• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi dan Analisis Beban Kerja Mental Karyawan menggunakan Metode NASA TLX di PT XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Identifikasi dan Analisis Beban Kerja Mental Karyawan menggunakan Metode NASA TLX di PT XYZ"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5650

Identifikasi dan Analisis Beban Kerja Mental Karyawan menggunakan Metode NASA TLX di PT XYZ

Tigor Gabriel Pasaribu1*, Asep Erik Nugraha2

1,2Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia

*Koresponden email: tigorgabriel570@gmail.com

Diterima: 13 Februari 2023 Disetujui: 15 Maret 2023

Abstract

PT XYZ is one of the companies in Indonesia engaged in providing telecommunications products. There are several interconnected and systematic teams at PT XYZ including the OBL, SM/PRPO, Solution and Reporting Data teams which are related to human resources and have jobs that create their own workload in order to achieve the tasks that have been done. PT XYZ wants to know the value of the large mental workload that the workforce gets on its four teams by applying the NASA TLX method. The aim of this research is to be able to identify events and investigate the risks of mental workload, rating levels and suggestions for improving work systems for employees of the OBL, SM/PRPO, Solution and Reporting Data teams at PT XYZ. Based on the mental workload score using the NASA-TLX method, it was found that 14 employees had a very high mental work load, while 2 employees had a high mental work load.

Then, for the most dominant variable, it can affect the final mental work load according to the questionnaire that was given before, namely effort and performance. Proposals for improvements that can be shared in order to reduce the score/rating of employees' mental workload, namely by adding employees according to the needs of the relevant team members and also the company, training activities on anticipating mental workload and sharing sessions among fellow employees regarding hearings about complaints annoyed while working.

Keywords: mental workload, employees, NASA TLX, workload ratings

Abstrak

PT XYZ termasuk dari salah satu perusahaan yang ada di Indonesia bergerak dalam bidang penyediaan produk telekomunikasi. Terdapat beberapa tim yang saling terhubung dan sistematis di PT XYZ diantaranya adalah tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data yang dengan sumber daya manusia yang berkaitan di dalamnya serta mempunyai pekerjaan yang menimbulkan beban kerja tersendiri agar tercapainya tugas yang telah dikerjakan. PT XYZ ingin mengetahui nilai dari besar beban kerja mental yang didapat tenaga kerja pada keempat timnya dengan menerapkan metode NASA TLX. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi kejadian dan penyelidikan akan risiko beban kerja mental, tingkat rating dan usulan perbaikan sistem kerja pada karyawan tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data di PT XYZ. Berdasarkan skor beban kerja mental menggunakan metode NASA- TLX didapatkan bahwa 14 karyawan memiliki mental work load yang sangat tinggi, sedangkan 2 karyawan memiliki mental work load yang tinggi. Lalu, untuk variabel paling dominan dapat berpengaruh terhadap hasil akhir mental work load sesuai dengan kuesioner yang telah diberikan sebelumnya yakni effort dan performance. Untuk usulan perbaikan yang dapat dibagikan supaya dapat menurunkan skor/rating beban kerja mental karyawan yaitu dengan melakukan penambahan karyawan sesuai dengan kebutuhan bagian tim terkait dan juga perusahaan, kegiatan pelatihan tentang antisipasi beban kerja mental dan kegiatan sharing session antar sesama karyawan mengenai dengar pendapat tentang keluh kesah selama bekerja.

Kata Kunci: beban kerja mental, karyawan, NASA TLX, rating beban kerja

1. Pendahuluan

SDM atau sumber daya manusia dalam hal ini seorang karyawan adalah suatu aset yang menjadi poin penting bagi pelaku usaha seperti perusahaan. Sebagai aset perusahaan, menjadi hal yang penting bagi pihak manajemen perusahaan untuk melindungi hak-hak karyawan. Melalui performansi yang baik yang dilakukan oleh karyawan, tentunya akan dapat memberikan dampak yang baik bagi value perusahaan.

