IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam
Terdapat 2 jenis sirkulasi di dalam bangunan, yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal
A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan
Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa :
1. Sirkulasi Penghuni, diutamakan dalam pencapaian penghuni dari pintu gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni
a. M emperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi yang statis agar penghuni dapat langsung menuju ke kamar
tidurnya
c. M emperhatikan besaran koridor sehingga membuat penghuni nyaman untuk bergerak
2. Sirkulasi Pengunjung
a. M emperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi antar ruang yang jelas, sehingga pengunjung tau bagaimana
mencarai kamar yang dituju.
3. Sirkulasi Pengelola
a. Dibuat untuk tidak mengganggu sirkulasi penghuni ketika melakukan kegiatan sesuai pekerjaannya
b. M emudahkan pengawasan terhadap setiap ruangan terhadap kedua jenis penghuni.
Analisa Sirkulasi Horizontal
Sistem Sirkulasi Kriteria
Sistem linear 1. fleksibel dapat bereaksi dengan bermacam keadan
2. M enunjukkan suatu arah 3. menggambarkan gerak
4.. menghubungkan ruang secara kontinu Sistem Radial 1. M emiliki titik awal dan akhir pertemuan
2. M erupakan sirkulasi linear yang berkembang dari pusat
3. bersifat ekstrovert dan menuju banyak arah
Sistem Network 1. memperkuat kesan sudut 2. merupakan jalan pintas untuk mempermudah pencapaian
Sistem spiral 1. Bersifat menerus dan tidak berhenti 2. mempunyai titik pusat
3. mempunyai tujuan yang keluar
Sistem grid 1. membutuhkan tingkat pelayanan yang tinggi
Sistem loop (komposisi) gabungan 1. awal dan akhir pergerakan berada di satu titik
2. bersifat menerus
membentuk ruang pusat berbentuk lingkaran
Berdasarkan analisa di atas, pola sirkulasi yang akan dipakai dalam perancangan asrama ini ini adalah pola radial, karena memang sesuai untuk fungsi sebuah bangunan asrama dimana di dalamnya terdapat kamar – kamar penghuni yang semuanya terbagi dengan baik sehingga tercipta sirkulasi yang baik.
Analisa Sirkulasi Vertikal
Terdapat 2 tipe sirkulasi didalam bangunan, yaitu dengan menggunakan Lift dan Tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan digunakan dalam perancangan asrama mahasiswa ini, berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :
A. Lift
‐ Perkiraan jumlah lantai adalah 6 – 8 lantai
‐ Diperlukan untuk sirkulasi servis yaitu membawa alat – alat kebersihan, laundry, dan lain lain
‐ Sebagai sirkulasi untuk orang – orang cacat dan memudahkan pencapaian menuju lantai kamar yang ingin dicapai secara cepat
Lift merupakan sebuah mesin yang bekerja secara vertikal dan bertujuan sebagai alat penghubung antar lantai dalam sebuah bangunan. Lift biasa digunakan pada bangunan diatas 5 lantai karena lebih efektif dan efisien dalam waktu tempuh apabila dibandingkan dengan sirkulasi lain seperti tangga dan eskalator. Umumnya lift dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lift penumpang dan lift barang. Rencananya lift akan dinyalakan semua pada
jam sibuk. Dan hanya satu buah lift per bangunan agar dapat mengefisiensikan penggunaan energi listrik.
B. Tangga
‐ Sebagai sirkulasi antar lantai, tidak perlu menunggu lift
‐ Sebagai sirkulasi pendukung ketika lift tidak bekerja
‐ Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat) C. Analisa Sirkulasi Darurat
Pendekatan bagi sistem tangga kebakaran pada dasarnya sama, yaitu memberi kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena musibah.
Berikut ini adalah persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tangga, dan lebar serta ketinggian anak tangga:
Analisa Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Asrama M ahasiswa Binus University ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan artificial.
1. Sistem pencahayaan alami
Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan buatan adalah:
- Arah edar matahari - Arah dan besaran bukaan - Panjang dan jenis overstek - Keadaan Awan
Kita dapat memanfaatkan cahaya alami dengan menggunakan 2 metode yaitu Pasif dan Aktif. Cara Pasif yaitu dengan mendesain bentuk bangunan dan elemen ruangnya agar matahari yang masuk
tidak terasa merugikan contohnya dengan mengatur bukaan dan lebar overstek
. Sedangkan aktif yaitu memanfaatkan sinar matahari yang dating dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan photovoltaic
Aplikasi Penggunaan Cara Pasif Sistem Light Shelf
Gambar 4.3.2.2 Penerapan Sistem Pasif dengan light shelf
.
