BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanah sangat subur. Selain itu, daratan Indonesia juga luas dan iklimnya sangat bagus. Hal ini sangatlah mendukung untuk dikembangkannya usaha pertanian sehingga tidak jarang penduduk Indonesia memilih sektor pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Tanah yang subur, dan daratan yang luas serta iklim yang sangat bagus, jika dikelola dengan baik bisa menjadi keunggulan kompetitif bagi Indonesia.
Status pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia di kelompok petani menjadi tiga, yaitu Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). Tiga kelompok tersebut sangat berperan dalam menentukan berjalannya roda industri kelapa sawit nasional melalui penyediaan bahan pokok industri. Keberlanjutan industri kelapa sawit dalam negeri tersebut dapat dicapai apabila pasokan bahan baku tetap tersedia sesuai dengan kebutuhan. Tentu saja hal ini tergantung pada produksi dan produktivitas kelapa sawit itu sendiri. Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko.
Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidaklah sama, tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi pun turut sebagai penentu pencapaian produksi (Alfayanti dan Efendi, 2013).
Kelapa sawit adalah komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditi kelapa sawit memiliki peran strategis di bidang ekonomi di Indonesia. Pertama, minyak sawit adalah bahan baku minyak goreng, sehingga ketersediaan minyak yang berlanjut ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Ini penting, karena minyak goreng adalah salah satu dari sembilan bahan pokok keperluan orang-orang. Kedua, sebagai komoditas pertanian dalam ekspor non migas, komoditas kelapa sawit memiliki masa depan yang baik untuk menjadi penghasil devisa serta pajak. Ketiga, di dalam proses produksi
ataupun pengolahan dapat menciptakan kesempatan kerja, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mukhtar, 2014).
Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit di Indonesia.
Kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan di Provinsi Jambi.
Pengembangan kelapa sawit di Jambi berdampak positif dalam perekonomian dan berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini mendorong pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan pembangunan untuk mendorong pengembangan kelapa sawit secara baik agar dapat membantu dalam peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit di Provinsi Jambi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas lahan dan produksi kelapa sawit 5 tahun terakhir di Provinsi Jambi pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Jambi Tahun 2016-2020
Tahun Luas Lahan (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
2016 791.025 1.552.543 1,96
2017 1.039.920 1.123.329 1,08
2018 1.079.334 1.813.870 1,68
2019 1.041.434 1.830.035 1,75
2020 1.027.476 1.940.151 1.88
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (diolah)
Berdasakan Tabel 1 menunjukan bahwa luas lahan dan produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2016-2019.
Namun, pada tahun 2020 terjadi penurunan luas lahan kelapa sawit sebesar 1% di Provinsi Jambi, tetapi tidak mempengaruhi produksinya malah terjadi peningkatan sebesar 0,94% dan produktivitas juga meningkat sebesar 0,93% pada tahun 2020.
