• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE CARDIOVASCULAR LOAD DAN NASA- TLX PADA PT. XYZ TUGAS SARJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE CARDIOVASCULAR LOAD DAN NASA- TLX PADA PT. XYZ TUGAS SARJANA"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE CARDIOVASCULAR LOAD DAN

NASA- TLX PADA PT. XYZ

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Penulisan Tugas Sarjana

oleh

SITI ARIFAH RAHMAH NIM. 140403051

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE CARDIOVASCULAR LOAD DAN

NASA- TLX PADA PT. XYZ

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

SITI ARIFAH RAHMAH NIM. 140403051

Disetujui Oleh :

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan Rahmat-Nyapenulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus di penuhi oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan pengamatan untuk Tugas Akhir di PT. XYZ yang merupakan perusahaan yang memproduksi makanan ringan berupa keripik singkong.Laporan ini memaparkan tentang “Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Metode Cardiovascular Load dan Nasa- TLX Pada PT. XYZ”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun sehingga nantinya dapat menjadi perbaikan bagi penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini berguna bagi kita semua.

Medan, Agustus 2018 Penulis,

Siti Arifah Rahmah

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana inipenulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang tua penulis yaitu Bapak Saimin Santoso dan Ibu Dewi Kasih yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil dan mendoakan penulis selama masa penyelesaian tugas akhir ini.

2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST., MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSI selaku Koordinator Tugas Akhir dan Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

4. Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT, selaku Kepala Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung penulis dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

(5)

5. Abang dan Kakakpenulis yaitu Aa’ Chandra, Aa’ Cuyak, Aa’ Dedek, Teteh Miftah, Bang Ridho, Kak Milfa dan Kak Ani yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

6. Bapak Muhdi dan Kak Lutvi selaku pihak PT. XYZyang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.

7. Keluarga Indonusa Authentic dan IMS yaitu Romo, Mami, Bang JJ,Kak Laila, Kak Putri, Reggy, Qory, Wira, Kak Putri dan Bg Taufik yang selalu memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

8. Sahabat penulis sejak SMA yaitu Desi Larasati, M. Ramadhan Rizky, Denis M.P.S, Dian Pratiwi, Aprily Damer Handika dan Nurul Hidayah yang telah memberikan motivasi, saran, doa dan dukungan selama pengerjaan laporan tugas akhir ini.

9. Sahabat STM yaitu Kartini Putri, ST; Trie Dinda M. Purba ST; Novita Sari Purba, ST; Krisna Praja Mukti, ST;Khairul Imam, ST;Christ Samuel, ST;

Danang Nurhadi, STdan M. Reiza Affandi, STatas dukungan, doa dan kerjasamanya sejak awal kuliah hingga akhir.

10. Asisten-asisten Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Fakultas Teknik USU angkatan 2014 yaitu Sartika Sari, ST; Kartini Putri, ST;

Anggreiny Piranti, ST;Dewi Paramita, ST;M. Giffari A. Fenur, ST dan Andreas Pardede, STyang telah memberikan bantuan, motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

(6)

11. Abang dan Kakak asisten 2013 di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Fakultas Teknik USU yaitu Bang Lius, Bang Suryadi, Bang Prayogo, Kak Nancy, Kak Leni dan Kak Retno yang menjadi panutan dan telah memberikan saran dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

12. Adik-adik asisten 2015 di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Fakultas Teknik USU yaitu Said, Willyanto, William, Marco, Lamria, Indah dan Tasyayang telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

13. Teman penulis sejak SMA yaitu Fakhrul Azhari Siregar yang telah memberikan semangat baik secara langsung dan tidak langsung selama pengerjaan laporan tugas akhir ini.

14. Sahabat-sahabatpenulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khususnya teman-teman angkatan2014 (ELASTIS) yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

15. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu penulis.

16. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja fisik dan beban kerja mental yang diterima pekerja pada stasiun penggorengan dan stasiun pemotongan &

pencucian di PT. XYZ untuk selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor seperti umur, jenis kelamin pekerja dan lingkungan kerja termal. Subjek penelitian ini adalah seluruh pekerja di stasiun tersebut yang berjumlah 8 orang. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur beban kerja fisik pekerja adalah Cardiovascular Load (CVL). Sedangkan untuk mengukur beban kerja fisik pekerja, metode analisis yang digunakan adalah National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja fisik yang paling besar dirasakan oleh pekerja stasiun penggorengan dengan nilai persentase CVL adalah 60,109%.

Sedangkan dari hasil pengukuran beban kerja mental menunjukkan bahwa seluruh pekerja termasuk kedalam kategori tinggi, dengan skor NASA-TLX yang terbesar adalah 74. Uji Korelasi Pearson Product Momen dilakukan untuk melihat hubungan antara nilai beban kerja fisik dan mental yang diterima pekerja di stasiun tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh bahwa terdapat korelasi yang bersifat negatif antara beban kerja fisik dan beban kerja mental (r = - 0.672) yang artinya beban kerja fisik dan mental berkolerasi kuat bersifat negatif dan signifikasi sebesar 0.068.

