• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI

TESIS

SEPTI HIKMATUN.

MAN 4616103010

Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Magister

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEORISINILAN TESIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

NIM

Program Studi

: Septi Hikmatun : 46161030010 : Administrasi Publik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan Plagiasi atau duplikasi dari tulisanl karya orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

2. Seluruh bagian dari tesis ini adalah karya saya sendiri selain kutipan yang ditujukan sumbemya. Segala kekeliruan yang ada di dalamnya adalah tanggung jawab saya.

Demikian pemyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Bilamana dikemudian hari temyata tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sinjai, Juli 2018

"X

ang Membuat Pernyataan

iii

(5)

iv PRAKATA

Segala Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya berupa akal pikiran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Magister Administrasi Publik pada Universitas Bosowa Makassar.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh hidayah di permukaan bumi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan penelitian ini banyak hambatan dan rintangan. Namun dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril, materil dan saran-saran akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada suami dan anak anakku dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan doa restu, bantuan dan dukungan moril maupun material. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada :

1. Prof. DR Ir Batara Surya, M.SI. Direktur Pogram Pasca Sarjana Universitas Bosowa Makassar.

2. Dr. Syamsul Bahri, S.Sos.,M.Si Assisten direktur Program Pasca Sarjana Universitas Bosowa Makassar.

3. Prof.Dr H. Andi Rasyid Pananrangi, SH. M.Pd. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

(6)

v 4. Dr. Drs. H. Guntur Karnaeni, M.Si. dan Dr. Umar Congge, S.Sos., M.Si.

pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis menyelesaikan Penelitian tersebut.

5. Seluruh Dosen dan Staf Program Pasca Sarjana Universitas Bosowa Makassar yang telah memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Administrasi Publik Angkatan 2016 atas saran, motivasi dan kerjasamanya selama menjalani perkuliahan hingga penyelesaian penelitian ini.

Atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis semoga mendapat pahala dari Allah SWT dan senantiasa dilimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, Maret 2018

Septi Hikmatun

(7)

vi ABSTRAK

SEPTI HIKMATUN, Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai Berbasis Persepsi Wisatawan dan Masyarakat Lokal

(Dibimbing oleh H. Guntur Karnaeni dan Umar Congge ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan obyek wisata kawasan Pulau Sembilan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mendukung dan menghambat Pengembangan Pariwisata Kawasan Pulau Sembilan

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekata kuantitatif untuk mengambarkan tanggapan responden terhadap obyek wisata berdasarkan kuesioner yang di berikan. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Bappeda dan Dinas Tata Ruang untuk memperoleh data mengenai kebijakan yang ada dalam lokasi penelitian, Dinas Pariwisata untuk memperoleh data kunjungan wisatawan, fasilitas dan kebijakan pariwisata di lokasi penelitian, Badan Pusat Statistik Sinjai, kantor pemerintahan kecamatan untuk memperoleh data geografis dan demografis serta survey lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Pengembangan Kawasan wisata Pulau sembilan sebagai obyek wisata baru adalah dengan pengembangan Wisata Bahari khususnya wisata diving dan snorkling dengan strategi yang digunakan adalah meliputi penyediaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah, dukungan regulasi, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia pariwisata, penyusunan program sesuai ketersediaan dana, pengoptimalisasian promosi, membuat website khusus, membangun jaringan dengan wisata lain, bekerja sama dengan agen perjalanan, kemitraan dengan swasta,

Kata Kunci : Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai, Berbasis Persepsi Wisatawan dan masyarakat Lokal

(8)

vii ABSTRACT

SEPTI HIKMATUN, Strategy for developing the Pulau Sembilan’s tourist area in Sinjai District based on the perception of tourists and lokal communities.

(Guided by H. Guntur Karnaeni and Umar Congge).

This study aims to find out how the development strategy and what internal and eksternal factors that support and inhibit the development of Pulau Sembilan’s tourism.

The research is descriptive quantitative approach in this study is a quantitative approach to describe the responses of the respondents against tourism based on questionnaires given. The data In this study in Office Agency obtain from BAPEDA, Spatial to abtain data about the wisdom that is in location of the headquaters of the tourism office of research to abtain data,facilities and tourst visits, tourism policy on site research, statistical offices, government offices sub to obtain demographic and geographic data, survey the field.

Research results show that the development strategy of the tourist island of nine new attractions as is the development of marine tourism development, in particulary tourist diving and snorkling. With the strategies used is includes tha provision of regional tourism development master plan,regulatory support from the Government, as well as the tourism human resource developmen, the preparation of the program according to the availability of funds, optimalisation promotions, create a website,build a network with other tours,working with travel agents, private development partnership.

Keywords: Strategy for Developing the nine island in Sinjai District.based on the perception of tourists and local communities

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENERIMAAN ………. iii

PERNYATAAN KEORISINILAN ... . iv

PRAKATA ... . v

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... ... viii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……..……… 5

C. TujuanPenelitian ……… . 10

D. Manfaat Penelitian …... 10

E. Lingkup Penelitian ……… 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Deskripsi ……….. 12

1. Manajeman Setrategi ... 12

2. Perencanaan Strategis... 13

3. Pengertian Pariwisata... 19

(10)

ix

4. Sumber Daya Pariwisata ... 24

a. Sumber Daya Alam ... 24

b. Sumber Daya Manusia... 27

c. Sumber Daya Budaya... 28

5. Jenis jenis Wisata ……… 30

6. Kawasan dan Obyek Wisata ……….. 32

a. Kawasan Wisata... 32

b. Obyek Wisata... 32

7. Pelaku Pariwisata ………... 34

8. Klasifikasi Motif dan Tipe Wisata... 36

9. Persepsi ... 37

10. Komponen – Komponen Wisata... 39

11. Peranan Pariwisata... 42

12. Peran Pemerintah Dalam pengembangan Obyek Wisata.. 44

13. Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kabupaten Sinjai… 45 B. Penelitian Terdahulu ... ……… 49

