• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTETIKA DAN RESEPSI KALIGRAFI AL-QUR’AN DALAM MASJID AGUNG AR-RAUDLAH KRAKSAAN DAN RAUDLATUL JANNAH PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ESTETIKA DAN RESEPSI KALIGRAFI AL-QUR’AN DALAM MASJID AGUNG AR-RAUDLAH KRAKSAAN DAN RAUDLATUL JANNAH PROBOLINGGO"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAN RAUDLATUL JANNAH PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh :

Muhammad Ubaidillah NIM: U20181106

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

JANUARI 2022

(2)

ESTETIKA DAN RESEPSI KALIGRAFI AL-QUR’AN DALAM MASJID AGUNG AR-RAUDLAH KRAKSAAN

DAN RAUDLATUL JANNAH PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh :

Muhammad Ubaidillah NIM: U20181106

Disetujui Pembimbing

Aslam Sa’ad, Ph.D.

NIP. 196704231998031007

(3)

ESTETIKA DAN RESEPSI KALIGRAFI AL-QUR’AN DALAM MASJID AGUNG AR-RAUDLAH KRAKSAAN

DAN RAUDLATUL JANNAH PROBOLINGGO

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Hari: Senin Tanggal: 09 Januari 2023

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Uun Yusufa, M.A Hj. Ibanah Suhrowardiyyah SM, M.A NIP. 19800716 201101 1 004 NIP. 201708176

Anggota:

1. Prof. Dr. H. Aminullah, M.Ag ( )

NIP. 19601116 199203 1 001

2. Dr. Aslam Sa‟ad, Ph.D ( )

NIP. 19670423 199803 1 007

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si NIP. 197212081998031001

(4)

MOTTO

“Berbuatlah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain yang tidak keluar dari Syari‟at”

“Jadilah orang Alim yang Shaleh kalau tidak bisa menjadi orang Alim, maka jadilah di dalam hati orang Alim”

(Kalam Murobbi Ruhina)1

1 Hasyim Al-Habsyi, diwawancarai oleh penulis, 25 Oktober 2022.

(5)

PERSEMBAHAN

Penulis menyadari dalam proses pengerjaan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini, Sehingga, lewat karya tulis yang masih jauh dari kata sempurna ini penulis persembahkan kepada:

1. Teristimewa kepada Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Tantowi dan Ibu Badriyah yang senantiasa memberikan kasih sayang dengan penuh kesabaran serta pengorbanan mengasuh, Begitupula kakak adik dan saudara tercinta yang selalu rela memberikan segalanya, semangat, dukungan, dan do‟a tanpa henti.

2. Guru-guru yang selalu memberikan do‟a barokahnya, sehingga penulis dimudahkan dalam menuntut ilmu dan dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Sahabat-sahabat saya, Ahmad Bagir Sulthoni, Muhammad Ali As-Sapudi, Muhammmad Taufik, Gus Alfin Kamil Zauqi yang selalu membantu, motivator atas keluh kesah serta telah sudi menjadi keluarga baru sampai saat ini.

4. Mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2018, terimakasih telah berbagi suka dan duka selama melewati proses perkuliahan di kampus Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Semoga menjadi kenangan terindah yang tidak akan pernah terlupakan.

5. Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, khususnya fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora yang telah memberi kesempatan kepada saya menimba ilmu dan menjadi mahasiswa disana.

(6)

6. Para dosen Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, yang telah mengajarkan dan membimbing saya dengan ilmu yang mereka miliki tanpa pamrih.

Jazakumullah Khairon.

(7)

KATA PENGANTAR ِمــــــــــــــــــْسِت ِمٍِْحَّزلا ِهَمْحَّزلا ِالله

Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi rabbil „alamiin, Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallama yang senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak di akhirat nanti. Karena berkat beliaulah, kita sampai pada agama Islam yang rahmatan lil „alamin.

Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini tanpa bantuan do‟a serta bimbingan dari beliau skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., M.M, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

2. Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

3. Dr. Uun Yusufa, M.A, sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik

4. H. Mawardi Abdullah, Lc., M.A, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Al- Qur;an dan Tafsir

5. Aslam Sa‟ad Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing serta memberi arahan dalam proses penulisan skripsi ini.

(8)

6. Seluruh dosen dan civitas akademik, yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis.

7. Kedua orang tua penulis Alm. Bapak Tantowi dan Ibu Badriyah.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut di atas mendapatkan pahala dan balasan berlipat dari Allah Subhanahu wa ta‟ala. Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis lakukan untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah yang baik. Namun keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi karya yang lebih baik lagi. Walau begitu adanya, penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat dan kontribusi pengetahuan baru terhadap masyarakat.

Semoga tulisan sederhana ini bisa mendatangkan manfaat bagi siapa saja khususnya penulis sendiri serta bagi pembaca dimanapun anda berada.

Jember, 01 Desember 2022

Muhammad Ubaidillah NIM. U20181106

(9)

ABSTRAK

Muhammad Ubaidillah, 2022: Estetika Dan Resepsi Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo.

Kata Kunci : Estetika, Resepsi, Kaligrafi Al-Qur‟an.

Kaligrafi yang sering disebut khat, adalah proses kreatif Islam yang menarik perhatian sejarawan dan analis budaya. Kaligrafi memiliki konotasi yang luhur, dan tempatnya dalam integrasi ruang dan waktu budaya Islam tidak dapat disangkal. Masjid-masjid yang berada di kota Kraksaan dan Probolinggo memiliki dekorasi seni kaligrafi. Kondisi seperti ini memberikan kepada masyarakat yang berada di lingkungan masjid bisa mengetahui Estetika dan Resepsi yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.

Fokus penelitian ini adalah: Bagaimana Estetika dan Resepsi Pembaca/

Penikmat Kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo? Adapun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Estetika dan Resepsi Pembaca/ Penikmat Kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif lapangan (Living Qur‟an) dari beberapa sumber literatur.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi upaya mencari data, menata secara sistematis hasil temuan di lapangan, menyajikan temuan lapangan, mencari makna.

Hasil penelitian ini adalah: Di Masjid Agung Ar-Raudlah terdapat kaligrafi Jenis khat Tsulus yang tertulis pada dinding Mihrob Masjid berupa tulisan ayat kursi. Sedangkan di Masjid Raudlatul Jannah Kota Probolinggo terdapat kaligrafi jenis khat Tsulus berupa tulisan Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan surat Al- Baqarah ayat 153 yang memperindah dinding-dinding qubah masjid. Resepsi Ayat Kursi di Mihrob Masjid Ar Raudhah salah satu khasiatnya apabila seseorang membacanya setelah shalat 5 waktu maka ia akan terhindar dari kejahatan seseorang yang ingin berbuat jahat kepadanya. Sedangkan resepsi Surat Al- Fatihah menjadi surah dalam urutan pertama dalam susunan tartib mushafi. Ayat Kursi yang berarti menanamkan ke dalam hati pembacanya akan kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta‟ala serta pertolongan dan perlindungannya. dan Surat Al-Baqarah ayat 153 bahwa Resepsi ayat tersebut tentang nilai pendidikan akhlak dengan kaligrafi bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk berbudi pekerti yang baik dengan sebab itu kehidupan akan menjadi tenang dalam menghadapi Problem.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI……….. .. x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... .xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

1. Penelitian Terdahulu ... 10

2. Kajian Teori ... 13

a. Kaligrafi Dalam Estetika ... 13

b. Resepsi Al-Qur‟an Dalam Kaligrafi Masjid ... 21

(11)

c. Kaligrafi Al-Qur‟an ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 42

2. Sumber Data ... 44

3. Teknik Pengumpulan Data ... 45

4. Teknik Analisis Data ... 46

5. Keabsahan Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

1. Masjid Ar-Raudlah Kota Kraksaan ... 50

a. Estetika Masjid Ar-Raudlah Kota Kraksaan ... 50

b. Resepsi Ayat Kursi ... 52

2. Masjid Raudlatul Jannal Probolinggo ... 58

a. Estetika Masjid Raudlatul Jannah Kota Probolinggo ... 58

b. Resepsi Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Surat Al-Baqarah ayat 153 ... 60

3. Pembahasan Temuan ... 69

a. Estetika Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah kraksaan dan Raudlatul jannah Probolinggo ... 69

b. Resepsi Pembaca/Penikmat kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah kraksaan dan Raudlatul jannah Probolinggo ... 71