Gambar 4.3.2.3 Variasi Light Shelf
Reflektor
Gambar 4.3.2.3 Penerapan Penggunaan Reflektor
2. Sistem pencahayaan buatan
Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan lampu dapat menggunakan energi listrik PLN ,dari genset, dan juga dari proses konversi energi matahari ke energi listrik dengan menggunakan photo voltaic. Penggunaan lampu dalam gedung Asrama M ahasiswa ini memilih menggunakan lampu yang hemat energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energy- saving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang
menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah:
- Jenis lampu - Jumlah lampu
- Jumlah titik lampu
- Life Cycle Lampu (berapa lama lampu tersebut dapat bertahan) - Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya
IV.3.3. Hubungan S kematik
Hubungan Skematik Program Ruang Secara Umum
MAIN ENTRANCE SIDE ENTRANCE
HALL KANTOR PENGELOLA ASRAMA
PRIA
ASRAMA WANITA UNIT
SERVICE &
PENUNJANG
SIDE ENTRANCE
IV.3.4. Zoning dalam bangunan
Zoning terbagi berdasarkan pengelompokan kegiatan di dalam gedung diantaranya : Private : Terdiri dari ruang yang bersifat privat seperti kamar tidur, kamar mandi.
Semi Private :terdiri dari ruang – ruang bersama namun bersifat lebih tertutup seperti ruang TV, R.diskusi, dan ruang penunjang lainnya
Publik : Terdiri dari ruang – ruang yang bersifat publik dan terbuka seperti, hall, ruang tamu, fasilitas olah raga, dan lainnya
Service : terdiri dari ruang – ruang yang bersifat melayani seperti pantry, R.Administrasi, koperasi, dan lainnya.
Zoning Horizontal
PRIVATE
PRIVATE PUBLIC
SEMI
PUBLIC
Zoning Vertikal
IV.3.5 S truktur Bangunan a. Struktur Bawah
Beberapa pertimbangan usulan pondasi untuk bangunan ini adalah Alter
natif
Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan
1. Pondasi dangkal : 1. Pondasi
Lajur 2. Pondasi
Setempat
- M udah dipasang - Tidak membutuhkan
peralatan tertentu - Tidak menimbulkan
getaran
- hanya untuk bangunan maksimal 4 lantai
PRIVATE SEMI PRIVATE PUBLI
PUBLI SERVIC
SERVIC
2. Pondasi tiang pancang
- Pekerjaannya cepat - M ampu menahan
beban gaya vertikal
- Banyak terjadi sambungan,
sehingga berbahaya bila tidak dikerjakan secara teliti
- Bunyi pekerjaan yang bising
- M enimbulkan getaran Pondasi bored pile - tidak menimbulkan
getaran
- diameternya lebih besar sehingga daya dukungnya jauh lebih besar
- cocok untuk segala jenis tanah
- pekerjaannya lama - biaya lebih besar - perlu
memperhatikan ketinggian air tanah karena berbahaya dalam pengecoran
Pondasi rakit - M emiliki kelebihan dalam menahan gempa
- ruang pada pondasi bisa dibuat sebagai basement
- pelaksanaan tidak bising
- boros dalam pemakaian material
- pelaksanaan sulit - biaya jauh lebih
mahal
Dari perbandingan diatas, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang, karena kemampuannya menahan gaya vertikal.
b. Struktur Atas
Bangunan asrama mahasiswa Binus University ini merupakan bangunan majemuk dengan bentuk dinamis dan dalam kategorinya termasuk bangunan tingkat menengah. Oleh karena itu sistem struktur yang mungkin akan dipakai
adalah rangka baja dan diisi dengan rangka kolom dan balok sebagai pemikul beban plat lantai. Dibeberapa bagian akan dikombinasikan dengan sistem
’frame’ tanga kan disambungkan ke plat atau balok yang kemudian ditutup dengan kaca, panel surya, dan cladding.