C. Kerangka Konseptual... . 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …...……… 53

B. Lokasi Penelitian……… 53

C. Fokus dan Deskripsi Fokus……… 53

D. Sampel Data Penelitian ………..……… 54

E. Instrumen Penelitian ………. 55

(11)

x

F. Jenis dan Sumber Data ...……… 55

G. Teknik Pengumpulan Data ………. 56

H. Teknik Analisis Data ………... 56

I. Rencana Pengujian Keabsahan Data ……….. 62

J. Definisi Operasional ……….. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 67

1. Deskripsi Wilayah KabupatenSinjai ……… 67

2. Profil Kecamatan Pulau Sembilan ……… 69

3. Karakteristik Kependudukan Kecamatan Pulau Sembilan 70 4. Karakteristik Sarana Pelayanan Sosial ……… 75

a. Pendidikan... 75

b. Kesehatan... 76

c. Listrik dan Air Bersih... 77

d. Pos dan Telekomunikasi... 78

5. Karakteristik Sosial Ekonomi ……….. 79

a. Tranportasi... 79

b. Transportasi Lokal... 79

6. Karakteristik Sosial Budaya ………... 80

7. Potensi Pariwisata Pulau Sembilan …………..……… 81

8. Obyek Wisata Bahari ……… 82

9. Obyek Wisata Sejarah dan Budaya... 85

10. Obyek Wisata Ilmiah... 86

(12)

xi

B. Hasil Penelitian ………. 87

1. Analisis Karaktristik Wisatawan……… 87

2. Analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata ……… 89

3. Analisis Sarana dan Prasarana Wisata ……… 91

4. Analisis Pengelolaan Obyek Wisata ……….. 93

5. Analisis Kondisi Masyarakat ……… 95

6. Analisis Karakteristik Masyarakat Lokal ……… 98

7. Analisis Persepsi Masyarakat Lokal ……… 99

8. Analisis Sosial Budaya……… 104

9. Analisis Aksesibilitas ……… 108

10. Analisis Kelembagaan ………. 109

11. Analisis Sumber daya Manusia ………... .. 109

12. Strategi Berdasarkan Analisis SWOT ……… 111

a. Analisis Kondisi Internal ………. 111

b. Analisis Kondisi Eksternal ……… 112

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 122

B. Saran ……….. 123

DAFTAR PUSTAKA... 124 LAMPIRAN

(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Diagram Matrik SWOT……….. 62 Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten Sinjai dirinci Tiap

kecamatan……….. 68

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pulau Sembilan Berdasarkan

Desa……….. 71

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk kecamatan Pulau Sembilan Berdasarkan

Umur………... 74

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan Dirinci menurut Desa Di Pulau Sembilan 2017... 76 Tabel 4.5 Sarana Kesahatan Dirinci Menurut Desa Di Pulau Sembilan

2017……… 77

Tabel 4.6 Sarana Penerangan Dan Air Bersih Dirinci Menurut Desa di Pulau Sembilan Tahun 2017………... 78 Tabel 4.7 Jenis Obyek Wisata Bahari Di pulau Sembilan ……… 84 Tabel 4.8 Distribusi Frekuansi Karateristik Wisatawan ……… 87 Tabel 4.9 Distribusi Tanggapan responden Tentang Obyek dan Daya

tarik... 90 Tabel 4.10 Distribusi Tanggapan Responden Tentang sarana Dan

Prasarana……… 92

Tabel 4.11 Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pengelolaan

Obyek wisata... 94 Tabel 4.12 Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kondisi

Masyarakat……… 96

Tabel 4.13 Rangkuman Distribusi Frekuensi terhadap Aspek aspek Wisata Pulau Sembilan……….. 97 Tabel 4.14 Distribusi Frekuansi Karateristik Masyarakat Lokal ... 98 Tabel 4.15 Distribusi Frekuansi Tanggapan Masyarakat Lokal ………. 100 Tabel 4.16 Rangkuman Distribusi Frekuansi Tanggapan Masyarakat Lokal

Terhadap Pengembangan Pariwisata Pulau Sembilan……… 104

(14)

xiii Tabel 4,17 Analisis faktor Strategi Internal (IFAS)... 114 Tabel 4.18 Analisis Faktor Strategi Eksternal (EFAS)... 115 Tabel 4.19 Matrik SWOT... 118

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Posisi Perkembangan Pariwisata…... ...60 Gambar 3.2 Kerangka Konsep ………. 66 Gambar 4.6 Grafik Letak Kuadran Analisis SWOT……….. 116

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pariwisata menurut undang–undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang dikutip oleh Musane( 44:1995), pada bab III pasal 6 poin (a) disebutkan sebagai berikut: pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan (a) kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya. (b) Nilai- nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. (c) kelestarian mutu lingkungan hidup. (d) Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan kawasan wisata harus merupakan pengembangan yang terencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Undang- undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisatan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,nasional dan global.

(17)

2 Berkembangnya sektor industri setelah perang dunia kedua juga ikut memberi andil bagi perkembangan pariwisata. Banyak masyarakat yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian yang tidak mengenal adanya cuti atau libur beralih ke sektor industri yang memberikan hak cuti dan liburan kepada karyawannya. Bahkan ada perusahaan yang memfasilitasi karyawannya untuk pergi berlibur ke suatu daerah atau objek wisata. Pentingnya liburan atau rekreasi dalam masyarakat industri oleh Giovanni Francesco (1971) dikemukakan dalam tulisanThe Changing world of travel Marketing (Soekadijo,39 : 2000 ) bahwa :

“....pariwisata dewasa ini telah merupakan hak yang bersifat sosial, seperti asuransi, wisma peristirahatan dan semua lembaga serta pranata lain yang berhubungan dengan jaminan sosial, hak atas hari libur yang telah menjadi sarana dalam mengelola perusahaan modern, mengingat adanya perbaikan dalam hubungan buruh dan majikan dan terutama karena peningkatan produktivitas,, telah mencapai point of no return dan mulai dari titik itu orang harus maju terus.

Berhenti di tengah jalan, atau berjalan mundur mengandung resiko akan menimbulkan provokasi untuk suatu pergolakan yang bersifat sosial, bahkan mungkin bersifat sosio-politik, yang tidak dapat dibayangkan akibatnya. yang pasti sangat serius.”