BAB V PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

DAFTAR GAMBAR

2. 1 Gambar Kaligrafi Ayat Kursi Khat Tsulus Pada Mihrab Masjid……..…………..51 2. 3 Gambar Kaligrafi Surah Alfatihah Khat Tsulus Pada Dinding Kubah Masjid...…62 2. 4 Gambar Kaligrafi Ayat Kursi Khat Tsulus Pada Dinding Kubah.………...……...64 2. 5 Gambar Kaligrafi Surat Al-Baqarah: 153 Pada Dinding Mihrab Masjid.………...66

(13)

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Surat Izin Penelitian

2. Matriks Penelitian 3. Pedoman Penelitian

4. Surat Keterangan Menerima Penelitian 5. Jurnal Penelitian

6. Pernyataan Keaslian Tulisan 7. Foto Kegiatan Penelitian 8. Biodata Penulis

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kaligrafi Arab mulai berkembang sejak kemunculan Islam di dataran Arab pada abad ke-6 Masehi. Penggunaan tulisan kaligrafi Arab pertama kali pada masa Islam adalah untuk mencatat ayat-ayat atau wahyu yang diterima Nabi, Ayat-ayat dan wahyu tersebut ditulis di beberapa media, seperti di atas kulit.

hewan (ar-Riqa`), lempengan batu (al-Likhaf), tulang hewan (al-Aktaf), dan pelepah kurma (al-'Usbu). Baru pada masa Khulafa Al-Rasyidin (632-661 M), tepatnya pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan menjadi satu naskah utuh yang disepakati, dan menjadi naskah yang digunakan umat Islam hingga saat ini. Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an yang dilakukan pada masa Utsman disebut juga dengan kodifikasi Al-Qur'an.

Pada saat Al-Qur'an masih dalam proses turunnya wahyu, para sahabat masih menuliskannya di atas pecahan tulang, daun kurma, kulit binatang atau di atas batu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Utsman bin Affan pernah mengirim Ubay bin Ka'ab sepotong tulang kambing yang tertulis di atasnya beberapa ayat Al-Qur'an.

Pada masa Abu Bakar, akibat perang Riddah, perang melawan orang- orang murtad dan nabi-nabi palsu, umat Islam kehilangan banyak penghafal Al- Qur'an. Sehingga khawatir akan semakin sedikit orang yang hafal Al-Qur'an, Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk menulis ulang Al-Qur'an. Puncaknya pada masa Ali bin Abi Thalib (w.661 M) di mana tanda baca diciptakan dalam

(15)

tulisan-tulisan Al-Qur'an. Menurut Kamil Al-Baba, orang yang pertama kali meletakkan konstruksi ilmu Nahwu dalam Al-Qur'an adalah Abu Al-Aswad Al- Du‟ali atas perintah Ali Bin Abi Thalib.2

Di Indonesia seni kaligrafi Arab memiliki sejarah tersendiri, masuknya kesenian ini bersamaan dengan ajaran Islam yang dibawa oleh orang-orang keturunan Arab dan mengalami proses akulturasi dengan budaya setempat.

Melalui budaya dan pendidikan yaitu dengan diajarkannya ajaran Islam dan ilmu- ilmu bahasa Arab, kaligrafi dengan sendirinya mengalami proses perkembangan yang sangat cepat dibanding tradisi kaligrafi lokal.

Secara teoritis sejarah kaligrafi Arab pada awalnya berupa garis atau goresan, kemudian berkembang menjadi tulisan-tulisan di berbagai media seperti batu, kulit, logam, kayu, dan benda-benda lain yang mempunyai fungsi administrasi, misalnya penggunaan stempel, surat menyurat atau naskah perjanjian di dalam sistem pemerintahan dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan administrasi dan informasi bagi generasi mendatang.

Namun dalam perkembangannya fungsi itu bertambah atau berubah ke arah seni estetis, yaitu fungsi yang mengedepankan unsur keindahan dengan berbagai model dan coraknya, lewat fungsi ini kaligrafi menjadi icon kesenian Arab yang dapat dijumpai pada bangunan bersejarah, tembok-tembok masjid, museum, dan berbagai artefak budaya manusia yang terpengaruh oleh kebudayaan Arab.3

2 Alan Zuhri, Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab Pada Masa Pra-Islam Sampai Kodifikasi Al-Qur‟an 250-940 M (Jakarta : Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah. 2017).

3 M Farkhan Mujahidin, Pemikiran Kaligrafi Arab Di Indonesia "Center of Middle Eastren Studies (CMES)": Jurnal Studi Timur Tengah, Vol 9, No 2 (2016), 179-188.

(16)

Masjid-masjid yang berada di kota kraksaan dan Probolinggo memiliki dekorasi seni kaligrafi. Kondisi seperti ini memberikan kepada masyarakat yang berada di lingkungan masjid bisa mengetahui Estetika dan Resepsi yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Seni rupa dalam segala bentuknya adalah usaha manusia untuk menjelaskan dan mengungkapkan sesuatu yang dirasakan dalam pikirannya melalui berbagai ekspresi yang indah, ilustratif, dan memiliki pengaruh yang signifikan, salah satunya dengan memanipulasi atau mengolah bentuk huruf yang sering disebut Kaligrafi Arab, Cina, India, dan Jawa semua contoh seni kaligrafi.

Menurut orientalis dan sejarawan sendiri, huruf Arab adalah huruf terindah di dunia. Keterampilan menulis dalam bahasa Arab secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga kategori yang tak terpisahkan, yaitu imla (al-imla‟), kaligrafi (al- kaligrafi), dan mengarang (al- insya‟). Yang disebut (al-imla‟) adalah kategori

untuk menulis yang menekankan rupa/postur huruf untuk membentuk kata-kata dan kalimat. Menurut ma‟ruf dalam acep hermawan mengungkapkan bahwa yang disebut al-imla‟ ialah menulis huruf-huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata supaya tidak terjadi kesalahan makna. Kemudian (Al-Kaligrafi) disebut juga tahsin al-khat (memperbagus tulisan) ialah kategori menulis yang tidak hanya menekankan rupa/postur huruf dalam membentuk kata-kata dan kalimat, akan tetapi juga menyentuh aspek-aspek estetika al-jamal. Al-khat sendiri sebagai cabang budaya yang bernilai estetika, kaligrafi merupakan produk muslim yang maju dalam mengekspresikan nilai-nilai keindahan melalui goresan-goresan tinta diujung kanfas, cat, dan benda-benda lainnya. Dan (Al-insya‟) yang berarti

(17)

mengarang merupakan kategori menulis yang berorientasi pada pengekspresian pokok pikiran berupa ide, pesan, perasaan, dan sebagainya kedalam bahasa tulisan, bukan visualisasi bentuk atau rupa huruf, kata, atau kalimat saja. Maka wawasan dan pengalaman pengarang sudah mulai dilibatkan.4

Kaligrafi yang sering disebut khat, adalah proses kreatif Islam yang menarik perhatian sejarawan dan analis budaya. Kaligrafi memiliki konotasi yang luhur, dan tempatnya dalam integrasi ruang dan waktu budaya Islam tidak dapat disangkal. Selama lebih dari 14 abad, kaligrafi menjadi sebuah icon jalan seni Islam secara keseluruhan. Adapun Pengaruh Al-Qur'an sebagian besar pada perkembangan kaligrafi tidak dapat dipisahkan sejak Al-Qur'an diturunkan, kaligrafi telah berkembang menjadi banyak jenis yang berbeda.5

Seni adalah aktivitas yang mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistik.6 Al-Qur‟an banyak mengajarkan manusia untuk bersikap dan memberikan pendidikan yang menonjolkan sikap saling menghargai, memahami perbedaan dan berlaku adil.7 Aturan-aturan atas praktik kehidupan manusia dalam Islam banyak terkandung dalam Al-Qur‟an.8 Dalam bahasa Indonesia, salah satu arti dari seni adalah halus, sedangkan dalam artian lainnya ialah kecil atau indah.

Dari kata seni inilah terbentuk kata kesenian yang berarti keterampilan indah. Jika dikaji lebih jauh, definisi seni dan kesenian itu berhubungan dengan keindahan

4 Susilawati, Pengaruh Desain Bahan Ajar Bahasa Arab (Kitabah) Terhadap Maharah Al- Kitabah (Tesis: UIN Alaluddin Makassar, 2016).

5 Khoirotun Ni‟mah, "Khat Dalam Menunjang Kemahiran Kitabah Bahasa Arab "DAR EL - ILMI": Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora, Vol 6 No 2 (2019), 263-284.

6 Nurul Hidayah, "Pengertian Pendidikan Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional" PALAPA : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol 9 No 1 (2021), 126.

