• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR II.1. Tata Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DASAR II.1. Tata Ruang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TEORI DASAR

Bab II Teori Dasar berisikan mengenai teori yang akan menjadi landasan yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini. Bab ini memiliki delapan sub bab, terdiri dari tata ruang, permukiman, sistem informasi geospasial, perancangan basis data, Entity Relationship Diagram (ERD), buffer, overlay, dan merge. Setiap sub bab dalam Bab ini juga memiliki sub sub bab, yaitu sub bab permukiman dan Entity Relationship Diagram (ERD). Bab ini menjelaskan masing-masing dari sub bab.

II.1. Tata Ruang

Tata ruang dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030 merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang. Tata ruang perlu dilakukan perencanaan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan merupakan suatu proses berkesinambungan yang mencakup berbagai keputusan atau pilihan yang alternatif dalam penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa depan (Conyers dan Hills, 1994). Tujuan dari tata ruang berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan cara mewujudkan hal-hal sebagai berikut.

1. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

2. Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

3. Perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

(2)

7

II.2. Permukiman

Permukiman didefinisikan sebagai perpaduan perumahan dan kehidupan manusia yang menempatinya. Permukiman diimplementasikan sebagai suatu tempat yang bermukimnya makhluk hidup (manusia) dengan memiliki suatu tujuan tertentu (Sastra dan Marlina, 2005). Diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2029 bahwa kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria berada di luar kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Selain kedua kawasan tersebut, disebutkan juga bahwa permukiman di sepanjang lintasan rel kereta api harus berada di luar garis sempadan rel sesuai dengan undang-undang perkeretaapian nasional serta harus memiliki sempadan jalan sesuai dengan jenis-jenis jalan.

II.2.1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2029 adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk memberikan perlindungan terhadap kelestarian lingkungan hidup yang di dalamnya mencakup sumber daya alam dan buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa kawasan lindung dibagi menjadi beberapa kawasan, antara lain:

1. kawasan perlindungan setempat, antara lain:

a. Sempadan pantai berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 21/Permen-KP/2018 tentang Tata Cara Penghitungan Batas Sempadan Pantai merupakan daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai bahwa sempadan pantai diukur sejauh 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

(3)

8

b. Ruang Terbuka Hijau dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang merupakan kawasan yang memanjang, mengelompok, bersifat terbuka, serta tempat tumbuh tanaman baik secara alamiah maupun sengaja ditanam.

2. Kawasan konservasi, antara lain:

a. Perairan pesisir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah laut yang memiliki batas dengan daratan meliputi perairan yang diukur dari garis sejauh 12 mil laut.

3. Kawasan lindung geologi antara lain:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah yang di dalamnya terdiri dari sempadan mata air. Diketahui dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/Prt/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau bahwa garis sempadan mata air ditentukan mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 meter dari pusat mata air.

4. Kawasan lindung lainnya terdiri dari:

a. Cagar Budaya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya merupakan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan dari cagar budaya yang berada di darat maupun air dan perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, maupun kebudayaan melalui proses penetapan.

II.2.2. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik geologis, biologi, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi untuk jangka waktu tertentu dan tidak dapat mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan untuk merespon dampak buruk bahaya tertentu (Tondobala, 2011).

(4)

9 II.2.3. Sempadan Jalur Rel Kereta Api

Sempadan jalur kereta api dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan merupakan batas sisi kanan dan sisi kiri dari jalur kereta api. Peraturan mengenai lebar sempadan jalur kereta api yang termuat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disajikan pada Tabel II.1.

Tabel II. 1 Sempadan Jalur Kereta Api

Letak Jalan Rel Kereta Api Objek

Tanaman Bangunan

Jalan rel kereta api lurus >11 m >20 m Jalan rel kereta api belokan/lengkungan:

a. Lengkung dalam >23 meter >23 meter

b. Lengkung luar >11 meter >11 meter

(Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2008)

II.2.4. Sempadan Jalan

Sempadan Jalan atau adalah batas luar untuk dapat mendirikan bangunan di kiri kanan jalan (Aswal, 2019). Sempadan jalan memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya yang disajikan pada Tabel II.2. Jarak ini memiliki dasar dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

Tabel II. 2 Jarak Sempadan Jalan

Jenis Jalan Jarak

Jalan arteri primer dan sekunder 15 Meter dari tepi badan jalan Kolektor primer 10 Meter dari tepi badan jalan Kolektor sekunder 5 Meter dari tepi badan jalan Jalan lokal sekunder 3 meter dari tepi badan jalan Jalan lingkungan primer 2 meter dari tepi badan jalan (Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006)

(5)

10

II.3. Sistem Informasi Geospasial (SIG)

Sistem Informasi Geospasial (SIG) didefinisikan sebagai perangkat unsur yang teratur dan memiliki keterkaitan sehingga menghasilkan suatu sistem yang memuat seluruh informasi mengenai lokasi dan keberadaan suatu objek di permukaan bumi (Irwansyah, 2013). SIG memiliki rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial (Budiyanto, 2002).

