• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS TEBU DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS TEBU DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS TEBU DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst)

SKRIPSI

RATIH FRANSISKA 141201077

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

(2)

PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS TEBU DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst)

SKRIPSI

OLEH:

RATIH FRANSISKA 141201077

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

(3)

PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS TEBU DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst)

SKRIPSI

Oleh :

RATIH FRANSISKA 141201077

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Ketebalan Mulsa Ampas Tebu dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sukun (Artocarpus comunnis Forst)

Nama : Ratih Fransiska

NIM : 141201077

Departemen : Budidaya Hutan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP., MP Dr. Budi Utomo, SP., MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

Mohammad Basyuni, S. Hut., M.Si.,Ph.D Ketua Departemen Budidaya Hutan

Tanggal lulus : 03 Agustus 2018

Universitas Sumatera Utara

(5)

i ABSTRACT

RATIH FRANSISKA: The Effect of Bagasse Mulch Thickness And Interval of Watering to Growth of Breadfruit (Artocarpus communis Forst). Supervised by AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

Breadfruit (Artocarpus communis Forst) is a plant that has many benefits, which is able to support the welfare of the community. To cultivate these plants required effective and efficient techniques. This study aims to determine the effect of bagasse mulch thickness and intervals of watering to growth of breadfruit.

This study used a complete randomized design (RAL) with 2 factors. The first factor is the thickness factor of bagasse mulch (T) which consists of control/without treatment (T0), thickness 1 cm (T1), thickness 3 cm (T2) and thickness 5 cm (T3) and the second factor is watering interval (S) consisting of daily watering (S1), 1 time in 3 days (S2) and 1 time in 6 days (S3). The observed parameters were height increase (cm), diameter (cm), number of leaves (strands), length of root (cm), upper water content of plants (KA)(%) and moisture content (KB)(%). The results showed that there is a real effect on the growth of breadfruit with the treatment of various of bagasse mulch thickness to height increase, diameter, number of leaves, length of root, and upper water content of plants. And the treatment of watering interval showed the real effect on the parameters of height increase, diameter, number of leaves and length of root.

Keywords: breadfruit, mulch bagasse, watering interval

Universitas Sumatera Utara

(6)

ii ABSTRAK

RATIH FRANSISKA : Pengaruh Ketebalan Mulsa Ampas Tebu Dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst). Dibimbing oleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.

Sukun (Artocarpus communis Forst) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, yang mampu menunjang kesejahteraan masyarakat. Untuk membudidayakan tanaman ini diperlukan teknik yang efektif dan efesien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan tanaman sukun. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu faktor ketebalan mulsa ampas tebu (T) yang terdiri atas kontrol/tanpa perlakuan (T0) , ketebalan 1 cm (T1), ketebalan 3 cm (T2) dan ketebalan 5 cm (T3) dan faktor kedua yaitu interval penyiraman (S) yang terdiri atas penyiraman setiap hari (S1), 1 kali dalam 3 hari (S2) dan 1 kali dalam 6 hari (S3). Parameter yang diamati yaitu pertambahan tinggi (cm), diameter (cm), jumlah daun (helai), panjang akar (cm), kadar air tanaman bagian atas (KA)(%) dan kadar air bagian bawah (KB)(%). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sukun dengan adanya pemberian perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu pada parameter pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun, panjang akar dan kadar air tanaman bagian atas. Dan pada perlakuan interval penyiraman menunjukkan adanya pengaruh nyata pada parameter pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun dan panjang akar pada pertumbuhan tanaman sukun.

Kata kunci : sukun, mulsa ampas tebu, interval penyiraman

Universitas Sumatera Utara

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Suka Makmur, Kw. Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Agustus 1995 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari ayah Azis Supianto dan ibu Riyana. Tahun 2014 penulis lulus SMA Negeri 1 Binjai Langkat dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memilih Departemen Budidaya Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Baytul Asyjaar, Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) Kehutanan USU, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat nusantara, Jaringan Intelektual Mahasiswa Muslim Kehutanan Indonesia (JIMMKI) dan Rain Forest.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Mangrove Sei Nagalawan dari tanggal 1 sampai 10 Agustus 2016 dan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Izin Usaha Pemanenan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mardhika Insan Mulia Kalimantan Timur dari tanggal 24 Januari sampai 24 Februari 2018.

Universitas Sumatera Utara

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis meneliti tentang “Pengaruh Ketebalan Mulsa Ampas Tebu Dan

Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Budi Utomo, SP., MP. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama penlitian hingga hasil penelitian selesai.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohammad Basyuni, S. Hut., M. Si., Ph. D, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi dukungan dan motivasi, Ayahanda Azis Supianto dan Ibunda Riyana, atas do’a dan kasih sayang yang tak ternilai serta teman-teman kehutanan Hutan B 2014, Akhwat Badai, Mutmainah, dan rekan-rekan lainnya yang selalu memberi mendukung terbaik.

Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018 Ratih Fransiska

Universitas Sumatera Utara

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun ... 4

Persyaratan Tumbuh ... 5

Tanah sebagai Media Tanam ... 6

Peran Air dalam Pertumbuhan ... 6

Ampas Tebu ... 8

Mulsa ... 9

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 13

Rancangan Penelitian ... 13

Prosedur Penelitian... 12

Parameter Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 15

Pertambahan Tinggi (cm) ... 15

Pertambahan Diameter (cm) ... 15

Jumlah Daun (helai) ... 16

Panjang Akar (cm) ... 17

Kadar Air Tanaman Bagian Atas (KA) (%) ... 18

Kadar Air Tanaman Bagian Bawah (KB) (%) ... 19

Koefisien Korelasi ... 20

Pembahasan ... 20

Universitas Sumatera Utara

(10)

vi KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 24 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data pengukuran pertambahan tinggi (cm) tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 15 2. Data pengukuran diameter (cm) tanaman sukun dengan perlakuan

berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 16 3. Data perhitungan jumlah daun (helai) tanaman sukun dengan

perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 17 4. Data pengukuran panjang akar (cm) tanaman sukun dengan

perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 17 5. Data perhitungan kadar air tanaman bagian atas (KA) (%)

tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 18 6. Data perhitungan kadar air tanaman bagian bawah (KB) (%)

tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 19 7. Data perhitungan koefisien korelasi pada pertumbuhan tanaman

sukun (Artocarpus communis) dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 20

