah satu mata pencaharian mereka. Bahan utama pembuatan kusen dan pintu biasanya menggunakan kayu. Jenis kayu yang digunakan bisa saja sesuai dengan permintaan pembeli atau juga sesuai dengan ketentuan dari panglong tersebut.

Ada banyak sekali jenis kayu yang dapat digunakan untuk membuat kusen dan pintu. namun hanya ada empat jenis kayu dengan kualitas terbaik yang umumnya digunakan. Yaitu kayu jati, merbau, damar, dan meranti. Setiap jenis kayu sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.13

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terdapat permasalahan dalam praktik penenentuan upah pada panglong Pak Min di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, ditemukan fenomena yaitu terdapat perbedaan dalam penenentuan upah pada panglong tersebut, praktik penenentuan upah yang dilakukan sesuai jenis kayu yang digunakan. Hal ini, jarang kita temui dalam pengupahan pembuatan kusen dan pintu pada umumnya.

Dengan penentuan upah seperti ini maka, biasanya terjadi

11 A.Hamdani Rambat, Lupiyoadi, Manajamen Pemasaran Jasa (Jakarta:

Salemba Empat, 2006).

12 Ricky Rahmadyansah Michel Tedja, Irfan Balindo Sidauruk, ‗Perbandingan Pekerjaan Kusen Dan Pintu Bahan Kayu Dengan Bahan Alumunium‘, 6. No.2 (2015), 301.

13 Https://kusen.co.id/jenis-kayu-untuk-kusen-dan-pintu/ diakses 10 februari 2022.

(21)

kesenjangan antar pekerja, karena mereka menganggap segala jenis pekerjaan itu sama.

Permasalahan yang timbul yaitu karena pada awal akad hal tersebut tidak dijelaskan. Penentuan upah yang dilakukan disini berdasarkan tingkat kesulitan pembuatan kusen dan pintu, dengan alasan jika berbeda jenis kayu maka tingkat kesulitannya juga berbeda dan upahnya pun juga berbeda. Hal tersebut membuat para karyawan atau tukang merasa kurang kejelasannya terkait upah mengupah.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengkaji lebih dalam tentang ―Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen Dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu (Studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara)‖.

C. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian

Dari penjelasan latar belakang di atas, agar penelitian ini tidak terlalu luas maka penelitian ini lebih mengarah pada persoalan Penentuan Upah Jasa Pembuatan Kusen dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu dikaji dari Hukum Islam yang lokasi penelitiannya di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Maka ditetapkan sub fokus penelitian yaitu:

1. Tinjauan Hukum Islam terhadap penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu studi di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara

2. Landasan Hukum akad terhadap penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan pintu berdasarkan jenis kayu studi di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara.

(22)

3. Sistem penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan pintu berdasarkan jenis kayu studi di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahannya yang akan dibahas selanjutnya yaitu:

1. Bagaimana praktik penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut

1. Untuk mengetahui praktik penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap penentuan upah jasa pembuatan Kusen dan Pintu berdasarkan jenis kayu di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

(23)

F. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai hukum- hukum dalam Islam, khususnya dalam bidang (Ijarah) atau upah mengupah. Selain itu guna memberikan sumbangsih pemikiran dan masukan tentang upah terhadap jasa pembuatan Kusen dan Pintu Berdasarkan Jenis Kayu yang berlokasi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara serta dalam pandangan Hukum Islam nya baik bagi pekerja panglong maupun masyarakat umum lainnya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk masyarakat di dalam melihat sistem bermuamalah mereka apakah sudah sesuai dengan Hukum Islam atau belum.

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Agar dapat melengkapi wacana yang berkaitan dengan penelitian maka diperlukan beberapa penelitian terdahulu di antaranya:

1. Bagus Eka Saputra14 (2021) judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Upah Pemotongan Tunas Kelapa Sawit (Studi di PTPN 7 Unit Rejo Sari Natar Lampung Selatan)”. Jenis skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penilitian dapat ditarik sebuah kesimpulan, dalam praktik upah pemotongan tunas kelapa sawit di PTPN 7 Unit Rejo Sari Natar ditetapkan bedasarkan per batang pohon kelapa sawit bukan berdasarkan jumlah tunas yang dipotong, sehingga terdapat porsi beban kerja yang tidak merata yang dilakukan oleh karyawan PTPN 7,

14 Eka Saputra Bagus, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Upah Pemotongan Tunas Kelapa Sawit (Studi Di Ptpn 7 Unit Rejo Sari Natar Lampung Selatan)” (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022).

(24)

Namun diberi upah dengan ketentuan yang sama yakni Rp.