Kata Kunci : Cardiovascular Load, NASA-TLX, Korelasi Pearson Product Momen

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-9 1.3. Tujuan Penelitian ... I-10 1.4. Manfaat Penelitian ... I-10 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-11

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... II-2 2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.4. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.5. Daerah Pemasaran ... II-3 2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.6.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.7. Bahan yang Digunakan ... II-5 2.7.1. Bahan Baku ... II-5 2.7.2. Bahan Tambahan ... II-5 2.7.3. Bahan Penolong ... II-5 2.8. Uraian Proses ... II-6 2.9. Mesin dan Peralatan ... II-7 2.10. Utilitas ... II-8 2.11. Pengelolaan Limbah ... II-9

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Beban Kerja ... III-2 3.2.1. Beban Kerja Fisik ... III-4 3.2.2. Beban Kerja Mental ... III-5 3.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... III-7 3.3. Cardiovascular Load (CVL) ... III-10

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.4. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) ... III-11

3.5. Konsumsi Energi ... III-16 3.6. Uji Indeks Konsistensi ... III-16 3.7. Uji Korelasi Pearson Product Momen ... III-19 3.8. ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) ... III-20

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.7. Rancangan Penelitian ... IV-4 4.8. Sumber Data ... IV-6 4.9. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.10. Pengolahan Data ... IV-7 4.11. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9 4.12. Kesimpulan dan Saran ... IV-9

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pengumpulan Data Pekerja ... V-1 5.1.2. Pengumpulan Data Denyut Nadi Pekerja ... V-1 5.1.3. Pengumpulan Data NASA - TLX ... V-5 5.1.4. Pengumpulan Data Suhu Lingkungan Kerja ... V-9 5.2. Pengolahan Data ... V-11 5.2.1. Pengolahan Data Denyut Nadi Pekerja ... V-11 5.2.2. Pengolahan Data NASA - TLX ... V-17 5.2.3. Perhitungan ISBB ... V-35 5.2.4. Uji Korelasi ... V-36

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1. Analisis Cardiovascular Load (CVL) ... VI-1 6.2. Analisis NASA-TLX ... VI-11 6.3. Analisis Korelasi Antara Beban Kerja Fisik dan Mental ... VI-18 6.4. Pemecahan Masalah ... VI-18

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VII KESIMPUAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Jumlah Pekerja di Setiap StasiunPT. XYZ ... I-4 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. XYZ ... II-4 2.2. Pembagian Jam Kerja Karyawan ... II-5 2.3. Mesin dan Peralatan di PT. XYZ ... II-7 2.4. Utilitas di PT. XYZ ... II-9 2.5. Limbah –limbah Hasil Produksi Keripik di PT. XYZ ... II-9 3.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung ... III-5 3.2. Klasifikasi %Cardiovascular Load ... III-11 3.3. Enam Subskala Penilaian Beban Kerja Mental NASA - TLX .... III-12 3.4. Kartu Perbandingan Berpasangan Metode NASA-TLX ... III-14 3.5. Tingkat Kepentingan Pasangan Variabel ... III-17 3.6. Random Consistency Index ... III-19 3.7. Interpretasi Koefisien Korelasi ... III-20 5.1. Data Pekerja Stasiun Pemotongan & Pencucian dan Stasiun

Penggorengan PT. XYZ ... V-1 5.2. Waktu Pengukuran Denyut Nadi Kerja Pekerja Stasiun

Pemotongan & Pencucian dan Stasiun Penggorengan PT. XYZ V-2

(14)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.3. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Kerja Pekerja Stasiun

Pemotongan & Pencucian dan Stasiun Penggorengan PT. XYZ V-2 5.4. Hasil Pengukuran Denyut Nadi Istirahat Pekerja Stasiun

Pemotongan & Pencucian dan Stasiun Penggorengan PT. XYZ V-5 5.5. Rekapitulasi Pembobotan Kuesioner NASA-TLX ... V-7 5.6. Rekapitulasi Pemberian Rating Kuesioner NASA-TLX ... V-9 5.7. Tabel Hasil Pengukuran Suhu Lingkungan Kerja Stasiun

Penggorengan ... V-10 5.8. Rekapitulasi Pengolahan Data Menggunakan Metode

Cardiovascular Load (CVL) ... V-11 5.9. Hasil Pengklasifikasian %Cardiovascular Load ... V-14 5.10. Rekapitulasi Konsumsi Energi Pekerja Stasiun Pemotongan –

Pencucian dan Stasiun Penggorengan ... V-16 5.11. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 1 ... V-17 5.12. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 2 ... V-19 5.13. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 3 ... V-20 5.14. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 4 ... V-22 5.15. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 5 ... V-24

(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.16. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 6 ... V-25 5.17. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 7 ... V-27 5.18. Pembobotan Tingkat Kepentingan Pekerja Pekerja 8 ... V-29 5.19. Rekapitulasi Hasil Uji Indeks Konsistensi ... V-30 5.20. Perhitungan WWL untuk pekerja Pekerja 1 ... V-31 5.21. Perhitungan WWL untuk pekerja Pekerja 2 ... V-31 5.22. Perhitungan WWL untuk pekerja Pekerja 3 ... V-32 5.23. Perhitungan WWL untuk pekerja Pekerja 4 ... V-32 5.24. Perhitungan WWL untuk pekerjaPekerja 5 ... V-33 5.25. Perhitungan WWL untuk pekerjaPekerja 6 ... V-33 5.26. Perhitungan WWL untuk pekerjaPekerja 7 ... V-33 5.27. Perhitungan WWL untuk pekerjaPekerja 8 ... V-34 5.28. Rekapitulasi Perhitungan Weighted Workload (WWL) dan

Pengkategorian Beban Kerja ... V-34 5.29. Rekapitulasi Hasil Perhitungan ISBB di Staisun Penggorengan V-36 5.30. Data Beban Kerja Fisik (X) dan Beban Kerja Mental (Y) ... V-37 5.31. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Momen ... V-40 6.1. Hasil Uji Korelasi Hubungan DNK, DNI, DN Maks dan %

CVL ... VI-2

(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.2. Data Pekerja Distasiun Pemotongan & Pencucian Serta Stasiun

Penggorengan ... VI-3 6.3. Hasil Uji Korelasi Hubungan Konsumsi Energi dan % CVL ... VI-7 6.4. Hasil Uji Korelasi Umur dan Skor NASA-TLX Pekerja ... VI-12 6.5. Indikator dan Skor NASA-TLX ... VI-14 6.6. Nilai Rata-rata Skor Indikator Pekerja Bagian Pencucian ... VI-14 6.7. Nilai Rata-rata Skor Indikator Pekerja Bagian Pemotongan ... VI-15 6.8. Nilai Rata-rata Skor Indikator Pekerja Bagian Penggorengan .... VI-15 6.9. Rekapitulasi Perhitungan Waktu Istirahat ... VI-20 6.10. Spesifikasi Ukuran Stasiun Penggorengan ... VI-21 6.11. Spesifikasi Turbin Ventilator ... VI-21

