• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh karakteristik anggota KWT terhadap minat menjual sayuran pekarangan P2L di kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh karakteristik anggota KWT terhadap minat menjual sayuran pekarangan P2L di kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL USAHA BISNIS SAYUR PEKARANGAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KWT PUTRI MAKMUR DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN

KABUPATEN TRENGGALEK

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

FELIYA PUTRI AYU PUSPITASARI 04.01.18.054

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

TUGAS AKHIR

MODEL USAHA BISNIS SAYUR PEKARANGAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KWT PUTRI MAKMUR DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN

KABUPATEN TRENGGALEK

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P.)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

FELIYA PUTRI AYU PUSPITASARI 04.01.18.054

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

i

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarbenarnya bahwasanya sepanjang pengetahuan saya, dalam penulisan naskah laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebaga Tugas Akhir atau memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi atau kepentingan lainnya, serta tidak terdapat karya maupun pendapat yang pernah dituliskan maupun diterbitkan serta dikeluarkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskahh ini dan disebutkan pada sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah laporan Tugas Akhir ini dapat terbukti terdapat unsurunsur plagiasi, saya bersedia laporan Tugas Akhir ini digugurkan, dan gelar vokasi yang saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, serta diproses sesuai dengn peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 14 Juli 2022

(4)

ii

RINGKASAN

Feliya Putri Ayu Puspitasari, NIRM 04.01.18.054. Model Usaha Bisnis dengan Strategi Pemsaran Marketting Mix, ditinjau dari pengaruh karakteristik petani terhadap minat dalam menjual sayur pekarangan di Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggale. Dosen Pembimbing Dr. Acep Hariri, SST., M.Si dan Yastutik SST., M.Si.

Adanya program P2L yang telah dilaksanakan oleh anggota KWT sejak tahun 2020 menjadikan anggota KWT semakin aktif untuk menjalankan kegiatan pertanian berbasis pekarangan. Hal tersebut sebagai bentuk pengoptimalan fungsi lahan sehingga dapat menjadi sarana pemenuhan gizi serta pendapatan keluarga. Namun, adanya kendala di lapangan yaitu masih kurangnya anggota KWT yang menjual sayur pekarangan dan hanya menilai kegiatan budidaya di pekarangan sebagai hobi semata. Sehingga diperlukan penumbuhan minat untuk memberikan motivasi anggota KWT menjual sayur pekarangan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengukur pengaruh karakteristik anggota KWT terhadap minat dalam menjual sayur pekarangan. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, luas lahan pekarangan, lama bertanni, serta tingkat pendapatan. Sedangkan variabel dependen adalah minat yang meliputi perhatian, kesenangan, dan kemauan.

Metode kajian yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunaka analisia data uji regresi linier berganda secara parsial. Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi dengan menggunakan pendekatan kelompok. Media penyuluhan yang mendukung kegiatan menggunakan folder dan PPT untuk membantu pengoptimalan penyerapan materi. Metode penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.

Hasil kajian menunjukkan bahwa luas pekarangan dan tingkat pendapatan berpengaruh terhadap minat angota KWT dalam menjual sayur pekarangan. Luas pekarangan memiliki nilai signifikansi 0.039 sedangkan tingkat pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000.

Evaluasi penyuluhan menggunakan taksonomi bloom dengan tujuan

mengetahui tingkat pengetahuan anggota KWT. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anggota KWT berkategori tinggi

pada tahap menciptakan.

(5)

iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

MODEL USAHA BISNIS SAYUR PEKARANGAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KWT PUTRI MAKMUR DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN

KABUPATEN TRENGGALEK

FELIYA PUTRI AYU PUSPITASARI 04.01.18.054

Mengetahui

Pembimbing I

Dr. Acep Hariri, SST., M.Si NIP. 19841007 200604 1 002

Pembimbing II

Yastutik, SST., M.Si

NIP. 19820127 200604 2 001

(6)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

MODEL USAHA BISNIS SAYUR PEKARANGAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KWT PUTRI MAKMUR DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN

KABUPATEN TRENGGALEK

FELIYA PUTRI AYU PUSPITASARI 04.01.18.054

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 14 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I

Dr. Acep Hariri, SST., M.Si NIP. 19841007 200604 1 002

Penguji II

Yastutik, SST., M.Si

NIP. 19820127 200604 2 001

Menyetujui,

Penguji III

Muhammad Saikhu, SP., M.Agr NIP. 19720731 200604 1 008

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Rahmat dan Berkah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan Judul “Model Usaha Bisnis Sayur Pekarangan pada Masa Pandemi Covid-19 di KWT Putri Makmur Desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek”.

Penyusunan laporan ini ditulis sebagai syarat untuk memenuhi kelengkapan dari tugas akhir dalam menempuh pendidikan D-IV di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang. Penulisan laporan ini tak lepas dari bimbingan berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Acep Hariri, SST., M.Si selaku Dosen Pembimbing 1, 2. Yastutik, SST., M.Si selaku Dosen Pembimbing II,

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan,

4. Muhammad Saikhu, SP., M.Agr selaku Dosen Penguji

5. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang,

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Demikian laporan ini disusun, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak serta dapat memperbaiki penulisan laporan kedepannya.

Trenggalek, Juli 2022

Penulis

(8)

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

RINGKASAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Karakteristik Petani ... 8

2.2.2 Minat Petani ... 10

2.2.3 Bisnis ... 14

2.2.4 Model Bisnis ... 17

2.2.5 Strategi Pemasaran ... 21

2.2.6 Aspek Penyuluhan ... 23

2.3 Kerangka Pikir ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Lokasi dan Waktu ... 32

3.2 Metode Kajian ... 33

3.2.1 Populasi dan Sampel ... 33

3.2.2 Variabel Penelitian ... 34

3.2.3 Hipotesis Penelitian ... 34

3.2.4 Jenis Sumber Data ... 35

3.2.5 Definisi Operasional ... 36

3.2.6 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.2.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 37