1.300, sehingga upah yang diberikan dirasa kurang adil.

Kemudian praktik upah pemotongan tunas kelapa sawit di PTPN 7 Unit Rejo Sari Natar bertentangan dengan syari‘at Islam dan dalam prakteknya akad tersebut menjadi fasid (rusak) karena tidak terpenuhi rukun dan syaratnya yakni ketidakjelasan jumlah tunas di setiap batang pohon sawit sehingga terdapat porsi beban kerja yang tidak merata yang dilakukan oleh karyawan PTPN 7.

Persamaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu dalam praktik penentuan upah yang bertentangan dengan syari‘at Islam sehingga akad tersebut menjadi fasid (rusak) karena tidak terpenuhi rukun dan syarat upah yakni ketidakjelasan.

Perbedaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu pada praktik pemotongan upah ditetapkan per batang pohon kelapa sawit bukan berdasarkan jumlah tunas yang dipotong, sehingga terdapat porsi beban kerja yang tidak merata yang dilakukan oleh karyawan PTPN 7, sedangkan dalam penelitian saya pemberian upah diberikan berdasarkan jenis kayu yang di gunakan dalam pembuatan kusen dan pintu.

2. Novian Saputra15 (2021) judul skripsi “Praktik Pengupahan di Pabrik Penggilingan Padi Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Pabrik Penggilingan Padi di Desa Sidomukti Kecamatan Abung TimurKabupaten Lampung Utara)”. Adapun metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu, dalam praktik pengupahan di pabrik penggilingan padi Desa Sidomukti Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara terdapat ketidakrelaan dari salah satu pihak, karena

15 Saputra Novian, “Praktik Pengupahan Di Pabrik Penggilingan Padi Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Di Pabrik Penggilingan Padi Di Desa Sidomukti Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara)” (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022).

(25)

pemilik pabrik melakukan pengambilan upah dengan adanya kecurangan dalam permainan timbangan yang dilakukan tanpa sepengetahuan dari pemilik padi. Sehingga terjadi keterpaksaan dalam pengupahan tersebut. Tinjauan Hukum Islam tentang pengupahan penggilingan padi di Desa Sidomukti Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara merupakan praktek upah mengupah yang tidak sah dan tidak sesuai dengan Hukum Islam karena salah satu pihak yaitu pemilik padi merasa dirugikan dalam pengambilan upah tersebut. Hal ini sama saja dengan mengambil upah secara batil dan hukumnya dilarang dalam Islam. Namun akan lebih baik ketika pembagian upah berlangsung diharuskannya kedua belah pihak menghadiri secara langsung untuk menghandiri hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan kedua belah pihak.

Persamaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu sama-sama ada ketidakrelaan dari salah satu pihak yang mana hal tersebut merugikan dan menyalahi aturan hukum islam.

Perbedaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu pada penelitian ini pihak yang merasa dirugikan yaitu pemilik padi, karena pemilik pabrik melakukan pengambilan upah dengan adanya kecurangan dalam permainan timbangan yang dilakukan tanpa sepengetahuan dari pemilik padi. Sedangkan dalam penelitian saya pihak yang merasa dirugikan yaitu pekerja panglong, karena sistem pemberian upah tidak dijelaskan pada awal akad kontrak kerja.

3. Widara Daitari16 (2021) judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Akad Ijarah Dalam Pembuatan Lubang Sadap Pohon Damar (Studi di Pekon Gunung Kemala Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat)”. Jenis

16 Daitari Widara, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Akad Ijarah Dalam Pembuatan Lubang Sadap Pohon Damar (Studi Di Pekon Gunung Kemala Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat)” (Uin Raden Intan Lampung, 2021).

(26)

penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field Reaserch). Bersasarkan hasil penelitian yang terjadi dalam pembuatan lubang sadap pohon damar ini bahwa pemilik kebun dengan pekerja pembuat lubang sadap pohon damar ini melakukan akad, setelah akad berjalan ternyata hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan. Getah damar yang dihasilkan sedikit dan batang pohon menjadi rusak akibat pekerja tidak melakukan pekerjaan dengan benar sehingga pemilik kebun merasa dirugikan. Akan tetapi dalam hal ini kesalahan karena pemilik kebun memberikan pekerjaan dengan orang yang kurang profesional sehingga kedalaman serta kelebaran lubang pada batang pohon damar mengalami kerusakan. Menurut hukum Islam akad yang dilakukan oleh keduanya tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan kemudharatan atau kerugian salah satu pihak dalam hukum itu tidak diperbolehkan.

Persamaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu sama-sama menyalahi aturan hukum Islam karena akad yang dilakukan oleh keduanya tidak diperbolehkan sehingga dapat menimbulkan kemudharatan atau kerugian salah satu pihak dalam hukum itu tidak diperbolehkan.

Perbedaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu dalam jenis pekerjaan nya, pemilik kebun memilih pekerja yang kurang profesional sehingga menimbulkan ketidakpuasan, sedangkan dalam penelitian saya pekerja yang di pilih yaitu orang-orang yang sudah profesional dalam bidangnya.

4. Vioni Afya Ningsih, Yustiloviani Yustiloviani,17 “Praktek Upah Mengupah Basiang Padi Dengan Sistem Indak Dilapesi Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan praktik pembayaran basiang padi dengan

17 Vioni Afya Ningsih And Yustiloviani Yustiloviani, ―Praktek Upah Mengupah Basiang Padi Dengan Sistem Indak Dilapesi Dalam Tinjauan Fiqih Muamalah,‖ Jisrah: Jurnal Integrasi Ilmu Syariah 2, No. 3 (2021): 133–140.

(27)

sistem uncoated, serta untuk menjelaskan tinjauan fiqh muamalah pada praktik pembayaran basiang padi dengan sistem uncoated di Jorong Balimbing, Nagari Balimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Hasil penelitian adalah bahwa praktek pengupahan basiang padi dengan sistem indak dilapesi di Jorong Balimbing dilakukan dengan membayar sebagian dari upah yang telah disepakati, yaitu diberikan upah kepada penggarap sebanyak 4 liter beras sedangkan upah yang seharusnya dibayarkan 6 liter beras. Berdasarkan asas keadilan, upah basiang padi dengan sistem indak dilapesi tidak sesuai dengan rukun dan syarat pengupahan. Adanya unsur kezaliman dalam menunda pembayaran upah dan mengurangi pembayaran upah yang merugikan salah satu pihak, hal ini tidak diperbolehkan dalam fiqh muamalah.

Persamaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu sama-sama menyalahi fiqh muamalah dalam praktik pengupahannya.

Perbedaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu dalam peneneltian ini terdapat unsur kezaliman dalam pemberian upah karena tidak sesuai dengan apa yang disepakati di awal akad, sedangkan dalam penelitian saya memang tidak ada kejelasan tentang pemberian upah pada awal akad.

5. Muhajir Muhajiro,18 ―Realisasi Pemberian Upah Terhadap Petugas Ili-Ili Desa Tanjung Sari Dalam Perspektif Hukum Syariah”. Dalam mengairi lahan pertanian mereka, selain mengandalkan curah hujan, mereka juga mengandalkan air irigasi yang dipasok oleh petugas ili-ili. Petugas ili-ili mendapatkan upah dari petani dengan pemberian 10 kg

18 Muhajir, Muhajir, ―Realisasi Pemberian Upah Terhadap Petugas Ili-Ili Desa Tanjungsari Dalam Perspektif Hukum Syariah,‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 7, No.

3 (2021): 1931–1936.

(28)

gabah untuk 100 sawah, pembayarannya ditangguhkan setelah panen tiba. Namun pada kenyataannya petani tidak membayar sesuai ketentuan. Hal ini mengakibatkan petugas ili-ili mengalami kerugian. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana praktik pemberian upah kepada pejabat ili-ili dalam perspektif hukum. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan, dalam pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan petani dan petugas ili-ili. Sifat penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analisis. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa upah petugas ili-ili sudah sesuai dengan ketentuan syariat Islam, yang di dalamnya termasuk upah ajrul misli.

Persamaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu pemberian upah dilakukan setelah pekerjaan terselesaikan.

Perbedaan : Hasil penelitian ini dengan penelitian saya yaitu dalam pemberian upah tidak sesaui dengan ketentuan hukum islam karena tidak sesuai dengan apa yang disepakati di awal akad, sedangkan dalam penelitian saya memang tidak ada kejelasan tentang pemberian upah pada awal akad.

H. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan kontruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten. Metodelogi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.19 Proses penelitian mencakup pembahasan tentang alur, langkah, atau tahap-tahapan penelitian yang benar serta akurat,

19 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2002).

