• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI SUNGAI LADI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI SUNGAI LADI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA PROVINSI KEPULAUAN RIAU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE

DI SUNGAI LADI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN

TANJUNGPINANG KOTA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

MANGROVE'S VEGETATION STRUCTURE

AT LADI'S RIVER BUGIS'S KAMPONG SUB-DISTRICT

TANJUNGPINANG'S DISTRICT PROVINCE CITY RIAU

Susana

1

, Tengku Said Raza’i

2

, Winny Retna Melani

2

Programme Study Management Aquatic Resource

Marine Science and Fisheries Faculty, Maritime Raja Ali Haji University

Email : fikp@umrah.ac.id

ABSTRACK

Penelitian dilaksanakan sampai 3 (tiga) mulai dari bulan Maret hingga Juni 2013 di Sungai

Ladi kelurahan Kampung Bugis Tanjungpinang Kota Propinsi kepulauan Riau. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove di Sungai Ladi kelurahan

Kampung Kampung Bugis Tanjungpinang Kota Propinsi kepulauan Riau. Penelitian ini

memanfaatkan dekatnya deskritif kuantitaif, cara pengumpulan data dimanfaatkan dengan

menggunakan cara mensurvei .Bengen 2000

di

Nurshal menjelaskan bahwa dalam yang

lokasi pilih di stasiun didasarkan pada pertimbangan; 1) menentukan lokasi untuk vegetasi

mangrove harus mewakili pembahasan unsur dan juga harus mewakili masing-masing zona

mangrove yang berada di daerah itu. 2) Melihat secara konseptual mendasari keterwakilan

mempelajari lokasi. Dari hasil dari penelitian ini hutan mangrove di daerah di Sungai Ladi

cukup baik terdiri dari 10 jenis, dan pada strata pohon rata-ratakan di setiap daerah 1030 (ind

/ ha) .

Keywords:

Struktur mangrove, Sungai Ladi

Research was performed up to 3 (three) beginning moon of month of March until with May

2013 at Ladi's River coast Bugis's Kampong sub-district Tanjungpinang's district archipelagic

Province City Riau. To the effect of observational it is subject to be know mangrove's

vegetation structure at Ladi's River Waters Bugis's Kampong sub-district Tanjungpinang's

district archipelagic Province City Riau. This research utilize deskritif kuantitaif's

approaching, data collecting method is utilized by use of method survey .Bengen 2000

in

Nurshal words that deep do location elect at station is gone upon on judgment; 1 ) prescribed

location for mangrove's vegetation watch shall represent study element and shall also

represent each mangrove's zona that exists at that region. 2 ) Watch conceptually bases

keterwakilan study locations. Base result of this research is mangrove's vegetation region at

An River Ladi just fine consisting of 10 specieses, and on treed strata average at any given

station 1030 (ind / ha) .

(2)

PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan tipe vegetasi yang khas terdapat di daerah pantai tropis.Vegetasi mangrove umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang. Karakteristik habitat yang menonjol di daerah hutan mangrove diantaranya adalah jenis tanah berlumpur, lahan tergenang air laut secara periodik, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat seperti dari sungai, mata air dan air tanah, airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas sekitar 38 ppt (Niraritaet al).

Hutan mangrove merupakan

ekosistem peralihan antara darat dan laut mempunyai fungsi mengingat fungsi ekosistem hutan mangrove secara fisik adalah menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi), peredam badai dan gelombang serta sebagai, penangkap sedimen (Rahmawaty di dalam Suci, (2011). Sedangkan fungsi msngrove secara biologis menurut Arifin (2003) sebagai kawasan pemijah atau asuhan bagi udang, kepiting, kerang dan lainnya, sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembangbiak. Selain berfungsi secara ekologis mangrove juga berfungsi secara sosial ekonomi, menurut Rahmawaty di dalam Suci (2011) mangrove sebagai sumber mata pencaharian, produksi berbagai hasil hutan seperti kayu, arang, obat, sumber bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam.

Hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya alam yang potensial pada

mulanya bentuk pemanfaatan oleh

masyarakat pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain dengan penebangan hutan mangrove untuk memperoleh kayu bakar, arang, daun-daun untuk atap rumah dan sebagianya, serta penangkapan ikan, udang dan jenis-jenis biota lainnya. Disamping itu dengan adanya pertambahan penduduk yang makin meningkat, bentuk pemanfaatan tidak saja dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari hutan tersebut, tetapi malah berkembang ke bentuk pemanfaatan lahannya sendiri untuk usaha-usaha lainnya seperti untuk pemukiman penduduk.