Semakin pesatnya perkembangan pariwisata ditunjang juga oleh semakin meningkatnya pendapatan masyarakat terutama di negara negara maju seperti negara-negara di Eropa, Amerika,Jepang,Korea dan lain sebagainya.Disamping itu,majunya teknologi informasi dan transportasi baik darat, laut maupun udara juga mempermudah orang untuk mengetahui dan bergerak dari satu tempat atau negara ke negara lain dalam waktu yang relatif singkat.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini pariwisata tidak lagi hanya sebagai hiburan atau rekreasi saja, tetapi sudah berkembang menjadi sesuatu industri

“gaya baru” yang bertaraf internasional. Pariwisata menjadi salah satu kekuatan

(18)

3 ekonomi dunia karena konstribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, utamanya bagi negara- negara yang telah mengelola pariwisata secara intensif dan profesional. Yoeti ( 64:1997) bahkan menyatakan bahwa :

“Bagi suatu negara yang mengembangkan pariwisata sebagi suatu industri di negaranya, maka lalu lintas orang- orang (wisatawan) tersebut ternyata memberi keuntungan dan memberi hasil yang bukan sedikit dan bahkan memberikan pendapatan (income) utama, melebihi ekspor bahan mentah,hasil tambang yang dihasilkan negara tersebut.

Dampak positif dari pariwisata lebih lanjut diungkapkan oleh Bryedn (1973) yang merangkum sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang pakar pariwisata yang terkenal, M.Peters (Soekadijo,269:2000), bahwa setidak-tidaknya ada 5 butir dampak pariwisata yang menguntungkan, yaitu :

1. Menyumbang kepada neraca pembayaran sebagai penghasil valuta kertas.

2. Menyebarkan pembangunan kedaerah-daerah non industri.

3. Menciptakan kesempatan kerja.,

4. Dampak pada pembangunan ekonomi umumnya melalui ‘dampak penggandaan’ (multiplier effect ),.

5. Keuntungan sosial yang timbul karena perhatian rakyat pada umumnya terhadap masalah-masalah dunia bertambah luas dan adanya pemahaman baru tentang “orang asing dan selera asing”

Pada tahun 1970 Indonesia yang baru mengelola dan mengembangkan sektor kepariwisataan sebagai suatu indusrti juga ikut merasakan konstribusi sektor ini terhadap penerimaan devisa negara.Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara

(19)

4 (wisnus) serta perolehan devisa yang terus menerus meningkat setiap tahun.

Setelah pemerintah menetapkan kepariwisataan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian nasional indonesia di tahun 2016 sektor pariwisata kemudian menghasilkan devisa sebesar Rp 176-184 triliun, meningkat dari 144 triliun dari tahun 2015 (laporan kinerja kemenpar,2016).

Dalam instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 pasal 2 menjelaskan tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia yakni :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri-industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

Dengan dikeluarkannya Undang- undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang pemerintahan daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menganut azas otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, pada intinya adalah untuk meletakkan titik berat otonomi pada daerah kabupaten dan kota. Undang-undang tersebut memberikan kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah kabupatan dan kota untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri pada berbagai sektor pembangunan kecuali sektor agama,hankam, moneter, kependudukan dan hubungan politik luar negeri.

(20)

5 Dengan otonomi daerah setiap daerah dapat menggali potensi yang bisa dikembangkan, sehingga perkembangan masing –masing daerah dapat meningkat pesat. Terdapat berbagai sektor yang dapat dikembangkan diantaranya adalah sektor perdagangan,sektor jasa, sektor pertaniaan, sektor pariwisata dan lain- lain.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan dalam era otonomi daerah saat ini. Yaitu dengan memenfaatkan keindahan alam, adat istiadat, peninggalan sejarah dan budaya yang tersebar hampir diseluruh daerah di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam penjelasan UU Nomor 9 Tahun 1990 tenteng kepariwisataan pada alinia pertama disebutkan :

“Tuhan Yang Maha Esa telah menganugrahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati, dan sumber daya buatan.

Sumber daya alam dan buatan yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna, hasil karya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan modal bagi pengembangan dan peningkatan kepariwisataan Indonesia.”

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya untuk mengembangkan pariwisata suatu daerah harus memiliki potensi wisata, baik berupa obyek wisata yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun obyek wisata hasil buatan manusia. Tetapi potensi yang dimiliki tersebut baru merupakan modal awal dan belum memberikan hasil serta dampak yang optimal bagi daerah maupun masyarakat setempat apabila tidak dikelola atau dikembangkan lebih lanjut..

Masalah yang muncul kemudian adalah untuk mengembangkan pariwisata dibutuhkan biaya yang cukup besar dan perencanaan yang matang, seperti yang dikatakan Yoeti ( 1: 1997), bahwa ;

(21)

6

“untuk mengembangkan pariwisata dibutuhkan biaya yang tidak kecil jumlahnya, perbaikan jembatan dan jalan-jalan menuju obyek wisata, pembangunan hotel dengan segala fasilitasnya, angkutan wisata yang harus diperluas jaringannya, penyediaan listrik, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, pendidikan karyawan yang profesional dalam bidangnya, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Agar uang tidak dihamburkan sia-sia maka suatu perencanaan yang matang mutlak harus diadakan.”suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Disamping membutuhkan biaya yang besar untuk mengembangkan pariwisata, masalah lain muncul adalah dampak negatif dari pariwisata apabila terjadi perkembangan perkembangan yang tidak terkendalai pada suatu daerah atau obyek wisata, seperti rusaknya ekologi, lunturnya budaya asli daerah akibat budaya yang dibawa oleh wisatawan dan munculnya sex industry yang mengakibatkan rusaknya nilai nilai kebudayaan. Pengembangan pariwisata harus merupakan pengambangan yang terencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi,fisik dan sosial dari suatu negara. Selain itu rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata (Soemarjan dalam Spillane,133 :2001).

Dengan telah dilaksanakannya otonomi daerah maka urusan-urusan yang sebelumnya yang menjadi kewenangan pemerintah pusat telah diserahkan kepada daerah, salah satunya adalah bidang kepariwisataan. Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk mengelola dan merencanakan pengembangan kepariwisataan daerah.