(29)

sehingga hasilnya diyakini benar, dapat dipercaya, dan berdaya guna serta diakui oleh masyarakat ilmiah.20

Untuk menghasilkan gambaran yang baik, dibutuhkan serangkaian langkah sistemastis, adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi subjek yang bersangkutan. Untuk itu peneliti akan melaksanakan penelitian secara langsung ke lokasi yaitu Panglong di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yakni suatu penelitian yang menjelaskan atau menggambarkan secara tepat mengenai sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam proses penyederhanaan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana agar mudah dipahami dengan apa adanya yang terjadi di lapangan.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder:

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Data

20 Ismail Nurdin And Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial (Media Sahabat Cendekia, 2019).

(30)

tersebut bisa diperoleh langsung dari personal yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan.21 Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada informan di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, yaitu Pak Min selaku pemilik panglong, dan Joni Afrizal, Eko, Pridomika selaku pekerja panglong yang berada di Desa Ogan Lima sebagai tempat penelitian.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.22 Peneliti menggunakan data ini sebagai data pendukung yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data sekunder diperoleh dari beberapa buku-buku, artikel, dokumen-dokumen, jurnal, serta informasi lain yang berkaitan dan mempunyai relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.23 Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa:

a. Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.24 Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung

21 Moh Pabundu Tika, ‗Metodologi Riset Bisnis‘ (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

22 Ibid.

23 Moh Pabundu Tika, Moh. Prabundu Tika (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

24 Ibid.

(31)

bagaimana penentuan upah jasa dalam pembuatan kusen dan pintu berdasarkan jenis kayu di panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) adalah suatu proses Tanya jawab yang dilakukan oleh pewancara dengan yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan permasalahan yang diajukan oleh peneliti.25 Dalam penelitian ini penulis mewawancarai sejumlah pekerja panglong dan pemilik panglong kayu guna mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau berdasarkan catatan, trankip, buku, surat kabar, majalah, foto, dokumem rapat, dan agenda.26

4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses untuk memperoleh data atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Adapun dalam pengolahan data ini menggunakan beberapa cara diantaranya:

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Pemeriksaan data adalah pengecekan data pengoreksian data kembali yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut sudah cukup baik atau relevan dengan masalah penelitian.

25 Lijan P Sinambela And Sarton Sinambela, Metode Penelitian Kuantitatif Teoritik Dan Praktik (Depok: Rajawali Pers, 2021).

26 Fuad Hasan, Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1970).

(32)

b. Sistematisasi Data

Sistematisasi data adalah menetapkan data berdasarkan kerangka sistematika bahasa dengan fokus pada urutan masalah. Data dikelompokkan secara sistematis menurut klarifikasi dan urutan masalah.

5. Metode Analisis Data

Analisa data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif, yaitu bertujuan mendeskripsikan masalah yang ada saat ini berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan mengenai penentuan upah jasa pembuatan kusen dan pintu berdasarkan jenis kayu studi di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis Deskriptif Kualitatif. Deskriptif adalah suatu penelitian untuk memberikan gambaran atau deskriptif tentang keadaan yang dilakukan secara objektif, kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung analisis.

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama, memuat pendahuluan yang mencakup uraian tentang penegasan judul, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Hal ini dimaksud sebagai alat yang dipergunakan dalam melakukan penelitian, tujuannya agar dapat menghasilkan suatu penelitian yang akurat.

Bab kedua, memuat uraian pembahasan landasan teori tentang sistematika akad, pengertian upah, rukun dan syarat upah, dasar hukum upah, macam-macam upah, sistem pembayaran upah, hak dan kewajiban dalam upah, berakhirnya akad upah.

(33)

Bab ketiga, memuat uraian sejarah berdirinya Panglong produk-produk yang dihasilkan Panglong Pak Min di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

Bab Keempat, merupakan inti dari pembahasan skripsi.

Bab ini membahas tentang analisis sistem pengupahan pekerja panglong di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, dan tinjauan hukum Islam terhadap sistem pengupahan pekerja panglong di Panglong Pak Min Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

Bab Kelima, merupakan bagian akhir dari skripsi yang memuat kesimpulan yang berisi jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah dan saran yang dimaksudkan sebagai rekomendasi untuk kajian lebih lanjut.

(34)
(35)

19

LANDASAN TEORI

A. Akad

1. Pengertian Akad

Akad berasal dari bahasa arab yang berarti mengikat, menetapkan dan membangun. Kata akad kemudian diserap kedalam bahasa Indosesia yang berarti janji, perjanjian, dan kontrak. Pertalian ijab qabul (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan syariat yang ada pada objek perikatan.27

Secara bahasa akad mempunyai beberapa arti, antara lain:

a. Mengikat (Ar-abthu), yaitu mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung dikemudian menjadi sepotong benda.

b. Sambungan (Al-„aqdu), yaitu sambungan yang menjadi memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.

c. Janji (Al-„ahdu), yaitu siapa saja yang menepati janji dan takut kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertaqwa.

Istilah al-‗aqd dalam Al-Qur‘an mengacu pada pertanyaan seseorang mengerjakan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, perjanjian yang dibuat seseorang tidak memerlukan persetujuan pihak lain, baik setuju maupun tidak setuju, tidak berpengaruh terhadap janji yang dibuat orang tersebut, bahwa janji tetap

27 And Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. „Fiqh Muamalat.‟ (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003).