Universitas Sumatera Utara

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertambahan tingi (cm) tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 27 2. Sidik ragam pertambahan tinggi (cm) tanaman sukun ... 27 3. Pertambahan diameter (cm) tanamn sukun dengan perlakuan

berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 28 4. Sidik ragam pertambahan diameter (cm) tanaman sukun ... 28 5. Perhitungan jumlah daun (helai) tanaman sukun dengan

perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 29 6. Sidik ragam perhitungan jumlah daun (helai) tanaman ... 29 7. Pengukuran panjang akar (cm) tanaman sukun dengan

perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 30 8. Sidik ragam pengukuran panjang akar (cm) tanaman ... 30 9. Perhitungan kadar air tanaman bagian atas (KA) (%) tanaman

sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 31 10. Sidik ragam perhitungan kadar air tanaman bagian atas (KA)

(%) tanaman sukun ... 31 11. Perhitungan kadar air tanaman bagian bawah (KB) (%) tanaman

sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman ... 32 12. Sidik ragam perhitungan kadar air tanaman bagian bawah (KB)

(%) tanaman sukun ... 32 13. Dokumentasi penelitian ... 33

Universitas Sumatera Utara

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sukun merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat baik dari dari segi ekologi maupun segi ekonomi. Dari segi ekologi sukun memiliki tajuk yang rindang dan perakaran yang dalam yang dapat menyebar luas, sehingga dapat direkomendasikan untuk kegiatan penghijauan dan konservasi lahan. Secara ekonomi, sukun dapat dimanfaatkan buah, daun dan kayunya dimana hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Buah sukun dapat dijadikan bahan makanan pokok alternatif sebagai pengganti beras. Manfaat lain dari sukun adalah kayunya yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan bangunan (kontruksi ringan), papan yang dikilapkan, bahan pembuatan kotak/peti, mainan dan bahan baku pulp (Adinugraha et al., 2014).

Sukun merupakan pohon besar dari pulau-pulau Stille zuidzee dan Nusantara, di Jawa tumbuhan ini tidak tumbuh secara liar, sehingga penduduk membudidayakannya dikampung-kampung. Ada 2 bentuk pembudidayaan tanaman ini, yakni dengan menggunakan biji dan tanpa biji (vegetatif). Pada pembudidayaan tanpa biji dilakukan secara tak kawin. Apabila beberapa irisan akar sukun diletakkan didalam tanah akan menghasilkan tunas-tunas baru. Tunas- tunas akar yang tumbuh dapat dipindahkan ke media pembibitan. Di Pilipina cara memperbanyak bentuk tanpa biji yaitu dengan menanam potongan akar yang panjangnya 20-25 cm dengan diameter 1,5-5cm. Potongan akar tersebut ditanam dengan menggunakan bedengan pasir, pembentukan akar memerlukan waktu selama 3 bulan. Setelah itu, potongan akar dapat dipindahkan ke persemaian

Universitas Sumatera Utara

(14)

2

dengan menggunakan tanah subur, akan tetapi ada juga potongan akar yang baru tumbuh setelah 5 bulan (Heyne, 1987).

Media tanam merupakan komponen utama dalam bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menyediakan unsur hara. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak terlalu padat, sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, juga mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai aerase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah didapat dengan harga yang relatif murah (Aseptyo, 2013).

Air memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan tanaman.

Kekurangan air dapat mempengaruhi semua proses pertumbuhan tanaman baik proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada proses fisiologi, tanaman yang mengalami kekurangan air akan mengalami penurunan kosentrasi klorofil daun yang dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan klorofil, penurunan enzim rubisco dan terhambatnya penyerapan unsur hara, terutama nitrogen dan magnesium yang berperan penting dalam sitesis klorofil (Ai dan Banyo, 2011).

Aplikasi penggunaan mulsa dapat meningatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal tersebut dikarenakan pengaplikasian mulsa dapat meningkatkan dan mempertahankan kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah tanah agar tetap stabil pada suhu rendah dan dapat mengurangi kompetisi antara tanaman dengan gulma. Aplikasi mulsa bermanfaat untuk melindungi agregat tanah dari kerusakan oleh terpaan air hujan, penyerapan air oleh tanah, mengurangi kecepatan aliran

Universitas Sumatera Utara

(15)

3

permukaan, mengurangi laju evaporasi dan mengendalikan pertumbuhan gulma secara efektif (Mahmood et al., 2002)

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane bagasse) yang dihasilkan masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku

pembuatan pupuk (kompos), pulp, particle board dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula (Andaka, 2011).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan tanaman sukun (A. communis Forst).

Hipotesis

1. Perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sukun (A. communis Forst).

2. Perlakuan interval penyiraman yang berbeda terhadap pertumbuhan sukun (A. communis Forst).

3. Interaksi antara berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan sukun (A. communis Forst).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi dalam penggunaan ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman yang tepat untuk pertumbuhan tanaman sukun (A. communis Forst).

Universitas Sumatera Utara

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)

Sukun termasuk dalam famili Urticaceae, genus Artocarpus (Nangka- nangkaan) dan spesies Artocarpus communis Forst. Para ahli ada yang memberi nama Artocarpus incisa Linn, ada pula yang memberi nama Artocarpus altilis.