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Kapasitas Produksi dan Permintaan Tahun 2015-2017 ... I-3 1.2. Stasiun Pemotongan dan Pencucian (Kiri) dan Stasiun

Penggorengan (Kanan) di PT. XYZ ... I-5 2.1. Keripik Singkong XYZ ... II-2 2.2. Lokasi PT. XYZ ... II-3 2.3. Struktur Organisasi PT. XYZ ... II-4 3.1. Ilustasi Hubungan Tuntutan Tugas dengan Peformansi Kerja ... III-7 3.2. Pemberian Rating ... III-15 4.1. Oximeter ... IV-3 4.2. Kuesioner NASA - TLX ... IV-4 4.3. Heat Stress Monitor Questemp 032 ... IV-4 4.4. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5 5.1. Kartu Perbandingan Berpasangan Metode NASA-TLX Pekerja

Edi ... V-6 5.2. Titik Pengukuran HeatStress ... V-10 5.3. Grafik Nilai % Cardiovascular Load Pekerja ... V-15 5.4. Konsumsi Energi Pekerja Stasiun Pemotongan – Pencucian

dan Stasiun Penggorengan ... V-16 5.5. Grafik Perbandingan %CVL dan NASA-TLX ... V-35 5.6. Tampilan Awal SPSS ... V-38

(18)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.7. Tampilan Data yang Akan Diuji dengan Uji Validitas ... V-38 5.8. Tampilan Kotak Dialog Bivariate Correlations ... V-39 5.9. Tampilan Pengisian Kotak Dialog Bivariate Correlations ... V-39 6.1. Grafik Perbandingan Umur, DNK, DNI, DN Maks dan

Persentase CVL Pekerja ... VI-1 6.2. Grafik Perbedaan Persentase % CVL Pekerja Bidang

Pencucian Singkong Menurut Jenis Kelamin ... VI-5 6.3. Grafik Perbedaan Persentase % CVL Pekerja Bidang

Penggorengan Singkong Menurut Jenis Kelamin ... VI-5 6.4. Grafik Perbandingan Besar Konsumsi Energi dengan %CVL... VI-6 6.5. Grafik Perbandingan %CVL ... VI-8 6.6. Grafik Perbandingan Umur dan Skor NASA-TLX Pekerja ... VI-11 6.7. Grafik Perbandingan Skor NASA –TLX Menurut Jenis

Kelamin Pekerja ... VI-13 6.8. Perbandingan Skor NASA - TLX ... VI-16

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Hart dan Staveland (dalam Tarwaka, 2015: 104) beban kerja merupakan sesuatu yang muncul akibat adanya tuntutan tugas-tugas, pengaruh faktor lingkungan kerja, keterampilan, perilaku dan perepsi dari pekerja. Beban kerja ini tidak hanya bersifat fisik namun juga mental. Sehingga, beban kerja yang diterima ini harus seimbang antara kemampuan fisik dan kemampuan kognitif penerima beban tersebut. Setiap orang memiliki tingkat pembebanan yang berbeda-beda sehingga perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum. Tingkat pemebebanan yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya overstress sedangkan tingkat pembebanan yang terlalu rendah akan menyebabkan kejenuhan dan rasa bosan atau understress.

Menurut Hardianto (2014:108) beban kerja fisik dapat dipahami melalui pendekatan fisiologi dimana akan dievaluasi berat-ringannya beban yang dialami seseorang saat bekerja terhadap kapasitas kerja fisiknya. Lebih lanjut Christensen dan Grandjean (dalam Tarwaka, 2015: 108) menjelaskan bahwapendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur berat ringannya suatu beban yang diterima pekerja adalah dengan menghitung denyut nadi, konsumsi energi dan suhu inti tubuh.

Adapun beban kerja mental menurut Tarwaka (2015: 122) lebih berkaitan pada kerja otak (white-collar) daripada kerja otot (blue-collar), sehingga secara

(20)

moral dan tanggung jawab aktivitas mental lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik. Beban kerja mental ini biasanya muncul dikarenakan pekerjaan yang membutuhkan kesiapsiagaan yang tinggi dan pekerjaan yang bersifat monotoni.

Hardianto (2014:179) mengatakan bahwa kerja mental terkait sangat erat dengan berlangsungnya fungsi-fungsi tertentu pada tubuh manusia. Sehingga, pendekatan lain dalam mengevaluasi tingkat beban kerja mental seseorang dapat dengan menganalisis indikator-indikator fisiologisnya. Sejumlah penelitian berhasil menggunakan variabilitas denyut jantung dalam mengevaluasi kerja mental dimana tingginya intensitas kerja mental dapat dimanifestasikan oleh penurunan variabilitas denyut jantung.

PT. XYZ merupakan salah satu industri yang memproduksi keripik singkong di kota Medan. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Muhdi pada tahun 1998 dengan wilayah pemasaran mencakup daerah-daerah di Sumatera Utara.Adapun sejak tahun 2012 hingga sekarang,PT. XYZtelah memasarkan produknya hingga ke luar negeri yaitu Korea dan Malaysia dengan kapasitas produksi saat ini mencapai 3 ton keripik singkong per harinya. Seiring waktu permintaan konsumen akan keripik singkong mengalami peningkatan sedangkan kapasitas produksi tetap atau tidak mengalami peningkatan. Akibatnya terdapat gap antara permintaan dan kapasitas produksi dimana angka kapasitas produksi lebih rendah dari pada permintaan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, diperoleh data kapasitas produksi dan permintaan konsumen akan keripik singkong tahun 2015-2018 sebagai berikut.