Sungai Ladi merupakan salah satu wilayah yang ada di Kelurahan Kampung Bugis yang terletak di Kecamatan Tanjungpinang Kota memiliki luas ekosistem mangrove seluas1,599,9 Ha padatahun 1989 dan mengalami penurunan sekitar 83,5% yaitu sebesar 1337,4 Ha pada tahun 2009 (Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan dan Energi 2010). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah vegetasi mangrove di Kelurahan Kampung Bugis mengalami penurunan sebanyak16,5% atau 262,5 Hadari total hutan mangrove sebelumnya.

Penurunan jumlah hutan mangrove di Sungai Ladi tersebut di duga adanya berbagai aktifitas, diantaranya : penambahan

pemukiman penduduk, pelabuhan

transportasi masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut maka dirasa perlu dilakukan penelitian untuk melihat struktur vegetasi mangrove di Sungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau untuk mengetahui kondisi terkini.

METODE PENELITIAN Waktu dan tempat

Penelitian telah dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2013 di pesisir Sungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau.

Alat dan Bahan

Yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel.1 Alat dan bahan

No Alat & Bahan

1 GPS

2 Rol Meter kain 3 Tali Rafia 4 Kamera Digital 5 Parang 6 Kayu 7 Termometer 8 Hand Refraktometer 9 Indikator unversal 10 Tonggak kayu 11 DO meter 12 Substrat 13 Buku identifikasi 14 Alat tulis 15 Plastik untuk herbarium 16 Kertas label

(3)

  n i i F 1   n i1Pi

n i Ci 1

n i i

n

1

Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskritif kuantitaif, metode pengumpulan data digunakan dengan menggunakan metode survey .Bengen 2000 dalam Nurshal menjelaskan bahwa dalam melakukan pemilihan lokasi di stasiun didasarkan pada pertimbangan ; 1) lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus mewakili unsur kajian dan juga harus mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah tersebut. 2) Pengamatan secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian.

Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel Mangrove

Pengambilan data mangrove

dilakukan dengan menggunakan metode garis transek (kuadran transec). Transek tersebut ditarik tegak lurus garis pantai pada setiap stasiun. Pada setiap transek, data diambil dengan menggunakan petak-petak contoh (plot) berukuran 10 x 10 m2 untuk kelompok pohon berdiameter >10 cm yang ditempatkan di sepanjang garis transek.

Kelompok kedua yaitu kelompok

pancangadalah kelompok pohon dengan diameter 2-10 cm diambil pada petak berukuran 5 x 5 m2 yang ditempatkan pada petak kelompok anakan, dan kelompok yang ketiga adalah kelompok semai berdiameter <2 cm diambil pada petak berukuran 1 x 1 m2 yang ditempatkan pada kelompok semai.

Metode Analisa

Analisis Data Vegetasi Mangrove

Mangrove yang akan di dapat dilokasi pengamatan akan dianalisis menurut rumus Kusmana, C (2009) sebagai berikut:

1. Kerapatan Jenis (Di)

Di= kerapatan jenis i

ni= jumlah total tegakan dari jenis i

A= luas area total pengambilan contoh (luas total petak contoh/ plot)

2. Kerapatan Relatif Jenis (RDi)

(RDi)= Kerapatan relatif jenis

(ni) = Jumlah individu jenis i = Total individu seluruh jenis

3. FrekuensiJenis (Fi)

Fi = Frekuensi jenis i

Pi =Jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis i

=Jumlah total petak contoh yang Diamati

4.Frekuensi Relatif Jenis

RFi = Frekuensi relatif jenis

Fi = Frekuensi jenis ke i

= Jumlah frekuensi untuk seluruh

5. Penutupan Jenis (Ci)

BA = π DBH2 : 4 (dalam Cm2) Π = konstanta (3,1416) DBH = diameter pohon dari jenis i A = luas area total pengambilan Contoh(luas total

petak/plot/kuadrat)