3.2.8 Analisis Data ... 39

3.3 Metode Perancangan... 42

3.3.1 Penetapan Tujuan ... 42

3.3.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 43

3.3.3 Penetapan Materi ... 43

3.3.4 Penetapan Metode ... 44

3.3.5 Penetapan Media ... 44

3.3.5 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 45

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 46

3.4.1 Persiapan Panyuluhan ... 46

3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 46

3.4.3 Evaluasi Penyuluhan ... 46

(9)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 47

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 47

4.1.2 Topografi ... 47

4.2 Karakteristik Responden ... 47

4.2.1 Usia Anggota KWT ... 48

4.2.2 Pendidikan Anggota KWT ... 50

4.2.3 Luas Pekarangan ... 52

4.2.4 Pengalaman Bertani ... 54

4.2.5 Pendapatan ... 56

4.3 Minat Responden ... 59

4.3.1 Perhatian ... 60

4.3.2 Kesenangan ... 62

4.3.3 Kemauan ... 65

4.4 Pengaruh Karakteristik terhadap Minat ... 67

4.5 Relevansi Hasil Kajian dengan Rencana Penyuluhan ... 76

4.5.1 Susunan BMC (Business Model Canvas) ... 76

V. PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 81

5.1 Perancangan Penyuluhan ... 81

5.1.1 Tujuan Penyuluhan ... 81

5.1.2 Sasaran Penyuluhan ... 83

5.1.3 Materi Penyuluhan ... 84

5.1.4 Metode Penyuluhan ... 86

5.1.5 Media Penyuluhan ... 87

5.2 Implementasi/ Uji Coba Racangan Penyuluhan ... 89

5.2.1 Persiapan Peyuluhan ... 89

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 90

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 92

5.3.1 Tujuan Evaluasi ... 92

5.3.2 Manfaat Evaluasi ... 93

5.3.3 Jenis Evaluasi ... 93

5.3.4 Sasaran Evaluasi ... 94

5.3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 94

5.3.6 Hasil Evaluasi ... 96

VI. PEMBAHASAN ... 103

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 103

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 105

VII. PENUTUP ... 106

6.1 Kesimpulan ... 106

6.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

Lampiran ... 113

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 35

4.1 Data Penduduk Berdasarkan Usia Desa Kedungsigit ... 48

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50

4.3 Data Karakteristik Pekerjaan Responden ... 56

4.4 Sebaran Minat anggota KWT Putri Makmur tahun 2022 ... 59

4.5 Hasil Analisa Uji T Parsial Terhadap Total Minat ... 68

5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penyuluhan ... 95

5.2 Sebaran Usia Responden Penyuluhan ... 97

5.3 Tingkat Pendidikan Responden Penyuluhan ... 98

5.4 Distribusi Hasil Evaluasi Tingkat Pengetahuan Responden ... 99

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.2 Kerangka Pikir ... 31

3.1 Pengaruh Antar Variabel ... 34

4.1 Tingkat Pendidikan ... 51

4.2 Luas Pekarangan ... 53

4.3 Pengalaman Bertani ... 54

4.4 Tingkat Pendapatan ... 57

4.5 Perhatian ... 61

4.6 Kesenangan... 63

4.7 Kemauan ... 65

4.8 Model Bisnis Kanvas ... 83

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Matriks Kegiatan Kajian ... 113

2. Kuesioner Kajian ... 114

3. Hasil Uji Validitas Kajian ... 119

4. Rekap Data Responden Kajian ... 121

5. Uji Asumsi Klasik ... 123

6. Uji Kelayakan Model Regresi ... 125

7. Matriks Pengambilan Keputusan Materi Penyuluhan ... 127

8. Matriks Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan ... 128

9. Matriks pertimbangan pemilihan media penyuluhan ... 129

10. Sinopsis ... 130

11. Lembar Persiapan Penyuluh ... 135

12. Media Penyuluhan Folder ... 136

13. Kuesioner Evaluasi ... 138

14. Hasil Uji Validitas Evaluasi ... 144

15. Dokumentasi ... 146

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan pertanian tak hanya cukup dari lingkungan petani yang memiliki lahan pertanian, namun cakupan pengembangan pertanian dapat diterapkan pada keluarga dengan memanfaatkan pekarangan sebagai lahan pertanian. Ekawati, dkk (2020:454) menjelaskan bahwa pekarangan merupakan areal terbuka yang terletak pada sekitar rumah dan mudah diusahakan.

Pekarangan merupakan sebidang lahan yang dapat terletak pada bagian depan, samping, maupun belakang rumah. Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian telah mengupayakan pertanian pekarangan dengan program P2L (Pekarangan Pangan Lestari) yang fungsinya untuk memperluas pemanfaatan lahan pekarangan, melalui penyediaan pangan keluarga beragam dengan gizi seimbang, dan aman. (Juknis P2L, 2020:1).

Disamping sebagai penyedia pangan keluarga, budidaya sayuran pekarangan juga dapat berperan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga yang dapat dilakukan dengan penjualan sayur pekarangan. Penjualan tersebut juga merupakan salah satu upaya dalam peningkatan pendapatan rumah tangga dan peluang usaha keluarga. Ashari, dkk (2012:16) menyatakan bahwa pekarangan dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga dengan penanaman aneka ragam sayuran. Lahan pekarangan tersebut berpotensi besar apabila dikelola dan dimanfaatkan dengan cara yang tepat dan benar. Selain sebagai penyedia kebutuhan pangan keluarga, pertanian berbasis pekarangan juga dapat mengurangi pengeluaran namun justru akan meningkatkan pendapatan keluarga.

(14)

2

Berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah di Desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek, desa tersebut memiliki Kelompok Wanita Tani (KWT) aktif bernama Putri Makmur dengan anggota 30 orang. KWT Putri Makmur telah mencanangkan program P2L sejak bulan September 2020.

Kegiatan yang dilaksanakan tersebut berjalan dengan baik dan terkoordinir oleh PPL maupun pendamping dari BPP setempat. Kegiatan P2L pada KWT Putri Makmur ini menghasilkan sebuah demplot dan peningkatan fungsi lahan pekarangan anggota sebagai lahan pertanian keluarga untuk memperindah pekarangan rumah, sekaligus dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Berdasarkan data di atas, penulis melakukan wawancara kepada anggota KWT Putri Makmur namun fakta di lapangan menunjukkan hanya terdapat 10%

anggota KWT yang menjual hasil panen sayuran pekarangan. Sedangkan sisanya hanya melakukan barter kepada pedagang sayur keliling yaitu dengan cara menukar hasil panen sayur pekarangan dengan kebutuhan lainnya.

Seharusnya, selain untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga, hasil budidaya sayuran pekarangan tersebut juga dapat meningkatkan penghasilan anggota KWT pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Pekarangan sebagai peningkat pendapatan keluarga juga dikemukakan oleh Rangga, dkk (2021:7) yaitu kegiatan pemanfaatan pekarangan yang dilaksanakan oleh KWT dapat mendorong pendapatan keluarga dari sektor on farm yang diperoleh dengan kegiatan pertanian dari penjualan hasil usahatani pekarangan. Anggota KWT dapat berperan sebagai pelaku usaha dalam bidang bisnis sayur pekarangan dengan penjualan hasil usahatani pekarangannya.

Namun, anggota KWT Putri Makmur dalam pemanfaatan lahan pekarangan hanya melaksanakan budidaya sayuran yang difungsikan untuk memperindah tampilan pekarangan serta untuk konsumsi pribadi saja.

(15)

Sebanyak 30% dari hasil budidaya sayuran pekarangan program P2L tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Padahal, dengan berbagai metode pertanian pekarangan yang digunakan seperti penanaman berbagai jenis sayuran, teknik penanaman tumpangsari, vertikultur, tabulampot, dan lain sebagainya akan sangat berpotensi kepada para anggota untuk dapat menjual hasil sayur pekarangannya. Rendahnya pengetahuan anggota KWT tentang model usaha bisnis sayur pekarangan mengakibatkan kurangnya minat anggota untuk menjual hasil panen sayurnya.

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk melihat apakah karakteristik anggota KWT dapat mempengaruhi tingkat minat petani dalam menjual sayur pekarangan di Desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Hasil dari kajian tersebut sebagai acuan dalam dasar penyusunan rancangan penyuluhan sebagai tindak lanjut dan harapannya dengan kajian yang dilaksanakan dapat menciptakan model usaha bisnis penjualan sayur yang sesuai dengan karakteristik anggota KWT Putri Makmur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik anggota KWT Putri Makmur Desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek?

2. Bagaimana minat anggota KWT Putri Makmur dalam menjual hasil produk sayur pekarangan P2L?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik anggota KWT Putri Makmur terhadap minat dalam menjual sayur sehingga dapat menciptakan model usaha sayur pekarangan?

4. Bagaimana tingkat pengetahuan anggota KWT mengenai model bisnis sayur pekarangan

(16)

4

1.3 Tujuan

1 Mendeskripsikan karakteristik anggota KWT Putri Makmur.

2 Mendeskripsikan minat anggota KWT Putri Makmur dalam menjual sayur pekarangan P2L.

3 Mengetahui pengaruh karakteristik anggota KWT Putri Makmur terhadap minat menjual sayur sehingga dapat menciptakan model usaha sayur pekarangan.