(36)

mengikat orang yang menbantunya. Seperti yang dijelaskan dalam surat Q.S. Al-Imran: 76





















“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”( Q.S. Al- Imran: 76)

Ayat di atas menjelaskan bahwa (bukan demikian) tetapi terhadap mereka tetap ada tuntutan (barang siapa yang menepati janjinya) baik yang dibuatnya dengan Allah SWT atau yang diperintahkan Allah SWT menepatinya, berupa memenuhi amanat dan lain-lain (serta ia bertakwa) kepada Allah SWT dengan mengerjakan taat dan meninggalkan maksiat (maka sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertakwa.) Di sini ada penempatan zahir di tempat yang mudhmar, yang berarti "Allah SWT mengasihi mereka"

maksudnya memberi mereka pahala.

Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karena akad adalah keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang tercermin dalam ijab dan qabul.

Akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan qabul yang menyatakan kehendak pihak lain. Tindakan hukum satu pihak, seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf, atau pelepasan hak,

(37)

bukanlah akad, karena tindakan-tindakan tersebut bukan merupakan tindakan dua belah pihak dan karenanya tidak memerlukan qabul. Konsepsi akad sebagai tindakan dua pihak adalah pandangan ahli-ahli hukum Islam modern.28

Secara khusus akad berarti kesetaraan antara ijab (pernyataan penawaran/ pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam ruang lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.29

Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, yang dimaksud dengan akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan/ tidak melakukan perbuatan hukum tertentu. Akad dalam bahasa Arab juga diartikan sebagai perikatan, perjanjian, permufakatan.30 Akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan sesuatu yang lain dengan cara memunculkan adanya komitmen tertentu yang disyariahkan. Terkadang kata akad menurut istilah dipergunakan dalam pengertian umum, yakni sesuatu yang diikatkan seorang bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain dengan kata harus.31

Dalam istilah fiqh, secara umum akad berarti suatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai.

Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran pemindahan kepemilikan) dan

28 Syamsul Anwar, „Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat‟ (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2010).

29 Badrulzaman Mariam Darus,"Kompilasi Hukum Perikatan." (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001).

30 Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Grafindo Persada Pratama, 2007).

31 ‘Abd Allah‘Abd al-‘Aziz al-Muslih, Shalah al-Shawi, and Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Darul Haq, 2008).

(38)

qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh dalam sesuatu.32

Dalam kajian hukum perdata Islam, masalah kontrak menepati posisi sentral karena ia merupakan cara paling penting yang digunakan untuk memperoleh suatu maksud dan tujuan, terutama yang berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah, kontrak atau perjanjian dalam hukum perdata Islam disebut dengan akad, sedangkan secara terminologi adalah ―pertalian atau keterikatan antara ijab dan qabul sesuai kehendak syariah (Allah dan Rasulnya) yang menimbulkan akibat hukum pada objek perikatan‖.33

Ijab dan qabul dimaksudkan untuk menunjukkan adanya keinginan dan kerelaan timbal balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi kontrak. Oleh karena itu ijab dan qabul menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak secara timbal balik ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang diinginkan, sedangkan qabul adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya.

Pencantuman kata sesuai dengan kehendak syariah dalam definisi di atas maksudnya adalah bahwa setiap perjanjian yang dilakukan dua pihak atau lebih tidak dipandang sah jika tidak sejalan dengan kehendak atau ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan as-syar‘i misalnya perjanjian untuk melakukan transaksi riba atau transaksi lain yang dilarang apabila ijab dan qabul telah dilakukan sesuai dengan syarat-syaratnya dan sesuai kehendak syara‘.

Maka munculah akibat hukum dari perjanjian tersebut, misalnya dalam jual beli terjadi berpindahnya kepemilikan barang dari penjual kepada pembeli dan

32 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2007).

33 Oni Sahroni, Fiqh Muamlalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2016).

(39)

penjual berhak menerima harga barang yang dijualnya dari pembeli.34

2. Dasar Hukum Akad a. Menurut Al-Qur’an

Pengaturan akad teratur dimuat dalam kompilasi Hukum ekonomi syariah buku II tentang akad, yang mana dalam pasal 20 ayat (1) disebutkan bahwa ―akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.‖

Dalam Al-Quran terdapat ayat yang dijadikan sebagai dasar hukum dari akad yaitu surat Al-Maidah ayat 1 yang artinya :

















































“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad- aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum_hukum menurut yang dikehendaki-Nya."(Q.S Al-Maidah: 1)

Maksud dari ayat diatas bahwasanya, kita sebagai orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Kita harus memenuhi akad-akad yang telah

34 Ibid.

(40)

Allah tentukan seperti dalam jual beli harus terpenuhi dulu akad-akadnya.