Adapun beberapa nama lokal sukun antara lain yaitu sukin, di Thailand dikenal dengan nama sake, di Malaysia dikenal sebagai bandarese, serta dalam bahasa Inggris disebut breadfruit (buah roti). Sukun memiliki tajuk yang rimbun, bentuk daun oval panjang dengan belahan daun simetris karena tulang daun menyirip simetris. Panjang daun berukuran 60 cm dan lebar daun 45 cm dengan tangkai daun 7 cm. Ujung daun meruncing, tepi daun menyirip, kadang-kadang siripnya bercabang. Permukaan daun bagian atas halus dan bagian bawah kasar berbulu.

Warna bagian atas daun hijau mengkilap dan pada bagian bawah kusam. Jarak antar daun bervarasi antara 2-10 cm (Pitojo, 1992).

Posisi bunga dan buah cenderung tumbuh pada tunas yang agak kecil, sering dipucuk tetapi juga ada yang diketiak daun. Ada dua alat reproduksi pada proses pembentukan buah, yaitu bunga betina dan bunga jantan. Bunga betina jauh lebih kecil dan tidak jelas, bunga jantan terletak pada sisi kiri bakal buah.

Bunga jantan berukuran 15-30 cm, bunga jantan tidak selalu tumbuh bersama bunga betina, melainkan bunga jantan akan tumbuh tunggal di daun. Buah sukun bervariasi, baik dari bentuknya yang lonjong hampir menyerupai mentimun besar hingga berbentuk bulat. Di India bagian barat buah sukun berbentuk bulat, ketika matang diameter buah sukun mencapai 15–25 cm dan beratnya mencapai 5 kg dan memiliki kulit tipis dengan permukaan kasar (Chandler, 1958).

Universitas Sumatera Utara

(17)

5

Pada umumnya sukun berukuran sangat besar, selalu hijau, biasanya tinggi sukun dapat mencapai 15-20 meter. Bagian pepagan pohon halus, kulit kayu berwarna cerah, dan berdiameter 1,2 meter, terkadang tinggi bebas cabang mencapai 4 meter. Kayu berwarna emas, tetapi bila terkontaminasi dengan udara berubah menjadi lebih gelap. Pada dasarnya getah seperti susu, terdapat diseluruh bagian pohon (Sikarwar et al., 2014).

Persyaratan Tumbuh

Sukun dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Pada tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir, sukun mampu tumbuh dengan baik karena mempunyai toleransi yang tinggi terhadap keadaan tanah. Kesesuaian lahan diberbagai daerah membuat sukun menjadi terkenal, misalnya sukun sorong, sukun bone, sukun yogyakarta, sukun cilacap, sukun pulau seribu dan lain-lain. Sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran rendah, dataran sedang hingga mencapai kurang lebih 600 meter di atas permukaan laut. Di pegunungan Bone sukun mampu tumbuh dengan baik.

Tanah yang gembur dan banyak mengandung humus, serta air tanahnya dangkal sangat menguntungkan bagi pertumbuhan bagi sukun. Sedangkan pada tanah- tanah yang kurang subur, akan menghambat pertumbuhan sukun sekaligus mempengaruhi produktivitasnya. Sukun tidak tahan pada tanah yang airnya berkadar garam tinggi (Pitojo, 1992).

Sukun dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1200 meter dari permukaan laut (dpl) yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2000- 3000 mm per tahun. Sukun sangat suka dengan tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik dengan derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Sukun relatif

Universitas Sumatera Utara

(18)

6

toleran terhadap pH rendah, relatif tahan terhadap kekeringan dan tahan naungan.

Sukun masih bisa tumbuh dan berbuah di tempat yang mengandung batu karang, kadar garam agak tinggi dan sering tergenang air (Sunarjono, 2008).

Tanah sebagai Media Tanam

Tanah merupakan media utama untuk dapat melangsungkan berbagai

aktivitas. Tanah merupakan campuran antara partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran dan komposisi. Partikel tersebut menempati kurang lebih 50%

volume dan sisanya berupa pori-pori diisi oleh air dan udara. Tanah mempunyai dua fungsi utama, yaitu 1) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai pendukung tanaman atau tempat akar tanaman berjangkar, dan 2) menyimpan air tanah (Mangunwidjaja dan Sailah, 2005)

Tanah merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bermacam- macam organisme. Tanah yang subur mengandung bermacam-macam (lebih banyak) organisme yang berada di permukaan tanah. Tanah yang ideal mengandung air sebanyak 25%, udara sebanyak 25%, mineral sebanyak 45 dan bahan organik sebanyak 5 %. Air mampu membantu perkembangan lapisan tanah dan penting untuk tumbuhan (Yulipriyanto, 2010).

Peran Air dalam Pertumbuhan

Air merupakan komponen utama dalam kehidupan tanaman, sekitar 70-90

% berat segar tanaman adalah berupa air. Air merupakan media yang baik untuk berlangsungnya reaksi biokimia. Didalam tubuh tanaman air dapat masuk ke jaringan tanaman langsung melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya karena : 1) perbedaan kosentrasi air, dan 2) adanya

Universitas Sumatera Utara

(19)

7

faktor lingkungan yang berperan dalam proses keseimbangan air yang berada pada tanah, tanaman dan udara (Suhartono et al., 2008).

Air merupakan zat kehidupan yang mutlak diperlukan bagi kehidupan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Secara alami, tanaman memerlukan sekitar 400-500 liter air untuk memproduksi 1 kg bahan organik kering. Dengan demikian diperlukan ketersediaan air yang optimal dalam pertumbuhan tanaman.

Adapun pendekatan dasar dalam mengelolah air, yaitu a) penutupan tanah dengan menggunakan tanaman atau mulsa agar terlindungi dari pukulan hujan langsung, b) peningkatan efesieni penggunaan air, c) penjagaan kualitas air, dan d) pendaurulangan (recycling) air (Mangunwidjaja dan Sailah, 2005)

Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk, tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata. Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi.

Universitas Sumatera Utara

(20)

8

Pengaturan derajat pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui transpirasi (Ai dan Banyo, 2011).