7 Ashif Az-Zafi. Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Al-Qur'an Dalam Pendidikan Islam (Jurnal, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020).

8 Abd Basid, “Peningkatan Taraf Hidup Layak Dalam Al-Qur‟an Melalui Produktivitas Bekerja Diperoleh( (Jurnal: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020), 174.

(18)

dan kenikmatan. Seni, diungkapkan dengan istilah apapun, suatu karya seni dimaksudkan untuk memberi makna kebutuhan manusia akan rasa di sekitar keindahan. Kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf tunggal, lokasinya, dan cara gabungannya menjadi teks terstruktur. Atau apapun yang tertulis secara online, bagaimana menulisnya, menentukan apa yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan bagaimana mengubahnya.9 Hal yang mengagumkan dari seni kaligrafi adalah dalam hal membaca dan menulis, sebagaimana perintah dari Allah saat nabi Muhammad menerima wahyu pertama kali saat beliau di gua hira. Maka kisah tersebut tertulis pada surat al-„alaq 1-5.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis akan merumuskan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Estetika Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo?

2. Bagaimana Resepsi Pembaca/Penikmat Kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai jawaban atas permasalahan pada fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Estetika Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar- Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo.

9 Nurul Hidayah. "Pengertian Pendidikan Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional" Jurnal MathEducation Nusantara Al Wasliyah University Medan, Vol 5, No 2 (2022), 130.

(19)

2. Untuk mengetahui Resepsi Pembaca/Penikmat Kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. kemampuan berpikir kritis kita dengan menilai konsep-konsep yang ditawarkan dalam kaligrafi Islam.

b. Dengan penelitian ini, diharapkan fondasi pemikiran umat islam tentang kaligrafi menjadi lebih baik. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini dapat mendorong umat Islam untuk mempelajari seni kaligrafi Islam.

c. Melalui penelitian ini, kreativitas seni kaligrafi islam dapat dibangun kembali.

2. Manfaat Praktis

a. Menemukan konsep kaligrafi Islam secara akademis.

b. Memperluas wawasan ulama tentang bidang kaligrafi Islam.

c. Memberikan pelajaran kepada masyarakat dalam konsep Kaligrafi Al- Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah kraksaan Dan Raudlatul jannah Probolinggo

E. Definisi Istilah

Penelitian yang berjudul, Estetika dan Resepsi Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo, akan dijelaskan makna dari masing-masing kata yang terdapat dalam judul penelitian tersebut.

(20)

1. Kaligrafi dalam Estetika Islam

Banyak didapati defenisi tentang estetika, namun kelihatannya antara satu dengan yang lainnya hampir sama atau sekurang-kurangnya tidak berbeda secara mendasar (prinsipil). Beakley dan Chilton, mendefenisikan estetika sebagai pola terhadap seni, memperlihatkan rasa yang bagus, indah, menjadi estetika, jadi terikat dengan kegiatan atau apresiasi tentang keindahan.10

Seni kaligrafi yang merupakan kebesaran seni Islam, lahir di tengah- tengah dunia arsitektur secara alami. Ini dapat dibuktikan pada keanekaragaman hiasan kaligrafi yang memenuhi dinding masjid-masjid dan bangunan-bangunan lainnya, dalam paduan ayat-ayat Al-Qur'an yang mulia, hadits-hadits atau kata-kata hikmah para ulama. Demikian pula mushaf- mushaf Al-Qur'an banyak ditulis dengan berbagai model kaligrafi yang dimodifikasi corak hias yang mempesona dan beranekaragam.

2. Resepsi Al-Qur‟an untuk Kaligrafi Masjid

Secara etimologi, resepsi merupakan salah satu kata yang berasal dari bahasa latin, recipere yang memiliki arti penyambutan atau penerimaan pembaca.11 Sementara resepsi secara terminologi adalah respon yang dilakukan oleh pembaca terhadap sebuah karya sastra.12

Endaswara mengemukakan bahwa resepsi berarti menerima atau penikmatan karya sastra oleh pembaca. Resepsi merupakan aliran yang

10 Laurens, J. M. Arsitektur dan Perilaku Manusia, penerbit PT Grasindo. 2004.

11 Nyoman Kuta Ratna, Teori Dan Metode Teknik Penelitian Sastra, 8th edn (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011), 22.

12 Rachmad Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra : Metode Sastra Dan Penerapannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 7.

(21)

meneliti teks sastra dengan bertitik tolak kepada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Teori resepsi mementingkan tanggapan pembaca yang muncul setelah pembaca menafsirkan dan menilai sebuah karya sastra. Menurut Junus resepsi sastra adalah bagaimana

“pembaca” memberikan makna terhadap karya sastra yang dibaca sehingga memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan ada dua macam yaitu tanggapan yang bersifat aktif dan pasif. Tanggapan aktif berarti bagaimana pembaca “merealisasikan” karya sastra sedangkan tanggapan pasif yakni bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya-karya sastra atau dapat melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya.

Resepsi Al-Qur‟an merupakan kajian tentang respon atau penerimaan pembaca terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an. Penerimaan tersebut bisa berupa penafsiran pesan ayat-ayat Al-Qur‟an, pengaplikasian ajaran moral, pemberian nilai-nilai dari sisi penampilan mushaf serta cara membaca dan melantunkan ayat-ayatnya. Seni kaligrafi ayat-ayat Al-Qur‟an pada suatu tata ruang atau ornamen sebuah masjid menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu hidup di berbagai ruang dan waktu dalam lingkup masyarakat atau disebut dengan Living Qur‟an. Serta menekankan bahwa fenomena Living Qur‟an itu melihat bagaimana sebuah teks tidak hanya mengkonstruksi penerimaan terhadapnya, akan tetapi juga menerima konstruksi pembaca sehingga melahirkan sebuah teks dan praktek yang beragam.

(22)

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penyajian laporan ini, maka laporan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab Pertama Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi Istilah dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua Kajian Pustaka, dalam bab ini berisi beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan penulis. selain itu, dalam bab ini juga akan dituliskan berkenaan dengan kajian teori yang penulis gunakan untuk menjawab fokus permasalahan.

Bab Ketiga Metode Penelitian, pada bab ini terbagi menjadi berapa sub-bab.

pertama pendekatan dan jenis penelitian, kedua, sumber data, ketiga, teknik pengumpulan data, keempat, teknik analisis data, dan kelima, keabsahan data.

Bab Keempat Hasil Penelitian, peneliti mencoba menganalisis data dengan mengolah hasil penelitian yang menjadi permasalahan dengan berdasarkan teori yang ada. Dalam hal ini peneliti mengkaji tentang bagaimana Estetika Kaligrafi Al-Qur‟an Dalam Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo serta Resepsi Pembaca/Penikmat Kaligrafi Al-Qur‟an di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan dan Raudlatul Jannah Probolinggo.

Bab Kelima Penutup, berisi kesimpulan hasil penelitian dan juga saran dari penulis.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan tema ini, yakni kaligrafi masjid. Namun sebagian besar Penelitian tersebut pada umumnya lebih banyak tentang estetika (keindahan kaligrafi, hanya ada beberapa penelitian yang berusaha menghubungkan estetika kaligrafi tersebut dengan aspek-aspek yg lain di Estetika, dari beberapa penelitian yang relevan tersebut berikut ini penjelasannya.

1. Jurnal oleh Soraya tahun 2012 yang berjudul “Nilai dan Makna Kaligrafi Arab di Masjid Al-Atiq (Analisis Estetika). Yang memiliki nilai sejarah yang besar namun kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan peneliti dari pada masjid. Selanjutnya unsur kaligrafi yang merupakan aspek arsitektur interior masjid menyampaikan nilai dan makna yang merupakan bagian dari dakwah Islam untuk kemaslahatan umat manusia, baik secara visual maupun konkrit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap nilai dan makna kaligrafi sehingga dapat dijadikan sebagai bagian referensi dalam pembelajaran kaligrafi Arab. Serta membantu masyarakat umum dalam memahami nilai dan makna masjid Al-Atiq.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan langkah- langkah observatif yang disesuaikan dengan sumber terkait, sehingga data yang ada pada objek penelitian ini dapat dideskripsikan secara tuntas, dan dianalisis dengan pendekatan estetik. Hasil keseluruhan menunjukkan

(24)

bahwa di dalam kaligrafi terdapat sejumlah besar atau isyarat grafis yang menawarkan nilai estetika, seperti unsur bahan, bentuk, warna, dan tulisan.