Akad merupakan perjanjian mencakup janji prasetia kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan seseorang kepada sesamanya.

b. Menurut Hadist

Dasar Hukum tentang kebatalan suatu perjanjian yang melawan hukum ini dapat di rujuki ketentuan hukum yang terdapat dalam hadist Rosululloh SAW hadist dari Jabir bin Abdullah Rhodliyallohu ‗anhuma dalam kitab Syurutuhum Bainahum yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

ُشِثبَج َلبَقَٔ

ِتَتبَكًُْنا ًِف بًََُُْٓع ُ هالله ًَِضَس ، ِالله ِذْجَع ٍُْث

ٍط ْشَش ُّمُك ُشًَُع َْٔأ ، َشًَُع ٍُْثا َلبَقَٔ .ْىٍََُُْٓث ْىُُٓطُٔشُش ٍطْشَش َخَئِي َطَشَتْشا ٌِِإَٔ ٌمِطبَث ََْٕٓف ِالله َةبَتِك َفَنبَخ

Segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah (Hukum Allah) adalah batal, sekalipun sejuta syarat.” (HR Bukhori)

Maksud dari hadist diatas bahwa harus sama ridho dan ada pilihan, maksudnya akad yang diadakan oleh para pihak haruslah di dasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridho atau rela akan isi akad tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas masing- masing pihak. Dalam hal ini berarti tidak boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

3. Rukun dan Syarat Akad a. Rukun Akad

Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau

(41)

lebih berdasarkan keridhaan masing-masing maka timbul bagi kedua belah pihak haq dan iltizam yang diwujudkan oleh akad, rukun-rukunya ialah sebagai berikut:

1) Aqid ialah orang yang berakad, terkadang masing- masing pihak terdiri dari satu orang terkadang terdiri dari beberapa orang, seorang yang berakad orang yang memiliki hak. Ulama fiqh memberikan persyaratan atau kriteria yang harus dipenuhi aqid, antara lain:

a) Ahliyah keduanya memiliki kecakapan dan keputusan untuk melakukan transaksi.

Biasanya mereka akan memiliki ahliyah jika telah baligh atau mumayyiz dan berakal.

Berakal yang dimaksud disini ialah tidak gila sehingga mampu memahami ucapan orang- orang normal. Sedangkan mumayyiz disini artinya mampu membedakan antara baik dan buruk antara berbahaya dan tidak dan antara merugikan dan menguntungkan.

b) Wilayah yang dimaksud dengan wilayah sebagai hak dan kewenangan seseorang yang mendapatkan legalitas syar‘i untuk melakukan transaksi atas suatu objek tertentu.

Artinya orang tersebut memang merupakan pemilik asli, wali atau wakil atas suatu objek transaksi sehingga ia memiliki dan otoritas untuk mentransaksikannya. Dan yang terpenting orang yang melakukan akad harus bebas dari tekanan sehingga mampu mengekspresikan pilihanya secara bebas.

2) Ma‟qud „alaih adalah benda yang diakadkan seperti benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah atau pemberian, dalam gadai,

(42)

utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah.

3) Maudhu al‟aqd adalah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad, bebeda akad, maka berbedalah tujuan pokok akad tersebut.

4) Sighat al-aqd yaitu ijab dan qabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seseorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad.

Sedangkan qabul yaitu perkataan yang keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan setelah ijab.35

Metode-metode dalam akad shigat ijab dan qabul dapat diaplikasikan dengan berbagai macam cara diantaranya:

a) Akad dengan ucapan (lafazh)

Akad dengan ucapan adalah Shighat yang paling banyak digunakan oleh orang sebab paling mudah dan cepat dipahami. Tentu saja kedua belah pihak harus mengerti ucapan masing_masing keduanya serta menunjukkan keridhaanya.

b) Akad Dengan Perbuatan

Akad dengan perbuatan terkadang tidak digunakan ucapan, tetapi dengan perbuatan yang menunjukkan saling meridhoi, misalnya penjual memberikan uang, hal ini sudah umum terjadi masa sekarang. Dalam persoalan ini ulama menanggapi dengan berbeda pendapat diantaranya yaitu:

35 and Abu Umar Basyir ‘Abd Allah‘Abd al-‘Aziz al-Muslih, Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. (Jakarta: Darul Haq, 2008).

(43)

1) Ulama Hanabilah dan membolehkan akad dengan perbuatan terhadap barang-barang yang sudah diketahui, barang-barang secara umum oleh manusia. Jika belum diketahui akad seperti itu dianggap batal.