4 Mengetahui tingkat pengetahuan anggota KWT mengenai model bisnis sayur pekarangan.

1.4 Manfaat 1. Bagi Petani

Guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan pekarangannya secara efektif untuk mengembangkan kegiatan P2L agar dapat lebih menguntungkan baik dari sisi pemenuhan gizi dan pendapatan keluarga melalui strategi pemasaran yang tepat

2. Bagi Pemegang Kebijakan dan Pemerintahan Desa

Kajian diharapkan dapat menjadi pandangan dalam pengembangan inovasi baru pelaksanaan pembangunan terutama dalam mengembangkan kegiatan P2L untuk mendukung gerakan diversifikasi pangan serta pertimbangan dan masukan kepada instansi dalam menyusun perencanaan penyuluhan pertanian di wilayah binaannya.

(17)

3. Bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Hasil kajian diharapkan menjadi referensi penulis yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran maupun pengkajian pada bidang yang sama. Hasil dari kajian merupakan suatu bentuk implementasi dari proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan laporan ini merupakan wadah penyampaian dan perolehan pengetahuan, pengalaman, serta pemecahan suatu permasalahan dalam mengetahui minat anggota Kelompok Wanita Tani Putri Makmur dalam menjual hasil sayur pekarangan P2L.

(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain sebagai sebagai referensi pengkaji maupun pembanding dalam penulisan dan penelitian. Pada penelitian terdahulu ini memuat nama penulis beserta tahun terbit, judul, serta hasil penelitian para peneliti sebelumnya. Adapun hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No.

Penulis dan Tahun

Penulisan

Judul Hasil

1. Ida Mariana dan Kuswarini, 2013

Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Sistem

Penjualan Sayuran Wortel (Suatu Kasus Petani Sayuran Desa

Nyalindung di Kecamatan Cugenang Kab.

Cianjur)

Pendapatan usahatani pada petani wortel dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi; luas lahan, usia, pengalaman melaksanakan usahatani, pendidikan, tanggungan keluarga, aspek harga serta biaya. Keputusan petani wortel dalam menjual tanamannya dengan sistem tebasan dan penjualan langsung berpengaruh pada biaya produksi. Keputusan petani wortel dalam menjual wortel hasil budidayanya berpengaruh terhadap pendapatan

2. I Gusti Ayu Dewi Sugitarina Oka, dkk, 2016

Keberhasilan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Gianyar

Menggunakan metode SEM (Structural Equation Modelling-SEM) berbasis varience atau component based SEM menghasilkan tingkat persepsi anggota KWT terhadap program KRPL di kabupaten Gianyar tergolong sangat baik dengan skor mencapai 4,55. Anggota Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Gianyar memberikan presepsi yang sangat baik pada program ini yang dapat dilihat dari pernyataannya mengenai keberadaan program KRPL sangat membantu perkembangan usaha dan meningatkan gizi keluarga dari Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Gianyar.

Berlanjut

(19)

Lanjutan Tabel 2.1

No.

Penulis dan Tahun

Penulisan

Judul Hasil

3. Hermanto Hutabarat, 2020

Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Petani dalam Penjualan Padi ke Tengkulak di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas

Harga padi, produksi padi, konsumsi keluarga, dan biaya uang tunai secara bersama-sama dapat mempengaruhi penjualan padi petani kepada tengkulak.

Indikator luas lahan juga sangat berpengaruh terhadap minat penjualan sebab, petani yang memiliki lahan yang kurang luas dengan produksi yang rendah akan menjual padinya sesegera mungkin untuk dapat segera menutupi kebutuhan yang mendesak, sedangkan pada petani dengan produksi tinggi dan lahan luas tidak tergesa-gesa dalam menjual hasil panennya justru akan menunggu kebutuhan serta harga yang tinggi.

4. Andi Nurifani, 2020

Motivasi Petani dalam

Pemasaran Umbi Porang di Desa Anrihua Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Terdapat beberapa faktor yang memotivasi petani dalam menanam porang yaitu faktor internal berupa usia, pendidikan, pengalaman usahatani, dan modal luas lahan dan melalui dua proses saluran pemasaran

5. Mujiburrahmad, dkk,

2020

Minat Masyarakat terhadap Usaha Delivery Order Produk Pertanian di Kota Banda Aceh

Minat masyarakat Kota Banda Aceh terhadap usaha delivery order memiliki empat indikator yaitu minat transaksional, minat referensial, minat preferensi, serta minat eksploraitif.

Sistem penjualan dengan menggunakan metode delivery order produk pertanian dan olahan pangan menunjukkan skor 30,26 pada interval kelas dalam kategori minat tinggi.

Faktor yang memiliki hubungan erat antara masyarakat dengan minat usaha pengiriman produk yakni pekerjaan, pendapatan, dan ketepatan pengiriman.

6. Kordiya Rangga, dkk, 2021

Perilaku Masyarakat dalam Implementasi Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Provinsi

Lampung

P2L dapat menyumbang pendapatan rumah tangga anggota KWT di Provinsi Lampung sebesar 14,5 persen dari pendapatan total rumah tangga. Selain itu terdapat pengaruh antara perilaku anggota KWT berupa kontribusi positif dalam implementasi program berdampak pada ketahanan pangan keluarga karena pemanfaatan lahan pekarangan menghasilkan sayuran untuk dikonsumsi dan ketersediaan pangan keluarga.

(20)

8

Dari enam penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dan acuan penulisan maka pengkaji mengambil langkah sebagai pembeda dari kajian sebelumnya seperti metode dan variabel yang digunakan. Pada penelitian Oka (2016:138), menggunakan metode analisis SEM (Structural Equation Modelling- SEM) berbasis varience atau component based SEM. Sedangkan pengkaji menggunakan analisis Regresi Linier Berganda. Variabel pembeda dari kajian ini yaitu pengkaji menggunakan karakteristik petani sebagai variabel independen.

Sedangkan pada variabel dependen pengkaji menambahkan sub variabel yaitu perhatian, kesenangan, dan kemauan, sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat dibahas dan diketahui lebih dalam.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Karakteristik Petani

Subagio (2012:325) menyebutkan bahwa karakteristik petani merupakan ciri atau sifat yang dimiliki oleh petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, maupun pola tindakan terhadap lingkungannya. Karakteristik petani memiliki keunikan yang berbeda antara satu dan lainnya yang meliputi usia, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, serta pendapatan petani.

A. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan berfikir dan bekerja sehingga lebih terampil dalam aktivitas maupun dalam rangka pemenuhan kebuthan sehari-hari. Kemampuan kerja petani dapat dipengaruhi oleh tingkat usia dan akan menurun seiring dengan semakin lanjutnya usia petani (Nurifani, 2020:8). Usia dapat dijadikan sebagai tolak ukur seseorang terhadap aktivitas bekerjanya. Dengan usia yang produktif, maka seseorang akan memiliki kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan maksimal (Pinem, 2019:10).

(21)

B. Tingkat Pendidikan

Menurut Muttakin, dkk (2014:372), pendidikan merupakan salah satu syarat dalam kelancaran pembangunan pertanian. Keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi hambatan dalam pembangunan.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir serta pengambilan keputusan sehingga petani yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih rasional dalam berfikir dan bertindak. Dimana pada teori “Sumber Daya Manusia” menunjukkan apabila pendidikan sesseorang semakin tinggi, maka akan cenderung produktif, inovatif, dan membawa dampak positif. (Nurifani, 2020:29).