Performansi kerja dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan di area kerja, yang pada dasarnya dapat mengacu pada sistem kerja menyesuaikan dengan kualitas dan produktivitas yang mumpuni untuk menunjang kemajuan perusahaan [1]. Pada dasarnya, dalam melakukan suatu pekerjaan, dibagi menjadi

(2)

5651

dua kategori pekerjaan yang dapat dilakukan karyawan, yaitu kerja fisik dalam hal ini menggunakan daya otot dan kerja mental dalam hal ini menggunakan daya otak. Akibat dari kegiatan fisik saat bekerja yang dirasakan oleh seorang pekerja dengan munculnya lelah akibat kerja, sedangkan beban kerja mental dapat mengakibatkan berkurangnya daya pikir atau bisa disebut stress pada pekerja. Tingkat kesulitan karyawan dalam melakukan pekerjaan, akan menjadi pengaruh pada tingginya tenaga otot dan mental. Perbedaan beban kerja baik fisik maupun mental dapat disebabkan melalui tingkat kesulitan yang berbeda pada setiap bidang tugasnya [2]. Dalam hal beban kerja mental dapat dirasakan oleh pekerja yang mengakibatkan perasaan stress, sehingga kinerja karyawan tersebut dapat menjadi salah satu hambatan dalam melakukan pekerjaannya [3].

PT XYZ merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang bergerak pada dibidang penyediaan produk berbasis telekomunikasi. Terdapat bagian tim yang saling terhubung dan sistematis di PT XYZ diantaranya adalah tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data yang dalam kegiatannya diperlukan adanya karyawan atau tenaga kerja/sumber daya manusia yang baik dan memiliki pekerjaan yang berbeda juga menimbulkan beban kerja tersendiri agar tercapainya tugas yang telah dikerjakan. Jumlah demand pekerjaan yang tidak menentu hari demi harinya membuat karyawan pada keempat tim di PT XYZ ini tidak dapat menuntaskan suatu tugas sesuai dengan tenggat jam kerja, sehingga berakibat pada lembur dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini, permasalahan ini berkaitan dengan beban kerja yang diterima oleh karyawan, yaitu adanya intensitas pada beban fisik yang tinggi dapat berakibat terhadap konsumsi energi yang melampui batas normal dan nilai tingkat intensitas pada beban kerja mental karyawan yang tinggi akan berakibat timbulnya fatigue/kelelahan psikis, dimana akan muncul rasa lelah, lesu, letih dan rasa waspada yang berkurang [1].

Terkait permasalahan yang telah dianalisa sebelumnya, sehingga diperlukan perumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menentukan arah penelitian. Perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana mengidentifikasi kejadian dan penyelidikan akan risiko beban kerja, melakukan pengolahan data terkait tingkat rating dari sumber risiko beban kerja dan memberikan usulan perbaikan berupa perbaikan sistem kerja yang dapat dilakukan dalam mengurangi tingkat risiko beban kerja pada mental karyawan di tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data. Selain itu, tujuan penelitian nya adalah dapat mengidentifikasi kejadian dan penyelidikan akan risiko beban kerja, melakukan pengolahan data terkait tingkat rating dari sumber risiko beban kerja dan memberikan usulan perbaikan berupa perbaikan sistem kerja yang dapat dilakukan dalam mengurangi tingkat risiko beban kerja pada mental karyawan di tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data. Maka dari itu, untuk menjaga performansi, perusahaan diperlukan untuk melakukan identifikasi beban kerja mental pada karyawannya. Hal tersebut berguna agar dapat mengetahui tingginya beban kerja dalam hal ini beban kerja mental karyawan di PT XYZ.