DBH = CBH/ π (dalam Cm), CBH adalah lingkaran pohon setinggi dada

6. Penutupan Relatif Jenis (RCi)

RCi = Penutupan relatif jenis dan luas total area

Ci = Luas area penutupan jenis i = Penutupan untuk seluruh jenis

7. Jumlah nilai Kerapatan relatif jenis (RDi), frekuensi relatif jenis (RFi) dan penutupan relatif jenis (RCi)

   n i i i i p p F 1 100 1                 n i i i i F F RF A BA n i i

C

  1 100 1                 n i i i i C C RC

A

n

D

i i

100 1               n i i i i n n RD

(4)

menunjukkan Nilai Penting Jenis (IVi) :

IVi= RDi + RFi + RCi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Vegetasi Mangrove

Hasil penelitian didapatkan 10 spesies yang berasal dari 5 Family, dapat dilihat pada tabel berikut:

No Famili Spesies Nama Daera

1 Aviceniaceae Avicennia lanata Api-api 2 Rhizophoraceae Rhizophora apiculata Bakau minyak Bruguiera gymnorrhiza Pertut

Bruguiera cilindrica Burus

Bruguiera exaristata Bruguiera

sexangula

Kandelia candel Berus berus 3 Combretaceae Lumnitzera littorea Terunt

um 4 Sonneratiaceae Sonnertia alba Pedada 5 Areaceae Nypa fruticans Nipah

Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Besar kecilnya peranan komunitas mangrove ini dapat diketahui dari tingkat kerapatan.

1. Kerapatan

Hasil analisis dilapangan untuk kerapatan terbesar pada tingkat pohon pada masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kerapatan strata pohon/m2

Jeni s

SI SII SIII J R K/ha

1 Ra 0,024 0,02 0,017 0.0 61 0.0 20 200 2 Bg 0,017 0,018 0,016 0.0 51 0.0 17 170 3 Al 0,008 0,012 0,01 0.0 3 0.0 1 100 4 Bc 0,011 0,008 0,008 0.0 27 0.0 09 90 5 Sa 0,006 0,014 0,007 0.0 27 0.0 09 90 6 Lr 0,007 0,007 0,008 0.0 25 0.0 08 80 7 Be 0,008 0,007 0,006 0.0 22 0.0 07 70 8 Bs 0,012 0,018 0,018 0.0 48 0.0 16 160 9 Kc 0,006 0,008 0,008 0.0 22 0.0 07 70 T 1030 Keterangan ; Ra : Rhizophora apiculata Bg : Bruguiera gmnrhyza Al : Avecenia littorea Bc : Bruguiera cilindrica Sa : Sonneratia alba Lr : Lumnitzera racemosa Be : Bruguiera exaristata Bs : Bruguiera sexangula Kc : Kandelia candel T : Total SI ; Stasiun I SII : Stasiun II SIII : Stasiun III J : Jumlah R ; Rerata K : Konversi

Berdasarkan tabel kerapatan di strata pohon sebesar 1030 (ind/ha), ini menunjukkan bahwa kondisi mangrove di daerah ini memiliki kriteria Sedang berdasarkan rujukan pada Kriteria Baku Kerusakan Mangrove mengacu kepada Keputusan Kementrian Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004.

2. Kerapatan Relatif a. Kategori Pohon

Hasil analisis untuk kerapatan relative tingkat pohon (10 x 10 m) di masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

No Jenis Kerapatan Relatif strata pohon/ %

SI SII SIII Rata-rata 1 Ra 23,404 16,981 17,021 19,135 2 Bg 17,021 16,037 15,957 16,338 3 Al 8,510 10,377 9,574 9,487 4 Bc 10,638 7,547 8,510 8,898 5 Sa 6,382 12,264 7,446 8,697 6 Lr 7,446 6,603 8,510 7.519 7 Be 8,510 6,603 6,382 7,165 8 Bs 11,702 16,037 18,085 15,274 9 Kc 6,382 7,547 8,510 7,479 JLH 100 100 100 100

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori pohon yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relatif tertinggi adalah jenis Rhizophora apicullata 19,135%. Kondisi ini di duga karena lokasi sampel memiliki tekstur tanah yang berlumpur dengan memiliki suhu perairan rata 29,9oC yang merupakan kondisi ideal untuk mangrove. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumatanto, et al. (2008) kawasan Rhizophora, sp memiliki areal yang luas dan mampu berkembang dengan pesat ke daerah pedalaman selama suplai air asin berlangsung.

b. Kategori Anakan

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori anakan yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relative tertinggi adalah Avecenia lannata

(5)

12,496%yang mana kondisidaerah perairan memiliki tekstur tanah berlumpur dengan suhu perairan 29 oC. Hal ini sesuai menurut Cahyo (2007) bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan mangrove tidak kurang dari 20 o

c dan perbedaan suhu musiman tidak melebih 50 oC, Avecenia sp, pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur.