Dengan meningkatnya produksi tanaman kelapa sawit di Provinsi Jambi menunjukkan petani bahwa betapa pentingnya perkebunan kelapa sawit untuk menopang perekonomian masyarakat. Kenaikan jumlah produksi merupakan keberhasilan dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi tentu diiringi dengan kenaikan jumlah produksi di setiap Kabupaten yang mengusahakan tanaman perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Pentingnya peran tanaman kelapa sawit di Provinsi Jambi juga dapat dilihat dari sebaran perkebunan kelapa sawit yang ada pada 9 Kabupaten yang ada di
Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Muaro Bungo, Tebo, Merangin, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kerinci. Tabel luas lahan, produksi dan produktivitas kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit Rakyat Kabupaten Tanjung Jabung TimurTahun 2020
Kabupaten Luas Lahan (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Jumlah Petani
Batanghari 148.262 346.882 2.33 25.864
Muaro Jambi 231.487 375.553 1.62 66.171
Bungo 127.809 279.398 2.18 26.079
Tebo 94.228 204.187 2.16 18.926
Merangin 130.712 191.055 1.46 42.373
Sarolangun 87.744 168.879 1.92 21.296
Tanjab Barat 135.099 257.680 1.90 31.322
Tanjab Timur 72.050 116.503 1.61 11.715
Kerinci 84 14 0.16 40
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2021
Dilihat dari Tabel 2 bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan kabupaten yang mengusahakan kelapa sawit di Provinsi Jambi dengan luas 72.050 ha dan untuk produksi sebesar 116.503 ton. Luas lahan dan produksi kelapa sawit di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih cukup rendah dibandingkan dengan luas lahan produksi kelapa sawit di Kabupaten lain yang ada di Provinsi Jambi. Hal ini dikarenakan luas area Tanaman Tidak Menghasilkan (TTM) atau Tanaman Rusak (TR) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu sebesar 6.641 ha total keseluruhan Tanaman Tidak Menghasilkan (TTM) atau Tanaman Rusak (TR) yang ada di Provinsi Jambi seluas 153.478 ha (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2020). Hal ini menyebabkan produktivitas kelapa sawit tidak sesuai dengan jumlah produksi yang diperoleh dari lahan yang diusahakan oleh petani. Luas lahan, produksi dan produktivitas dengan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur menurut Kecamatan tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2020
Kecamatan Luas lahan (ha) Produksi
(ton)
Produktivitas (ton/ha)
Jumlah Petani
TBM TM TTM Jumlah
Muara Sabak Barat - 1.159 130 1.289 2.115 1,64 852
Nipah Panjang - 1.249 56 1.305 2.445 1,87 698
Mendahara - 2.073 2 2.075 4.450 2,14 1.215
Rantau Rasau - 3.064 19 3.083 7.492 2,41 1.911
Sadu - 1.267 5 1.272 2.390 1,88 562
Dendang - 5.281 316 5.597 15.177 2,71 1.356
Mendahara Ulu - 7.949 4.451 12.400 28.341 2,29 2.380
Geragai - 4.159 246 4.405 9.097 2,06 1.504
Berbak - 727 102 829 1.468 1,77 397
Muara Sabak Timur - 2.571 4 2.575 4.290 1,66 716
Kuala Jambi - 42 - 42 113 3,16 18
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2021 Keterangan:
-TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) -TM (Tanaman Menghasilkan)
-TTM (Tanaman Tidak Menghasilkan)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki 11 Kecamatan yang semuanya mengusahakan tanaman perkebunan kelapa sawit dengan jumlah luas lahan dan jumlah produksi yang berbeda-beda di setiap Kecamatannya.
Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan Kecamatan yang memiliki jumlah luas lahan yang cukup tinggi yaitu sebesar 2.575 ha dan jumlah produksi yaitu sebesar 4.290 ton di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan merupakan produksi tertinggi kelima di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kecamatan Muara Sabak Timur terdiri dari 10 Desa dan 2 Kelurahan yang memiliki perkebunan kelapa sawit. Luas lahan, produksi dan produktivitas kelapa sawit rakyat berdasarkan Desa di Kecamatan Muara Sabak Timur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Lahan, Produksi Dan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat Berdasarkan Desa Di Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2020
Desa / Kelurahan
Luas (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
Ma. Sabak Ilir 276 414 1,53
Ma. Sabak Ulu 145 217 1,46
Kota Raja 605 907 1,42
Siau Dalam 1.405 2.107 1,55
Lambur I 1.325 1.987 1,49
Lambur II 923 1.384 1,36
Simbur Naik 1.596 2.394 1,59
Kuala Simbur 15 22 1,26
Lambur 458 687 1,51
Kota Harapan 54 81 1,67
Alang-alang 10 15 1,51
Sungai Ular 5 8 1,63
Sumber: Penyuluhan Pertanian UPTD-BPTPH Kecamatan Muara Sabak Timur, 2021
Dilihat pada Tabel 4 diketahui bahwa Kecamatan Muara Sabak Timur memiliki 12 Desa yang semuanya mengusahakan tanaman perkebunan kelapa sawit dengan jumlah luas lahan dan jumlah produksi yang berbeda-beda di setiap Desanya. Desa Lambur I merupakan Desa yang memiliki jumlah luas lahan yang cukup tinggi dengan urutan ke tiga yaitu sebesar 1.325 ha di Kecamatan Muara Sabak Timur dengan produksi sebesar 1.987 ton dan produktivitas sebesar 1,49%.