Selain itu, kaligrafi memiliki berbagai macam makna dari beberapa sudut pandang, antara lain: makna visual (ini ikut serta dalam menciptakan, mewarnai, atau membentuk), (makna tekstual, makna filosofis, makna simbolik, dan makna kontekstual, budaya, dan religi). Apalagi kaligrafi masjid Al-Atiq melibatkan faktor (nilai estetika, seni, religi, dan budaya).

Kesimpulannya, kaligrafi bermanfaat bagi umat sebagai media dakwah, ruang kreativitas, khususnya di kalangan umat Islam, dan mengandung nilai-nilai yang memperkaya budaya bangsa.13

2. Jurnal oleh Tri Yaumil Falikah dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2021 yang berjudul “Motif Ornamen Kaligrafi Ayat- Ayat Al-Qur‟an: Studi Living Qur‟an di Masjid Jami‟ Al-Mukhlisin Jabung Lamongan”. Hal ini menarik untuk dikaji mengingat Al-Qur‟an di masyarakat tidak hanya dipahami sebagai sebuah teks yang pasif. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan pendekatan teori fenomenologi dua motif yaitu because motive dan in order to motive yang dikembangkan oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Qur‟an pada masjid tersebut memiliki dua motif. Pertama, because motive yaitu adanya inspirasi inisiator pembuat ornamen kaligrafi dari keindahan ornamen kaligrafi masjid-masjid di Turki dan adanya kekhawatiran inisiator akan kondisi keberagamaan masyarakat

13 Soraya, Saskia. Nilai dan Makna Kaligrafi Arab pada Masjid Al-Atiq (Analisis Estetik) Students e-Journals, Vol 1, No 1 (2012), 10.

(25)

yang kurang antusias dengan pembelajaran Al-Qur‟an. Kedua, in-order-to motive yaitu sebagai media dakwah Islam untuk menarik minat belajar masyarakat terhadap Al-Qur‟an. Dengan demikian, ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Qur‟an di suatu masjid bukan sekedar tulisan tanpa motif, melainkan memiliki motif dan sisi positif yang menggambarkan adanya dinamisasi Al-Qur‟an.14

3. Jurnal oleh Rendy Prayogi tahun 2020 yang berjudul “Analisis Ornamen Pada Bangunan Masjid Al-Osmani Medan”. Bangunan Masjid Al-Osmani memiliki arsitektur yang unik perpaduan dari budaya China, Eropa, India, Timur Tengah dan Melayu Deli. Seperti pintu masjid berornamen China, ukiran relief pada pilar bangunan bernuansa Eropa, kubah mencirikan nuansa India, serta tampilan kaligrafi mencirikan nuansa Timur Tengah dan ornamen Melayu Deli. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan estetika. Pendekatan sejarah akan menyangkut pembahasan tentang sejarah bangunan Masjid Al-Osmani dan perkembangan fungsi bangunan sejak didirikan hingga sampai sekarang.

Pendekatan estetika akan menyangkut pembahasan tentang bentuk ornamen pada bangunan Masjid Al-Osmani, bagaimana bentuk ornamen dan bangunan Masjid Al-Osmani tersebut terbentuk sehingga memiliki ciri khas dan dapat menarik perhatian publik?. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa bangunan Masjid Al-Osmani tidak seutuhnya

14 Tri Yaumil Falikah, "Comparative Study of The Concept of Religiusity in The Western and Islamic Perspective" Al-Misbah: Jurnal Islamic Studies, Vol. 9 no. 2 (2021), 128–139.

(26)

bercirikan budaya Melayu Deli tetapi juga memiliki alkulturasi estetika bentuk dari kebudayaan China, Eropa, India dan Timur Tengah.15

Perbedaan objek material dalam karya ini adalah melalui pendekatan Estetika kaligrafi Masjid, tidak menjelaskan Resepsi dari kaligrafi masjid tersebut sedangkan dalam penelitian penulis adalah menjelaskan Estetika dan Resepsi kaligrafi masjid dan tujuan penulis membuat penilitian ini karena masih belum ada yang meneliti sebelumnya.

B. Kajian Teori

Kajian teori merupakan landasan berfikir yang disusun untuk menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih.

1. Kaligrafi dalam Estetika Islam

Banyak didapati defenisi tentang estetika, namun kelihatannya antara satu dengan yang lainnya hampir sama atau sekurang-kurangnya tidak berbeda secara mendasar (prinsipil). Beakley dan Chilton, mendefenisikan estetika sebagai pola terhadap seni, memperlihatkan rasa yang bagus, indah, menjadi estetika, jadi terikat dengan kegiatan atau apresiasi tentang keindahan.16

Estetika adalah cabang dari akar filsafat dalam mendefinisikan sifat nilai-nilai keindahan, perasaan yang memuaskan hati, terdapat juga makna hidup dan perasaan haru yang mendalam, yang seringkali membawa seseorang pada rasa rendah hati, sehingga harapan seseorang berjalan dengan kreatifnya sendiri tanpa dihancurkan oleh frustrasi.

15 Rendy Prayogi, "Analisis Ornamen Pada Bangunan Masjid Al Osmani Medan

"PROPORSI": Jurnal Desain, Multimedia, dan Industri Kreatif, Vol 5, No 2 (2020), 217–226.

16 Laurens, J. M. Arsitektur dan Perilaku Manusia, penerbit PT Grasindo. 2004.

(27)

Kehadiran sesuatu yang indah dalam hidup seseorang, seperti keindahan musik, dapat membangkitkan sensasi halus, menghasilkan suasana yang menyenangkan dan meningkatkan suasana hati seseorang, dan biasanya mendorong seseorang untuk bekerja lebih kreatif.

Seseorang dapat memahami keindahan sebuah karya seni dengan harus menerapkan perasaan dan penalaran pada proses dan hasil karya seni tersebut, seperti yang berkaitan dengan semangat hidup, kepekaan, dan latar belakang situasi emosional seorang seniman dalam kehidupan.

menangkap dan terus menggarap realitas keindahan itu untuk dituangkan ke dalam karya seninya. Keterampilannya dapat digunakan untuk setiap sudut, dimensi, atau warna.

Ide keindahan Islam tidak lebih dari pandangan tentang bagaimana kebenaran memanifestasikan dirinya dalam konteks variasi melalui seni, sastra, dan kebenaran budaya. Ide ini bermula dari pandangan umum tentang keindahan, yang hanya menekankan pada satu sudut pandang, yaitu masalah mempersepsikan sesuatu yang indah yang dapat dideteksi oleh indera dan menenangkan indera dan perasaan. Realitas Tertinggi, menurut Ibnu Sina, adalah "Keindahan Abadi," yang sifatnya adalah melihat wajah sendiri terpantul di cermin alam semesta. Sebagai akibat wajar, bagi mereka, alam semesta menjadi cerminan "Keindahan Abadi", atau emanasi, seperti yang diajarkan Neo-Platonis. Menurut M. Syarif,

(28)

manifestasi keindahan adalah penyebab penciptaan, dan cinta adalah ciptaan tertinggi.17

Tanpa seni, Al-Quran akan dibaca dengan suara datar dan adzan dikumandangkan dengan nada tidak merdu di telinga, masyarakat membangun masjid tanpa estetika, dan kita akan menyaksikan kaum muslim mengemas acara-acara dakwah tanpa sentuhan keindahan yang menjadikannya dakwah tersebut terasa kurang menarik. Tanpa seni, orang berbicara tanpa peduli dengan ketepatan dan keindahan diksi, tanpa gaya bicara dan intonasi. Sebagai contoh, misalnya sebuah kegiatan sholat Jum‟at yang berkhutbah dengan nada monoton, tanpa sentuhan emosi dan seni komunikasi, cenderung akan menyebabkan jama‟ah menjadi mengantuk bahkan tertidur. Kita saksikan wajah tanpa ekspresi, kita lihat pilihan warna baju yang tidak serasi dengan dasi. Semua itu jika tidak disentuhkan dengan seni maka akan terlihat menjadi kurang indah, Seni Islam adalah bidang pengkajian peradaban Islam yang penting.

Semakin banyak kita mengenal kesenian Islam, maka semakin baik pula pengenalan kita terhadap peradaban orang-orang Islam. Meskipun seni, dalam setiap peradaban diciptakan oleh minoritas kreatif, namun seni dapat menampilkan masyarakat secara utuh dalam suatu masa tertentu.18

Al-Qur‟an juga harus diposisikan sebagai penjelas tauhid atau transendensi. Ajaran tauhid yang terkandung di dalam Al-Qur‟an harus di

17 Alan Budi Kusuma. Konsep Keindahan Dalam Seni Islam Menurut Sayyed Hossein Nasr (Skripsi: IAIN Bengkulu, 2020).

18 Merta Sahroni, Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Seni Dan Keindahan (Tesis:

IAIN Bengkulu, 2021).