C. Luas Lahan

Lahan merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan berusahatani.

Ketersediaan modal dapat mempengaruhi keberhasilan dalam berusahatani.

Mandang, dkk (2020:106) berpendapat bahwa lahan merupakan salah satu faktor penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka akan semakin besar pula produksi yang dihasilkan. Dan juga semakin luas lahan usahatani yang dimiliki, maka akan semakin cepat sasaran dalam mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Tanah merupakan salah satu faktor produksi yang sama halnya dengan modal, tenaga kerja, dan manajemen sebagai tempat pelaksanaan kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir (Muttakin, dkk 2014:373).

D. Pengalaman Bertani

Menurut Rafika (2015:43), pengalaman bertani merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh petani melalui kegiatan rutinitasnya, permasalahan, maupun peristiwa yang dialaminya. Pengalaman bertani tersebut dapat membantu petani dalam menganalisa dalam menghadapi permasalahan yang sedang dilaluinya.

(22)

10

Dewi, dkk (2017:706) menyatakan bahwa petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam adopsi inovasi dan teknologi pertanian karena banyaknya pengalaman yang membuatnya mudah dlam mengambil keputusan serta memiliki keterampilan yang tinggi.

E. Pendapatan

Menurut Kamus Manajemen, pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang, perusahaan, maupun organisasi yang dapat berupa upah, gaji, komisi, dan laba. Pendapatan adalah hasil yang diperoleh seseorang ataupun lembaga dan perusahaan dari kegiatan yang dilakukan dalam suatu periode dan timbul dari suatu peristiwa berupa penjualan barang, jasa, royalty, deviden, dan lain sebagainya yang dapat diukur (Herdiana, 2016:3).

2.2.2 Minat Petani

Nurjanah (2021:62) mendefinisikan minat sebagai sebuah dorongan yang menyebabkan seseorang memberi perhatian terhadap objek maupun subjek yang dapat berupa orang, barang, maupun aktivitas tertentu. Minat berasal dari diri dan bersifat pribadi (individual) serta berkaitan erat dengan motivasi seseorang terhadap sesuatu yang dipelajari, dapat berubah-ubah tergantung pada kebutuhan seseorang, pengalaman, serta mode yang sedang trend. Minat seseorang dapat dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, sosial, emosi, dan pengalaman. Minat merupakan keinginan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu aktivitas yang tergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan (Elriadi, 2015:92). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat di interpretasikan bahwa minat adalah kecenderungan ataupun perasaan ingin yang dimiliki seseorang terhadap suatu barang, yang menimbulkan rasa ketertarikan sehingga ingin memiliki. Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dimiliki seseorang untuk dapat tertarik terhadap sesuatu dan akan mempengaruhi tindakan seseorang.

(23)

Minat dapat menjadikan dorongan dan motivasi terhadap seseorang untuk dapat melakukan dan berpartisipasi dan terlibat terhada sesuatu yang disukainya.

A. Macam-Macam Minat

Menurut Suharyat (2012:11) bahwa minat berdasarkan arahnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :

a. Minat intrinsik : Merupakan minat mendasar atau minat asli yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri.

b. Minat ekstrinsik : Merupakan minat yang dipengaruhi oleh tujuan akhir dari sebuhah kegiatan. Apabila tujuan tersebut telah dicapai maka minat tersebut dapat hilang.

Suharyat (2012:11) juga membedakan minat berdasarkan timbulnya menjadi dua, yaitu :

a. Minat Primitif : Minat primitif merupakan minat yang bersifat biologis seperti kebutuhan pangan, bebas bergaul, dan sebagainya. Minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang dapat secara langsung memberi dorongan untuk mempertahankan organisme

b. Minat Kultural : Minat kultural dapat disebut dengan minat sosial yang diperoleh dengan hasil proses belajar. Minat kultural memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan minat primitif.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dorongan, serta kondisi yang dialami oleh seseorang. Minat dapat muncul dari dorongan diri sendiri maupun dari faktor luar. Semakin besar tingkat dorongan yang diperoleh oleh seseorang maka semakin besar pula minat yang ditimbulkan.

(24)

12

B. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat merupakan hasil representasi dari hasil suatu kegiatan dan akan menjadi sebab yang akan digunakan kembali dalam kegiatan yang sama.

Sehingga faktor yang mempengaruhi minat pada hakikatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman seseorang. Menurut Suharyat (2012:13), terdapat bebererapa faktor yang dapat mempengaruhi minat, yang diantaranya adalah : a. Faktor Kebutuhan dari Dalam (Inner Urge)

Minat akan timbul dengan mudah apabila rangsangannya datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan ataupun kebutuhan seseorang. Misalnya minat terhadap kecenderungan belajar yakni hasrat seseorang atas keingintahuan terhadap ilmu pengetahuan. Faktor Inner Urge seseorang ini akan sangat berpengaruh terhadap seseorang untuk menimbulkan minat. Berikut merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi minat seseorang :

1. Motif merupakan keadaan dalam seseorang untuk mendorong melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan.

2. Sikap merupakan kecenderungan dalam subjek untuk dapat menerima, menolak, suatu objek.

3. Permainan adalah permasalahan tenaga psikis yang tertuju pada suatu subjek semakin insentif perhatiannya.

4. Pengalaman yang merupakan suatu proses pengenalan lingkungan nyata.

5. Tanggapan merupakan banyakya ingatan yang tinggal dalam seseorang setelah melakukan pengamatan.

6. Persepsi yang merupakan proses pengidentifikasian sesuatu.

(25)

b. Faktor Emosi (Emotional Factor)

Emosi merupakan salah satu perasaan yang timbul pada seseorang dan berpengaruh terhadap suatu objek. Faktor emosi ini dapat dimisalkan sebagai perjalanan sukses seseorang dalam suatu kegiatan yang dapat membangkitkan perasaan bahagia sehingga dapat menambah dorongan semangat dan kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. sebaliknya, kegagalan yang dialami oleh individu akan menyebabkan minat seseorang berkembang. Emotional Factor sangat menentukan seseorang dalam penumbuhan minat terhadap sesuatu sehingga dapat mendorong individu untuk dapat mengambil keputusan. Jika minat seseorang didorong dengan faktor emosi yang besar maka akan mudah untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan emosinya.

c. Faktor Motif Sosial (The Factor of Social Motive)

Minat individu terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam diri manusia dan juga motif sosial. Misalnya seseorang yang berminat pada prestasi yang tinggi untuk mendapat status sosial yang tinggi pula. Timbulnya minat pada seseorang dapat pula didorong oleh keinginan individu untuk mendapatkan pengakuan maupun penghargaan dari lingkungan dimana ia berada. Suharyat (2012:13) menyatakan bahwa motif sosial dapat menjadi faktor yang dapat membangkitkan minat seseorang untuk dapat melakukan aktivitas tertentu.