2) Madzhab Malikiyah dan pendapat awal Imam Ahmad membolehkan akad dengan perbuatan jika jelas menunjukkan kerelaan serta barang tersebut diketahui secara umum maupun tidak diketahui kecuali akad pernikahan.

3) Ulama Syafi'iyah, Dan Zhahiriyah berpendapat bahwa akad dengan perbuatan tidak dibenarkan karena tidak ada petunjuk yang kuat pada akad tersebut. Selain itu keridhaan adalah sesuatu yang samar yang tidak diketahui, kecuali dengan ucapan. Hanya golongan ini memperbolehkan ucapan baik secara sharih ataupun secara kinayah, jika terpaksa boleh pula dengan isyarah.

c) Akad Dengan Isyarat

Bagi orang yang mampu berbicara, tidak dibenarkan akad dengan isyarat melainkan harus menggunakan lisan atau tulisan.

Adapun bagi mereka yang tidak dapat berbicara, boleh melakukan dengan isyarat, tetapi jika tulisannya bagus dianjurkan menggunakan dengan tulisan. Hal itu diperbolehkan apabila ia sudah cacat mulai sejak lahir. Jika tidak sejak lahir ia harus berusaha untuk tidak menggunakan isyarat.

(44)

d) Akad Dengan Tulisan

Diperbolehkan akad dengan tulisan baik bagi orang yang mampu berbicara ataupun tidak. Akad dengan tulisan tersebut harus jelas, tampak dan dapat dipahami oleh keduanya, sebab tulisan sebagaimana dalam kaidah fiqhiyyah (tulisan sebagai perintah).36 Ulama sepakat bahwa barang yang dijadikan akad harus dapat diserahkan ketika akad. Dengan demikian ma'qud alaih yang tidak dapat diserahkan pada waktu akad seperti jual beli burung yang ada di udara, harta yang diwakafkan dan lain sebagainya. Tetapi dalam akad tabarru' (derma) menurut Imam Maliki diperbolehkan, seperti hibah atas barang yang kabur dan lain-lain. Ulama Hanabilah berpendapat bahwa ijab adalah pernyataan yang keluar dari orang yang mengeluarkan benda baik yang dikatakan orang yang pertama atau yang kedua.

b. Syarat akad

Berdasarkan unsur akad yang telah dibahas, terdapat beberapa macam ssyarat akad, yaitu:

1) Syarat terbentuknya akad (syurut al-in‗iqad) Masing-masing rukun atau unsur yang membentuk akad diatas memerlukan syarat-syarat agar rukun itu dapat berfungsi membentuk akad.

Tanpa adanya syarat-syarat yang dimaksud, rukun akad tidak dapat membentuk akad. Dalam hukum Islam syarat yang dimaksud dinamakan syarat terbentuknya akad. Rukun pertama yaitu para ihak harus memenuhi dua syarat terbentuknya akad,yaitu:

36 Rachmat. Syefe‘i, „Fiqh Muamalah‟ (Bandung: CV." Pustaka setia, 2001).

(45)

a) Tamyiz

b) Terbilang (at-ta‘addud)

Rukun kedua yaitu pernyataan kehendak, harus memenuhi dua syarat akad, yaitu:

a) Adanya penyesuaian ijab qabul dengan kata lain tercapainya kata sepakat

b) Kesatuan majelis akad

Rukun akad ketiga yaitu objek akad harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

a) Objek itu dapat diserahkan b) Tertentu atau dapat ditentukan c) Objeknya dapat ditransaksikan 2) Syarat sahnya akad (keabsahan akad)

Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang diisyaratkan syara‘ untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak terpenuhi, akad tersebut rusak.

Ada kekhususan syarat sah akad pada setiap akad. Ulama Hanafiyah mensyaratkan terhindarnya sesorang dari enam kecacatan dalam akad, yaitu kebodohan, paksaan, pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemadharatan, dan syarat-syarat jual beli rusak (fasid).

3) Syarat terjadinya akad

Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang diisyaratkan untuk terjadinya akad secara syara‘. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, akad menjadi batal. Syarat ini terbagi menjadi dua bagian:

a) Umum, yakni syarat-syarat yang harus ada pada setiap akad.

(46)

b) Khusus, yakni syarat yang harus ada pada sebagian akad, dan tidak diisyaratkan pada bagian lainnya.

4) Syarat Kepastian Hukum (Luzum)

Dasar dalam akad adalah kepastian.

Diantaranya syarat luzum dalam jual beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain.

Jika luzum tampak, maka akad batal atau dikembalikan.

5) Syarat Pelaksanaan Akad

Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat, yaitu kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas beraktivitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara‘.