(29)

ekspresikan secara estetis, baik melalui pola yang tidak memiliki awal maupun akhir, dan memberikan kesan ketakterhinggaan. Prinsip inilah yang menjadi esensi ajaran tauhid di dalam Islam. Demikian halnya dengan seni islam yang kaya akan aspek infinitas menjadi wadah yang tepat untuk menyelami dan merasakan isi kandungan ajaran tauhid. Al- Qur‟an harus di pandang sebagai model seni. Model utama dan tertinggi sekaligus menjadi sumber utama bagi kreatifitas dan prodiksi estetis, yakni sebagai dasar bagi keenam karakteristik seni Islam. Keenam karakteristik yang tidak dapat lepas dari seni islam tersebut adalah abstraksi, struktur modular, kombinasi suksesif, repetisi, dinamisme, dan kerumitan. Dan Al- Qur‟an sebagai ikonografi artistik.

Al-Qur‟an sebagai bahan terpenting bagi ikonigrafi seni islam, Al- Qur‟an memberikan pengaruh dasar makna estetis dan perilaku untuk umat muslim. Kutipan ayat Al-Qur‟an mulai digunakan sebagai motif dekorasi pada benda-benda religius, dinding dan bangunan, monumen, tekstil dan juga pada prabotan rumah tangga. Melalui penggunaan yang berkelanjutan dan sangat indah terdapat ekspresi pengingat yang konstan terhadap tauhid. Realisasi efektifitas dan kesesuaian motif diskursif maupun visual Al-Qur‟an ini telah menghasilkan hubungan yang sangat kaya antara kebudayaan Islam dan dunia seni.19

Tumbuhnya minat terhadap teks Al-Qur'an sebagai pedoman segala pemikiran dan kegiatan, atau keinginan untuk melestarikan dan

19 Umar Faruqi, Muhammad Syafrifuddin terhadap ayat-ayat Al-Qur'an (Tesis: IAIN Palangka Raya, 2019).

(30)

menuliskannya dengan baik, berbarengan dengan naiknya minat menulis.

Berbagai gaya atau gaya penulisan dibentuk saat perbaikan ortografis pada aksara Arab sedang dilakukan. Bentuk sudut dapat ditemukan di salah satu tulisan tertua, yang diperkirakan telah dikembangkan di Irak pada bagian kedua abad ketujuh Masehi. Huruf kufi populer di daerah sekitar Basra dan Kufah karena berasal dari Kufah, kota Islam. Aksara Kufi digunakan untuk menulis Al-Qur‟an selama berabad-abad dan juga digunakan sebagai desain pada tekstil, keramik, serta hal-hal lain.20

Cinta dan keindahan aspek tertentu terkait erat. Banyak Sufi mengungkapkan kaitan ini dalam tulisan-tulisan mereka, seperti Al- Chemistry Ghazali's of Happiness, yang membahas kebahagiaan dalam kaitannya dengan keindahan dan cinta, dengan cinta memiliki peringkat dan kecantikan memiliki peringkat. Kecantikan, seperti halnya cinta, memiliki peran penting dalam mengembalikan sesuatu ke akarnya (Origin). Menemukan dan menghayati ruang suci secara langsung sebagai bagian dari upaya spiritual seseorang adalah salah satu upaya di jalan spiritual yang juga mendasar bagi sebagian manusia.21

Wahyu Tuhan yang verbal dan yang kemudian dituangkan dalam bentuk nyata tulisan telah menjadi perdebatan yang panjang dan mempengaruhi peradaban. Al-Qur„an menjadi faktor utama dalam

20 Asep Suryanto, Asep Saepulloh, "Optimalisasi Fungsi Dan Potensi Masjid: Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid Di Kota Tasikmalaya" IQTISHODUNA:

Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 2 (2016), 1–27.

21 Alan Budi Kusuma. Konsep Keindahan Dalam Seni Islam Menurut Sayyed Hossein Nasr (Skripsi: IAIN Bengkulu, 2020).

(31)

perkembangan seni kaligrafi Islam.22 Kaligrafi Islam sendiri merupakan resepsi estetis umat Islam dalam mengekspresikan keindahan Al-Qur„an.

Ahmad Baidowi berpendapat, sisi spiritualitas dan estetika kaligrafi sebagai perwujudan nilai-nilai wahyu Tuhan oleh umat Islam merupakan field research yang menarik untuk diteliti.23 Selain kaligrafi, tulisan- tulisan Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai jimat dan rajah(Dalam bahasa Madura) juga menarik untuk diteliti.

Kaligrafi mengekspresikan paham ketuhanan yang abstrak (dalam makna, Tuhan yang tidak bisa dilukiskan) dengan menekankan pernyataan diri Tuhan melalui wahyu. Maka kaligrafi di ekspresikan untuk mencurahkan kekuatan wahyu Al-Quran Sedangkan ornamentasi merupakan pengembangan rasa keindahan yang bebas dari mitos alam, dan dilakukan dengan mengembangkan pola-pola abstrak yang diambil dari pengolahan motif bunga, daun, dan poligon-poligon. Baik kaligrafi maupun ornamen keduanya diekspresikan dalam bidang datar (dua dimensi) dengan kemungkinan pengembangan relief untuk menghindari ekspresi ril makhluk hidup.24

Kaligrafi Islam yang berasal dari Al-Qur‟an itu menyuarakan wahyu Islam dan sekaligus menggambarkan tanggapan jiwa orang-orang Islam terhadap pesan illahi. Titik-titik yang ditulis oleh Pena Ilahi

22 Erma Suriani, “Eksistensi Qur‟anic Centre dan Espektasi Sebagai Lokomotif Living Qur‟an”, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol 14 No. 1 (2018), 1-13

23 Ahmad Ghozali Syafi'i, Masbukin Masbukin, "Kaligrafi dan Peradapan Isalam Sejarah Dan Pengaruhnya Bagi Kebudayaan Islam Di Nusantara" Nusantara: Jurnal for Southeast Asian Islamic Studies, Vol.17, No.2 (2021), 68-75.

24 Mutohharun Jinan, "Kaligrafi Sebagai Resepsi Estetik Islam" SUHUF: Jurnal UM Surakarta, Vol 22 No 2 (2010), 145.

(32)

menciptakan pola dasar surgawi tentang kaligrafi Al-Qur‟an dan juga garis-garis serta kandungan hukum alam yang tidak hanya membentuk ruang angkasa, namun juga arsitektur Islam.25

Kaligrafi Islam melalui simbolisme bentuk-bentuknya merefleksikan jalinan antara kemapanan dan perubahan yang memberi ciri pada ciptaan itu sendiri. Dunia terdiri dari sesuatu yang terus-menerus mengalir atau menjadi, sedangkan yang belum menjadi hanyalah refleksi wujud dan pola-pola dasar abadi yang terkandung di dalam firman atau kalam Tuhan.26

Karena itu, seorang kaligrafer mampu menyadari bahwa dalam menarik sebuah garis dari kanan ke kiri, yang merupakan arah penulisan kaligrafi Arab, manusia tengah bergerak dari garis-garis pinggir menuju ke hati yang juga terletak di sebelah kiri tubuh dan bahwa dengan konsentrasi pada penulisan kata-kata dalam bentuk yang Indah, manusia juga membawa unsur-unsur jiwanya yang tercerai-berai kembali ke pusatnya.

Hati serta jiwa seluruh muslim di segarkan oleh keagungan, keselarasan, irama, dan pola bentuk bentuk kaligrafi yang yang mengelilingi kaum muslim yang hidup dalam masyarakat Islam.27

Esensi seni adalah keindahan. Keindahan itu sangat bersifat batiniah sekaligus sangat bersifat lahiriah. Keindahan seni berhubungan dengan

25 Ali akbar, Kaidah menulis dan karya-karya master kaligrafi islam (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2012), 61.

26 Ali akbar, Kaidah menulis dan karya-karya master kaligrafi islam (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2012), 63.

27 Ali akbar, Kaidah menulis dan karya-karya master kaligrafi islam (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2012), 64.

(33)

sesuatu yang amat lahiriah dan badaniah dan pada saat yang sama juga berhubungan dengan ketidakterbatasan kualitas Yang Maha Indah.