(21)

Gambar 1.1. Kapasitas Produksi dan Permintaan Tahun 2015-2017

Pada tahun 2017 perusahaan melakukan perluasan area pabrik dibarengi dengan penambahan beberapa fasilitas dilantai produksi sehingga kapasitas produksi ikut mengalami peningkatan yang semula 2 ton menjadi 2.5 ton per hari.

Hingga sekarang pada tahun 2018, perusahaan mampu memproduksi 3 ton keripik singkong per harinya. Namun begitu, perusahaan masih belum dapat memenuhi permintaan akan keripik singkong yang terus meningkat. Sehingga untuk dapat memenuhi permintaan yang ada, perusahaan sering menerapkan jam kerja tambahan yaitu dengan tetap bekerja pada hari Minggu. Menurut keterangan pemilik, penambahan jam kerja ini adalah pilihan terbaik mengingat saat ini pabrik sudah tidak dapat lagi dilakukan perluasan selain karena ketersediaan lahan yang terbatas, faktor waktu untuk melakukan perluasan yang dikhawatirkan akan mengganggu proses produksi juga menjadi pertimbangan. Tuntutan pekerjaan yang tinggi tersebut menyebabkan munculnya beban kerja. Beban kerja ini terbagi dua yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental.

0 20 40 60 80 100

2015 2016 2017 2018

Angka Produksi

Tahun Produksi

Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) Permintaan (Ton/Tahun)

(22)

PT. XYZ memiliki 5 stasiun kerja yaitu stasiun pengupasan, pemotongan

&pencucian, penggorengan, penyortiran dan pengemasan dengan keterangan sebagai berikut:

Tabel 1.1. Jumlah Pekerja di Setiap Stasiun PT. XYZ

No Stasiun Jumlah Pekerja

Total Pekerja Wanita Pria

1 Stasiun Pengupasan 8 - 8

2 Stasiun Pemotongan &

Pencucian 3 1 4

3 Stasiun Penggorengan 1 3 4

4 Stasiun Penyortiran 10 - 10

5 Stasiun Pengemasan 2 2 4

Dari kelima stasiun tersebut penelitian akan difokuskan pada stasiun pemotongan & pencucian dan stasiun penggorengan. Hal ini dikarenakan pekerjaan pada tiga stasiun lain yaitu pengupasan, penyortiran dan pengemasan tergolong ringan. Pengkategorian ringan ini atas dasar penilaian konsumsi energi pada observasi awal peneliti, dimana rata-rata pekerja diketiga stasiun tersebut menghabiskan energi sebesar 169.64 - 216.879 kkal/jam. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 dimana pengkategorian beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori adalah sebagai berikut:

beban kerja ringan (100-200 kkal/jam), beban kerja sedang (>200-350 kkal/jam) dan beban kerja berat (>350-500 kkal/jam). Sedangkan untuk pekerja distasiun pemotongan & pencucian dan stasiun penggorengan, rata-rata pekerja menghabiskan energi sebesar 224.45 – 389.63 kkal/ jam yang artinya masuk dalam kategori beban kerja sedang dan berat.

(23)

Sumber: Pengamatan di PT. XYZ

Gambar 1.2. Stasiun Pemotongan & Pencucian (Kiri) dan Stasiun Penggorengan (Kanan) diPT. XYZ

Pada stasiun pemotongan & pencucian terdapat dua pekerja yang bertugas sebagai operator pemotongan dan dua orang sebagai pencuci singkong. Kegiatan memotong singkong sudah menggunakan mesin yang sifatnya semi otomatis sehingga secara penilaian fisik pekerja tidak membutuhkan energi yang besar.

Namun begitu walaupun lebih mempermudah pekerjaan, dari hasil wawancara penggunaan mesin ini justru membuat pekerja mudah merasa bosan dikarenakan waktu siklus pengerjaan yang singkat yaitu 4-5 detik dan monoton. Ini merupakan indikasi pembebanan secara mental yang lebih lanjut akan menjadi fokus peneliti.

Ini juga sesuai dengan pendapat Hancock (dalam M.Yani Syafei. 2011: 2) bahwa perasaan jenuh akan muncul apabila kompetensi pekerja yang lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan.

Sedangkan pada kegiatan pencucian masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Pekerjaan pada stasiun pencucian ini tergolong

(24)

berat karena harus mengangkat dan memindahkan potongan singkong yang telah bersih dari stasiun pemotongan & pencucian ke stasiun penggorengan secara berulang selama 8 jam kerja dengan jarak perpindahan mencapai 5-8 meter dan beban yang diangkat sebesar 3-6 kg. Hal ini menyebabkan pekerja memiliki keluhan dibagian punggung, lengan atas dan kaki akibat mengangkat beban secara repetitive dengan jarak perpindahan yang besar.

Pada stasiun penggorengan sendiri pekerjaan masih mengandalkan tenaga manusia.Pekerja pada stasiun tersebut harus menggoreng singkong sebanyak 3 kg dalam sekali penggorengan dimana rata-rata waktu siklusnya sebesar 60 detik.

Pekerjaan ini terus mengalami repitisi. Artinya, pekerja dapat melakukan kurang lebih 480 penggorengan dalam 8 jam kerja dan dengan posisi tubuh berdiri.

Pekerja juga diwajibkan menjaga panas dari tungku pembakaran. Sesekali pekerja melihat dan memasukkan kayu bakar yang beratnya kurang lebih 3 – 4 kg ke dalam tungku pembakaran. Hal ini menjadi indikasi adanya pembebanan secara fisik yang dirasakan pekerja. Secara mental, pekerja distasiun ini merasa terbabani atas tingginya target produksi yang ingin dicapai melebihi kapasitas produksi yang ada. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, akibatnya pekerja harus menambah jam kerja mereka dihari Minggu. Selain itu, pekerja distasiun ini memiliki andil besar atas kualifikasi dari hasil akhir keripik yang dihasilkan menjadi beberapa grade yang menentukan apakah kripik layak ekspor atau tidak.