(22)

7 pemerintah daerah kabupaten Sinjai memberikan mandat kepada Dinas Pariwisata untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang kepariwisataan dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,nasional, dan global.

Pemanfaatan peluang untuk meningkatkan devisa utama khususnya PAD di sektor Pariwisata yaitu dengan mengantisipasi perkembangan arus wisman dan domestik diiringi dengan tumbuhnya wisata lokal tersebut pemerintah sangat konsisten dalam kebijakan pembangunan nasional.

Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yakni kabupaten Sinjai yang memiliki potensi alam dan objek wisata yang sangat menarik dan belum tergarap secara sempurna. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2002-2011 telah menetapkan pembagian Daerah Tujuan Wisata.

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Sinjai dalam beberapa tahun belakangan ini mulai mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah yaitu dengan menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan setelah pertanian.

Yang tertuang dalam visi dan arah pembangunan kabupaten Sinjai, kabupaten Sinjai memiliki cukup banyak tempat-tempat atau daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu obyek wisata, baik obyek wisata alam,obyek wisata sejarah maupun obyek wisata budaya yang jumlahnya mencapai 99 obyek wisata yang terdiri dari 14 obyek wisata alam darat dan pesisir pantai, 9 obyek wisata di

(23)

8 pulau sembilan, 69 obyek wisata budaya dan sejarah, serta 7 obyek wisata minat khusus dan obyek wisata tersebut tersebar hampir diseluruh wilayah kecamatan yang ada di kabupaten Sinjai.

Salah satu potensi wisata di Kabuapten Sinjai yang paling potensial untuk dikembangkan adalah kawasan obyek wisata Pulau Sembilan yang meliputi kegiatan wisata bahari dan rekreasi. Pulau Sembilan merupakan nama untuk kawasan yang terdiridari 9 pulau yang berbeda di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis dan dikenal sebagai kawasan penghasil kekayaan hasil laut yang berlimpah dan terdapat budidaya ikan kerapu, rumput laut dan kapal-kapal nelayan yang parkir di tengah laut selain itu kita bisa menikmati keindahan bawah laut dengan snorkling dan menyelam.

Untuk mengembangkan kawasan Pulau Sembilan ini agar menjadi sebuah daerah tujuan wisata. Maka dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun sarana dan prasarana wisata. Selama ini Pulau Sembilan hanya di jadikan tempat perlintasan sebatas melihat-lihat pemandangan alam saja oleh para wisatawan dan dalam waktu yang juga singkat. Kondisi yang demikian disebabkan karena daya tarik yang dimiliki oleh obyek wisata tersebut belum di tunjang oleh keberadaan sarana dan prasarana wisata yang memadai seperti;

sarana peristirahatan atau penginapan, rumah makan ataupun atraksi-atraksi lainnya yang dapat disaksikan oleh wisatawan.

Masalah lain yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata saat ini adalah anggaran yang tersedia untuk membangun dan mengembangkan kawasan pulau sembilan masih relatif kecil oleh sebab itu dinas priwisata yang merupakan unsur

(24)

9 pelaksana pemerintah daerah dibidang kepariwisataan dituntut untuk bekerja lebih keras lagi dalam merumuskan perencanaaan atau strategi dalam pengembangan kawasan Pulau sembilan tersebut.

Perkembangan kunjungan wisatawan baik dari dalam dan luar kota memberikan konstribusi besar dalam perkembangan pariwisata. Hal ini terlihat dalam berberapa tahun terakhir kawasan pulau sembilan mengalami lonjakan kenaikan jumlah wisatawan lokal khususnya pulau Larea–rea. Objek wisata dikawasan Pulau Sembilan berpotensitetapi belum dapat berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

Pemerintah daerah telah membuat strategi guna pengembangan pariwisata dikawasan pulau sembilan namun strategi ini belum memberi kemajuan yang signifikan dalam mengoptimalkan potensi yang ada dengan belum dilibatkannya masyarakat lokal, sehingga untuk mengoptimalkan potensi yang ada serta untuk meningkatkan kunjungan wisatwan diperlukan suatu strategi lain dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata dikawasan Pulau Sembilan. Strategi ini dijaring melalui persepsi wisatawan dan masyarakat lokal. Strategi ini diharapkan mampu mengoptimalkan dan menjawab kebutuhan wisatawan serta dapat meningkatkan pendapat masyarakat lokal disamping tetap mempertahankan keberlangsungan dalam pembangunan pariwisata.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi Pengembangan Kawasan wisata Pulau Sembilan.

(25)

10 2. Faktor- faktor internal apakah yang mendukung dan menghambat

pengembangan pariwisata kawasan Pulau Sembilan.

3. Faktor- faltor eksternal apakah yang mendukung dan menghambat pengembangan pariwisata kawasan Pulau Sembilan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini disusun untuk menjawab rumusan permasalahan di atas sehingga dengan demikian penelitianini disusun dengan tujuan :

1. Menentukan Strategi Pengembangan Kawasan wisata Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

2. Menentukan faktor–faktor Internal yang mendukung dan menghambat pengembangan pariwisata kawasan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai 3. Menentukan faktor–faktor eksternal yang mendukung dan menghambat

pengambangan pariwisata kawasan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam menerapkan manajemen strategis dalam mengembangkan sektor pariwisata di kabupaten Sinjai..

2. Penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dalam merumuskan strategi dan program pengembangan kawasan atau obyek wisata di Kabupaten Sinjai.

(26)

11 3. Manfaat umum adalah dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan strategi pengembangan pariwisata.

E. Lingkup Penelitian

Lingkup pembahasan penelitian ini dititikberatkan pada wisata bahari dengan atraksi wisata yang tersebar pada 9 pulau yang ada di kepulauan Sembilan kabupaten Sinjai.Responden dalam penelitian ini wisatawan lokal (wisatawan nusantara berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat lokal yang dijaring melalui kuesioner akan menghasilkan suatu strategi yang digunakan dalam pengembangan kawasan wisata Pulau Sembilan kabupaten Sinjai).