Respon tanaman terhadap kekurangan air dapat dilihat berdasarkan aspek fisiologi, morfologi, tingkat pertumbuhan, dan juga produktivitas. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air.

Kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel, sintesis protein, sintesis dinding sel (Solichatun et al., 2005)

Tanaman kekurangan air dapat mengakibatkan kematian, sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang. Pada saat air dalam keadaan yang sedikit akan membuat peningkatan suhu udara. Hal ini dikarenakan kandungan air dalam tanah dan diudara tidak dapat mempertahankan suhu dan kelembaban.

Penambahan volume air sangat erat hubungannya dengan ketersediaan air dalam tanah (Noorhadi dan Sudadi, 2003).

Ampas Tebu

Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar serat 43-52% dan padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi: zat arang atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O) 20%, air (H2O) 50% dan gula 3%. Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri atas selulosa, pentosan dan lignin. Komposisi ketiga komponen bisa bervariasi pada varietas tebu yang berbeda. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dapat berpotensi untuk

Universitas Sumatera Utara

(21)

9

menjadi media tanam yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Andriyanti, 2011).

Bagas/ampas tebu paling banyak mengandung bahan padat setelah batang tebu diekstrak kandungan gulanya. Meskipun bagas tebu relatif sukar terdekomposisi, tetapi beberapa pabrik telah memanfaatkan sebagai sumber bahan organik untuk lahan pertanaman yang dimiliki. Bagas mengandung nitrogen sangat rendah, tetapi penggunaan yang sangat banyak setiap tahunnya akan memperbaiki sifat fisik tanah dalam jangka panjang akan memperbaiki kesuburan tanah (Sutanto, 2002).

Ampas tebu mengandung kadar ekstraktif 5,6%, hemiselulosa 21,0%, selulosa 40,3%, abu 7,1%, dan lignin 18,9%. Ampas tebu memiliki kelebihan dalam penggunaannya sebagai media tanam, diantaranya memiliki kemampuan mengikat dan menyimpan air dengan kuat layaknya seperti sabut kelapa (Rahma dan Purnomo, 2016).

Mulsa

Mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban dan suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah erosi pada permukaan tanah dan pemberian mulsa pada saat musim kemarau akan menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penggunaan mulsa mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi tanaman daripada tanpa perlakuan pemberian mulsa. Dengan pengunaan mulsa juga dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan (Tinambunan et al., 2014).

Universitas Sumatera Utara

(22)

10

Penutup tanah pada atau dekat permukaan tanah membuat temperatur tanah dan kelembapan sangat ideal (moderat) bagi organisme, menyediakan makanan dan habitat bagi fungi, bakteri dan athropoda, dan mencegah kerusakan habitat mikroorganisme oleh erosi. Tanaman yang hidup, secara istimewa penting sebagai penutup tanah karena mereka menciptakan rhizosfer yaitu area disekitar akar yang masih hidup tempat kosentrasi bakteri yang masih aktif. Tanaman penutup juga membantu membangun dan memelihara populasi dan keanekaragaman arthopoda melalui penyediaan habitatnya yang lebih luas.

(Yulipriyanto, 2010)

Menurut Fauzan (2002) adanya mulsa di atas permukaan tanah, akan menghalangi pertumbuhan benih gulma. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Selain itu dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Perlakuan pemberian mulsa organik berupa serasah tebu memberikan pengaruh terhadap nilai porositas (Burdiono, 2012).

Berdasarkan penelitian Lubis et al (2017) perlakuan pemberian mulsa memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap jenis maupun tingkat ketebalan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Mulsa sekam dengan ketebalan 8 cm mampu meningkatkan kadar air tanah sebesar 16,46 % dan hasil tanaman pada bobot 100 biji sebesar 10,25 % maupun bobot kering tanaman sebesar 9,04

%, jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa.

Universitas Sumatera Utara

(23)

11

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai dengan Juni 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun (A. communis Forst), mulsa ampas tebu, top soil, polybag dengan ukuran 20 x 20

cm dan kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, spidol, cangkul, kalkulator, kamera, gunting, penggaris, califer, benang, oven, cutter, kertas koran, timbangan analitik dan software microsoft excel.

Rancangan Penelitian

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dua faktor yaitu:

1. Faktor T untuk ketebalan mulsa ampas tebu yang terdiri 4 jenis perlakuan, yaitu:

T0 : Kontrol (Tanpa Perlakuan) T1 : Ketebalan 1 cm

T2 : Ketebalan 3 cm T3 : Ketebalan 5 cm

2. Faktor S untuk interval penyiraman yang terdiri 3 perlakuan, yaitu:

S1 : Setiap hari

S2 : 1 kali dalam 3 hari S3 : 1 kali dalam 6 hari

Universitas Sumatera Utara

(24)

12

Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 jumlah unit percobaan.

Model linier rancangan yang digunakan sebagai berikut:

Yijk = µ + 𝛼i + 𝛽𝑗 + (α𝛽)ij + ∑𝑖𝑗𝑘

Yijk = respon pengamatan untuk pemberian mulsa ampas tebu pada ketebalan ke i interval penyiraman ke-j ulangan ke-k

µ = rataan umum pertumbuhan sukun 𝛼i = pengaruh pemberian mulsa ke-i 𝛽 = pengaruh interval penyiraman ke-j

(α𝛽)ij = interaksi antara pemberian mulsa ampas tebu dengan interval penyiraman

∑ 𝑖𝑗𝑘 = pengaruh galat pada pemberian mulsa ampas tebu ketebalan ke i interval penyiraman ke-j ulangan ke-k

Prosedur Penelitian

1. Menyediakan Bibit Sukun (A. communis Forst)

Bibit sukun (A. communis Forst) yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit yang berumur seragam yaitu 6 bulan dan memiliki kondisi fisik yang sehat (tidak rusak). Bibit sukun tersebut berasal dari Tanjung Morawa.