Dari penerimaan yang diperoleh petani di Desa Lambur I dari kegiatan usahatani kelapa sawitnya berasal dari banyak TBS yang dihasilkan setiap harinya. Pada survei awal di lokasi penelitian bahwa rata-rata harga jual sekitar Rp. 1.000 sampai Rp.1.400 per kg harga yang diterima petani kelapa sawit. Selain itu, harga TBS selalu berubah setiap harinya tergantung harga yang ditentukan oleh perusahaan, sehingga para petani harus selalu mencari informasi mengenai perkembangan harga terbaru setiap harinya.
Harga tersebut yang akan menentukan jumlah penerimaan yang akan diterima oleh petani dan akan mempengaruhi pula jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari kegiatan usahatani kelapa sawit. Jumlah pendapatan yang diterima petani juga dipengaruhi oleh biaya usahatani. Biaya usahatani kelapa sawit yang sering digunakan oleh petani di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah biaya pupuk, obat-obatan, dan alat-alat pertanian. Namun terdapat faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usahatani kelapa sawit selain harga, jumlah produksi dan
biaya usahatani, yaitu faktor sosial dan ekonomi seperti jumlah tanggungan keluarga, luas lahan perkebunan kelapa sawit, umur petani, lama pendidikan petani, pengalaman bertani serta status kepemilikan lahan dalam kegiatan usahataninya.
Ironisnya sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja terbesar dan tempat menggantungkan harapan hidup sebagian besar masyarakat khususnya di pedesaan itu justru menghadapi masalah yang cukup kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain mencakup rendahnya tingkat pendapatan petani. Sektor yang identik dengan daerah pedesaan ini menghadapi masalah kemiskinan. Kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian sebagian besar masih di bawah rata-rata nasional. Hal ini bila dibiarkan secara terus menerus akan menjadi sebab semakin melebarnya kesenjangan pendapatan antara masyarakat yang berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang pada akhirnya akan menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan menjadi semakin miskin (Mubyarto, 1995).
Perkebunan kelapa sawit rakyat yang ada di Desa Lambur I merupakan sumber penghasil terbesar, penduduk setempat dengan luas lahan yang dapat dikatakan cukup luas dapat dilihat pada Tabel 4. Dimana penduduk mengharapkan hasil perkebunan kelapa sawitnya dapat menopang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan waktu, luas lahan perkebunan kelapa sawit akan semakin bertambah.
Tentunya, dengan adanya perubahan ini mampu membawa peningkatan kesejahteraan bagi para petani kelapa sawit rakyat. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usaha taninya. Dalam analisis usaha tani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan petani, di mana pendapatan merupakan ukuran penghasilan yang diterima petani dari usaha taninya.
Tingkat kesejahteraan keluarga petani itu sendiri pun dilihat dari seberapa besar pendapatan dan pengeluaran yang didapat serta dikelola agar dapat terjamin
kesejahteraan keluarganya, mengingat pendapatan yang diterima sebagai petani sawit tidak selalu tetap dikarenakan harga kelapa sawit yang juga turun naik. Kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari proses pembangunan suatu daerah. Pendapatan menjadi salah satu indikator tercapainya kesejahteraan di suatu rumah tangga, tak terkecuali rumah tangga petani kelapa sawit. Menurut Suharto (2004), kesejahteraan adalah kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Dengan demikian, istilah kesejahteraan sering diartikan kondisi sejahtera yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan-kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
Kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari proses pembangunan suatu daerah.