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Deskripsi

1. Manajemen Strategis

Manajemen strategis merupakan sebuah paradigma baru yang digunakan dalam sebuah organisasi non propit atau dalam organisasi pemerintahan, walaupun manajemen strategis tersebut sudah cukup lama dikenal dan berkembang secara luas dalam dunia bisnis sebagai upaya dari suatu perusahaan melakukan persaingan bisnis.

Strategik atau strategis memiliki makna “BIJAK atau “BIJAKSANA” oleh karena itu maka “Manajemen strategis” berarti manajemen yang bijak, atau manajemen yang benar serta manajemen yang “tidak keliru” (Gitosudarno, 2001:12) oleh sebab itu, manajemen strategis juga perlu diterapkan di lingkungan pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan negara untuk mencapai tujuan mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat.

Manajemen strategis, menurut Utomo (2001) “ selain sebagai integrated system approach, juga mencakup 3 aspek didalamnya, yakni organisasi (design perspektive),administrasi (work flow perspektive ). Penekanannya adalah membuat perencanaan strategis yang bersifat integreted yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan oleh sebab itu

“manajemen strategis biasa disebut juga dengan perencanaan strategis” (Glueck dan Jauch, 1990: 6).

(28)

13 Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen strategis merupakan salah satu cara dalam menyusun dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan organisasi dengan membuat suatu perencanaan strategis yang bersifat integreted yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan.

2. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis didefinisikan oleh Olsen dan Eadie (dalam Bryson, 2000:4) Sebagai “ upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu” Menurut Bryson (2000:50 ) secara khusus perencanaan strategis dapat diterapkan kepada :

a. Lembaga publik, departemen, atau devisi penting dalam organisasi.

b. Pemerintahan umum, seperti pemerintahan city, county, atau negara- bagian.

c. Organisasi nirlaba yang pada dasarnya memberikan pelayanan publik d. Fungsi khusus yang menjembatani batasan-batasan organisasi dan

pemerintah, seperti transportasi,kesehatan, atau pendidikan.

e. Seluruh komunitas, kawasan perkotaan atau metropolitan, daerah, atau negara, bagian

Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian terpenting dari manajemen strategi disamping pelaksanaan dan pengawasan. Selanjutnya Burhan

(29)

14 (1994 : 16) mengungkapkan bahwa perencanaan strategik adalah tulang punggung dari manajemen strategik, memang bukan merupakan keseluruhan dari strategic management tetapi merupakan langkah utama untuk menyelenggarakan suatu menejemn strategik. Dari uraian diatas dapat diketahu bahwa perencanaan strategis merupakan inti dan tidak dapat dilepaskan dari menejemn strategis, Menurut Bryson (2000:55) “proses perencanaan strategis terdiri dari delapan langkah” yaitu :

a. Memperkarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi.

Tujuannya adalah menengosiasiakan kesepakatan dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini (opinion leaders) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.

b. Mengidentifikasikan mandat organisasi.

Mandat organisasi terdiri dari mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi adalah “keharusan” yang dihadapi organisasi Keban (2001:4) menyhatakan bahwa “ mandat” merupakan apa yang diharuskan atau diwajibkan oleh pihak yang lebih tinggi otoritasnya”.

c. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi

Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandatnya, menyediakan raison de’etre-nya, pemebenaran sosial bagi keberadaanya. Untuk lebih jelasnya Keban (2001:5) menyatakan Bahwa “misi” adalah pernyataan tentang untuk apa suatu organisasi atau lembaga didirikan. Atau misi merupakan justifikasi tentang kehadiran suatu lembaga, mengapa lembaga tersebut mengerjakan apa yang dikerjakan.

d. Menilai lingkungan eksternal : peluang dan ancaman

Peluang dan ancaman dapat diketahui dengan meman tau berbagai kekuatan dan kecendrungan politi,ekonomi, sosial dan teknologi (PESTs. Disamping itu, juga harus memantau kelompok stakeholders yang beragam.

e. Menilai lingkungan intenal : kekuatan dan kelemahan

Dalam menilai lingkungan internal untuk mengenalai kekuatan dan kelemahan suatu organisasi, maka dapat dilakukan dengan memantau sumber dayha (inputs) strategi sekarang(process), dan hasil yang telah dicapai (outputs)dari suatu organisasi .

f. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapai organisasi

Untuk mengidentifikasikan lingkungan strategis, maka ada tiga pendekatan dasar yang dapat dilakukan yaitu : pendekatan langsung, pendekatan sasaran, dan pendekatan ‘visi keberhasilan’ (Barry 1986 dalam Bryson, 2000 : 66 ) dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan langsung, karena menurut Bryson (2000:66) “pendekatan langsung (direct approach) mungkin merupakan pendekatan yang akan bekerja sangat baik bagi sebagian lembaga pemerintah dan publik.” Pendekatan langsung meliputi jalan lurus dari

(30)

15 ulasan terhadap mandat, misi dan SWOTs (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ) hingga identifikasi isu-isu strategis

g. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu

Strategi didefinisikan sebagai pola tujan, kebijakan, program, tindakan, keputusan,atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi , apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organiksasi harus melakukan hal tersebut. Strategi dapat berbeda-beda karena tingkat, fungsi, kerangka waktu diantaranya adalah menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan. Menciptakan visi organisasi yang merupakan langkah terakhir dari proses manajemen strategis.

Konsep perumusan strategi daiam pengembangan kawasan pulau sembilan Salah satu langkah penting dalam proses perencanaan strategi adalah merumuskan strategi untuk mengelola isu, dimana strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi melakukannya. (Bryson, 189:200). Perumusan strategi menurut Hunger & Wheelen (2001: 12) adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan/organisasi. Secara sederhana Rangkuti (2001:3) memberikan definisi strategi sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan. Sementara itu, Mc Nichols (dalam salusu,2000:101) mendefinisikan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasaranya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpuilkan bahwa faktor lingkugan eksternal yang berpotensi untuk menjadi suatu peluang ataupun ancaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi suatu

(31)

16 rumusan strategi organisasi, disamping sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang merupakan kekuatan ataupun kelemahan dari organisasi tersebut.

