• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan. Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa : gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan. Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa : gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam

Terdapat 2 jenis sirkulasi di dalam bangunan, yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal

A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan

Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa :

1. Sirkulasi Penghuni, diutamakan dalam pencapaian penghuni dari pintu gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni

a. M emperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi yang statis agar penghuni dapat langsung menuju ke kamar

tidurnya

c. M emperhatikan besaran koridor sehingga membuat penghuni nyaman untuk bergerak

2. Sirkulasi Pengunjung

a. M emperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi antar ruang yang jelas, sehingga pengunjung tau bagaimana

mencarai kamar yang dituju.

3. Sirkulasi Pengelola

a. Dibuat untuk tidak mengganggu sirkulasi penghuni ketika melakukan kegiatan sesuai pekerjaannya

b. M emudahkan pengawasan terhadap setiap ruangan terhadap kedua jenis penghuni.

(3)

Analisa Sirkulasi Horizontal

Sistem Sirkulasi Kriteria

Sistem linear 1. fleksibel dapat bereaksi dengan bermacam keadan

2. M enunjukkan suatu arah 3. menggambarkan gerak

4.. menghubungkan ruang secara kontinu Sistem Radial 1. M emiliki titik awal dan akhir pertemuan

2. M erupakan sirkulasi linear yang berkembang dari pusat

3. bersifat ekstrovert dan menuju banyak arah

Sistem Network 1. memperkuat kesan sudut 2. merupakan jalan pintas untuk mempermudah pencapaian

Sistem spiral 1. Bersifat menerus dan tidak berhenti 2. mempunyai titik pusat

3. mempunyai tujuan yang keluar

Sistem grid 1. membutuhkan tingkat pelayanan yang tinggi

Sistem loop (komposisi) gabungan 1. awal dan akhir pergerakan berada di satu titik

2. bersifat menerus

membentuk ruang pusat berbentuk lingkaran

(4)

Berdasarkan analisa di atas, pola sirkulasi yang akan dipakai dalam perancangan asrama ini ini adalah pola radial, karena memang sesuai untuk fungsi sebuah bangunan asrama dimana di dalamnya terdapat kamar – kamar penghuni yang semuanya terbagi dengan baik sehingga tercipta sirkulasi yang baik.

Analisa Sirkulasi Vertikal

Terdapat 2 tipe sirkulasi didalam bangunan, yaitu dengan menggunakan Lift dan Tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan digunakan dalam perancangan asrama mahasiswa ini, berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

A. Lift

‐ Perkiraan jumlah lantai adalah 6 – 8 lantai

‐ Diperlukan untuk sirkulasi servis yaitu membawa alat – alat kebersihan, laundry, dan lain lain

‐ Sebagai sirkulasi untuk orang – orang cacat dan memudahkan pencapaian menuju lantai kamar yang ingin dicapai secara cepat

Lift merupakan sebuah mesin yang bekerja secara vertikal dan bertujuan sebagai alat penghubung antar lantai dalam sebuah bangunan. Lift biasa digunakan pada bangunan diatas 5 lantai karena lebih efektif dan efisien dalam waktu tempuh apabila dibandingkan dengan sirkulasi lain seperti tangga dan eskalator. Umumnya lift dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lift penumpang dan lift barang. Rencananya lift akan dinyalakan semua pada

(5)

jam sibuk. Dan hanya satu buah lift per bangunan agar dapat mengefisiensikan penggunaan energi listrik.

B. Tangga

‐ Sebagai sirkulasi antar lantai, tidak perlu menunggu lift

‐ Sebagai sirkulasi pendukung ketika lift tidak bekerja

‐ Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat) C. Analisa Sirkulasi Darurat

Pendekatan bagi sistem tangga kebakaran pada dasarnya sama, yaitu memberi kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena musibah.

Berikut ini adalah persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tangga, dan lebar serta ketinggian anak tangga:

(6)

Analisa Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Asrama M ahasiswa Binus University ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan artificial.

1. Sistem pencahayaan alami

Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan buatan adalah:

- Arah edar matahari - Arah dan besaran bukaan - Panjang dan jenis overstek - Keadaan Awan

Kita dapat memanfaatkan cahaya alami dengan menggunakan 2 metode yaitu Pasif dan Aktif. Cara Pasif yaitu dengan mendesain bentuk bangunan dan elemen ruangnya agar matahari yang masuk

(7)

tidak terasa merugikan contohnya dengan mengatur bukaan dan lebar overstek

. Sedangkan aktif yaitu memanfaatkan sinar matahari yang dating dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan photovoltaic

Aplikasi Penggunaan Cara Pasif Sistem Light Shelf

Gambar 4.3.2.2 Penerapan Sistem Pasif dengan light shelf

.