No Jenis Kerapatan Relatif strata Anakan/ % Rata- rata S1 SII SIII 1 Ra 17,721 8,823 9,574 12,039 2 Bg 6,329 11,764 10,638 9,577 3 Al 8,860 7,352 21,276 12,496 4 Bc 7,594 8,823 3,191 6,536 5 Sa 7,594 16,176 8,510 10,76 6 Lr 15,189 7,352 15,957 12,832 7 Be 11,392 10,294 7,446 9,710 8 Bs 11,392 8,823 8,510 9,575 9 Kc 8,860 14,705 8,510 10,691 10 Nf 5,063 5,882 6,382 5,775 100 100 100 100 c. Kategori Semai

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori semai yang memiliki nilai rata-rata kerapatan relatif tertimggi adalah jenis Kandelia candel 16,93% yang mana kondisi daerah perairan memiliki tekstur tanah yang berlumpur dengan memiliki suhu 29,9oC. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bengen (2001)

Rhizophora, sppada umumnya dapat tumbuh baik pada tanah berlumpur. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pohon, pancang, dan semai umtuk tingkat kerapatan relative tertinggi adalah jenis Rhizophora apicullata, hal ini didukung oleh kondisi tekstur tanah dan

kondisi perairan yang masih tergolong

baik.

No Jenis Kerapatan Relatif strata semai/ %

S1 SII SIII Rata-rata 1 Ra 5,970 15,492 16 12,48 2 Bg 11,940 8,450 5,333 8,574 3 Al 5,970 4,225 8 6,065 4 Bc 8,955 8,450 9,333 8,912 5 Sa 8,955 9,859 4 7,604 6 Lr 11,940 8,450 10,666 10,35 7 Be 11,940 12,676 14,666 13,09 8 Bs 13,432 8,450 10,666 10,84 9 Kc 16,417 19,718 14,666 16,93 10 Nf 4,477 4,225 6,666 15,36 100 100 100 100 3. Frekuensi Relatif

Berdasarkan analisis vegetasi mangrove untuk Frekuansi Relatif ini

teridentifiasi 9 (sembilan) jenis mangrove dari Rhizophora apicullata, Avecenia lannata, Sonneratia alba, Lumnitzera Racemosa, Bruguiera gmnrhyza, Bruguiera cilindrica, Kandelia candel, Bruiguiera

exaristata, Bruguiera sexangula

yangmerupakan jenis yang ditemuidi kawasan PerairanSungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota.

Hasil perhitungan yang dilakukan dari masing-masing transek menghasilkan nilai rata-rata stasiun, dan nilai rata-rata stasiun menghasilkan nilai rata-rata satu daerah perairan pesisir PerairanSungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

a. Kategori Pohon

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori pohon yang memiliki nilai rata-rata Frekuensi Relatif tertinggi adalah jenis Bruguiera gmnrhyza 20,032% yang mana kondisi daerah perairan memiliki tekstur tanah yang berlumpur dan salinitas 27,3%0.

No Jenis Frekuensi Relatif strata pohon/ %

S1 SII SIII Rata-rata 1 Ra 21,428 21,428 17,241 20,032 2 Bg 17,857 14,285 10,344 14,162 3 Al 7,142 10,714 10,344 9,4 4 Bc 10,714 3,571 10,344 8,209 5 Sa 7,142 14,285 10,344 10,590 6 Lr 10,714 7,142 10,344 9,4 7 Be 10,714 7,142 6,896 8,250 8 Bs 10,714 14,285 17,241 14,08 9 Kc 3,571 7,142 6,896 5,869 J 100 100 100 100

Hal ini sesuai dengan pendapat Tjandra dan Ronaldo, (2011) bahwa hutan mangrove tumbuh di daerah dengan kadar garam payau hingga asin. Tumbuhan di hutan mangrove memiliki toleransi yang tinggi terhadap kadar garam salinitasnya sekitar 0-30%0

b. Kategori Anakan

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori anakan yang memiliki nilai rata-rata Frekuensi Relatif tertinggi adalah Bruguiera gmnrhyza 16,542% yang mana kondisi daerah perairan memiliki tekstur tanah yang berlumpur dengan memiliki pH perairan rata-rata 6,6.