Penialaian lingkungan eksternal Yaitu memantau lingkungan di luar organisasi Dinas Pariwisata untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam pengembangan kawasan pulau sembilan. Unrtuk memantau lingkungan di luar oraganisasi Dinas Pariwisata, maka penulis mengacu pada tiga kategori yang disampaikan oleh Bryson (2000 : 142) yaitu kekuatan dan kecendrungan klien, pelanggan, atau pembayar, serta pesaing dan kolabolator yang aktual dan potensial ( dalam pengambangan kawasan pulau sembilan ). Kekuatan dan kecendrungan biasanya dipecah menjadi 4 kategori, yaitu Politik,ekonomi,sosial dan teknologi (PEST).

1. Politik Menurut Salusu (332: 2000), yang perlu diketahui dari lingkungan eksternal dalam bidang politik adalah peraturan perundang- undangan terutama yang berkaitan dengan ruang lingkup misi organisas, stabilitas politi dan pemerintahan.

2. Ekonomi Dalam sektor ekonomi ini informasi yang diperlukan adalah yang berhubungan dengan kecendrungan-kecendrungan dalam pendapatan nasional,inflasi,devaluasi, dan tingkat pendapatan masyarakat (Salusu,329:2000).

3. Sosial Kecendrungan sosial yang perlu menjadi perhatian adallah kebiasaan hidup (life Style ) ataupun budaya dari masyarakat ( Keban,2002) , terutama masyarakat yang berada disekitar kawasan Pulau Sembilan

(32)

17 4. Teknologi Kecendrungan teknologi adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan output dari Dinas Pariwisata dalam pengambangan kawasan pulau sembilan. Selain kecendrungan PEST diatas, yang juga perlu diperhatikan adalah kecendrungan –kecenndrungan dari kolabolator , yaitu pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama dalam mengembangan kawasan pulau sembilan dan kecendrungan dari kompetitor yaitu pihak-pihak yang dapat menjadi pesaing.

Penilaian lingkungan internal Yaitu, menilai lingkungan internal organisasi guna mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya dalam rangka pengembangan kawasan Pulau Sembilan. Tiga kategori utama dalam penilaian lingkungan internal (Bryson, 145:2000) adalah :sumber daya (input), strategi sekarang (process) dan kinerja (output).

1. Input Yaitu sumber daya yang dimiliki oleh organisasi Dinas Pariwisata menurut Keban (6:2002), “sumber daya terdiri dari: dana, SDM, sarana /fasilitas,struktur, dan budaya organisasi

2. Proses Hasil yang telah dicapai oleh Dinas Pariwisata berkaitan dengan pengembangan kawasan pulau sembilan

3. Kinerja (output) hasil yang diperoleh .

Setelah melakukan penilaian terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal sehingga menghasilkan informasi tentang peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan organisasi Dinas Pariwisata dalam pengembangan kawasan Pulau Sembilan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis

(33)

18 terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal tersebut dengan menggunakan SWOT. Untuk mempermudah melakukan analisi SWOT tersebuit maka penulis akan mengadopsi matrik SWOT Rangkuti yang disesuaikan dengan proses perencanaan strategi.

3. Pengertian Pariwisata

Pengertian istilah pariwisata akan lebih mudah di pahami apabila didahului dengan mengetahui faktor–faktor yang terkandung dalam definisi pariwisata tersebut. Faktor–faktor yang dimaksudkan adalah :

a. Perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu.

b. Perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya

c. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya.

Berdasarkan faktor–faktor di atas, maka istilah pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi berikut.Menurut ahlinya seperti Hans Buchi dalam Yoeti (1996:107) adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperolah pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga–lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut. Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt dalam Muhammad Ilyas(2009) pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing dari

(34)

19 suatu tempat dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

Menurut World Tourism Organization (WTO) (Pitana,2009 dalam pengantar ilmu pariwisata). Pariwisata adalah kegiatan seseorang yang berpergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Menurut Undang-undang no 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung barbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariiwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang akan dikunjungi dalam waktu sementara.

Menurut definisi yang lebih sempit, yaitu berdasarkan arti kata, pariwisata terdiri dari suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau

(35)

20 berputar-putar, serta wisata berarti perjalalan atau bepergian, jadi pariwisata adalah perjalalan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tenpat yang lain. Dalam bahasa inggris istilah kata pariwisata diterjemahkan menjadi “tourist” dan excurtionist.

Menurut rumusan International Union osf Official Travel Organization (IUOTO, sekarang UN-WTO) dalam Pitana (2009), pada tahun 1963, yang dimaksud dengan tourist dan excutionist adalah sebagai berikut :

1. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dengan tujuan perjalanan :

a. Pesiar, untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

b. Keluarga,bisnis, konferensi.

2. Pelancong (excurtionists) adalah pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar).

Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi wisatawan internasional (mancanegara) yaitu yang melakukan perjalalan wisata ke luar negerinya, dan wisatawan nasional (nusantara) yaitu yang melakukan perjalanan wisata di negerinya sendiri. Menurut Norval dalam Muhamad Ilyas (2009), wisatawan ialah setiap orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja disitu sacara teratur dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain

(36)

21 tempat. Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-Bangsa menyebutkan motif-motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :

1. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang- senang(pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan , dan sebagainya.

2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan atau sebagai utusan (ilmiyah,administratif,diplomatik,keagamaan, atletik dan sebagainya).

3. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

4. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), kalau ia tinggal dari 24 jam.

Akan tetapi istilah wisawatan tidak meliputi orang-orang berikut :

1. Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu negara.

2. Orang yang datang untuk menetap.

3. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan tetapi bekerja di negara tetangganya.

4. Pelajar, mahasiswa dan kaum muda ditempat-tempat pemondokan dan disekolah-sekolah.

5. Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti disitu, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

(37)

22 Secara umum pariwisata sebagai bagian dari kegiatan dalam sistem perwilayahan dapat diidentifikasikan tiga unsur pembentuk terjadinya kegiatan wisata yaitu:

1. Ruang merupakan tempat kegiatan wisata berlangsung diwmana kondisi fisik yang bersifat alami maupun binaan yang mempengaruhi perkembangan wisata, sesuai dengan daya tarik wisata yang dimiliki. Tingkat daya hubung antara lokasi wisata dengan sumber pasar juga merupakan hal yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan yang terjadi.