Indikasi pembebanan kerja juga dapat dilihat dari persentase kehadiran.

Diperoleh bahwa dari bulan Mei-Juni rata-rata pekerja tidak hadir 1-2 kali dalam sebulan (24 hari kerja) yang artinya rata-rata kehadiran pekerja dalam sebulan

(25)

adalah 91-95%. Pekerja di stasiun penggorengan dan pemotongan-pencucian sering cuti dengan alasan sakit. Hal ini tentu merugikan perusahaan karena ketidakhadiran pekerja berdampak pada ketidaklancaran produksi. Perlu diketahui bahwa PT. XYZ sendiri tidak memiliki daftar absensi, hanya saja disetiap stasiun ditetapkan satu mandor untuk mengingat pekerja yang tidak hadir. Namun ini sifatnya temporer sehingga untuk memperoleh data persentase kehadirantersebut berasal dari hasil pengamatan peneliti dimulai dari bulan Mei hingga Juni didukung oleh keterangan yang diberikan mandor di stasiun tersebut dan hasil wawancara dengan pemilik.

Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi besar beban kerja yang dirasakan pekerja yaitu faktor lingkungan kerja yang tidak rapih dan panas dengan Indeks Suhu Bola Basah berkisar antara 28.53°C sampai 29.90°C (kategori beban kerja berat). Suhu tersebut telah melebihi NAB iklim kerja untuk beban kerja berat sebesar 25°C yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 16- 7063-2004 yang artinya para pekerja distasiun penggorengan telah terkena heatstress.

Selain itu faktor umur dan jenis kelamin pekerja juga ikut berpengaruh terhadap besar beban kerja yang dirasakan. Pekerja distasiun pemotongan dan pencucian memiliki pekerja dengan rentang usia 33-49 tahun sedangkan pekerja distasiun penggorengan, rata-rata pekerjanya dalam rentang usia 28-40 tahun. Jika dilihat berdasarkan pengkategorian umur menurut Depkes RI Tahun 2009, artinya pekerja ada yang termasuk dalam usia lansia awal (masa lansia awal 46 – 55 tahun). Hal ini tentu berpengaruh pada kemampuan fisik yang mampu diterima

(26)

tubuh si pekerja, dimana kemampuan faal tubuh mulai menurun memasuki usia lansia.

Penelitian dilakukan oleh Subhashis Sahu, dkk (2013) dengan judul

“Cardiovascular Load During Summer Work of Two Age Groups of Van- Rickshaw Pullers in West Bengal, India”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan fisik pekerja penarik becak di India selama musim panas antara dua kelompok usia yaitu 25-40 dan 41-55 tahun berdasarkan beban kardiovascular kerja denyut jantung. Diperoleh bahwa beban kardiovaskular meningkat seiring bertambahnya usia dimana rata-rata denyut jantung kelompok usia 25-40 dan 41-55 tahun adalah 141.50 dpm dan 170.90 dpm. Selain itu diketahui bahwa lingkungan kerja yang panas ikut berpengaruh dalam peningkatan denyut nadi. Peningkatan denyut nadi ini menjadi indikasi bahwa lingkungan kerja yang panas menjadi salah satu faktor eksternal dalam peningkatan beban kerja yang dirasakan pekerja.

Penelitian lainnya dilakukan oleh M. Yani Syafei dan Wahyu Katon (2011) untuk menganalisis beban kerja mental yang dirasakan 72 pekerja bagian proses manufaktur di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik Bandung. Diketahui bahwa 68pegawai masuk kedalam kategorioverload(94%) dan 4orang pegawaisudah optimal (6%). Penelitian ini menunjukkan bahwa besar beban mental dipengaruhi oleh beban kerja fisik yang dirasakan pekerja. Terlihat pada bobot variabel NASA - TLX, diperoleh bahwa besar penilaian kategori Beban Kerja Fisik relatif dominandengan total rata-rata bobot sebesar 60% (yakni PD =

(27)

29%; OP = 22%;dan TD =10%) dari pada Beban Kerja Mental dengan total rata - rata bobot sebesar 40% (yakni EF = 25%; MD = 10%; dan FR =4%).

Sehingga mengacu pada penelitian yang dilakukan Subhashis Sahu, dkk, penelitian ini jugaakan menganalisis pengaruh umur terhadap besar beban kerja yang dirasakan pekerja. Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis Cardivascular Load (CVL) untuk mengukur tingkat beban kerja fisik dan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) untuk mengukur tingkat beban kerja mental yang diterima pekerja. Kemudian setelah menilai besar pembebanan secara fisik dan mental, akan dilihat apakah besar nilai beban kerja fisik dan mental tersebut memiliki hubungan timbal balik yang signifikan atau tidak menggunakan uji korelasi Person Product Momen.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini, berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat beban kerja fisik yang diterima pekerja stasiun pemotongan & pencucian dan stasiun penggorengan di PT. XYZ menggunakan metode Cardiovascular Load (CVL)?

2. Bagaimana tingkat beban kerja mental yang diterima pekerja stasiun pemotongan & pencucian dan stasiun penggorengan di PT. XYZ menggunakan metode NASA-TLX?

(28)

3. Bagaimana hubungan beban kerja fisik dengan beban kerja mental yang diterima pekerja stasiun pemotongan & pencucian dan stasiun penggorengan di PT. XYZ menggunakan metode NASA-TLX?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umum penelitian ini adalah mengukur dan menganalisa beban kerja pekerja dengan mempertimbangkan faktor seperti umur, jenis kelamin dan lingkungan kerja. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:

1. Menganalisisbeban kerja fisik pekerja stasiun pemotongan & pencucian singkong dan stasiun penggorengan PT. XYZ dengan menggunakan metode Cardiovascular Load (CVL).