IV.3.6. Material
a. M aterial Struktur kulit bangunan adalah gabungan antara dinding bata dengan kaca pintar sehingga dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.
b. Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dengan plat yang menggunakan beton bertulang.
IV.3.7. Sistem Utilitas
Sistem utilitas yang dibahas menyangkut masalah penyediaan air bersih dan air minum, listrik, ataupun gas pada lingkungan bangunan, pembuangan limbah ke luar bangunan, pendaur-ulangan limbah cair, penangkal petir serta system penanggulangan kebakaran. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut.
Penempatan inti bangunan akan berdampak pada penempatan jalur distribusi jaringan utilitas baik vertical maupun horizontal. Beberapa contoh alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan :
Gambar 4.3.7.1 Sirkulasi Utilitas
1. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.
Gambar 4.3.7.2 Skema Penyediaan Air Bersih
2. Sistem Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor menyangkut air kotor pada dan air kotor cair. Air kotor yang terbuang akan masuk ke pengolahan limbah dan akan di’recycle’ sehingga dapat dipakai kembali. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi penggunaan air
dalam bangunan. Air kotor dari air hujan sebisa mungkin juga ditampung agar bisa dimanfaatkan ke dalam bangunan.
Gambar 4.3.7.2 Skema Pembuangan Air Kotor
3. Sistem instalasi listrik
Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu / ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan Engineering (M E) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya tidak mengganggu kenyamanan ruang –ruang utama.
Gambar 4.3.7.3 Skema Sistem Instalasi Listrik
Sistem Instalasi menggunakan S olar Panel :
Gambar 4.3.7.4 Skema Sistem Instalasi Solar Panel
Perhitungan S olar Panel : Untuk Supply Lampu :
Total Energi : 400 Lampu x 10 Watt X 8 jam = 32000 Watt Beban Harian : Total Energi / tegangan sistem
32000 / 12v = 2666 Ah
Kapasitas Baterai : (Ah)(days of autonomy)/(max.depth of discharge) 2666 x 5 / 0.5 = 26660 Ah
Kapasitas Aktual : kapasitas baterai / efisiensi 26660 / 0.8 = 33325 Ah
Jumlah Baterai : kapasitas aktual / kapasitas 1 baterai 33325 / 80 = 416,6 baterai ~ 417 baterai Kapasitas efektif Baterai = 417 x 80 = 33360 Ah Depth of Discharge = beban harian / kapasitas efektif
2666 / 240 = 11,1 %
Karena DOD dibawah 50 % maka dapat digunakan : Output sel surya = beban harian/kapasitas efektif
2666/0.8 = 33325 Ah Rata-rata output modul panel surya :
0.95 x 2.92 x 5.5 = 15.3 Ah
Banyak Panel yang dibutuhkan = output / rata-rata output 33325 / 15.3 = 2178 Panel
Luas Panel yang dibutuhkan = M odul panel x Banyak panel 10cm x10cm x 2178 = 217800 cm2 ~ 21.78 m2
4. Sistem pengolahan limbah
Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air hujan diharuskan oleh
disediakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman.
5. Sistem penangkal petir
Penangkal petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya dapat dimanfaatkan sebagai penangkal petir. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination). Filial adalah penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada bangunan atap datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan Faraday.
Gambar 4.3.7.5 Sistem Penangkal Petir
Ada dua jenis penangkal petir yang umum digunakan yaitu:
- Penangkal Petir Sistem Thomas
Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.
- Penangkal Petir Sistem Prevectron
M irip dengan Sistem Thomas, dengan areal perlindungan yang berbentuk paraboloid.
Dari analisa sistem penangkal petir di atas, yang akan diterapkan pada perancangan Asrama M ahasiswa ini adalah Sistem Thomas, karena sistem ini memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas.
b. Sistem penanggulangan kebakaran
Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung asrama mahasiswa Binus University. Dalam hal penaggulangan musibah kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan asrama mahasiswa Binus University adalah sistem konstruksi tahan api, sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem springkler, dan sistem hidran.
- Sistem konstruksi tahan api
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam.
- Sistem deteksi
Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada asap, panas,
ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi.
Gambar 4.3.7.6 Jenis jenis Detektor
- Sistem panggil manual
Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga kebakaran.
Gambar 4.3.7.7 Sistem Panggil Manual
- Sistem lampu darurat
Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus. Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu.