Pendapatan menjadi salah satu indikator tercapainya kesejahteraan di rumah tangga. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis Pendapatan Dan Kesejahteraan Petani Kelapa Sawit Rakyat Di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.
1.2 Perumusan Masalah
Kesejahteraan merupakan suatu kondisi kehidupan serba cukup yang dialami seseorang sehingga mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kesejahteraan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografi dan lainnya (Suryadi, 2009).
Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Karena dengan pendapatan tersebut petani dapat memenuhi segala kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, petani harus dapat memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang dimiliki baik itu sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber
daya modal dalam melakukan kegiatan usahatani untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi.
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki prospek yang baik karena memiliki pasar yang sangat besar. Selain itu, tanaman kelapa sawit juga dapat berproduksi dalam jangka waktu yang panjang, sehingga tanaman kelapa sawit dapat memberikan keuntungan bagi yang mengusahakannya. Akan tetapi, ada perlu diperhatikan dalam mengusahakan kelapa sawit, yaitu usia tanamanya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tanaman kelapa sawit yaitu, Tanaman Menghasilkan (TM) dengan jumlah luas lahan yang cukup tinggi yaitu sebesar 72.050 ha (Tabel 2), dan Kecamatan Muara Sabak Timur merupakan salah satu kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan luas 2.575 ha dan jumlah produksi yaitu sebesar 4.290 ton (Tabel 3). Dan di Kecamatan Muara Sabak Timur memiliki 10 Desa dan 2 Kelurahan, diantara beberapa Desa yang ada yang diambil yaitu Desa Lambur I. Dimana penduduk mengharapkan hasil perkebunan kelapa sawit nya dapat menopang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan waktu, luas lahan perkebunan kelapa sawit akan semakin bertambah. Tentunya, dengan adanya perubahan ini mampu membawa peningkatan kesejahteraan bagi para petani kelapa sawit rakyat. Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usaha taninya.
Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan petani, di mana pendapatan merupakan ukuran penghasilan yang diterima petani dari usaha taninya.
Namun kenyataan menunjukkan tidak semua petani kelapa sawit hidup dalam kondisi yang lebih baik, banyak di antara mereka tergolong cukup miskin. Terdapat permasalahan yang dihadapi oleh petani kelapa sawit, yaitu terjadinya diskriminasi harga tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan petani. Terdapat perbedaan harga sekitar Rp.
1.000 sampai Rp. 1.400 per Kg harga yang diterima petani . Selain itu, harga TBS selalu
berubah setiap harinya tergantung harga yang ditentukan oleh perusahaan, sehingga para petani harus selalu mencari informasi mengenai perkembangan harga terbaru setiap harinya. Harga tersebut yang akan menentukan jumlah penerimaan yang akan diterima oleh petani dan akan mempengaruhi pula jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari kegiatan usahatani kelapa sawit. Jumlah pendapatan yang diterima petani juga dipengaruhi oleh biaya usahatani. Biaya usahatani kelapa sawit yang sering digunakan oleh petani adalah biaya pupuk, obat-obatan, dan alat-alat pertanian. Namun terdapat faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usahatani kelapa sawit selain harga, jumlah produksi dan biaya usahatani, yaitu faktor sosial dan ekonomi seperti jumlah tanggungan keluarga, luas lahan perkebunan kelapa sawit, umur petani, lama pendidikan petani, pengalaman bertani serta status kepemilikan lahan dalam kegiatan usahataninya.
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahan penelitian ini adalah:
1. Berapakah pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
3. Bagaimana hubungan pendapatan usahatani terhadap tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Untuk menganalisis tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3. Untuk menganalisis hubungan pendapatan usahatani terhadap tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat di Desa Lambur I Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
3. Sebagai sarana pembelajaran dalam menganalisis pendapatan dan kesejahteraan petani kelapa sawit rakyat. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan literatur dalam penelitian – penelitian selanjutnya.