2. Menganalisis beban kerja mental pekerja stasiun pemotongan & pencucian singkong dan stasiun penggorengan PT. XYZ dengan menggunakan metode NASA-TLX.

3. Menganalisis hubungan antara besar beban kerja fisik dan beban kerja mental pekerja stasiun pemotongan & pencucian singkong dan stasiun penggorengan PT. XYZ

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(29)

1. Mempererat hubungan dan kerjasama antara pihak universitas dengan perusahaan tempatdilakukannya penelitian.

2. Mengetahui tingkat beban kerja fisik dan mental yang diterima pekerja distasiun yang diamati.

3. Perusahaan mendapatkan masukan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemerataan beban kerja guna perbaikan sistem kerja kedepannya.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah dalam penelitian tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada pekerja di stasiun pemotongan &pencucian singkong dan stasiun penggorengan PT. XYZ.

2. Penelitian dilakukan untuk produksi keripik rasa original.

3. Analisis nilai beban kerja fisik dilakukan terhadap umur pekerja, denyut nadi, jenis kelamin, konsumsi energi dan lingkungan kerja termal. Sedangkan untuk nilai beban mental analisis dilakukan terhadap umur pekerja, jenis kelamin dan 6 dimensi pengukuran mental.

4. Pengukuran beban kerja fisik menggunakan metode Cardiovascular Load (CVL).

5. Pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA - TLX.

6. Taraf signifikan yang digunakan adalah ∝ = 0.05

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

(30)

1. Tidak terjadi perubahan posisi dan jumlah pekerja di stasiun pemotongan &

pencucian singkong dan stasiun penggorengan PT. XYZ selama penelitian berlangsung.

2. Pada saat pengukuran, pekerja sebagai responden tidak dipengaruhi oleh pihak lain.

3. Pekerja dianggap sudah mengetahui dan paham terhadap prosedur kerja yang dilakukan.

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan berupa keripik singkong. PT. XYZdidirikan oleh Bapak Muhdi pada tahun 1998, dengan bidang usaha penjualan sembako. Namun pada tahun 1998 terjadi krisis moneter, ditandai dengan naiknya semua harga barang atau inflasi yang ikut berdampak negatif terhadap jalannya usaha. Sehingga pada tahun 1999, Bapak Muhdi mencoba lagi dengan usaha baru yaitu membuat keripik singkong. Hal ini dilatar belakangi karena harga singkong yang sangat murah dan ketersediaan singkong yang melimpah pada saat itu

Pada awalnya, keripik singkong yang diproduksi hanya 5 kg dengankeseluruhan proses pengolahan keripik yangmasih dilakukan secara manual. Daerah pemasaran keripik singkong juga hanya mencakup daerah disekitar rumah produksi dengan cara menitip panganan di warung-warung yang ada. Namun seiring waktu, permintaan akan kripik singkong semakin meningkat sehingga untuk dapat memenuhi permintaan tersebut pemilik melakukan perluasan usaha hingga menjadi pabrik produksi singkong seperti sekarang. PT.

XYZ saat ini mampu memproduksi 3-4 ton keripik singkong per harinya sesuai dengan mottonya ’Produktivitas hari ini lebih baik dari hari kemarin. Hari esok lebih baik dari pada hari ini’. Daerah pemasarannya juga meluas mencakup

(32)

daerah-daerah di Pulau Sumatera bahkan telah mengekspor produknya ke Korea dan Malaysia.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan produk tradisional khususnya ubi kayu dan kacang- kacangan menembus pasar internasional

2. Membuka lapangan pekerjaan

Adapun misi PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas produk

2. Menciptakan tenaga kerja yang profesional sebanyak-banyaknya untuk membantu dan menambah penghasilan masyarakat.

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. XYZ bergerak dalam bidang usaha produksi makanan ringan berupa keripik singkong dengan varian rasa mulai dari original, rumput laut, balado, barbeque, dan garlic.

Sumber: Pengamatan di PT. XYZ

Gambar 2.1. Keripik Singkong XYZ

2.4. Lokasi Perusahaan

(33)

PT. XYZ berlokasi di Jalan Tunas Mekar No. 285, Dusun IV, Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Lokasi PT.

XYZ dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber: Pengumpulan Data

Gambar 2.2. Lokasi PT. XYZ

2.5. Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran keripik singkong XYZ mencakup daerah-daerah di Pulau Sumatera seperti Aceh, Medan, Lubuk Pakam, Perbaungan, Batam dan Pulau Jawa. Selain itu, mulai tahun 2010 PT. XYZ sudah mengekspor produknya ke negara Korea Selatan dan Malaysia. Atas pencapaian ini, PT. XYZ dianugerahi Penghargaan UKM Go-Export tahun 2010 dari Asosiasi Impor dan Ekspor Sumatera Utara dan diikuti banyak penghargaan lainnya.

2.6. Organisasi dan Manajemen

(34)

2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. XYZ berbentuk lini staf dimana kebijakan dan wewenang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan secara langsung pada setiap departemen dengan pengawasan oleh seorang staf. Setiap stasiun kerja dapat memberikan perintah kepada anggota yang ada sesuai dengan bidang kerjanya.