Konsepsi seni dalam alur spiritual Islam ini berlaku bagi semua jenis seni yang membawa pada keindahan Seni kaligrafi memiliki kemungkinan dekoratif yang sangat kaya dan tiada habisnya.28

Sebagai bagian dari ekspresi seni yang terkait langsung dengan keagamaan kaligrafi selain mengandung fungsi konvensional juga memiliki fungsi khusus yang bersifat spiritual. Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni suci Islam setidaknya mengandung empat pesan atau fungsi spiritual. Pertama, mengalirkan barakah sebagai akibat hubungan batinnya dengan dimensi spiritual Islam. Kedua, menjadi kriteria untuk menentukan apakah sebuah gerakan sosial, kul-tural dan bahkan politik benar-benar otentik Islami atau hanya menggunakan, simbol Islam sebagai slogan untuk mencapai tujuan tertentu. Ketiga, sebagai kriteria untuk me- nentukan tingkat hubungan intelektual dan religius masyarakat muslim.

Keempat, mengingatkan kehadiran Tuhan dimanapun manusia berada.

Bagi seseorang yang senantiasa ingat kepada Tuhan. Bahkan seni Islam yang pada dasarnya dilandasi wahyu Ilahi adalah penuntun manusia untuk masuk ke ruang batin wahyu Ilahi.29

28 Mutohharun Jinan, Kaligrafi Sebagai Resepsi Estetik Islam "SUHUF":Jurnal UM Surakarta, Vol 22 No 2 (2010), 152.

29 Mutohharun Jinan, Kaligrafi Sebagai Resepsi Estetik Islam "SUHUF":Jurnal UM Surakarta, Vol 22 No 2 (2010), 153.

.

(34)

2. Resepsi Al-Qur’an dalam Kaligrafi Masjid

Orang Arab adalah masyarakat yang buta huruf untuk membaca ayat-ayatnya. Sifat ini juga dirujuk dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:

ُمُهُمِّلَعٌَُو ْمِهٍِّْكَزٌَُو هِتٌٰٰا ْمِهٍَْلَع اْىُلْتٌَ ْمُهْىِّم الْْىُسَر َهٍِّّمُ ْلْا ىِف َثَعَت ْيِذَّلا َىُه ٍهٍِْثُّم ٍلٰلَض ًِْفَل ُلْثَق ْهِم ا ْىُواَك ْنِاَو َةَمْكِحْلاَو َةٰتِكْلا

Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul di antara orang buta huruf untuk membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mencuci mereka, dan menyampaikan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah). dan mereka dalam kesalahan yang jelas sebelumnya. (QS Al Jumu‟ah/62:2) 26”

Karena pandangan Al-Qur'an tentang estetika sebagian besar di isyaratkan dalam ayat-ayat mutasyabihat, para filosof dan sufi muncul dari keprihatinan yang berkaitan dengan estetika dengan beberapa bagian mutasyabihat dalam Al-Qur'an. Misalnya, menurut hadits, “Tuhan itu Indah (jamal) dan Mencintai Yang Indah.” Istilah keindahan (jamal) yang disebutkan dalam hadits terkait dengan pengertian estetika dalam berbagai ayat Al-Qur'an, seperti:

ْجَو َّمَثَف ا ْىُّلَىُت اَمَىٌَْاَف ُبِزْغَمْلاَو ُقِزْشَمْلا ِ ِّٰلِلو ٌمٍِْلَع ٌعِساَو َ ّٰالله َّنِا ۗ ِ ّٰالله ُه

30 Al-Qur‟an (QS Al Jumu‟ah/62:2) 26

31 Al-Qur‟an (QS Al Baqoroh/2:115)

(35)

Artinya: “Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. sesungguhnya Allah maha luas (rahmatnya) lagi maha mengetahui. (QS Al Baqoroh/2:115)”

Tuhan, menurut dzahir, dapat digunakan untuk perenungan estetis sebagaimana disebutkan bahwa kontemplasi akan membawa kita pada jenis keindahan dan kebenaran yang lebih halus atau lebih dalam. Estetika dalam Islam, seperti halnya spiritualitas Islam, merupakan perjalanan dari bentuk ke alam segala bentuk, dari mana manusia muncul. Memang, estetika terkait dengan metafisika atau ontologi dalam tradisi Islam, serta pengetahuan dan kesadaran akan keberadaan dan jajarannya dari luar hingga terdalam. Karya seni dipandang sebagai lambang pengalaman artistik, dan diharapkan dapat meningkatkan kebijaksanaan yang lebih luas kepada pemirsa. Hal ini dapat mendorong manusia untuk mendaki dari dzahir ke Batin, dari dunia tasybih (alam bentuk atau gejala yang dapat diterima oleh panca indera) ke alam tanzih (alam transendental yang membutuhkan penglihatan tajam dari hati). Dalam QS. 2:115, dzahir dari esensi Tuhan terungkap sebagai wajahnya (wajhu), dan wajah cantiknya berkorelasi erat dengan sifat-sifat dan ciptaannya yang indah di dunia.

Panca indera dapat mendeteksi keindahan surgawi ini pada fase awal (pengalaman empiris), tetapi pikiran manusia dan penglihatan spiritual juga terlibat di kemudian hari. Wajah dzahirnya juga dapat dilihat dalam ayat-ayatnya atau dalam tanda-tandanya yang luar biasa. Menurut

(36)

hermenetik yang terkenal "Apa yang seharusnya menjadi yang terendah melambangkan yang tertinggi." Prinsip ini juga ada hubungannya dengan standar kecantikan. Dunia material, meskipun berada di dasar hierarki keberadaan, mencerminkan realitas tertinggi. Keindahan tertinggi, dan pada akhirnya Keindahan Ilahi, dapat direpresentasikan dalam keindahan bentuk material. Banyak Sufi telah mengetahui kebenaran ini sepanjang zaman dan melihat setiap bentuk yang indah sebagai cerminan Kecantikan Wajahnya.

Bukan kebetulan bahwa selama berabad-abad, para sufi telah menjadi tokoh paling penting dan terkenal dalam menjelaskan dan mengomentari isi Al-Qur'an, dan bahwa beberapa karya tasawuf terbaik, seperti matsnawi Jalal Al-Din Rumi, sebenarnya didasarkan pada Al- Qur'an. Bahkan seni Islam, yang kadang-kadang disebut sebagai "wahyu kedua" Islam, ditambatkan dalam Al-Qur'an, bukan dalam bentuk eksternalnya atau sebagai hasil penerapan ajaran eksplisit teks, tetapi dalam realitas yang mendasarinya. Tidak akan ada nada seni Islam tanpa Al-Qur'an. Kesukaannya pada frasa "abstrak", Al-Qur'an telah menghidupkan dalam pikiran dan jiwa pria dan wanita yang telah menciptakan karya seni Islam ritme yang berkembang dalam semangat Muslim dari hasratnya, kesadaran konstan dunia sebagai pola dasar yang merupakan sumber semua bentuk duniawi, dan kesadaran akan kerapuhan

(37)

dunia dan keabadian roh. Seni Islam adalah wahyu dari realitas batin Al- Qur'an atau jejaknya pada jiwa Nabi dan, melalui dia, pada jiwa Muslim.32

Dalam konteks memperlakukan Al-Qur‟an di dalam kehidupan praksis, para santri memiliki ragam praktik yang berbeda-beda. Salah satu contoh yang bisa diangkat adalah adanya tradisi pembiasaan pembacaan surat-surat pilihan (surat Al-Waqi‟ah dan surat Al-Mulk). Surat Al- Waqi‟ah dan surah Al-Mulk rutin dibaca oleh santri setelah selesai melaksanakan shalat ashar dan Shalat maghrib berjamaah, sedangkan surat Yasin rutin dibaca setiap malam jum‟at. Di samping itu ada juga santri yang merespon kehadiran Al-Qur‟an dengan cara menjadikannya kaligrafi.

Kaligrafi tersebut diletakkan di berbagai tempat, seperti asrama santri.

Dengan demikian, resepsi Al-Qur‟an dari satu generasi terdahulu sangat mungkin untuk ditiru secara kreatif oleh generasi- generasi selanjutnya, tergantung pada transmisi pengetahuan yang berlangsung serta model resepsinya apakah melalui teks atau praktik. Akhirnya, dalam sejarah resepsi Al-Qur‟an, Al-Qur‟an bukan hanya menjadi jalan hidup (way of life) bagi muslim, tetapi kehidupan (life of) muslim itu sendiri. Sebagai jalan hidup, Al-Qur‟an telah ada dan membimbing dan mengarahkan muslim ke jalan tertentu, “jalan yang benar”, sementara sebagai kehidupan, Al-Qur‟an masuk ke dalam perjalanan hidup sehari-hari muslim disadari atau tidak.33

32 Syamsuriadi, Kaligrafi Dalam Islam Suatu Pengantar (Skripsi: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2015).