2. Menyediakan Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah polybag yang berisi top soil. Top soil yang digunakan pada penelitian ini merupakan top soil tanah kritis yang berasal pada Arboretum Kuala Bekala, Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

(25)

13

3. Penanaman Bibit Sukun

Bibit sukun ditanam kedalam polybag yang telah berisi top soil, kemudian beri label nama pada polybag sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada tanaman.

4. Pemberian mulsa ampas tebu

Mulsa ampas tebu diberikan setelah bibit ditanam dalam polybag dengan cara meletakkan ampas tebu diatas permukaan tanah di sekeliling tanaman sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

Parameter Pengamatan

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data awal pada beberapa parameter. Jadi data yang diperoleh selama pengukuran akhir parameter dikurang dengan data awal. Pengamatan mulai dilakukan seminggu setelah tanam (telah melewati masa adaptasi/aklimatisasi).

Pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan, parameter yang diamati, yaitu:

a. Pertambahan tinggi (cm)

Tinggi tanaman sukun diukur dari pangkal hingga titik tumbuh tertinggi tanaman menggunakan benang dan penggaris. Pengukuran tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali.

b. Diameter batang (cm)

Diameter batang diukur menggunakan califer pada bagian pangkal tanaman yang telah diberi tanda terlebih dahulu dengan menggunakan spidol.

Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali.

c.`Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat pengambilan data terakhir.

Universitas Sumatera Utara

(26)

14

Jumlah daun yang dihitung mulai dari daun paling bawah sampai tajuk teratas yang sudah terbuka sempurna.

d. Panjang akar (cm)

Pengukuran panjang akar tanaman diukur pada akhir pengamatan dengan penggaris. Dimana akar primer yang diukur mulai dari pangkal sampai ujung akar terpanjang pada tanaman tersebut.

e. Kadar air tanaman (%)

Kadar air tanaman dihitung pada akhir pengamatan dengan menimbang bagian atas dan bagian bawah tanaman pada setiap perlakuan. Untuk perhitungan kadar air tanaman dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 103 ± 2 oC sampai beratnya konstan. Untuk kadar air bagian atas (KA) diindikatorkan dari pangkal sampai tajuk tanaman dan kadar air bagian bawah (KB) diindikatorkan dari pangkal sampai ujung akar. Perhitungan kadar air diformulasikan dengan rumus:

Kadar air = Berat Awal−Berat Akhir

Berat awal x 100%

Universitas Sumatera Utara

(27)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Pertambahan tinggi (cm)

Hasil pengukuran pertambahan tinggi rata-rata sukun (A. communis Forst) selama tiga bulan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pengukuran pertambahan tinggi (cm) tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 1,22 1,27 1,45 1,85 1,34b

S2 0,50 0,53 0,75 0,82 0,63a

S3 0,34 0,71 0,70 0,75 0,59a

Rata-rata 0,69 0,84 0,83 1,11

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Data hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) pada Tabel 1 menunjukan nilai rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3S1 yaitu kombinasi perlakuan ketebalan mulsa 5 cm (T3) dengan penyiram setiap hari (S1) yaitu 1,85 cm. Sedangkan data tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol/tanpa (T0) perlakuan dengan interval penyiraman setiap 5 hari kali (S3) yaitu 0,34 cm. Berdasarkan hasil sidik ragam pengamatan pertambahan tinggi (cm) menjelaskan bahwa ada pengaruh tidak nyata pada perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman sukun dan pada perlakuan interval penyiraman yang berbeda, ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sukun (A. communis Forst).

Pertambahan Diameter Batang (cm)

Data pengamatan pertambahan diameter batang (cm) sukun dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

(28)

16

Tabel 2. Data pengukuran diameter (cm) tanaman sukun dengan perlakuan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 0,016 0,019 0,015 0,014 0,016

S2 0,010 0,009 0,010 0,008 0,009

S3 0,013 0,009 0,006 0,016 0,011

Rata-rata 0,013 0,012 0,010 0,013

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada

interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Pada Tabel 2. pengamatan pengukuran diameter (cm) tanaman sukun menunjukan bahwa ada perbedaan tidak nyata pada setiap perlakuan, baik perlakuan pemberian berbagai ketebalan mulsa ampas tebu maupun perlakuan beda penyiraman. Diperoleh diameter tanaman sukun terbesar terdapat pada perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 1 cm (T1) dengan kombinasi penyiraman setiap hari (S1) dengan nilai 0,019 cm sedangkan diameter terkecil terdapat pada tanaman sukun dengan perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 3 cm (T2) dengan kombinasi penyiraman 3 hari satu kali (S3) dengan nilai 0,006 cm.

Jumlah Daun (helai)

Perhitungan parameter jumlah daun dilakukan dilakukan pada akhir penelitian dikarenakan jumlah daun mengalami pengurangan (gugur) dan penambahan akibat proses fotosintesis. Adapun data perhitungan jumlah daun (helai) pada akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada hasil sidik ragam menyatakan ada pengaruh tidak nyata pada berbagai ketebalan mulsa ampas tebu terhadap pertumbuhan sukun. Akan tetapi, pada interval penyiraman yang berbeda ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sukun.

Universitas Sumatera Utara

(29)

17

Tabel 3. Data perhitungan jumlah daun (helai) tanaman dengan perlakuan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 5,67 5,67 5,67 6,00 5,75c

S2 4,67 4,33 4,00 4,67 4,42b

S3 3,67 4,00 3,00 2,33 3,25a

Rata-rata 4,67 4,67 4,22 4,33

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Telah diperoleh jumlah daun terbanyak terdapat perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 5 cm (T3) dengan kombinasi penyiraman setiap hari (S1) dengan nilai 6 helai. Sedangkan jumlah daun terkecil terdapat pada perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 5 cm (T3) dengan kombinasi penyiraman 3 hari sekali (S3) dengan jumlah nilai 2,33 helai.