(6)

No Jenis Frekuensi Relatif strata anakan/ %

S1 SII SIII Rata-rata 1 Ra 8 11.111 11.111 10,074 2 Bg 20 14.814 14.814 16,542 3 Al 8 7.407 7.407 7,604 4 Bc 12 11.111 11.111 11,407 5 Sa 8 14.814 14.814 12,542 6 Lr 12 11.111 11.111 11,407 7 Be 8 7.407 7.407 7,604 8 Bs 12 11.111 11.111 11,407 9 Kc 4 3.703 3.703 3,802 10 Nf 8 7.407 7.407 7,604 J 100 100 100 100

Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Ridlo (2009) dalam effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitife terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.

c. Kategori Semai

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori semai yang memiliki rata-rata Frekuensi Relatif tertinggi adalah jenis Kandelia candel 16,842%, yang mana kondisi daerah perairan memiliki tekstur tanah yang berlumpur dengan memiliki suhu perairan rata-rata 29,9 0C.

No Jenis Frekuensi Relatif strata semai/ %

SI SII SIII Rata-rata 1 Ra 7,407 14,285 17,857 13,183 2 Bg 14,814 7,142 3,571 8,509 3 Al 7,407 7,142 7,142 7,230 4 Bc 7,407 7,142 7,142 7,230 5 Sa 7,407 7,142 7,142 7,230 6 Lr 11,111 10,714 10,714 10.846 7 Be 11,111 10,714 14,285 12,036 8 Bs 11,111 10,714 10,714 10,846 9 Kc 14,814 17,857 17,857 16,842 10 Nf 7,407 7,142 3,571 6,04 J 100 100 100 100

4. Indeks Nilai Penting

Berdasarkan analisis vegetasi mangrove untuk Indeks Nilai Penting ini teridentifikasi 9 (sembilan) jenis mangrove dari jenis Rhizophora apicullata, Avecenia lannata, Sonneratia alba, Nypa Fruticans,

Lumnitzera Racemosa, Bruguiera

gmnrhyza, Bruguiera cilindrica, Kandelia candel, Briguiera exaristata, Bruguiera sexangula yang merupakan jenis yang ditemui di kawasan PerairanSungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota.

Hasil perhitungan yang dilakukan dari masing-masing transek menghasilkan nilai rata-rata stasiun, dan nilai rata-rata stasiun menghasilkan nilai rata-rata satu daerah perairan pesisir PerairanSungai Ladi

Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota dapat dilihat pada tabel 13, dan pada gambar 8.

a. Kategori Pohon

Berdasarkan data yang diperoleh pada lokasi penelitian untuk kategori pohon yang memiliki nilai rata-rata indeks nilai penting tertinggi adalah Rhizophora apicullata 47,543% yang mana kondisi daerah perairan memiliki tekstur tanah yang berlumpur dengan memiliki suhu perairan rata 29,90C. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyo (2007) bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan mangrove tidak kurang dari 200C dan perbedaan suhu musiman tidak melebih 500C. Menurut Muhamaze (2008) dalam Saru (2009) bahwa temperatur rata-rata untuk pertumbuhan mangrove maksimal 320C pada siang hari dan minimal 230C pada malam hari dan menurut Murdiyanto (2003) di Indonesia jenis bakau yang banyak ditemukan adalah jenis Avecenia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, dan Soneratia sp. Sedangkan menurut Bahri (2009) dalam Laruba (2011) menyatakan bahwa suhu yang terdapat di kawasan hutan mangrove berkisar antara 26-290C.