- Sistem springkler
Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-masing springkler adalah 25 m2.
Gambar 4.3.7.8 Sprinkler
- Sistem Hidran
Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya.
Air yang digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota.
Gambar 4.3.7.9 Hidran Dalam
Gambar 4.3.7.10 Hidran Luar
5. Analisa Sistem Penghawaan
Terbagi menjadi dua macam sistem penghawaan yaitu alami dan buatan.
Fungsi dari tata udara sendiri adalah untuk mempertahankan suhu dan kelembapan dalam ruangan dan kemudian terciptanya kenyamanan di dalam bangunan.
Penghawaan atau tata udara alami mengharuskan bangunan banyak memberikan bukaan sehingga udara dapat mengalir dengan baik, dengan konsekuensi ruang dalam bangunan cepat kotor akibat debu yang ikut masuk.
Sedangkan penghawaan atau tata udara buatan adalah mempertahankan suhu dan kelembapan di dalam ruangan dengan cara menyerap panas yang ada di dalam ruangan tersebut menggantinya dengan udara dengan suhu yang memberikan kenyamanan.
Dua macam sistem penghawaan, yaitu:
No Jenis Penghawaan Keterangan
1 Penghawaan Alami Pemanfaatan udara alami yang
ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk, maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus.
Dengan sistem void, udara mengalir dari tiap-tiap ruang menuju ke satu sirkulasi utama yang berada di void utama.
2 Penghawaan buatan bangunan ini tidak bisa
sepenuhnya bergantung pada udara alami. Diperlukan penghawaan buatan untuk tetap menjaga tempratur udara di dalam bangunan sehingga tercipta kenyaman bagi pengunjung dan keamanan bagi koleksi karena dengan penghawaan udara yang tepat maka keawetan koleksi akan terjaga dengan baik.
Tabel 4.3.7.1 Skema pertukaran udara
Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa tetap diperlukan ventilasi alami untuk memasukkan udara segar agar proses penghawaan buatan dapat berjalan dengan baik.
Penghawaan buatan sendiri terdiri dari berbagai jenis, di Indonesia yang beriklim tropis menggunakan mesin pendingin atau yang biasa disebut Air conditioner (AC). Saat ini terdapat 3 jenis AC yang umum digunakan di dalam bangunan, yaitu:
No Jenis AC Keterangan
1 AC Split Untuk jenis AC Split dengan kapasitas yang besar, unit dalam ruang dapat terdiri lebih dari satu unit (multi split) sedang unit ruang luarnya tetap satu. Unit dalam ruang mempunyai berbagai alternatif pemasangan: di dinding, langit-langit, dan lantai, ada pula yang dipasang pada langit-langit di tengah ruangan.
2 Package Unit Berbeda dengan AC Split, package unit hanya bisa di letakkan di salah satu sisi atau sudut ruangan yang terkadang dihubungkan dengan saluran udara (duckting). Sistem ini juga terkadang mempunyai dua unit terpisah (seperti model AC Split). Unit luar terdiri dari kondensor, kompresor, dan kipas udara. Sedangkan unit dalam terdiri dari kumparan pendingin (Evaporator), saringan udara, filter dan panel kontrol.
3 AC Central Berbeda dengan kedua sistem di atas yang merupakan sistem tata udara langsung, dalam sistem ini refrigeran yang digunakan bukan freon tetapi air es (chiller) dengan suhu sekitar 5oC. Air es
sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioner System). Sistem ini biasa digunakan pada bangunan umum seperti kantor dan pusat perbelanjaan. Terdiri dari satu mesin utama yang kemudian disalurkan ke setiap ruangan melalui saluran udara (duckting) dengan tingkat suhu udara yang diatur dari pusat.
Tabel 4.3.7.2 Jenis Penghawaan Buatan
Dan sistem penghawaan yang akan digunakan yaitu gabungan dari kedua sistem yaitu menggunakan penghawaan alami dan menggunakan AC split yang telah diatur timer nya. Apabila dengan penghawaan alami dapat tercipta sebuah ruang yang
sejuk maka penghuni diharapkan dapat mengurangi penggunaan AC.
Penggunaan AC dalam perancangan asrama ini hanya sebatas Kamar Tamu dan Area Pengelola saja.