33 Maryono, “Nilai–nilai Pendidikan Dalam Seni Kaligrafi Karya Syaiful Adnan" Wahana Islamika :Jurnal Studi Keislaman, Vol 4 No 1 (2018), 1-24

(38)

Kaligrafi merupakan Seni menulis indah, fungsi dari Kaligrafi pada umumnya yaitu menambah keindahan pada ruang ibadah seperti Masjid, atau mushola dan tempat-tempat keagamaan yang lainnya, kaligrafi memiliki peranan dan fungsi bagi kehidupan manusia baik secara individual maupun secara sosial. Pada dasarnya kaligrafi memiliki peranan yang sangat penting di Masyarakat, khususnya masyarakat Probolinggo, bisa lebih faham bahwasanya kaligrafi adalah sebuah warisan budaya dari zaman dahulu yang masih dapat dinikmati sampai sekarang, meskipun terdapat perubahan dalam penulisannya, kaligrafi juga bisa dijadikan sebagai medium dari segala bidang ilmu mulai dari ilmu sosial, kebudayaan, ekonomi, sejarah, sampai dengan penelitian ilmiah yang semakin berkembang.34

Rasulullah dalam kondisi tertentu juga meresepsi Al-Qur‟an secara fungsional. Dalam konteks ini, beliau menjadikan ayat-ayat suci Al- Qur‟an sebagai terapi atau yang populer dengan sebutan ruqyah. Misalnya, Rasulullah pernah membaca surat mu‟awwizatain, kemudian ditiupkan pada telapak tangannya dan digosokkan pada tubuhnya pada saat beliau sakit sebelum meninggal (Al-Bukhari). Resepsi Alquran dikategorikan dalam 3 bagian:

a. Resepsi Eksegesis terhadap Al-Qur‟an yaitu Al-Qur‟an dibaca, dipahami dan diajarkan.

34 Shalafia Maulidiyah Risanti, Aliyas Aliyas, Agus Fiadi, Seni Kaligrafi Islam Dan Media Dakwah Di Pasar Singkut Kecamatan Singkut (Skripsi: UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019).

.

(39)

b. Resepsi Estetis terhadap Al-Qur‟an yaitu Al-Qur‟an ditulis sebagai kaligrafi atau tulisan dinding, baik berupa potongan ayat atau surat.

c. Resepsi Fungsional terhadap Al-Qur‟an yaitu di mana Al-Qur‟an dijadikan sebagai benda yang mempunyai kekuatan magis. Potongan ayat-ayat Al-Qur‟an apabila dibaca secara rutin dan konsisten, baik waktu dan tempatnya, maka akan mendatangkan kekuatan, sebagai penolak bala, atau sebagai penarik rizki dan lainnya.35

Seni Kaligrafi ayat-ayat Al-Qur‟an pada suatu tata ruang atau ornamen sebuah masjid menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu hidup di berbagai ruang dan waktu dalam sebuah masyarakat atau disebut dengan Living Qur‟an. menekankan bahwa fenomena Living Qur‟an itu melihat

bagaimana sebuah teks tidak hanya mengkonstruksi penerimaan terhadapnya, akan tetapi juga menerima konstruksi pembaca sehingga melahirkan sebuah teks dan praktek yang beragam. Pada umumnya kajian Living Qur‟an itu menekankan bagaimana nilai-nilai Al-Qur‟an

dihidupkan di tengah-tengah masyarakat sebagai suatu inspirasi dan motivasi tertentu. Misalnya pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an tertentu pada suatu tradisi sebagai sebagai obat atau media penyembuhan penyakit, tolak bala, jimat dan lainnya. Demikian juga dengan penggunaan ayat-ayat

35 Saiful Akhyar Lubis, Syaukani Syaukani, Nurhafizah Simamora, Rahmadi Ali, "Living Alquran Dan Hadits Di Pesantren Darul Arafah Raya" EDUKASI ISLAMI :Jurnal Pendidikan Islami, Vol 9 No 2 (2022), 599.

(40)

Al-Qur‟an yang dilakukan oleh para seniman kaligrafi dalam berbagai karyanya dengan motif tertentu sebagai bentuk ekspresi estetis.36

Resepsi Al-Qur‟an merupakan kajian tentang respon atau penerimaan pembaca terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an. Penerimaan tersebut bisa berupa penafsiran pesan ayat-ayat Al-Qur‟an, pengaplikasian ajaran moral, pemberian nilai dari sisi penampilan mushaf serta cara membaca dan melantunkan ayat- ayatnya. Dengan demikian, interaksi pembaca dengan Al-Qur‟an merupakan konsentrasi dari kajian resepsi ini. Implikasi dari kajian ini akan memberikan pengetahuan tentang ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul dengan Al-Qur‟an. Sementara itu, jika pada dasarnya, teori resepsi merupakan teori yang mengkaji peran dan respon pembaca terhadap suatu karya sastra, maka Al-Qur‟an dapat dijadikan sebagai sebuah karya sastra. Menurut Rahman, yang dikutip oleh Fathurrosyid, mengatakan bahwa suatu karya dapat digolongkan sebagai karya sastra apabila mempunyai tiga aspek, yaitu: a) Estetika rima dan irama, b) Kondisi psikologi pembaca yang mengalami ketakjuban setelah memahami karya tersebut, dan c) Pembaca melakukan penafsiran ulang terhadap karya sastra yang telah dinikmatinya.37

Sebagaima cara, mengkaji Al-Qur'an yang hidup, dapat dilihat sebagai studi tentang "sejumlah peristiwa beragam yang terkait dengan

36 Tri Yaumil Falikah, "Comparative Study of The Concept of Religiusity in The Western and Islamic Perspective Al- Misbah" Jurnal Islamic Studies, Vol. 9 no. 2 (2021).

37 Wida Hikmatul Lisa, Anisatun Muthi‟ah, “Resepsi Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahnya Terbitan Syamil Al-Qur‟an Edisi Special For Woman: Studi Terhadap Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon” DIYA‟ AL-AFKAR: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Al-Hadis, Vol 10, No.1 (2019), 167-184

.

(41)

keberadaan Al-Qur'an atau keberadaan Al-Qur'an di komunitas Muslim tertentu. Dengan pengertian tersebut maka “Living Qur‟an” pada hakekatnya sama dengan Al-Qur‟an itu sendiri dalam bentuk yang paling dasar.

Orientasi dan motif Al-Qur'an tidak hanya ditujukan untuk ibadah, petunjuk, dan pembenaran ia juga mencoba meyakinkan pembacanya untuk memahami apa yang mereka cari dalam bentuk sistem teologis tertentu, yang kemudian digambarkan dalam perilaku sehari-hari.38

Seni Islam dapat dipandang sebagai bentuk ekspresi Qur‟ani dalam warna, garis, gerak, bentuk serta suara. Ismail Raji‟ Al-faruqi, menyebutkan dalam buku Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Islam dibagi menjadi tiga tahapan antara lain:

Pertama, Al-Qur‟an harus diposisikan sebagai penjelas tauhid atau transendensi. Ajaran tauhid yang terkandung di dalam Al-Qur‟an harus diekspresikan secara estetis, baik melalui pola yang tidak memiliki awal maupun akhir, dan memberikan kesan ketakterhinggaan. Prinsip inilah yang menjadi esensi ajaran tauhid di dalam Islam. Demikian halnya dengan seni islam yang kaya akan aspek infinitas menjadi wadah yang tepat untuk menyelami dan merasakan isi kandungan ajaran tauhid. Kedua, Al-Qur‟an harus dipandang sebagai model seni. Model utama dan tertinggi sekaligus menjadi sumber utama bagi kreatifitas dan prodiksi estetis, yakni sebagai dasar bagi keenam karakteristik seni Islam. Keenam karakteristik

38 Wely Dozan, Saepul Rahman, "The Living Qur'an Tradisi Free Lunch Setelah Shalat Jum'at di Masjid Jogokariyan Yogyakarta" REVELATIA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Vol 3 No.2 (2022), 194-205.