2. Manusia sebagai pelaku kegiatan wisata baik sebagai pengelola maupun pemakai. Sebagai pemakai, wisatawan memiliki karakteristik yang akan mempengaruhi prilaku wisatanya. Sebagai pengelola, produsen jasa wisata ini juga memiliki prilaku yang berbeda karena faktor internal maupun eksternalnya.

3. Prasarana dan sarana merupakan faktor penunjang yang menghubungkan tempat asal wisatawan dan tujuan wisatanya.

4. Sumber Daya Pariwisata

Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya, di samping sumber daya manusia. Orang ataupun organisasi menggunakan sumber daya untuk beragam kegiatan pariwisata. Misalnya, di tempat kerja operator pariwisata digunakan sumber daya manusia (tenaga kerja), fasilitas dan peralatan (sumber daya fisik),

(38)

23 menyediakan atraksi budaya sebagai daya tarik wisata( sumber daya budaya) dan menjual pemandangan alam sebagai atraksi wisata (sumber daya alam). Muaranya sebenarnya sama, yaitu bagimana menggunakan sumber daya, baik secara individual maupun kombinasinya untuk memuaskan keinginan wisatawan yang beragam sesuai harapan.

Menurut Depbudpar (2007) dalam pengantar ilmu pariwisata, argumentasi tentang sumber daya pariwisata dapat diperluas, termasuk berbagai faktor yang tidak tercakup dalam konseptualisasi secara tradisional yang selalu dihubungkan dengan sumber daya alam. Salah satu karakteristik dari sumber daya pariwisata adalah dapat dirusak dan dihancurkan oleh pemakaian yang tidak terkendali dan kesalahan pengaturan (miss management).

1. Sumber daya alam

Eleman dari sumber daya, misalnya air, pepohonan,udara,hamparan pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua eleman tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenanya sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar bermanfaat. Unsur–

unsur alam bersifat netral sampai manusia mentransformasikannya menjadi sumber daya. Hal ini juga dipengaruhi oleh budaya yang menentukan siapa yang menggunakan sumber daya dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan.

Menurut Damanik dan Weber (2006) dalam pengantar ilmu pariwisata, sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah :

a. Keajaiban dan keindahan alam (topografi)

(39)

24 b. Keragaman flora dan keragaman fauna

c. Vegetasi alam, ekosistem yang belum terjamah manusia, rekreasi perairan (danau,sungai,air terjun,pantai)

d. Lintas alam(trekking, raftingdan lain- lain)

e. Objek megalitik, suhu dan kelembapan udara yang nyaman,curah hujan yang normal dan lain sebaginya.

Sedangkan menurut Fennel (1999) (Pitana, 2009 dalam PengantarIlmuPariwisata), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadisumber daya pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Lokasi geografis; Hal ini menyangkut karakteristik ruang yangmenentukan kondisi yang terkait dengan beberapa variabel lainmisalnya untuk wilayah Eropa yang dingin dan bersalju seperti Swiss dikembangkan untuk atraksi wisata ski es.

b. Iklim dan cuaca; Ditentukan oleh latitude dan elevation diukurdari permukaan air laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya..Bersama faktor geologis, iklim merupakan penentu utama darilingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupanbinatang, angin, dan sebagainya.

c. Topografi; Bentuk umum dari permukaan bumi (topografi) danstruktur permukaan bumi yang membuat beberapa arealgeografis menjadi bentang alam yang unik. Aspek ini menjadidaya tarik tersendiri yang membedakan benua dengan wilayah/benua lainnya sehingga sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.

(40)

25 d. Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusunpermukaan bumi, misalnya, formasi bebatuan alam, pasir,mineral, minyak dan sebagainya yang sangat unik dan menariksehingga bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata alam.

e. Air; Memegang peran sangat penting dalam menentukantipe dan level dari rekreasi outdoor, misalnya, dikembangkanjenis wisata pantai/bahari, danau, sungai dan sebagainya,(sailing, cruising, fishing, diving, snorkeling, dan sebagainya).

f. Vegetasi; Vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupantumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Kegiatan wisatasangat bergantung pada kehidupan dan formasi tumbuhanseperti ekowisata pada kawasan konservasi alam/hutan lindung.

g. Fauna; Beragam binatang berperan cukup signifikan terhadapaktivitas wisata baik dipandang dari sisi konsumsi (misalnyawisata berburu dan mancing) maupun non-konsumsi.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vitaldalam pembangunan pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemenpariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakkanya.Singkatnya faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industri jasa, sikap dan kemampuan staff akan berdampak terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan

(41)

26 wisata yang dilakukannya. Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata Mcintosh,et al., (1995) (Pitana, 2009 dalam Pengantar Ilmu Pariwisata),memberikan gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri ariwisata yang memanfaatkan dan digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, shopping, travel, dan sebagainya.

Secara garis besar, karir yang dapat ditekuni di sektor pariwisata adalah sebagai berikut :

a. Airlines (maskapai penerbangan), merupakan salah satu industri b. perjalanan yang menyerap dan menggunakan sumber daya manusia

dalam jumlah paling besar. Bagi masyarakat local airlines menyediakan berbagai level pekerjaan, mulai dari level pemula sampai manager. Contohnya agen pemesanan tiket,awak pesawat, pilot, mekanik, staf pemeliharaan, penanganan bagasi, pelayanan makan dan minum di pesawat (catering),

c. agen tiket, peneliti, satpam, sampai tenaga pembersih.

d. Cruise companies. Peluang karir terbuka untuk posisi kantor perwakilan dan penjualan, agen tiket, tenaga administrasi,direktur rekreasi, akuntansi.

e. Hotel, motel, resort. Memerlukan tenaga general manager, controller, akuntan, housekeeper, waiter, waitress.

f. Travel agency. Tenaga administrasi, penasihat travel, akuntan,ahli computer.

(42)

27 g. Tourism education, memerlukan tenaga administrasi, pengajar.

3. Sumber Daya Budaya

Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain dibelahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi.Sumber daya budaya dimungkinkan untuk menjadi faktor utama yangmenarik wiasatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya.