Panjang Akar (cm)

Panjang akar pada tanaman sukun berbeda-beda walaupun memiliki umur yang seragam. Hal ini dapat diketahui berdasarkan dari tabel sidik ragam yang menyatakan bahwa ada pengaruh tidak nyata pada perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan perlakuan penyiraman yang berbeda terhadap pertumbuhan sukun. Adapun data panjang akar sukun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data pengukuran panjang akar (cm) tanaman dengan perlakuan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 34,33 39,07 35,20 43,57 38,04

S2 36,27 33,90 36,77 40,43 36,84

S3 39,83 27,97 40,10 39,50 36,85

Rata-rata 36,81 33,65 37,36 41,17

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Berdasarkan data diatas telah diperoleh data panjang akar terpanjang pada penelitian ini terdapat pada perlakuan pemberian mulsa dengan ketebalan 5 cm (T3) dengan kombinasi penyiraman setiap hari (S1) dengan nilai 43,57 cm.

Universitas Sumatera Utara

(30)

18

Sedangkan panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan pemberian ampas tebu dengan ketebalan 1 cm (T1) dengan kombinasi penyiraman 3 hari sekali (S3) dengan nilai 27,97 cm.

Kadar Air Tanaman Bagian Atas (KA) (%)

Kadar air suatu tanaman merupakan hasil representasi dari berat basah tanaman tanpa kadar air. Kadar air tanaman memiliki perbedaan pada setiap bagian karena timbunan hasil fotosintesis. Adapun data kadar air tanaman bagian atas (KA) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data perhitungan kadar air tanaman bagian atas (KA) (%) tanaman dengan perlakuan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 59,22 34,32 36,35 38,64 42,13

S2 39,68 60,64 43,47 45,57 47,34

S3 59,84 43,79 40,80 55,19 49,91

Rata-rata 52,91 46,25 40,21 46,47

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Hasil pehitungan kadar air tanaman sukun bagian atas dapat diketahui bahwa kadar air terbesar tanaman sukun bagian atas terdapat pada perlakuan pemberian mulsa dengan ketebalan 1 cm (T1) dengan kombinasi penyiraman 2 hari sekali (S2) dengan nilai 60,64 %. Sedangkan kadar air terkecil terdapat pada pelakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 1 cm (T1) dengan kombinasi penyiraman setiap hari (S1) dengan nilai 34,32 %. Pada tabel sidik ragam bobot kering tanaman bagian atas pada perlakuan ketebalan mulsa ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman sukun tidak berpengaruh nyata begitu juga dengan pelakuan penyiraman yang berbeda juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan sukun.

Universitas Sumatera Utara

(31)

19

Kadar Air Tanaman Bagian Bawah (KB) (%)

Kadar air tanaman bagian bawah pada tabel sidik ragam menyatakan tidak adanya pengaruh nyata pada perlakuan pemberian berbagai ketebalan mulsa ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman sukun. Akan tetapi pada perlakuan penyiraman yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan sukun.

Dengan demikian diketahui kadar air tanaman bagian bawah tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pemberian mulsa ampas tebu (kontrol) (T0) dengan kombinasi penyiraman 3 hari sekali (S2) yaitu sebesar 70,11 % sedangkan kadar air tanaman bagian bawah terkecil terdapat pada perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan ketebalan 3 cm (T2) dengan kombinasi penyiraman setiap hari (S1) yaitu dengan nilai 29,22 %. Uji lanjutan DMRT dengan taraf α 5%

dilakukan pada perlakuan penyiraman. Data perhitungan kadar air tanaman bagian bawah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data perhitungan kadar air tanamaan bagian bawah (KB) (%) tanaman dengan perlakuan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata

S1 33,29 30,82 29,22 40,71 33,51a

S2 49,15 52,30 46,41 39,70 46,89b

S3 70,11 37,12 40,32 53,56 50,28b

Rata-rata 50,85 40,08 38,65 44,66

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa ampas tebu, pada baris rataan interval penyiraman dan pada baris dan kolom pada interaksi antara ketebalan mulsa sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%.

Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi bertujuan untuk mengukur seberapa kuat atau seberapa dekat suatu relasi yang terjadi antar variabel atau parameter yang satu dengan yang lain. Analisi korelasi pada pengamatan pertambahan pertumbuhan sukun dapat dilihat pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

(32)

20

Tabel 7. Data perhitungan koefisien korelasi pada pertumbuhan sukun dengan perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

T D JD PA KA KB

T 1

D 0,024463 1

JD 0,22489 0,423276 1

PA 0,076273 0,150109 0,006122 1

KA 0,152611 -0,00867 -0,37039 -0,15524 1

KB -0,23878 -0,19334 -0,58926 0,213831 0,611191 1

Keterangan : T : Tinggi; D : Diameter; JD : Jumlah daun; PA : Panjang akar; KA : Kadar air tanaman bagian atas; KB : Kadar air tanaman bagian bawah

Tinggi rendahnya, kuat lemahnya suatu korelasi pada pengamatan tergantung pada hubungan yang saling mendukung antara satu variabel ke variabel lain. Berdasarkan data Tabel 7 dapat diketahui bahwa koefision korelasi pada parameter tidak semua searah/positif. Koefisien korelasi searah/positif tertinggi/sangat kuat terdapat pada korelasi antara diameter dan jumlah daun dengan nilai 0,423276. Dimana dapat dikatakan bahwa hubungan diantara parameter pertambahan diameter (cm) diikuti oleh pertambahan jumlah daun (helai) secara teratur dengan arah yang sama. Sedangkan koefisien korelasi negatif tertinggi terdapat pada parameter jumlah daun dengan kadar air bagian bawah (KB) bernilai -0,58926 yakni, dimana parameter kadar air tanaman bagian bawah tidak diikuti dengan pertambahan jumlah daun.