Gambar 4.3.2.3 Variasi Light Shelf

(8)

Reflektor

Gambar 4.3.2.3 Penerapan Penggunaan Reflektor

2. Sistem pencahayaan buatan

Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan lampu dapat menggunakan energi listrik PLN ,dari genset, dan juga dari proses konversi energi matahari ke energi listrik dengan menggunakan photo voltaic. Penggunaan lampu dalam gedung Asrama M ahasiswa ini memilih menggunakan lampu yang hemat energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energy- saving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang

menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah:

- Jenis lampu - Jumlah lampu

(9)

- Jumlah titik lampu

- Life Cycle Lampu (berapa lama lampu tersebut dapat bertahan) - Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya

IV.3.3. Hubungan S kematik

Hubungan Skematik Program Ruang Secara Umum

MAIN ENTRANCE SIDE ENTRANCE

HALL KANTOR PENGELOLA ASRAMA

PRIA

ASRAMA WANITA UNIT

SERVICE &

PENUNJANG

SIDE ENTRANCE

(10)

IV.3.4. Zoning dalam bangunan

Zoning terbagi berdasarkan pengelompokan kegiatan di dalam gedung diantaranya : Private : Terdiri dari ruang yang bersifat privat seperti kamar tidur, kamar mandi.

Semi Private :terdiri dari ruang – ruang bersama namun bersifat lebih tertutup seperti ruang TV, R.diskusi, dan ruang penunjang lainnya

Publik : Terdiri dari ruang – ruang yang bersifat publik dan terbuka seperti, hall, ruang tamu, fasilitas olah raga, dan lainnya

Service : terdiri dari ruang – ruang yang bersifat melayani seperti pantry, R.Administrasi, koperasi, dan lainnya.

Zoning Horizontal

PRIVATE

PRIVATE PUBLIC

SEMI

PUBLIC

(11)

Zoning Vertikal

IV.3.5 S truktur Bangunan a. Struktur Bawah

Beberapa pertimbangan usulan pondasi untuk bangunan ini adalah Alter

natif

Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan

1. Pondasi dangkal : 1. Pondasi

Lajur 2. Pondasi

Setempat

- M udah dipasang - Tidak membutuhkan

peralatan tertentu - Tidak menimbulkan

getaran

- hanya untuk bangunan maksimal 4 lantai

PRIVATE SEMI PRIVATE PUBLI

PUBLI SERVIC

SERVIC

(12)

2. Pondasi tiang pancang

- Pekerjaannya cepat - M ampu menahan

beban gaya vertikal

- Banyak terjadi sambungan,

sehingga berbahaya bila tidak dikerjakan secara teliti

- Bunyi pekerjaan yang bising

- M enimbulkan getaran Pondasi bored pile - tidak menimbulkan

getaran

- diameternya lebih besar sehingga daya dukungnya jauh lebih besar

- cocok untuk segala jenis tanah

- pekerjaannya lama - biaya lebih besar - perlu

memperhatikan ketinggian air tanah karena berbahaya dalam pengecoran

Pondasi rakit - M emiliki kelebihan dalam menahan gempa

- ruang pada pondasi bisa dibuat sebagai basement

- pelaksanaan tidak bising

- boros dalam pemakaian material

- pelaksanaan sulit - biaya jauh lebih

mahal

Dari perbandingan diatas, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang, karena kemampuannya menahan gaya vertikal.

b. Struktur Atas

Bangunan asrama mahasiswa Binus University ini merupakan bangunan majemuk dengan bentuk dinamis dan dalam kategorinya termasuk bangunan tingkat menengah. Oleh karena itu sistem struktur yang mungkin akan dipakai

(13)

adalah rangka baja dan diisi dengan rangka kolom dan balok sebagai pemikul beban plat lantai. Dibeberapa bagian akan dikombinasikan dengan sistem

’frame’ tanga kan disambungkan ke plat atau balok yang kemudian ditutup dengan kaca, panel surya, dan cladding.

IV.3.6. Material

a. M aterial Struktur kulit bangunan adalah gabungan antara dinding bata dengan kaca pintar sehingga dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.

b. Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dengan plat yang menggunakan beton bertulang.

IV.3.7. Sistem Utilitas

Sistem utilitas yang dibahas menyangkut masalah penyediaan air bersih dan air minum, listrik, ataupun gas pada lingkungan bangunan, pembuangan limbah ke luar bangunan, pendaur-ulangan limbah cair, penangkal petir serta system penanggulangan kebakaran. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut.

Penempatan inti bangunan akan berdampak pada penempatan jalur distribusi jaringan utilitas baik vertical maupun horizontal. Beberapa contoh alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan :

(14)

Gambar 4.3.7.1 Sirkulasi Utilitas

1. Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.