C. Unsur-unsur Minat

Menurut Suryabrata (2004:14), seseorang atau individu dapat dikatakan berminat terhadap sesuatu apabila memiliki beberapa unsur antara lain :

a. Perhatian

Seseoang dapat dikatakan memiliki minat terhadap sesuatu apabila seseorang tersebut disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas maupun daya cipta jiwa tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu objek. Sehingga seseorang

(26)

14

apabila memiliki minat terhadap sesuatu maka akan memusatkan perhatiannya kepada objek tersebut.

b. Kesenangan

Perasaan bahagia atau senang terhadap suatu objek baik orang maupun benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang. Individu yang merasa tertarik tersebut kemudian pada kesempatannya akan timbul keinginan yang dikehendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan timbulnya perasaan ingin memiliki itu, maka seseorang yang bersangkutan akan berusaha untuk mempertahankan objek tersebut.

c. Kemauan

Kemauan yang dimaksud dalam konteks unsur minat ini merupakan dorongan atau motivasi seseorang yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan tersebut akan menimbulkan suatu perhatian terhadap objek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat individu yang bersangkutan.

2.2.3 Bisnis

Bisnis merupakan salah satu usaha yang dapat dinyatakan sebagai

“megasektor dan menuai banyak perhatian. Pujihartono, (2011:166) menyatakan Bisnis adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan yang menghasilkan keuntungan dan beorientasi pasar. Sedangkan Krisnamurthi, (2020:3) berpendapat baha bisnis merupakan bentuk susunan usaha mulai dari usaha penyediaan sarana produksi pertanian, usahatani, usaha pascapanen, usaha sortasi, penyimpanan dan pengemasan produk pertanian, usaha industri pengolahan produk pertanian, dan berbagai usaha untuk menghantarkan produk sampai ke tangan konsumen, serta kegiatan penunjang lainnya yang melayani sistem rangkaian usaha tersebut seperti lembaga

(27)

informasi, dan lembaga pemerintah yang mengeluarkan kebijakan dan peraturan kebijakan yang terkait.

A. Sistem dan Subsistem

Arifin, dkk (2017:6) menyatakan bahwa bisnis sebagai sistem terdiri atas komponen input yaitu untit pemasok barang dan jasa untuk digunakan oleh komponen sitem bisnis, komponen proses meliputi unit bisnis yang berfungsi memproduksi dan mengolah hasil produksi produk primer, dan komponen output yang meliputi produk bisnis yang tiba di tangan konsumen. Menurut Krisnamurthi, (2020:5) sistem agribisns mencakup empat subsistem yang diantaranya adalah : a. Subsistem Bisnis Hulu (Up-Stream Agribusiness) : merupakan kegiatan

usaha yang menghasilkan dan memperdagangkan secara komersial sarana dan fasilitas untuk produksi pertanian primer seperti industri pupuk, obat- obatan, bibit maupun benih, dan alat mesin pertanian.

b. Subsistem Usahatani (On-Farm Agribusiness) : pada subsistem ini merupakan sektor pertanian primer yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung

c. Subsistem Bisnis Hilir (Down-Steam Agribusiness) : subsistem ini mengarah pada kegiatan usaha pengolahan hasil untuk siap di masak, siap digunakan, maupun siap di konsumsi beserta egiatan perdagangannya di pasar domestik maupun internasional.

d. Subsistem Jasa Layanan Pendukung :subsistem ini meliputi lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan, dan lain sebagainya yang terkait dalam kegiatan usaha bisnis.

Bisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiata utuh sekaligus konsep yang menjawab berbagai masalah dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian sekaligus untuk menilai keberhasilan pembangunan pertanian dan pengaruhnya terhadap pembangunan

(28)

16

nasional. Bisnis merupakan cara pandang baru untuk melihat kegiatan pertanian secara seutuhnya. Bisnis merupakan kegiatan yang menyumbang pendapatan, kesempatan kerja, dan lain lain dalam strategi pembangunan ekonomi nasional.

B. Tahapan Pembangunan Cluster Industri Bisnis

Menurut Hermawan, (2008) tahapan pembangunan cluster industri bisnis adalah sebagai berikut :

a. Tahap kelimpahan faktor produksi : meliputi sumber daya alam dan tenaga kerja yang terdidik

b. Penggerakan kekuatan investasi melalui percepatan pembangunan dan pendalaman industri : yaitu tahap untuk menghasilkan produk akhir yang di dominasi padat modal dan tenaga kerja terdidik untuk meningkatkan pangsa pasar

c. Tahap pembangunan sistem bisnis : pada tahap ini di dorong oleh inovasi melalui kemajuan teknologi dan sumber daya manusia.

C. Pengembangan Bisnis Berskala Kecil

Menurut Hermawan, (2008) terdapat tiga kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam pengembangan bisnis berskala kecil yaitu :

a. Farming Reorganization

Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang bermanfaat dan beragam serta usaha yang menyertakan komoditas bernilai tinggi dan reorganisasi manajemen usahatani

b. Small-Scale Industrial Modernization

Modernsisasi dalam setiap bisang baik dalam bidang teknologi, sistem, manajemen, serta pola hubungan dan orientasi pasar

c. Service Rasionalization

(29)

Pengembangan layanan bisnis dengan rasionalaisasi lembaga penunjang untuk efisiensi daya saing lembaga dengan melibatkan lembaga-lembaga yang terkait.

2.2.4 Model Bisnis

Tim PPM Manajemen (2012:5) mendefinisikan model bisnis menjadi tiga kelompok, yaitu model bisnis sebagai suatu metode atau cara, model bisnis yang dilihat dari komponen (elemen), serta model bisnis sebagai strategi bisnis. Model bisnis merupakan pendeskripsian dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau pelaku usaha menciptakan, memberikan, serta membentuk nilai.

Lecocq dkk (2006:325) mendefinisikan model bisnis sebagai aktivitas perusahaan yang dirancang untuk menghasilkan proposisi nilai bagi pelanggan.

Definisi lain dari model bisnis yakni metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan bisnisnya sehingga dapat mempertahankan kegiatan perusahaan. Singkatnya, model bisnis merupakan metode atau cara yang menciptakan nilai perusahaan.

A. Manfaat Model Bisnis

Menurut Teixeria dkk (2015:49) model bisnis memiliki manfaat yakni a. Membantu perusahaan dalam membaca situasi keinginan pasar, serta

kebutuhan konsumen pada lingkungan yang kompetitif

b. Membangun visi dan misi perusahaan sehingga memiliki rencana strategis yang terstruktur

c. Menyusun strategi dan tujuan mengenai proyek penting perusahaan

d. Menganalisis tujuan dari gagasan baru untuk mengetahui sebuah peluang bisnis

e. Menganalisa keselarasan visi, misi, dan rencana strategis

f. Menyusun pengambilan keputusan untuk melihat hubungan antar komponen bisnis

(30)

18

B. Business Model Canvas

Osterwalder, dkk (2014:14) mendefinisikan Business Model Canvas (BMC) adalah bahasa untuk menggambarkan, menilai, menviasualisasikan, serta mengubah model bisnis. Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran yang perlu dipahami dengan baik untuk memfasilitasi deproposal maupun diskusi. Konsep yang ditawarkan dalam model bisnis harus sederhana, relevan, dann intuisif sehingga mampu dipahami tanpa kerumitan yang perlu penyederhanaan. Konsep Business Model Canvas (BMC) diyakini dapat menjadi bahasa yang memungkinkan organisasi untuk mendefinisikan serta memberikan ragam model bisnis dengan mudah untuk menciptkan strategi baru.

Dalam Business Model Canvas (BMC) terdapat Sembilan blok atau nine building blocks yang menjadi komponen dalam penyusunan Business Model Canvas (BMC) yang diantaranya : customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partnership, dan cost structure. Menurut Marisca (2018:20) kesembilan blok tersebut menyusun komponen dalam mendesain Business Model Canvas (BMC) dengan tahapan

a. Menentukan Customer Segments

Pelanggan adalah sumber keuntungan yang dibutuhkan oleh perusahaan dimana perusahaan tidak akan mampu bertahan lama apabila tanpa adanya pelanggan. Dalam Customer Segments perusahaan dapat mengelompokkan pelanggan dalam beberapa segmen. Pengelompokan tersebut digunakan untuk memberikan keputusan pada perusahaan mengenai segmen mana yang akan dilayani dan segmen mana yang akan diabaikan.