Istilah “budaya” bukan saja merujuk pada sastra dan seni, tetapi juga pada keseluruhan cara hidup yang dipraktikkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang ditransmisikan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, serta mencakup pengertian yang luas dari gaya hidup. Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumberdaya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang luas menyangkut budaya mulai dari seni pertunjukkan, seni rupa festival, makanan tradisional, sejarah, pengalaman nostalgia, dan hidup yang lain.

Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya. Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang sesuatu objek budaya. Tujuannya adalah memahami

(43)

28 makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya. Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Bangunan bersejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, situs budaya kuno, dan sebagainya.

b. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, dan sebagainya.

c. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teaterjalanan, festival, dan even khusus lainnya.

d. Peninggalan keagamaan, seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya.

e. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan,sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat.

f. Perjalanan ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya).

g. Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, caramembuat, menyajikan, dan menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan.

5. Jenis-jenis Wisata

Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Wisata Alam, yang terdiri dari:

(44)

29 1) Wisata Pantai (marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.

2) Wisata Etnik (etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.

3) Wisata Cagar Alam (ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat- tempat lain.

4) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

5) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan lading pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.

b. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari :

(45)

30 1) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata initermasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisatautama di banyak negara.

2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah,teknologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.

6. Kawasan dan Obyek Wisata a. Kawasan Wisata

Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung ataubudidaya (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).

Lebih lanjut dalam regulasi tersebut dijelaskan maksud dari pada wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.Adisasmita, 2007 (dalam Muhammad Ilyas, 2009) mencoba menjelaskan maksud dari kawasan wisata dengan menelaah kedua komponen tersebut. Kawasan adalah bentangan permukaan (alam)dengan batas-batas dan

(46)

31 sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Kawasan memiliki fungsi tertentu (misalnya kawasan lindung,kawasan budidaya, kawasan pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan lain lain).Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh orang banyak (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki obyek wisata yangmenarik.

b. Obyek Wisata

Suwantoro, 1997 (dalam Muhammad Ilyas, 2009) menjelaskan bahwa obyek wisata terdiri dari keindahan alam (natural amenities), iklim,pemandangan, flora dan fauna yang aneh (uncommon vegetation andanimals), hutan (the sylvan elements), dan sumber kesehatan (health center) seperti sumber air panas belerang, dan lain-lain. Disamping itu,obyek wisata yang diciptakan manusia seperti kesenian, festival, pestaritual, upacara perkawinan tradisional, khitanan dan lain-lain semuanya disebut sebagai atraksi wisata (tourist attraction).Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, dikelompokkan ke dalam obyek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus. Dalam penentuan obyek wisata berdasarkan pada kriteria- kriteria antara lain :

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,nyaman, dan bersih.

2) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

(47)

32 4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para

wisatawan yang hadir.

5) Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi, karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

7. Pelaku Pariwisata a. Wisatawan

Wisatawan memiliki beragam motif, minat, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda itu menjadikan mereka pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.

Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan- perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan wisata.

b. Industri Pariwisata

Industri pariwisata artinya semua usaha barang dan jasa bagi pariwisata yang dikelompokkan ke dalam dua golongan utama yaitu :

1) Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung

(48)

33 dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain.

2) Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan lain-lain.

c. Pendukung Jasa Wisata

Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung kepada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk tersebut. Termasuk didalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, usaha bahan pangan, penjualan bahan bakar minyak, dan sebagainya.

d. Pemerintah

Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan speruntukkan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.

Selain itu, pemerintah bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan wisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing.

e. Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu peran kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan

(49)

34 kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara adat, kerajinan tangan, kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata.

f. Lembaga Swadaya Masyarakat

Banyak Lembaga Swadaya Masyarakat, baik lokal, regional, maupun internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata, bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non pemerintah ini sudah melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerja sama dengan masyarakat.

Kadang-kadang fokus kegiatan mereka dapat menjadi salah satu daya tarik wisata seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di Kawasan Bohorok Sumatera Utara atau diTanjung Putting Kalimantan Selatan. Kelompok pencinta lingkungan,Walhi, asosiasi-asosiasi kekerabatan yang masih hidup di dalam komunitas lokal juga merupakan pelaku tidak langsung dalam pengembangan pariwisata. Mereka ini melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan konservasi dan regulasi kepemilikan dan pengusahaan sumberdaya alam setempat.

8. Klasifikasi Motif dan Tipe Wisata

Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa hal-hal yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian-penelitian motivasi wisata(motivation research) tersebut telah meliputi semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk

(50)

35 mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Motif- motif wisatayang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : a. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan

badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.

b. Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan atraksinya.

Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain daripada menikmati atraksi yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan fauna.

a. Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu atau sekedar melihat tokoh- tokoh terkenal.

b. Motif Status, merupakan motif yang berhubungan dengan gengsi atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah berkunjung ketempat tersebut.

9. Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan individu dalam mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka, meskipun demikan apa yang dipersepsikan dapat berbeda dari

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui posisi objek wisata Pemandian Manigom pada

Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan, Survei Pengembangan Potensi Wisata Pulau Dutungan Kabupaten barru diketahui bahwa

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran masing- masing stakeholder pariwisata yang terlibat dalam pengembangan wisata Pulau

Oleh karena itu, agar kedepan obyek-obyek wisata di Kabupaten Blora menjadi destinasi(daerah tujuan) wisata unggulan, yakni obyek wisata tersebut disamping punya keunikan

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan laboratoris. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui

Konservasi : TNBBS Wisata Petualangan : Gigi Hiu, Wisata Sejarah dan Batu Bedil.Menentukan faktor-faktor internaldan yang mendukung dan menghambat pengembangan

Bagi pengelola obyek wisata dan masyarakat lokal : a mendorong partisipasi aktif masyarakat lokal secara langsung dalam pengembangan obyek wisata, baik perencanaan, pelaksanaan hingga

Upaya pengembangan dan pemamfaatan obyek-obyek wisata di kawasan PLTA koto Panjang dengan menghadirkan wisata kuliner, wisata hasil kerajinan masyarakat, wisata seni dan budaya serta