II.4. Perancangan Basis Data

Basis data merupakan kumpulan informasi yang disimpan di dalam perangkat komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa dengan menggunakan suatu sistem komputer agar dapat dihasilkan informasi tertentu dari basis data tersebut (Setyowati dan Siswanti, 2021). Basis data dapat dibuat dan diolah dengan menggunakan suatu sistem komputer yaitu perangkat lunak (software) (Raharjo, 2012).

II.5. Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan sekumpulan cara untuk memberikan deskripsi terhadap data-data maupun objek-objek yang dibuat berdasarkan dan berasal dari dunia nyata sebagai entitas (entity) serta hubungan (relationship) antar entitas-entitas dengan menggunakan notasi (Edi dan Betshani, 2009). Notasi tersebut dapat dikatakan sebagai komponen-komponen pembentuk ERD. Komponen pembentuk ERD terdiri dari entitas, atribut, dan relasi.

II.5.1. Entitas

Entitas merupakan suatu objek yang diwujudkan dalam basis data dan dapat dibedakan satu sama lain. Objek-objek tersebut dapat berupa orang, benda, atau hal lainnya yang diperlukan untuk disimpan di dalam basis data yang dibuat. Entitas memiliki beberapa aturan untuk digambarkan antara lain sebagai berikut (Pradhana, 2017).

(6)

11

1. Dinyatakan dengan simbol persegi panjang

2. Nama entitas dituliskan di dalam simbol persegi panjang dan berupa kata benda.

3. Nama entitas menggunakan nama yang mudah dipahami dan dapat memberikan makna dengan jelas.

II.5.2. Atribut

Atribut dapat didefinisikan sebagai keterangan yang terkait pada sebuah entitas yang dan perlu disimpan dalam basis data. Atribut ini berfungsi memberikan penjelasan untuk entitas. Atribut memiliki beberapa aturan untuk digambarkan antara lain sebagai berikut (Pradhana, 2017).

1. Atribut digambarkan dengan simbol elips.

2. Nama atribut dituliskan di dalam simbol elips dan merupakan kata benda. 3. Nama atribut menggunakan nama yang mudah dipahami dan dapat

memberikan makna dengan jelas.

II.5.3. Relasi

Relasi dapat didefinisikan sebagai hubungan (relationship) antara beberapa entitas yang berasal dari himpunan yang berbeda di dalam basis data. Relasi memiliki beberapa aturan untuk digambarkan sebagai berikut (Pradhana, 2017).

1. Relasi digambarkan dengan simbol belah ketupat.

2. Nama relasi dituliskan di dalam simbol belah ketupat dan merupakan kata kerja aktif.

3. Nama relasi menggunakan nama yang mudah dipahami dan dapat memberikan makna dengan jelas.

II.6. Buffer

Buffer merupakan suatu analisis untuk membuat suatu area di sekitar objek spasial (Kusuma dan Sukendra, 2016). Secara anatomis, buffer menghasilkan zona yang mengarah keluar dari sebuah objek spasial (titik, garis, atau poligon). Hasil

(7)

12

dari membuat buffer adalah terbentuk suatu area yang melingkupi objek spasial dengan jarak tertentu (Aqli, 2010).

II.7. Overlay

Overlay merupakan suatu proses analisis yang memiliki tujuan menggabungkan informasi beberapa layer untuk menghasilkan informasi baru (Marizal, dkk., 2013). Overlay memiliki kemampuan mengintegrasi data dari dua layer yang berbeda (Ariyora, 2015) yang dapat dilakukan secara efektif (Marizal, dkk., 2013). Overlay banyak dimanfaatkan dalam evaluasi spasial.

II.8. Merge

Merge merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk menggabungkan data spasial. Proses ini digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih layer (Sofyan, dkk., 2017) dengan cara menggabungkan feature dari dua atau lebih layer menjadi satu. Merge ini secara otomatis juga akan menggabungkan data atribut pada kedua layer apabila memiliki nama field yang sama (Rogers dan Staub, 2013).

Gambar

Tabel II. 1 Sempadan Jalur Kereta Api

Referensi

Dokumen terkait

2 : Jemaat yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS, Pemberita Firman beserta Penatua dan Diaken bertugas mengucapkan selamat datang dan selamat beribadah kepada

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. ABDURRAHMAN

Corey menyatakan bahwa penafsiran ini sebaiknya dimulai pada hal-hal yang bersifat tidak penting (surface) dan pada saatnya konseli telah siap untuk membicarakan hal yang lebih

1.Diperlukan peningkatan kualitas manajemen pengelolaan keuangan dan aset daerah, agar dana yang terbatas dapat dibelanjakan / dimanfaatkan untuk mendukung program

pembelajaran fisika kuantum dengan menggunakan media animasi Macromedia Flash – MX dan gambar pada mata kuliah Fisika Kuantum pada umumnya siswa menyatakan senang

Nilai-nilai kearifan lokal sasak berwawasan multikultural untuk membangun integrasi sosial dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah karena nilai-nilai

Pada hasil analisis Rumah Susun Transit Ujung Berung terdapat ruang untuk umum yang merupakan bagian bersama sehingga memenuhi standar pelayanan minimal sarana

Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah apakah anggur