Adapun kekuasaan adalah kemampuan sesorang dalam ber-thasaruf sesuai dengan ketetapan syara‘, baik secara asli, yakni dilakukan oleh dirinya, maupun sebagai penggantian (menjadi wakil seseorang). Dalam hal ini disyaratkan antara lain:

a) Barang yang dijadikan akad harus kepunyaan orang yang akad, jika dijadikan, maka sangat bergantung kepada izin pemiliknya yang asli.

b) Barang yang dijadikan tidak berkaitan dengan kepemilikan orang lain.37

Para fuqaha menyatakan bahwa syarat sah akad adalah tidak terdapatnya 4 hal perusak sahnya (mufsid) dalam akad, diantaranya ketidakjelasan yang dapat menyebabkan percekcokan, adanya paksaan,

37 Ibid.

(47)

perkiraan, adanya unsur tipuan, serta terdapat bahaya dalam pelaksanaan akad.38

4. Macam-Macam Akad

Menurut Rachmat Syafei dalam bukunya yang berjudul fiqih muamalah, akad dibagi menjadi beberapa macam, yang setiap macamnya sangat bergantung pada sudut pandangnya. Di antara bagian akad yang terpenting adalah berikut ini:

a. Berdasarkan ketentuan syara‟

1) Akad Sahih

Adalah akad yang memenuhi unsur dan syarat yang telah ditetapkan syara‘. Dalam istilah ulama Hanafiyah akad sahih adalah akad yang memenuhi ketentuan syariat pada asalnya dan sifatnya.

2) Akad Tidak Sahih

Adalah akad yang tidak memenuhi unsur dan syaratnya. Dengan demikian, akad ini tidak berdampak hukum atau tidak sah. Jumhur ulama selain Hanafiyah menetapkan bahwa akad yang batil atau fasid termasuk golongan ini, sedangkan ulama hanafiyah membedakan antara fasid dan batal.

b. Berdasarkan penamaannya

1) Akad yang telah dinamai syara‘, seperti jual beli, hibah, gadai, dan lain-lain.

2) Akad yang belum dinamai syara‘, tetapi disesuaikan dengan perkembangan zaman.

38 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016).

(48)

c. Berdasarkan maksud dan tujuan akad 1) Kepemilikan.

2) Menghilangkan kepemilikan.

3) Kemutlakan, yaitu seseorang mewakilkan secara mutlak kepada wakilnya.

4) Perikatan, yaitu larangan kepada seseorang untuk beraktivitas, seperti orang gila.

5) Penjagaan d. Berdasarkan zatnya

1) Benda yang berwujud (Al-„ain) 2) Benda tidak berwujud (ghair al-„ain)39

5. Batalnya Akad Batalnya Akad

1) Tidak terjadi akad disebabkan kedua belah pihak membatalkan

2) Terdapat persyararatan yang dilanggar oleh salah satu pihak

3) Salah satu akad tidak cakap melakukan akad 4) Kalimat yang digunakan dalam berakad cacat 5) Objek akad merupakan barang yang dilarang oleh

agama, ketentuan yang berlaku

6) Barang yang telah diakadkan terdapat kerusakan dan masih dalam garansi (khiyar)

7) Karena ada paksa, penipuan, dan kekhilafan 8) Habis masa kontrak, akad batal dengan sendirinya

atau hapus.40

39 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001).

40 Herlina Kurniati, Hukum Perikatan Dan Kontrak Bisnis Syariah.

Referensi

Dokumen terkait

Ako se upitamo kakve su bile slike što ih je tada radio i izlagao u Zagrebu, treba prije svega imati na umu njegovo münchen- sko školovanje, tj.. da su mu profesori bili

lagi sejak menikah (pengingat) -Berkesan lucu penjualan Arm - Merokok sejak kecil karena ikut- ikutan teman - Sekarang merokok jadi kebiasaan dan kecanduan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: Peran Unit Pelaksana Teknis

Sahabuddin (2016), bahwa memahami perilaku pembeli (buying behavior) dari pasar sasaran merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Untuk memahami hal ini, perlu

Setelah selesainya tahapan pemilihan umum yang di selenggarakan pada tanggal 15 Februari 2017 Dengan demikian semua tahapan penyelenggaraan sudah selesai, sehingga

Bentuk dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rahma Nurvidiana dkk (2015) “Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Minat Beli Serta Dampaknya Pada

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori semai yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relatif tertimggi adalah jenis Kandelia candel

Perceraian adalah sebuah putusnya ikatan perkawinan oleh seseorang dalam mengakhiri rumah tangga, gugatan perceraian dia jukan oleh suami atau istri atau kuasanya kepada pengadilan