(42)

yang tidak dapat lepas dari seni islam tersebut adalah abstraksi, struktur modular, kombinasi suksesif, repetisi, dinamisme, dan kerumitan. Ketiga, Al-Qur‟an sebagai ikonografi artistik. Al-Qur‟an sebagai bahan terpenting bagi ikonigrafi seni islam, Al-Qur‟an memberikan pengaruh dasar makna estetis dan perilaku Qur‟ani masyarakat muslim. Kutipan ayat Al-Qur‟an mulai digunakan sebagai motif dekorasi pada Al-Qur‟an sebagai bahan terpenting bagi ikonigrafi seni islam, Al-Qur‟an memberikan pengaruh dasar makna estetis dan perilaku Qur‟ani masyarakat muslim. Kutipan ayat Al-Qur‟an mulai digunakan sebagai motif dekorasi pada benda-benda religius, dinding dan bangunan, monumen, tekstil dan juga pada prabotan rumah tangga. Melalui penggunaan yang berkelanjutan dan sangat indah terdapat ekspresi pengingat yang konstan terhadap tauhid. Realisasi efektifitas dan kesesuaian motif diskursif maupun visual Al-Qur‟an ini telah menghasilkan hubungan yang sangat kaya antara kebudayaan Islam dan dunia seni.39

Resepsi terhadap Al-Qur‟an sebenarnya adalah interaksi oleh pendengar dan juga teks bacaan, yaitu Al-Qur‟an. Resepsi teks yang dimaksudkan adalah lebih kepada proses reproduksi makna yang dinamis antara pendengar (Pembaca) dengan teks (Al-Qur‟an). Lebih spesifik, diharapkan pesan dan makna Al-Qur‟an tersampaikan juga kepada pendengar, karena resepsi yang dimaksudkan tidak hanya memiliki rasa kagum terhadap keindahan lantunan musikalitasnya.

39 Umar Faruqi, Khat Kaligrafi Expresionis Muhammad Syarifuddin Terhadap Ayat-ayat Al-Qur‟an (Tesis: IAIN Palangka Raya, 2019).

(43)

Resepsi Al-Qur‟an sebagaimana yang telah kita ketahui ialah kajian tentang sambutan atau respon pembaca terhadap ayat-ayat Al- Qur‟an, bisa berupa cara masyarakat dalam menfasirkan pesan ayat- ayatnya, cara masyarakat mengaplikasikan ajaran moralnya maupun cara masyarakat dalam membaca dan melantunkan ayat Al-Qur‟an. Kajian tentang resepsi sangat berkaitan dengan kajian sosial humaniora, karena membahas perilaku masyarakat dalam merespon kitab-kitab yang dianggap suci. Dengan demikian, bentuk implikasi tersebut akan memberikan kontribusi tentang ciri khas dan tipologi dalam bergaul dengan Al-Qur‟an. Terdapat tiga model dalam meresepsikan Al-Qur‟an antara lain: pertama, resepsi eksegesis yakni proses penerimaan Al-Qur‟an sebagai sebuah teks dengan menyingkap sebuah makna tekstual melalui interpretasi atau penafsiran. Kedua, resepsi estetis yakni proses penerimaan Al-Qur‟an. dengan cara yang indah, baik dari keindahan membacanya sehingga pembaca mampu merasakannya maupun penerimaan Al-Qur‟an dengan pendekatan estetis, seperti seni kaligrafi, seni membaca Al-Qur‟an. dan sebagainya. Ketiga, resepsi fungsional yakni penerimaan Al-Qur‟an. berupa praktek dan bukan teori. Dalam resepsi ini Al-Qur‟an. diposisikan sebagai kitab yang ditujukan kepada manusia untuk digunakan dalam tujuan tertentu baik tujuan normatif maupun praktis yang mendorong lahirnya sebuah sikap atau perilaku.

Resepsi fungsional dapat mewujud dalam fenomena sosial budaya di masyarakat baik dengan cara dibaca, disuarakan, diperdengarkan, ditulis,

(44)

dipakai atau ditempatkan. Sebuah kajian resepsi atau tanggapan penyambutan ayat-ayat Al-Qur‟an kemudian direspon untuk memberikan nilai dan makna yang apa adanya. Pemaknaan yang apa adanya inilah yang menjadi dsar pedoman hidup bagi masyarakat. Teori resepsi pada mulanya ialah teori yang dijadikan untuk memahami dan memaknai karya sastra.

Al-Qur‟an bisa menjadi sebuah karya sastra ialah jika melihat banyak sisi keindahannya seperti keindahan suara, lantunan huruf, aspek bahasa dan kedalaman maknanya.40

Wahyu Tuhan yang verbal dan yang kemudian dituangkan dalam bentuk nyata tulisan telah menjadi perdebatan yang panjang dan mempengaruhi peradaban. Al-Qur„an menjadi faktor utama dalam perkembangan seni kaligrafi Islam. Kaligrafi Islam sendiri merupakan resepsi estetis umat Islam dalam mengekspresikan keindahan Al-Qur„an.

Menurut Ahmad Baidowi, sisi spiritualitas dan estetika kaligrafi sebagai nilai-nilai wahyu Tuhan oleh umat Islam merupakan yang menarik untuk diteliti. Selain kaligrafi, tulisan-tulisan Al-Qur„an yang dijadikan sebagai jimat dan rajah juga menarik untuk diteliti.41

3. Kaligrafi Al-Qur'an 1. Pengertian Kaligrafi

Menurut Syahruddin arti seutuhnya kata kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-

40 Nela Safana Aufa, Muhammad Maimun, Didi Junaedi. "Living Qur'an Dalam Tradisi Selawatan di Majelis Selawat Ar-Rizqy Cirebon: Pendekatan Fenomenologi," DIYA' AL-AFKAR:

Jurnal Studi Al-Qur'an dan Al-Hadis Vol 8, No. 2 (2020): 265-280

41 Erma Suriani, “Eksistensi Qur‟anic Centre dan Espektasi Sebagai Lokomotif Living Qur‟an di UIN Mataram” Jurnal Penelitian Keislaman, Vol 14 No. 1 (2018).

(45)

letaknya dan cara-cara penerapannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis sebagaimana menulisnya dan membentuknya mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya. Kaligrafi merupakan suatu corak atau bentuk seni menulis indah dan merupakan suatu bentuk keterampilan tangan serta dipadukan dengan rasa seni yang terkandung dalam hati setiap pencipta.

Menurut Susanto kaligrafi berasal dari kata kalios “indah”dan graph “tulisan”, seni tulis indah. Bahasa Arab sendiri menyebutkan dengan kata khat. Namun jenis ini sangat bermacam-macam diantaranya kaligrafi Cina, Arab dan lain-lain, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “calligraphy”.

Sementara menurut Sirojuddin seni menulis indah disebut kaligrafi. Kata kaligrafi berasal dari bangsa Yunanai (kallos: indah, graphia: tulisan). Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena sebagai hiasan. Seni ini diciptakan dan dikembangkan oleh kaum Muslim Arab sejak kedatangan Islam. Tulisan indah Arab sering juga disebut dengan istilah “khat”, sebuah kata dalam bahasa Arab yang berarti tulisan atau garis. Ketika khat Arab ditampilkan dalam bentuk yang memiliki cita rasa seni dan keindahan, maka khat tersebut disebut dengan seni kaligrafi. Sebagai bahasa yang memiliki karakter huruf yang lentur dan artistic, huruf Arab menjadi bahan yang sangat kaya untuk penulisan kaligrafi. Sifat unik Alquran ini baru tereksplorasi

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrakulikuler yang ada di SMP Negeri Kecamatan Karang Dapo Kabupaten Musi Rawas Utara bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa

Penelitian ini bertujuan untuk perlakuan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perilaku dengan analisis perbedaan skor

(1) Sosialisasi Program ASLUT tingkat nasional dilaksanakan oleh Kementerian Sosial cq.Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usiaf. (2) Sasaran Sosialisasi Program

Uji serentak koefisien regresi model logistik dihitung dari perbedaan nilai -2LL antara model dengan hanya terdiri dari konstanta dan model yang diestimasi terdiri

Melihat secara langsung terhadap penerapan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan faktor yang mempengaruhinya pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada materi lingkungan sehat dan tidak sehat dapat meningkatkan

Perempuan hampir dua kali lebih mungkin menderita gangguan depresi daripada laki-laki.(9) Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat hormon estrogen dan

Pertama , Pesan dakwah pementasan wayang kulit lakon ”ma’rifat dewa ruci” oleh dalang Ki Enthus Susmono adalah: a] Dari segi bahasa (signing) penyampaian isi