Struktur Organisasi PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Pemilik PT. XYZ

Pekerja Stasiun Pengupasan

Pekerja Stasiun Pemotongan dan Pencucian

Pekerja Stasiun Penggorengan

Pekerja Stasiun Penyortiran

Pekerja Stasiun Pencampuran Bumbu

Pekerja Stasiun Pengemasan Pengawas

Produksi

Bendahara Sekretaris

Gambar 2.3. Struktur Organisasi PT. XYZ

2.6.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di PT. XYZ adalah 50 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. XYZ

Pekerja Jumlah Tenaga Kerja

Sekretaris 1

Bendahara 1

Pengawas Produksi 1

Stasiun Pengupasan 8

Stasiun Pemotongan & Pencucian 4

Stasiun Penggorengan 4

Stasiun Penyortiran 10

Stasiun Pembumbuan 2

Stasiun Pengemasan 4

Pekerja Lapangan/ ladang 15

(35)

Pembagian jam kerja yang terdapat pada PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pembagian Jam Kerja Karyawan Hari Jam Kerja Jam Istirahat Senin – Kamis 08.00-17.00 12.00-13.00

Jum’at 08.00-17.00 12.00-14.00

Sabtu - Minggu 08.00-16.00 12.00-13.00

2.7. Bahan yang Digunakan 2.7.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan dengan mengambil komposisi terbesar dibandingkan dengan bahan lain.Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan keripik singkong di PT. XYZ adalah singkong atau ubi kayu.

2.7.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang berfungsi untuk meningkatkan mutu atau nilai produk dan terlihat bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan keripik di PT. XYZ adalah garam, bumbu perasa seperti balado, barbecue dan garlic, label dan kemasan plastik.

2.7.3. Bahan Penolong

(36)

Bahan penolong merupakan bahan yang digunakan untukmemperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong digunakan secara tidak langsung dalam produk dan bukan termasuk komposisi dari produk.Bahan penolong yang digunakan dalam proses pembuatan keripik di PT. XYZ adalah minyak dan air.

2.8. Uraian Proses

Proses produksi adalah metode untuk memeberi nilai tambah pada suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber daya seperti tenaga kerja, mesin, bahan, material dan energi yang ada.Uraian proses pembuatan keripik singkong di PT. XYZ adalah sebagai berikut:

1. Singkong dikupas dengan pisau pengupas secara manual oleh pekerja di stasiun pengupasan. Singkong yang telah terkupas akan dimasukkan ke dalam ember lalu dibawa ke stasiun pemotongan & pencucian.

2. Singkong di potong dengan mesin pemotong. Kemudian potongan singkong direndam dalam air untuk dicuci. Setelah bersih singkong ditiriskan dan dibawa ke stasiun penggorengan.

3. Singkong digoreng selama ±3 menit di dalam kuali besar yang berkapasitas 3 kg singkong. Saat singkong dalam kondisi setengah matang, di siramkan air garam untuk menambah cita rasa keripik. Setelah itu keripik diangkat dan ditiriskan.

4. Keripik hasil penggorengan akan dikumpulkan sementara di box kontainer sebelum dibawa ke stasiun penyortiran.

(37)

5. Keripik disortir berdasarkan grade-grade tertentu dilihat dari besar-kecil dan keutuhan bentuk keripik.

6. Untuk keripik yang berasa original, keripik akan langsung dibawa ke stasiun pengemasan untuk disimpan kedalam plastik berukuran 25 kg atau dikemas menjadi kemasan-kemasan kecil berukuran 0,5 kg. Sedangkan kripik yang ingin diberi rasa akan dibawa ke stasiun pencampuran bumbu untuk ditambakan bumbu seperti balado, garlic dan barbeque atau sesuai permintaan. Kemudian disimpan kripik ke gudang penyimpanan.

2.9. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam produksi keripik di PT. XYZ adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Mesin dan Peralatan di PT. XYZ

No. Nama Foto Keterangan

1. Mesin Cutting

Mesin cutting digunakan untuk memotong singkong menjadi potongan-potongan singkong berbentuk chips

2. Mesin Mixer

Mesin mixer digunakan untuk mencampurkan bumbu agar lebih rata. Kekurangan menggunakan mesin ini adalah hasil keripik banyak yang pecah

3. Pisau Pengupas Pisau digunakan untuk

mengupas lapisan kulit singkong

(38)

4. Continer Box

Container box digunakan sebagai tempat penyimpanan keripik sementara hasil penggorengan

Tabel 2.3 Mesin dan Peralatan di PT. XYZ (Lanjutan)

No. Nama Foto Keterangan

5. Saringan

Saringan digunakan untuk mengangkat kripik yang sedang digoreng agar mudah dalam pentirisan sisa minyak

6. Beko

Beko digunakan untuk mengangkat bahan - bahan dari stasiun satu kestasiun lainnya

7. Panci

Panci digunakan sebagai wadah penggorengan dengan kapasitas 3 kg

8. Ember

Ember digunakan sebagai wadah hasil potongan sekaligus tempat untuk mencunci singkong

9. Keranjang

Keranjang digunakan untuk meniriskan singkong yang telah dicuci

10. Timbangan

Timbangan digunakan untuk menimbang keripik singkong yang akan dikemas

2.10. Utilitas

Utilitas adalah segala sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan mutu, menjaga keseimbangan selama proses pengolahan dan juga sebagai sarana

(39)

penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi yang efektif guna hasil yang optimal. Utilitas yang ada di PT. XYZ adalah sebagai berikut:

(40)

Tabel 2.4 Utilitas di PT. XYZ

No. Nama Foto Keterangan

1. Tungku Pembakaran

Tungku pembakaran digunakan sebagai sumber panas untuk penggorengan dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya

2. Genset

Genset berfungsi sebagai pembangkit atau penghasil tenaga listrik alternatif saat terjadi pemadaman listrik

3. Blower

Blower digunakan untuk menaikkan tekanan udara pada tungku pembakaran sehingga api yang dihasilkan pada tungku semakin besar

4. Air

Conditioner

AC digunakan pada stasiun penyortiran untuk menjaga suhu ruangan sehingga kripik yang dihasilkan tetap rapuh

2.11. Pengelolaan Limbah

Limbah - limbah yang dihasilkan dari proses produksi keripik adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Limbah –limbah Hasil Produksi Keripik di PT. XYZ

No. Jenis Limbah Foto Keterangan

1. Padat

Berupa kulit singkong akan dijemur dan digunakan sebagai pakan ternak. Adapun saat ini, pemilik sedang melakukan sebuah inovasi dimana kulit singkong diolah menjadi tepung mocaf.