Gambar 4.3.7.2 Skema Penyediaan Air Bersih

2. Sistem Pembuangan air kotor

Pembuangan air kotor menyangkut air kotor pada dan air kotor cair. Air kotor yang terbuang akan masuk ke pengolahan limbah dan akan di’recycle’ sehingga dapat dipakai kembali. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi penggunaan air

(15)

dalam bangunan. Air kotor dari air hujan sebisa mungkin juga ditampung agar bisa dimanfaatkan ke dalam bangunan.

Gambar 4.3.7.2 Skema Pembuangan Air Kotor

3. Sistem instalasi listrik

Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu / ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan Engineering (M E) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya tidak mengganggu kenyamanan ruang –ruang utama.

(16)

Gambar 4.3.7.3 Skema Sistem Instalasi Listrik

Sistem Instalasi menggunakan S olar Panel :

Gambar 4.3.7.4 Skema Sistem Instalasi Solar Panel

Perhitungan S olar Panel : Untuk Supply Lampu :

Total Energi : 400 Lampu x 10 Watt X 8 jam = 32000 Watt Beban Harian : Total Energi / tegangan sistem

32000 / 12v = 2666 Ah

(17)

Kapasitas Baterai : (Ah)(days of autonomy)/(max.depth of discharge) 2666 x 5 / 0.5 = 26660 Ah

Kapasitas Aktual : kapasitas baterai / efisiensi 26660 / 0.8 = 33325 Ah

Jumlah Baterai : kapasitas aktual / kapasitas 1 baterai 33325 / 80 = 416,6 baterai ~ 417 baterai Kapasitas efektif Baterai = 417 x 80 = 33360 Ah Depth of Discharge = beban harian / kapasitas efektif

2666 / 240 = 11,1 %

Karena DOD dibawah 50 % maka dapat digunakan : Output sel surya = beban harian/kapasitas efektif

2666/0.8 = 33325 Ah Rata-rata output modul panel surya :

0.95 x 2.92 x 5.5 = 15.3 Ah

Banyak Panel yang dibutuhkan = output / rata-rata output 33325 / 15.3 = 2178 Panel

Luas Panel yang dibutuhkan = M odul panel x Banyak panel 10cm x10cm x 2178 = 217800 cm2 ~ 21.78 m2

4. Sistem pengolahan limbah

Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air hujan diharuskan oleh

(18)

disediakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman.

5. Sistem penangkal petir

Penangkal petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya dapat dimanfaatkan sebagai penangkal petir. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination). Filial adalah penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada bangunan atap datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan Faraday.

(19)

Gambar 4.3.7.5 Sistem Penangkal Petir

Ada dua jenis penangkal petir yang umum digunakan yaitu:

- Penangkal Petir Sistem Thomas

Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya.

- Penangkal Petir Sistem Prevectron

M irip dengan Sistem Thomas, dengan areal perlindungan yang berbentuk paraboloid.

Dari analisa sistem penangkal petir di atas, yang akan diterapkan pada perancangan Asrama M ahasiswa ini adalah Sistem Thomas, karena sistem ini memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas.

b. Sistem penanggulangan kebakaran

Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung asrama mahasiswa Binus University. Dalam hal penaggulangan musibah kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan asrama mahasiswa Binus University adalah sistem konstruksi tahan api, sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem springkler, dan sistem hidran.

- Sistem konstruksi tahan api

(20)

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam.

- Sistem deteksi

Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada asap, panas,

ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi.

Gambar 4.3.7.6 Jenis jenis Detektor

- Sistem panggil manual

Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga kebakaran.

(21)

Gambar 4.3.7.7 Sistem Panggil Manual

- Sistem lampu darurat

Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus. Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu.

- Sistem springkler

Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-masing springkler adalah 25 m2.

(22)

Gambar 4.3.7.8 Sprinkler

- Sistem Hidran

Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya.

Air yang digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota.

 

Gambar 4.3.7.9 Hidran Dalam

 

 

(23)

 

Gambar 4.3.7.10 Hidran Luar

5. Analisa Sistem Penghawaan

Terbagi menjadi dua macam sistem penghawaan yaitu alami dan buatan.

Fungsi dari tata udara sendiri adalah untuk mempertahankan suhu dan kelembapan dalam ruangan dan kemudian terciptanya kenyamanan di dalam bangunan.

Penghawaan atau tata udara alami mengharuskan bangunan banyak memberikan bukaan sehingga udara dapat mengalir dengan baik, dengan konsekuensi ruang dalam bangunan cepat kotor akibat debu yang ikut masuk.