No Jenis Indeks Nilai Penting strata pohon/ % Rata-rata SI SII SIII 1 Ra 50,692 52,885 39,053 47,543 2 Bg 43,453 40,375 41,383 41,737 3 Al 21,141 28,642 28,713 26,165 4 Bc 31,108 23,728 31,950 28,928 5 Sa 20,995 41,025 31,533 31,184 6 Lr 40,112 22,503 31,319 31,311 7 Be 37,669 28,222 31,227 32,372 8 Bs 38,431 37,874 41,433 39,246 9 Kc 16,394 24,742 23,384 21,506 JLH 300 300 300 300

Parameter Kualitas Air

Kondisi lingkungan perairan merupakan faktor pendukung pada kondisi ekosistem mangrove. Adapun hasil pengamatan parameter lingkungan di Sungai Ladi dapat dilihat pada Tabel berikut:

No Parameter Perairan S STASIUN I II III Rata -rata 1 Suhu 0 c 29,6 30,3 30 29,9 2 Salinitas %0 28 27 27 27,3 3 DO Mg/l 8,8 8,6 8,7 8,7 4 pH perairan - 6,6 7 6,3 6,6

5 Substrat - Lumpur Lumpur Lumpur -

(7)

Berdasarkan tabel diatas suhu perairan Sungai Ladi berkisar antara 29-30oC. Hasil suhu yang didapatkan dari ketiga stasiun memberi gambara bahwa tidak berbedah jauh sehingga keberadaan jenis manggrove yang dijumpai mendekati sama. Secara umum suhu yang dijumpa pada perairan Sungai Ladi tergolong alami untuk pertumbuhan ekosistem mangrove di suatu kawasan pesisir. Hal ini dibenarkan oleh Kennish (1990), bahwa mangrove dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis dengan temperatur diatas 20oC. Perbedaan temperatur pada kawasan magrove antara pagi, siang maupun sore hari di pengaruhi oleh kerapatan magrove yang menyebabkan penetrasi cahaya matahari yang dipancarkan terhambat. Hasil pengukuran terhadap salinitas perairan sungai Ladi dari ketiga stasiun ditemukan hasil yang tidah jauh berbeda atau hampir sama yaitu berkisar 27-30 ‰ . hasil pengukuran salinitas pada ketiga stasiun tersebut memberi gambaran bahwa kawasan tersebut dikategorikan dalam keadaan baik sehingga dapat menunjang pertumbuhan mangrove pada kawasan tersebut. Hal ini dibenarka juga oleh pendapat llugo (1980), yang menyatakan bahwa tumbuhan magrove tumbuh subur diarea estuaria dengan salinitas 10-30 ‰ jika salinitas yang sangat tinggi melebihi salinitas pada umumnya yaitu di atas 35 ‰ maka dapat berpengaruh buruk terhadap vegetasi mnagrove tersebut. Data pasang surut di perairan Sungai Ladi di dapat dari tabel 1,8 - 2,0 meter, pola pasang surut di Sungai Ladi didominasi oleh pasang surut semidiurnal, di mana dalam waktu 24 jam terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Menurut (Nontji, 2002) pengaruh pasang surut terhadap mangrove menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove, durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada tanah mangrove, salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik, dan menurun selama pasang surut, perubahan salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi spesies mangrove

Adapun hasil yang di jumpai terhadap pengukuran pH tanah dari ketiga stasiun adalah 7.Hal ini memberi gambaran bahwa pH yang ada pada lokasi penelitian ini termasuk normal. Menurut (LLPM (1998)

ekosistem mangrove akan tumbuh dengan baik pada daerah kisaran nilai pH antara 5,0-9,0. Lebih lanjut dibenarkan Hilmi (2005), menyatakan mangrove dapat tumbuh pada kisaran pH normal. Apabila pH dalam kisaran terlalu tinggi maupun terlalu rendah dan tidak dapat toleril oleh manggrove maka akan mengakibatkan kematian pada mangrove tersebut. Kondisi pH tanah atau sedimen berpengaruh pada pertumbuhan akar.

Hasil Oksigen terlarut (DO) pada lokasi penelitian menunjukan ketiga stasiun dalam keadaan baik yaitu berkisar antara 8,7, dimana pada kondisi ini memberi gambaran bahwa tidak terjadi pencemaran

maupun pengapuran yang dapat

menyebabkan rendahnya DO di suatu perairan pesisir, sehingga memudahkan mangrove untuk dapat hidup pada lokasi tersebut.

Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran jumlah atau ion hidrogen dalam perairan. Berdasarkan hasil pengukuran pH perairan pada Sungai Ladi berkisar antara 6-7. Kisaran ini memberi gambaran bahwa kawasan magrove masih dalam keadaan baik. Menurut (LLPM (1998) ekosistem mangrove akan tumbuh dengan baik pada daerah kisaran nilai pH antara 5,0-9,0. Lebih

lanjut dibenarkan Hilmi (2005),

menyatakan mangrove dapat tumbuh pada kisaran pH normal. Apabila pH dalam kisaran terlalu tinggi maupun terlalu rendah dan tidak dapat toleransi oleh mangrove maka akan mengakibatkan kematian pada mangrove tersebut. Karakteristik substrat diketahui menentukan kehidupan mangrove. Substrat sedimen yang ada pada daerah mangrove mempunyai ciri-ciri selalu basah, mengandung garam, memiliki oksigen yang sedikit, berbutir-butir dan kaya akan bahan organik. Berdasarkan keterangan tersebut bahwa substrat yang ada pada lokasi penelitian sesuai terhadap pertumbuhan mangrove di suatu perairan serta menunjang tingginya tingkat kerapatan dalam jangka waktu sesuai pertumbuhan masing-masing jenis mangrove.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kondisi struktur vegetasi mangrove di Sungai Ladi cukup baik terdiri dari 10

(8)

spesies, yaitu Avecennia lanata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gmnorhyza, Bruguiera cilindrica, Bruguiera exaristata, Bruguiera sexangula, Lumnitzera littorea, sonneratia alba, Nypa fruticans, Kandelia candel pada strata pohon rata-rata di setiap stasiun 1030 (ind/ha), hal ini menunjukkan bahwa kondisi mangrove di Perairan Sungai Ladi masih tergolong Baik dengan kriteria Sedang, ini dilihat berdasarkan rujukan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 201 Tahun 2004.

DAFTAR PUSTAKA

Arief,A. 2003. Hutan mangrove fungsi dan manfaatnya. Kanisius: Yogyakarta Bengen,D.G.2002.PedomanTeknisPengenal

andanPengelolaanEkosistem Cet. I,,JAKARTA, 2008.

Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K

Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta

Kepmen Lingkungan hidup No. 201 Tahun

2004 Tentang Baku Mutu

Kerusakan Mangrove

Khazali, dkk 2006 Panduan Pengenalan mangrove Di Indonesia, Bogor

Kusmana, C. 2007 Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Makalah Pelatihan Pengelolaan Hutan mangrove. Lestari Angkatan I PKSPL. IPB Bogor.

Mangrove. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Bapak T. Said Raza’I S.Pi, MP 2. Ibu Winny Retna Melani SP, M.Sc

3. Ayah Ibunda dengan penuh kasih sayang yang telah membesarkan dan mendidik hingga dapat menempuh pendidikan yang layak dan suami tercinta dengan penuh kesabaran telah memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kandungan karbohidrat yang tinggi akan diolah oleh hati menjadi asam lemak yang akhirnya akan terbentuk

Penerapan nilai-nilai karakter ke dalam bahan ajar dengan model pembelajaran advance organizer , siswa dapat lebih mudah memahami keterkaitan antar konsep dalam

Jika dalam pembentukan kompos itu terdapat jumlah mikrobanya banyak yang membantu dalam pembentukan kompos maka penurunan berat kompos tersebut akan lebih besar

Pompa hidram adalah pompa air tanpa menggunakan tenaga BBM dan Listrik, untuk menggerakan pompa hidram menggunakan tenaga tekanan air dari sumber air,yang meluncur

Penulis menyimpulkan bahwa kegiatan public relations dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan internal dan kegiatan eksternal.Kegiatan internal yaitu kegiatan public relations

Sejalan dengan perkembangan transmisi COVID-19, fasyankes harus melakukan identifikasi terhadap pelayanan yang dapat diberikan dan prioritas pelayanan dengan

Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan semotika, konsep simbol dan konsep Religi untuk meneliti perayaan hari anak laki-laki (koinobori) yang

Dalam 96 pasal hukum adat Tumbang Anoi, pada pasal 16 Singer Sahiring (Denda Pembunuhan) yang mengatur tentang orang yang terbukti menggunakan ilmu hitam untuk mencelakai