Pembahasan

Pada pengamatan yang telah diperoleh data parameter pertambahan tinggi (cm) tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3S1 yaitu sebesar 1,85 cm, pertambahan diameter terbesar terdapat pada perlakuan T1S1 dengan nilai 0,019, parameter jumlah daun terbanyak pada pertumbuhan tanaman sukun terdapat pada perlakuan T3S1 dengan nilai 6 helai, pada data panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan T3S1 dengan nilai 43,57 cm, pada data kadar air tanaman bagian atas (KA) tertinggi terdapat pada perlakuan T1S2 dengan nilai 60,64 cm dan pada

Universitas Sumatera Utara

(33)

21

data kadar air tanaman bagian bawah (KB) tertinggi terdapat pada perlakuan T0S3 dengan nilai 70,11 cm.

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa perlakuan pemberian mulsa ampas tebu memiliki pengaruh tidak nyata pada pertumbuhan sukun terhadap semua parameter. Akan tetapi, perlakuan pemberian mulsa terbaik pada pengamatan pertumbuhan tanaman sukun yaitu dengan menggunakan ketebalan mulsa 5 cm (T3) pada parameter tinggi (cm), jumlah daun (helai) dan panjang akar (cm). Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis et al (2017) yang mengatakan bahwa perlakuan pemberian mulsa memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap jenis maupun tingkat ketebalan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Mulsa sekam dengan ketebalan 8 cm mampu meningkatkan kadar air tanah sebesar 16,46 % dan hasil tanaman pada bobot 100 biji sebesar 10,25 % maupun bobot kering tanaman sebesar 9,04 %, jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa.

Dengan adanya perlakuan mulsa ampas tebu tersebut memberikan manfaat diantaranya : mengurangi laju pertumbuhan gulma, mengurangi erosi permukaan tanah, mencegah kekeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauzan (2002) yang mengatakan bahwa adanya mulsa di atas permukaan tanah, akan menghalangi pertumbuhan benih gulma. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya. Selain itu dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan

Universitas Sumatera Utara

(34)

22

ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran.

Diketahui juga bahwa perlakuan interval penyiraman memberi pengaruh nyata dalam pertumbuhan tanaman sukun terhadap parameter tinggi (cm), jumlah daun (helai) dan kadar air tanaman bagian bawah (KB)(%). Penyiraman memberikan respon langsung bagi tanaman. Karena air memiliki peran sangat penting dalam pertumbuhan baik dari pertambahan tinggi, jumlah daun dan kadar air tanaman bagian bawah. Dimana air berpengaruh terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman sebagai pencerminan pertumbuhan tanaman.

Meningkatnya pertinggian tanaman terjadi melalui perpanjangan ruas-ruas akibat membesarnya sel-sel atau bertambahnya umur tanaman.

Kondisi ini sesuai dengan Suhartono et al (2008) air merupakan komponen utama dalam kehidupan tanaman, sekitar 70-90 % berat segar tanaman adalah berupa air. Air merupakan media yang baik untuk berlangsungnya reaksi biokimia. Didalam tubuh tanaman air dapat masuk ke jaringan tanaman langsung melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya karena : 1) perbedaan kosentrasi air, dan 2) adanya faktor lingkungan yang berperan dalam proses keseimbangan air yang berada pada tanah, tanaman dan udara.

Dan didukung oleh pernyataan Ai dan Banyo (2011) kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan

Universitas Sumatera Utara

(35)

23

perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk, tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata. Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi. Pengaturan derajat pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui transpirasi.

Perlakuan tanpa mulsa ampas tebu atau kontrol (M0) dan penyiraman dengan interval yang cukup lama menghasilkan pertumbuhan terendah. Dapat dilihat pada data parameter diatas, dimana tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan T0S3 yaitu 0,34 cm, pada diameter terkecil terdapat pada perlakuan T2S3 dengan jumlah nilai 0,006 cm, pada jumlah daun terkecil terdapat pada perlakuan T3S3 dengan jumlah nilai 2,33 helai, pada panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan T1S3 dengan nilai 27,97 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tinambunan et al (2014) mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban dan suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah erosi pada permukaan tanah dan akan menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas.

Universitas Sumatera Utara

(36)

24

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pemberian mulsa ampas tebu dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi (cm), diameter (cm), jumlah daun (helai), panjang akar (cm), kadar air tanaman bagian atas (KA)(%) dan kadar air bagian bawah (KB)(%).

2. Perlakuan berbagai interval penyiraman memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi (cm), jumlah daun (helai), dan kadar air tanaman bagian bawah (BK)(%) dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter (cm), panjang akar (cm), dan kadar air tanaman bagian atas (KA)(%)

3. Hasil analisis pada perlakuan pemberian berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman sukun (A. communis Forst).

Universitas Sumatera Utara

(37)

25

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A., N. K. Kartikawati, M. D. Setiadi, dan Prastyono. 2014.

Pengembangan Teknik Budidaya Sukun (Artocarpus altilis) Untuk Ketahanan Pangan. PT. Penerbit IPP Press. Bogor

Ai, N. S dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11 (2) : 166-173 Andaka, G. 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator

Asam Sulfat. Jurnal Teknologi, 4 (2) : 180-188.

Andriyanti, Wiwien. 2011. Optimasi Pembuatan Selulosa dari Ampas Tebu sebagai Dasar Pembuatan Polimer Superabsorben. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Aseptyo, F. R. 2013. Pemanfaatan Ampas Tebu Dan Ampas Teh Sebagai Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.) Ditinjau dari Intensitas Penyiraman Air Teh.

Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Burdiono, M. 2012. Pemanfaatan Serasah Tebu Sebagai Mulsa Terhadap Pemadatan Tanah Akibat Lintasan Roda Traktor pada PG. Takalar.

Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Chandler, W. H. 1958. Evergreen Orchards. Lea and Febiger. Philadelphia.

Fauzan, A. 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan. Pertanian Organik. Malang. 182-187.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan.