Sedangkan penghawaan atau tata udara buatan adalah mempertahankan suhu dan kelembapan di dalam ruangan dengan cara menyerap panas yang ada di dalam ruangan tersebut menggantinya dengan udara dengan suhu yang memberikan kenyamanan.

(24)

Dua macam sistem penghawaan, yaitu:

No Jenis Penghawaan Keterangan

1 Penghawaan Alami Pemanfaatan udara alami yang

ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk, maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus.

Dengan sistem void, udara mengalir dari tiap-tiap ruang menuju ke satu sirkulasi utama yang berada di void utama.

2 Penghawaan buatan bangunan ini tidak bisa

sepenuhnya bergantung pada udara alami. Diperlukan penghawaan buatan untuk tetap menjaga tempratur udara di dalam bangunan sehingga tercipta kenyaman bagi pengunjung dan keamanan bagi koleksi karena dengan penghawaan udara yang tepat maka keawetan koleksi akan terjaga dengan baik.

Tabel 4.3.7.1 Skema pertukaran udara

Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa tetap diperlukan ventilasi alami untuk memasukkan udara segar agar proses penghawaan buatan dapat berjalan dengan baik.

(25)

Penghawaan buatan sendiri terdiri dari berbagai jenis, di Indonesia yang beriklim tropis menggunakan mesin pendingin atau yang biasa disebut Air conditioner (AC). Saat ini terdapat 3 jenis AC yang umum digunakan di dalam bangunan, yaitu:

No Jenis AC Keterangan

1 AC Split Untuk jenis AC Split dengan kapasitas yang besar, unit dalam ruang dapat terdiri lebih dari satu unit (multi split) sedang unit ruang luarnya tetap satu. Unit dalam ruang mempunyai berbagai alternatif pemasangan: di dinding, langit-langit, dan lantai, ada pula yang dipasang pada langit-langit di tengah ruangan.

2 Package Unit Berbeda dengan AC Split, package unit hanya bisa di letakkan di salah satu sisi atau sudut ruangan yang terkadang dihubungkan dengan saluran udara (duckting). Sistem ini juga terkadang mempunyai dua unit terpisah (seperti model AC Split). Unit luar terdiri dari kondensor, kompresor, dan kipas udara. Sedangkan unit dalam terdiri dari kumparan pendingin (Evaporator), saringan udara, filter dan panel kontrol.

3 AC Central Berbeda dengan kedua sistem di atas yang merupakan sistem tata udara langsung, dalam sistem ini refrigeran yang digunakan bukan freon tetapi air es (chiller) dengan suhu sekitar 5oC. Air es

(26)

sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioner System). Sistem ini biasa digunakan pada bangunan umum seperti kantor dan pusat perbelanjaan. Terdiri dari satu mesin utama yang kemudian disalurkan ke setiap ruangan melalui saluran udara (duckting) dengan tingkat suhu udara yang diatur dari pusat.

Tabel 4.3.7.2 Jenis Penghawaan Buatan

Dan sistem penghawaan yang akan digunakan yaitu gabungan dari kedua sistem yaitu menggunakan penghawaan alami dan menggunakan AC split yang telah diatur timer nya. Apabila dengan penghawaan alami dapat tercipta sebuah ruang yang

sejuk maka penghuni diharapkan dapat mengurangi penggunaan AC.

Penggunaan AC dalam perancangan asrama ini hanya sebatas Kamar Tamu dan Area Pengelola saja.

 

Gambar

Gambar 4.3.2.3 Variasi Light Shelf
Gambar 4.3.2.3 Penerapan Penggunaan Reflektor
Gambar 4.3.7.1  Sirkulasi Utilitas
Gambar 4.3.7.2 Skema Pembuangan Air Kotor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini mengakibatkan pemerintah mengambil tindakan cepat melalui otoritas BEI dan BAPEPAM dengan melakukan penghentian perdagangan sementara dengan tujuan melindungi investor

alam melakukan pembangunan perumahan "ormal di 3ndonesia, Perum Perumnas selaku penyelenggara proyek pembangunan mempunyai prosedur atau tahapan dalam mewu!udkan kawasan

Loyalitas adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk bertahan dan setia kepada perusahaan, atasan maupun rekan kerja. Loyalitas merupakan hal yang sangat penting di dalam

Simpulan dalam penelitian ini adalah, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan permainan injak ekor dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

Pada Gambar X (a) adalah gambar tepi dari gambar asli yang disaring secara bilateral dan diekstraksi oleh Canny, (b) adalah gambar efek yang menggabungkan efek tepi gambar

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan

BMT Dana Insani dilihat dari: 1) Aspek permodalan; 2) Aspek kualitas aktiva produksi; 3) Aspek efisiensi; 4) Aspek likuiditas; 5) Aspek jati diri koperasi; 6) Aspek kemandirian