(41)

Tabel 2.5 Limbah –limbah Hasil Produksi Keripik di PT. XYZ (Lanjutan)

No. Jenis Limbah Foto Keterangan

2. Cair

Berupa air hasil pencucian singkong. Air ini akan langsung dibuang ke pembuangan air karena terdiri dari bahan organic sehingga mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan.

3. Gas

Berupa asap yang dihasilkan dari tungku penggorengan.

Asap ini dialirkan ke sebuah cerobong asap sehingga tidak terhirup dan membahayakan pekerja distasiun penggorengan

(42)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

1

1 Tarwaka, 2015, Ergonomi Industri: Dasar – dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja Revisi Edisi II, Surakarta: Harapan Press. Hlm. 2-6

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu

“ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperi di Skandinavia menggunakan istilah Human Engineering atau Human Factor Engineering. Namun demikian, kesemuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.

Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan dimana saja, baik di lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun di lingkungan tempat kerja. Ruang lingkup ergonomi sangat luas dan mencakup segala aspek, tempat dan waktu. Sebagai ilustrasi, bahwa sehari semalam terdapat 24 jam dengan distribusi waktu secara umum adalah 8 jam di tempat kerja, 2 jam di perjalanan, 2 jam di tempat rekreasi, olahraga dan lingkungan sosial serta selebihnya (12 jam) di rumah. Sehingga penerapan ergonomi tidak boleh hanya berfokus pada ada 8 jam di tempat kerja dan melupakan 16 jam lainnya. Untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, maka siklus ke-24 jam tersebut harus menjadi perhatian dalam kajian ergonomi.

(43)

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang menjadi lebih baik. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak poduktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.2. Beban Kerja

2

2Op.cit., Hlm. 104

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga

(44)

kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.

Beban kerja (workload) dapat didefenisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi (Meshkati, 1988). Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda.

Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang ada diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Hart sdan Staveland (1988), bahwa beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya- upayayang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek. Pada umumnya tingkat intensitas pembebanan kerja optimumakan dapat dicapai apabila tidak ada tekanan dan ketegangan yang berlebihan baik secara fisik maupun mental.

(45)

3.2.1. Beban Kerja Fisik

3

1. Konsumsi oksigen atau kebutuhan oksigen

Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik disebut juga ‘manual operation’ dimana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendali kerja.

Disamping itu, kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat, kerja otot atau kerja kasar karena aktivitas kerja fisik tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Selama kerja fisik berlangsung makan konsumsi energi merupakan faktor utama yang menjadi tolok ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan.

Selanjutnya, setiap aktifitas fisik yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya suatu perubahan fungsi faal paa alat-alat tubuh manusia (fisiologi) yang dapat diketahui dari berbagai indikator fungsi faal tersebut, diantaranya adalah :

2. Laju detak jantung

3. Peredaran darah atau ventilasi paru-paru 4. Temperatur tubuh

5. Tingkat penguapan melalui keringat dan lain lain.

Lebih lanjut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka (2015) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut nadi atau denyut jantung dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang

3Op.cit., Hlm. 107-109

(46)

linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Konz dalam Tarwaka (2015) mengemukakan bahwa denyut jantung atau denyut nadi adalah suatu alat estimasi laju metabolism yang baik. Ketegori berat ringannya beban kerja didasarkan denyut jantung atau denyut nadi menurut Christensen dalan Tarwaka (2015) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 3.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung Tingkat dan Kategori Beban

Kerja

Denyut Nadi (Denyut/

Menit)

0. Ringan 75-100

1. Sedang 100-125

2. Berat 125-150

3. Sangat Berat 150-175

4. Sangat Berat Sekali >175

Sumber: Christensen. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2015)

3.2.2. Beban Kerja Mental

4

4 Hardianto Iridiastadi dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 175

Salah satu pendekatan dalam mengevaluasi beban kerja mental adalah dengan memanfaatkan filosofi bahwa beban mental merupakan besarnya tuntutan/

aspek pekerjaan (yang bersifat mental) dibandingkan dengan kemampuan otak dalam melakukan berbagai proses dan aktivitas mental. Kemampuan (resource) ini bersifat terbatas, namun dapat dialokasikan untuk menangani beberapa proses mental sekaligus dan dapat memiliki cadangan bila belum digunakan semuanya.

Konsep ini mendasari beberapa teknik evaluasi yang akan dijelaskan berikut ini.

Saat suatu aktivitas hanya menuntut sumber daya mental yang minimal, tubuh masih akan memiliki sisa atau cadangan sumber daya yang dapat digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada adegan ini yang menjadi higaisha adalah Nobuko karena ia menerima perlakuan kasar dari salah satu teman Bando yaitu mendorong dimana mendorong menurut Williams (2005)

Maklumat yang diberikan direka hanya sebagai panduan untuk pengendalian, penggunaan, pemprosesan, penyimpanan, pengangkutan, pelupusan dan pelepasan yang selamat dan tidak

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas yang datanya diambil dari laporan keuangan, sedangkan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga proposal tugas akhir yang berjudul Pemetaan Nilai Kekesatan

Oleh karena itu penelitian mengenai perhitungan produktivitas air padi sawah yang menggunakan input irigasi pipa dengan sistem pemberian air secara konvensional dan SRI

Penelitian Keempat (Azafilmi Hakim, Wahidin Suhendar, Dessy Agustina Sari 2018) Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental Menggunakan CVL dan NASA- TLX Pada Divisi Produksi PT

Pada gambar 3 dapat dilihat dari hasil Model Summary dari uji Regresi Linear Sederhana mendapatkan nilai R sebesar 0,415, dapat diketahui bahwa untuk terdapat pengaruh variabel