(31)

b. Menentukan Value Proposition

Proposisi nilai atau value proposition merupakan nilai inovatif dan kreatif melalui kesatuan atau gabungan manfaat-manfaat produk maupun pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan. Proposisi nilai merupakan alasan pelanggan dapat beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Setiap proposisi nilai dapat memecahkan masalah maupun memberikan kepuasan pelanggan.

Proposisi nilai ini menciptakan nilai untuk segmen pelanggan melalui elemen yang berbeda yang disesuaikan untuk menarik pelanggan.

c. Menentukan Channels

Channels atau saluran merupakan titik sentuh antara pelanggan dengan perusahaan yang sangat berperan pada setiap kegiatan perusahaan. Saluran dapat berupa saluran sendiri, saluran dengan mitra, maupun paduan antara keduanya. Pemaduan saluran yang tepat akan memenuhi bagaimana pelanggan ingin dijagkau dan bagaimana upaya perusahaan dalam memperluas jangkauannya.

d. Menentukan Customer Relitionship

Sebuah perusahaan harus menegaskan hubungan apa yang ingin dibangun bersama dengan segmen pelanggan. Hubungan pelanggan yang diterapkan pada model bisnis akan mempengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Customer Reliationship dapat didorong oleh akuisisi pelanggan, retensi (mempertahankan) pelanggan, serta peningkatan penjualan (upselling).

e. Menentukan Revenue Streams

Arus pendapatan atau Revenue Streams dapat berupa daftar harga, penawaran, pelanggan, kebergantungn volume, maupun manajemen hasil.

Dalam hal ini perusahaan harus benar-benar menentukan nilai apakah pelanggan akan bersedia membayar untuk menciptakan satu atau lebih arus

(32)

20

pendapatan dari masing-masing pelanggan. Arus pendapatan pada model bisnis meliputi pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan, maupun transaksi berulang yang dihasilkan dari pembayaran yang berkelanjutan.

f. Menentukan Key Resources

Sumber Daya Utama atau Key Resources dapat berupa finansial, fisik, intelektual, maupun manusia. Sumber Daya Utama memungkinkan perusahaan dapat menciptakan maupun menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan segmen pelanggan, serta memperoleh pendapatan. Sumber Daya Utama dapat diperoleh dengan menyewa maupun mitra utama perusahaan g. Menentukan Key Activities

Key Activities merupakan tindakan penting yang harus diambil perusahaan untuk dapat beroperasi dengan sukses. Key Activities dapat berupa kegiatan produksi, pemecahan masalah, dan platform atau jaringan. Key Activities diperlukan untuk menciptakan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan segmen pelanggan, serta memperoleh keuntungan.

h. Menentukan Key Partnership

Perusahaan membangun Key Partnership atau kemitraan kerja untuk menciptakan aliansi dalam mengoptimalkan model bisnis. Selain itu membangun kemitraan juga dilakukan untuk mengurangi resiko, serta memperoleh sumber daya kemitraan. Kemitraan dapat dibedakan menjadi aliansi strategis dimana kemitraan dengan non pesaing, kemitraan dengan pesaing atau kompetisi, usaha patungan dalam rangka pengembangan bisnis baru, serta hubungan pembeli-pemasok untuk mendapatkan jaminan pasokan yang dapat diandalkan.

(33)

i. Menentukan Cost Structure

Blok bangunan ini menjelaskan mengenai biaya penting yang mmuncul pada pelaksanaan model bisnis tertentu. Biaya timbul dari aktivitas menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan segmen pelanggan, serta menghasilkan pendapatan. Dalam hal ini, beberapa model bisnis lebih terpacu pada biaya disbanding model bsnis lain meskipun setiap model bisnis harus meminimalkan biaya.

2.2.5 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran memiliki peranan penting dalam keberhasilan usaha khususnya pada bidang pemasaran. Assauri, (2019:168) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai rencana menyeluruh, terpadu, serta penyau pada bidang pemasaran yang memberikan panduan mengenai kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran harus dapat memberi arahan yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam setiap kesempatan pada beberapa sasaran.

A. Strategi Bauran Pemasaran

Setiap perusahaan akan berusaha untuk tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing. Dengan adanya hal tersebut, perusahaan selalu menetapkan dan menerapkan strategi pemasaran yang sesuai untuk dapat mencapai target pasar sehingga dapat diperoleh tujuan perusahaan berupa perkembangan jangka panjang. Strategi bauran pemasaran merupakan strategi yang dijalankan oleh perusahaan dengan penentuan bagaimana perusahaan menawarkan produknya pada segmen pasar tertentu. Marketing Mix merupakan kombinasi variabel inti pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi konsumen. Variabel strategi bauran pemasaran (Marketing mix) diantaranya

(34)

22

a. Strategi Produk

Produk merupkan barang/jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Strategi produk merupakan strategi untuk menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat pada pasarnya sehingga dapat memuaskan konsumen sekaligus meningkatkan penjualan dalam jangka panjang. Tujuan dari strategi ini adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar dengan meningkatkan kemampuan saing dan persaingan.

b. Strategi Harga

Harga sangat berperan dalam menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan. Dalam penetapan harga dapat mempengaruhi kemampuan bersaingan perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen. Penetapan harga akan menciptakan penerimaan dari penjualan produk yang dihasilkan dan dipasarkan.

c. Strategi Penyaluran (Distribusi)

Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai pada tangan konsumen. Saluran distribusi merupakan lembaga yang berperan dalam penyaluran produk kepada konsumen. Posisi strategi penyaluran dalam perusahaan adalah sebagai wadah yang memberikan waktu, dan tempat kepada konsumen agar dapat merasakan kebermanfaatan dari suatu produk yang dihasilkan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan efektivitas saluran distribusi diperlukan untuk menjamin tersedianya produk pada setiap mata rantai saluran.

d. Strategi Promosi

Strategi promosi adalah usaha untuk mengenlkan produk kepada konsumen dengan mempengaruhi dan menciptakan permntaan yang dikembangkan.

Kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan merupakan kombinasi unsur bauran pemasaran yang mencerminkan pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Dalam hal ini, strategi promosi merupakan bentuk komunikasi perusahaan dalam

(35)

mengenalkan produknya. Karena apabila suatu produk bermanfaat tetapi tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui kebermanfaatannya oleh konsumen.

2.2.6 Aspek Penyuluhan

A. Definisi Penyuluhan Pertanian

Menurut Mardikanto (2007:3) dalam pidatonya menyerukan bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi, serta politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri semua pihak baik pada individu, kelompok, mapupun kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan untuk mewujudkan kehidupan yang semakin berdaya, sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan. Penyuluhan merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi, penerangan, perubahan perilaku, proses pendidikan, rekayasa sosial, pemasaran sosial perubahan sosial, fasilitasi, pendampingan, pemberdayaan, serta penguatan komunitas. Sedangkan berdasarkan pada UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Penyuluhan perupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dalam mengakses informasi informasi pasar, teknologi, permodalan serta sumber daya lainnya sebagai upaya demi meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan serta kesejahteraannya dan meningkatkan kesadaran pada pelestarian fungsi lingkungan hidup.

B. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Terdapat dua tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu tujuan jangka panjang, dan tujuan jangka pendek. Menurut Kusnadi (2011:5) Tujuan jangka panjang yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani yang diarahkan pada terbentuknya perbaikan teknis

(36)

24

bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani berserta masyarakatnya (better living).

Sedangkan tujuan jangka pendek dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah untuk menumbuhkan perubahan yang lebih baik dan terarah pada usahatani yang meliputi perubahan pengetahuan, kemahiran, perilaku, dan tindakan petani beserta keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan berubahnya perilaku petani beserta keluarganya diharapkan dapat mengelola dan menata usahataninya agar lebih produktif, efektif, dan efisien. Sedangkan dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2006 (SP3K) menerangkan bahwa tujuan penyuluhan dapat memperkuat pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju serta modern dalam sistem pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

C. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2006 (SP3K) menjelaskan bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah :

a. Sasaran utama dan sasaran antara sebagai pihak yang paling berhak memperoleh manfaat dari kegiatan penyuluhan.

b. Pelaku utama dan pelaku usaha sebagai sasaran utama.

c. Pemangku kepentingan yang meliputi kelompok ataupun lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan, generasu muda, serta tokoh masyarakat sebagai sasaran antara.

Mardikanto (1993:37) berpendapat bahwa sasaran penyuluhan pertanian tidak hanya petani saja namun meluas pada seluruh warga masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam kegiatan pembangunan pertanian, yang dikelompokkan yakni :

(37)

a. Sasaran Utama

Sasaran utama merupakan petani beserta keluarganya yang menjadi figur utama secara langsung dan terlibat dalam kegiatan pertanian dan pengelolaan usahatani.

b. Sasaran Penentu

Sasaran penentu merupakan sasaran yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan pertanian maupun pengelolaan usahatani namun secara langsung maupun tidak langsung dapat terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian.

c. Sasaran Pendukung

Sasaran pendukung merupakan pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, namun dapat dimintai bantuannya untuk melancarkan kegiatan penyuluhan pertanian.

D. Materi Penyuluhan Pertanian

Menurut (UU RI No 16 Tahun 2006), materi penyuluhan pada prinsipnya merupakan segala pesan yang hendak dikomunikasikan oleh penyuluh kepada masyarakat penerima keuntungannya. Materi penyuluhan merupakan bahan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran yaitu pelaku utama dan pelaku usaha dengan berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, serta kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan dibuat berlandaskan kebutuhan dan keperluan pelaku utama serta pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan mengandung unsur pengembangan sumber daya manusia serta eskalasi modal sosial dan ilmu pengetahuan.

(38)

26

Mardikanto, (1993:95) menyatakan bahwa materi penyuluhan merupakan segala bentuk informasi yang hendak disampaikan oleh penyuluh kepada masyarakat sasaran sehingga dapat mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Dalam pemilihan dan penetapan materi penyuluhan akan mengacu pada kebutuhan penerima manfaat, namun dalam praktiknya kerap kali penyuluh sulit memilih materi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

Berdasarkan sifatnya, termuat tiga macam materi, yaitu : 1) Berisi penyelesaian masalah yang dihadapi; 2) Berisi arah dan petunjuk serta rekomendasi yang harus dilaksanakan; 3) Materi yang disampaikan bermanfaat substansial atau berjangka panjang.

Materi penyuluhan harus memenuhi syarat materi agar dapat dipahami dan bermanfaat bagi penerima yang meliputi : 1) Menguntungkan (Profitable); 2) Mengisi kegiatan yang telah ada (Complementer); 3) Searah dengan kebudayaan serta adat istiadat (Complability); 4) Sederhana dan mudah dimengerti (Simplicity); 5) Tersedianya sarana, pengetahuan, dan sarana (Avaibility); 6) Memberi hasil yang baik dan bermanfaat bagi penerima (Iimmediate Aplicibility); 7) Jika ada tambahan biaya relatif terjangkau (In Expensiveness); 8) Memiliki resiko kecil (Low Risk); 9) Memiliki sesuatu yang menarik dan mencolok (Spectacular Impact); 10) Mudah untuk dipraktekkan (Expandible).

E. Metode Penyuluhan Pertanian

Berdasarkan Permentan No. 52 tahun 2009, metode penyuluhan pertanian adalah cara/teknik yang digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan oleh seorang penyuluh pertanian kepaada sasaran yaitu pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, serta mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya untuk mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, serta sumber daya lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai upaya untuk dapat meningkatkan

(39)

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, kesejahteraan, serta untuk meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Siswanto, (2012:63) menyatakan bahwa metode penyuluhan merupakan teknik atau cara yang dilaksanakan untuk menyampaikan informasi, bahan, materi, atau pesan untuk mencapai tujuan penyuluhan. Dalam rangka pengembangan penyuluhan, metode juga harus diseleksi dan dipilih dengan pertimbangan dan kehati-hatian, dengan menyesuaikan karakteristik dan persyaratan sasaran penyuluhan pertanian. Tujuan utama dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian yaitu : a) mencapai tujuan penyuluhan pembangunan pertanian dengan efektif, efisien, serta bertanggung jawab; b) mendorong sasaran yaitu pelaku utama dan pelaku usaha untuk dapat belajar menolong dan mengorganisasikan diri kepada sumberdaya, teknologi, pasar, dan permodalan; c) mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan produktivitas usaha untuk menciptakan kesejahteraan sasaran; d) mempercepat dan mempermudah proses adopsi inovasi teknologi pertanian; e) mempermudah tenaga penyuluh dalam menyediakan dan menyampaikan materi untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian.

F. Media Penyuluhan Pertanian

Media merupakan suatu alat pengantar dari suatu pihak kepada pihak lain. Media penyuluhan merupakan wadah penghubung informasi yang disajikan dalam bentuk yang inovatif. Media penyuluhan merupakan alat bantu yang digunakan oleh seorang penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang diharapkan dapat menghadirkan rangsangan indera kepada sasaran suluh agar dapat meresap dan menerima pesan penyuluhan. Media penyuluhan dapat berupa media yang tercetak, terproyeksi, media visual, media audio-visual, maupun komputer. (Nuraeni, 2015:1.5).

(40)

28

Menurut Bahua (2015:31), media penyuluhan merupakan saluran yang menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya agar sasaran dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Media penyuluhan dapat dimanfaatkan dalam kegiatan penyuluhan pertanian untuk membarui perilaku sasaran dari yang tradisional menjadi perilaku yang lebih modern dan inovatif.