Jakarta

Lubis, P. A., S. Y. Tyasmoro dan Sudiarso. 2017. Pengaruh Jenis dan Ketebalan Mulsa Dalam Mempertahankan Kandungan Air Tanah dan Dampaknya Terhadap Tanaman Kedelai ( Glycine max L.) di Lahan Kering. Jurnal Produksi Tanaman, 5 (5) : 791-798

Mahmood, M., K. Farroq, A. Hussain, and R. Sher. 2002. Effect of Mulching on Growth and Yield of Potato Crop. Asian Jurnal of Plant Sci. 1 (2); 122- 133

Mangunwidjaja, D dan I. Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta

Universitas Sumatera Utara

(38)

26

Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 4 (I) : 41-49

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius. Yogyakarta

Rahma, A. R dan A. S. Purnomo. 2016. Pengaruh Campuran Ampas Tebu dan Sabut Kelapa sebagai Media Pertumbuhan Alternatif terhadap Kandungan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal Sains dan Seni Its, 5 (2) : 2337-3520

Sikarwar, M. S., B. J. Hui, K. Subramaniam, B. D. Valeisamy, L. K. Yean dan Kaveti. 2014. A Review on Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg (breadfruit). Journal of Applied Pharmaceutical Science, 4 (08) : 091- 097

Solichatun, E. Anggarwulan, dan W. Mudyantini. 2005. Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi, 3 (2): 47-51

Suhartono, ZM, R., A. Sidqi Zaed dan A. Khoiruddin. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicie max (L) Merril) pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo, 5 (1) : 98- 112

Sunarjono, H. 2008. Berkenun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta

Tinambunan, E., L. Setyobudi dan A. Suryanto. 2014. Penggunaan Beberapa Jenis Mulsa Terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.) Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman, 2 (1): 25-30

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.

Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara

(39)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertambahan tinggi (cm) tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

T0S1 1,45 0,90 1,30 3,65 1,22

T0S2 0,48 0,58 0,45 1,51 0,50

T0S3 0,15 0,50 0,37 1,02 0,34

T1S1 1,38 1,08 1,36 3,82 1,27

T1S2 0,58 0,45 0,55 1,58 0,53

T1S3 0,20 0,85 1,08 2,13 0,71

T2S1 2,08 1,38 0,88 4,34 1,45

T2S2 0,50 1,18 0,58 2,26 0,75

T2S3 0,65 0,80 0,65 2,10 0,70

T3S1 1,08 1,23 3,23 5,54 1,85

T3S2 0,80 0,78 0,88 2,46 0,82

T3S3 0,83 0,68 0,73 2,24 0,75

Lampiran 2. Sidik ragam pertambahan tinggi (cm) tanaman sukun

SK DB JK KT F. Hitung F. Tabel

Perlakuan 11 6,737031 0,61245736 3,332094 2,22*

T 3 1,206819 0,402273 2,188579 3,01tn

S 2 5,369814 2,684907 14,60732 3,4*

TS 6 0,160397 0,02673283 0,145441 2,51tn

Galad 24 4,411333 0,18380554

Total 35 11,14836

Keterangan :

* : nyata

tn : tidak nyata S1 : Siram setiap hari

T0 : Kontrol/tanpa mulsa S2 : Siram 3 hari 1 kali T1 : Ketebalan 1 cm S3 : Siram 6 hari sekali

T2 : Ketebalan 3 cm T : Ketebalan Mulsa

T3 : Ketebalan 5 cm S : Interval Penyiraman

Universitas Sumatera Utara

(40)

28

Lampiran 3. Pertambahan diameter (cm) tanaman sukun dengan perlakuan berbagai ketebalan mulsa ampas tebu dan interval penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

T0S1 0,0175 0,019 0,0125 0,049 0,016333

T0S2 0,0187 0,0065 0,0055 0,0307 0,010233

T0S3 0,0095 0,0125 0,0183 0,0403 0,013433

T1S1 0,025 0,0125 0,018 0,0555 0,0185

T1S2 0,0113 0,0035 0,0125 0,0273 0,0091

T1S3 0,006 0,0113 0,01 0,0273 0,0091

T2S1 0,018 0,0225 0,005 0,0455 0,015167

T2S2 0,0048 0,0125 0,0125 0,0298 0,009933

T2S3 0,005 0,009 0,0028 0,0168 0,0056

T3S1 0,0125 0,025 0,005 0,0425 0,014167

T3S2 0,0112 0,005 0,0063 0,0225 0,0075

T3S3 0,017 0,0195 0,0125 0,049 0,016333

Lampiran 4. Sidik ragam pertambahan diameter (cm) tanaman sukun

SK DB JK KT F. hitung F. Tabel

Perlakuan 11 0,000546 0,00004959 0,018525 2,22 tn

T 3 0,000048 0,000016 0,005977 3,01tn

S 2 0,0003 0,00014977 0,055944 3,4tn

TS 6 0,000198 0,000033 0,012327 2,51tn

Galad 24 0,064251 0,00267713

Total 35 0,064797

Keterangan :

* : nyata

tn : tidak nyata S1 : Siram setiap hari

T0 : Kontrol/tanpa mulsa S2 : Siram 3 hari 1 kali T1 : Ketebalan 1 cm S3 : Siram 6 hari sekali

T2 : Ketebalan 3 cm T : Ketebalan Mulsa

T3 : Ketebalan 5 cm S : Interval Penyiraman

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 3. Pemberian Mulsa  Gambar 4. Penyusunan Perlakuan
Gambar 11. Tanaman yang telah Dioven  dan Ditimbang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Proposal credit transfer antara PT di Indonesia dan Mitra Dampak • Peningkatan jumlah mahasiswa peserta program mobilitas...

Sehubungan dengan kegiatan Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Pekerjaan Renovasi Atap Gedung Kantor Pertanahan Kabupaten Bantaeng Tahun Anggaran 2016, yang saat ini telah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Sarana Pendukung Pelayanan Kontrasepsi pada Satuan Kerja Perwakilan BkkbN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana (Lelang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

2013 pada Satuan Kerja Perwakilan BkkbN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang secara

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012