Media penyuluhan yang dapat dimanfaatkan penyuluh dalam menyampaikan pesannya dapat berupa media cetak, media elektronik, serta kunjungan kepada petani. Media penyuluhan dapat diberikan kepada petani untuk menunjang kegiatan penyuluhan dalam bentuk cetakan maupun non-cetakan. Dengan menggunakan alat bantu seperti media penyuluhan maka diharapkan sasaran akan dapat lebih mudah dalam proses adopsi inovasi sehingga tujuan dari kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan lebih optimal. Sukamto, (2019:1) menerangkan beberapa macam media penyuluhan yang dapat digunakan untuk membantu seorang penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yaitu : a. Media Penyuluhan Cetak

Media penyuluhan cetak merupakan media hasil cetakan berupa kombinasi dari tulisan, dan gambar yang dapat disajikan dalam bentuk leaflet, folder, buku, poster, dan lainnya. Menggunakan media cetak dalam penyuluhan memiliki kelebihan lebih tahan lama, dapat dibaca berulang, dapat digunakan sesuai kemampuan belajar masing-masing, serta mudah untuk dibawa. Namun, media cetak ini memiliki kekurangan yakni proses penyampaian sampai dengan pencetakan memiliki waktu yang lama, tidak menampilkan gerakan, dan membutuhkan literasi dengan tingkat yang memadai dan relevan.

b. Media Penyuluhan Audio

Media penyuluhan audio merupakan media yang memanfaatkan suara dengan penyajian berupa kaset, CD, MP4, dan lain sebagainya. Media penyuluhan audio ini memiliki informasi yang sudah tetap dan sama jika

(41)

diproduksi masal. Proses pemroduksian media audio juga mudah dan ekonomis untuk dapat di distribusikan. Akan tetapi, media penyuluhan audio ini membutuhkan revisi dan perbaikan lebih lanjut seiring berkembangnya waktu agar tidak membosankan bagi para pendengarnya.

c. Media Penyuluhan Berupa Objek Fisik dan Benda Nyata

Media penyuluhan berupa objek fisik dan benda nyata sangat baik untuk digunakan sebagai alat bantu atau latihan simulasi karena dapat menyediakan lingkungan belajar yang mirip dengan lingkungan kerja sebenarnya. Media penyuluhan ini dapat memberikan banyak stimulus pada indera penerima sehingga sasaran akan dapat mudah mengerti tanpa membayangkan dan mengangan-angan sebuah informasi maupun teknologi yang akan diberikan.

Namun media ini cukup sukar atau sulit untuk dibawa dan relatif mahal sehingga media ini sering digunakan pada penyuluhan dengan jumlah sasaran yang besar.

d. Media Penyuluhan Visual, dan Audio-Visual

Media penyuluhan visual dan audio-visual merupakan media penyuluhan yang memanfaatkan pengaplikasian teknologi untuk memproduksinya seperti film, website, ppt, aplikasi, dan lain sebagainya. Media penyuluhan ini sangat baik untuk merangsang indera penerima sasaran karena gabungan dari tulisan, gambar, gerakan, dan suara yang lebh kongkrit. Namun, media ini memiliki biaya produksi yang relatif mahal dan memerlukan waktu yang lama serta keahlian khusus.

G. Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan merupakan salah satu kegiatan penting dlam serangkaian kegiatan penyuluhan untuk mengetahui sejauh mana tujuan penyuluhan dicapai. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta

(42)

30

perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian.

Harahap, dkk (2017:14) menyatakan evaluasi merupakan proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, serta dampak kegiatan yang sesuai dengan capaian tujuan secara sistematik dan objektif. Tujuan dari dilaksanakannya evaluasi adalah untuk menentukan tingkat perubahan perilaku setelah dilaksanakan kegiatan penyuluhan. Selain itu informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi penyuluhan dapat membantu penyuluh dalam melaksanakan rencana tindak lanjut maupun program yang akan diberikan selanjutnya sehingga dapat mempersiapkan pertimbangan apa akan dilakukan untuk memperbaiki program serta penyempurnaan kebijaksanaan penyuluhan pertanian.

Erwin (dalam Yudistira, 2021:27) menerangkan langkah dari evaluasi yang dimulai dengan 1) menguasai tujuan dari kegiatan penyuluhan yang ingin dilakukan evaluasi; 2) menetapkan indikator yang akan digunakan ketika akan menilai kemajuan yang ingin dicapai; 3) menetapkan dan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penghimpunan data; 4) melaksanakan penggalian sampel dan mengumpulkan data; 5) melaksanakan pengolahan data dari hasil penggaliannya; dan 6) melaksanakan pelaporan hasil.

(43)

2.3 Kerangka Pikir

2.4

Identifikasi Potensi Wilayah

Keadaan Sekarang

1. Rata-rata luas lahan pekarangan anggota KWT sebesar 12 m2

2. 10% Anggota KWT yang memasarkan sayur berkeuntungan rata-rata harian ± Rp. 10.000.

Anggota yang tidak menjual sayur meggunakan sistem barter dengan pedagang sayur keliling 3. Belum diadakannya penyuluhan dan

pendampingan intensif terkait strategi pemasaran sayuran

Keadaan Yang Diharapkan 1. Petani memiliki keputusan yang tepat

melaksanakan penjualan sayuran pekarangan

2. Tanaman Pekarangan sebagai pemenuhan gizi dan sumber pendapatan keluarga 3. Petani dapat menerapkan model bisnis

sayuran pekarangan

Masalah

Rendahnya pengetahuan dan minat Angggota KWT dalam menjual produk sayur KWT (Ginting, 2017:2)

Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik Anggota KWT Putri Makmur?

2. Bagaimana minat anggota KWT dalam menjual hasil produk sayur dari pekarangan ?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik anggota KWT terhadap minat dalam menjual menjual sayur sehingga dapat menciptakan model usaha sayur pekarangan?

4. Bagaimana tingkat pengetahuan anggota KWT mengenai model bisnis sayur pekarangan?

Tujuan 1. Mendeskripsikan karakteristik anggota KWT Putri Makmur

2. Mendeskripsikan minat anggota KWT dalam menjual produk sayur dari pekarangan

3. Mengetahui pengaruh karakteristik anggota KWT terhadap minat dalam menjual sayur sehingga dapat menciptakan model usaha sayur pekarangan

4. Mengetahui tingkat pengetahuan anggota KWT mengenai model bisnis sayur pekarangan.

Interaksi Variabel Variabel (X) FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI

1 Usia 4 Pengalaman Bertani 2 Pendidikan 5 Pendapatan 3 Luas Pekarangan

(Mariana, dkk 2013:6)

Variabel (Y) MINAT PETANI 1. Perhatian 2. Kesenangan 3. Kemauan Suryabrata (dalam Achru, 2019:210)

Kajian

Pengaruh karakteristik Anggota KWT terhadap minat dalam menjual sayur

Desain

Tujuan Anggota KWT dapat

menjual dan memasarkan produk

sayur pekarangan

Sasaran Anggota KWT Putri Makmur

Metode Ceramah,

Diskusi

Media Folder, Power Point

Evaluasi

Rencana Tindak Lanjut Materi

Strategi Pemasaran Marketing Mix sebagai

model usaha bisnis

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien ukuran perusahaan adalah sebesar -0.002262 yang artinya apabila ukuran perusahaan naik sebesar satu satuan maka tax avoidance akan turun sebesar

Declare that the thesis I wrote to accomplish the requirement for the degree of Sarjana Pendidikan (S.Pd) English Education Department, Education and Teachers Training

Dengan terus berlanjutnya konflik antara kedua etnis tersebut, hal ini menyebabkan banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di Rwanda dan pada akhirnya menjadi sorotan dari

DER menjadi pertimbangan investor, hal ini diduga berdasarkan data diskriptif menunjukkan bahwa nilai rata – rata debt to equity ratio selama tahun 2012 – 2014

digunakan yaitu angket. Sedangkan untuk analisis data menggunakan teknik persentase dengan menggunakan skor interval. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pola

Agar informasi penyakit yang disampaikan oleh pihak Puskesmas Purwakarta kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan menjadi tepat sasaran dan membantu Puskesmas

Persoalan yang dikaji memberikan simpulan yaitu : analisis yuridis pembaharuan hukum pembentukan pedoman pemidanaan dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

Soeselo Kabupaten Tegal jika mereka mampu memanfaatkan teknologi informasi yang ada sebagai sarana dan prasarana yang sudah disediakan rumah sakit secara maksimal untuk