Pada dasarnya, beban kerja dapat didefinisikan sebagai serangkaian pekerjaan yang perlu dituntaskan oleh sesuatu unit organisasi ataupun pemegang jabatan dalam rentang periode waktu yang telah ditentukan [4]. Lalu, beban kerja mental adalah sekat antara tuntutan suatu kegiatan pada bidang kerja dengan maksimalnya kapasitas beban mental pekerja dalam kondisi termotivasi atau tidaknya [5]. Kondisi karyawan secara psikis yaitu mental perlu menjadi perhatian khusus agar dapat menciptakan adanya lingkungan kerja yang nyaman dan sehat. Sehingga, dengan adanya lingkungan kerja yang demikian, karyawan dapat melakukan pekerjaan dapat menjadi minim gangguan [6]. Dalam menunjang hal tersebut, beban kerja mental karyawan perlu dilakukan pengukuran sehingga dapat meningkatkan performansi karyawan untuk memajukan perusahaan. Analisis beban kerja mental karyawan dapat diidentifikasi melalui dua metode, yakni melalui metode pengukuran secara objektif yang dapat dilakukan melalui bagian tubuh dari pekerja, seperti denyut jantung, ketegangan otot dan kedipan mata.

Selain itu, analisis beban kerja mental juga dapat dilakukan dengan metode pengukuran secara subjektif yang bersifat langsung ke target penelitian dikarenakan memiliki tingkat validitas yang tinggi.

Tujuan dilakukannya pengukuran beban kerja mental karyawan menurut perspektif subjektif untuk dapat menentukan rentang pengukuran yang lebih baik menurut analisa eksperimental, serta untuk menentukan perbedaan rentang pekerjaan dan melakukan analisa faktor yang berkaitan dengan adanya beban kerja mental. Adapun faktor-faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh beban kerja mental seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya meliputi jenis pekerjaan yang diterima oleh karyawan, situasi pekerjaan waktu respon, tenggat waktu pekerjaan dan adanya faktor individu meliputi tingkat motivasi, skill (keahlian), fatigue (kelelahan), kejenuhan serta terhadap toleransi performansi yang boleh diizinkan [7].

Perusahaan dalam melakukan analisis beban kerja karyawannya dalam hal ini beban kerja psikis yakni mental dapat menggunakan metode National Aeronautics and Space Administration Task Load Index atau (NASA TLX). Pada PT XYZ ingin mengetahui nilai tingkat dari beban kerja mental yang dimiliki

(3)

5652

karyawannya pada keempat tim yang termasuk di dalamnya, yakni tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data. Dapat diketahui sebelum itu, perlu dilakukan pengukuran melalui menggunakan metode NASA TLX, dengan diterapkannya metode NASA TLX yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisa beban kerja mental yang telah dirasakan oleh karyawan dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan pekerjaannya [1]. Pada proses mengukur beban mental karyawan melalui metode NASA TLX, hal yang menjadi indikator utama yakni berdasarkan pemahaman subjektif responden yang merasakan adanya beban kerja tersebut, dengan penerapan metode NASA TLX diperlukan adanya penilaian dari responden terhadap pekerjaan yang dilakukan [8].

Untuk memperkuat analisis pada penelitian ini, dilakukan kajian mengenai penelitian terdahulu yang berkenaan dengan analisis beban kerja mental karyawan perlu dilakukan. Melalui penelitian dari [9], dilakukan pengukuran terkait beban kerja mental yang sangat diperlukan bertujuan mengetahui kapasitas kerja dari para pekerja sehingga dapat meminimalisir beban mental pekerja. Selain itu, yang dilakukan oleh [10] telah melakukan penelitian menggunakan metode NASA TLX yang memiliki tujuan untuk melakukan identifikasi terhadap pekerja dari PT X yang mempunyai beban mental paling tinggi, sehingga berguna untuk memahami setiap divisi pada karyawan pada bagian tertentu yang spesifik. Sesuai dengan adanya penelitian terdahulu, dapat diketahui dengan metode pengukuran secara subjektif melalui metode NASA TLX dapat berfungsi untuk melakukan analisa terhadap faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kondisi beban kerja mental karyawan, kemudian dapat memberikan hasil penilaian mengenai sistem kerja yang dapat diusulkan bersamaan dengan usulan perbaikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan.

Melalui penelitian yang dilakukan ini, dengan adanya pengukuran terhadap beban kerja mental karyawan dengan metode NASA TLX, dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui nilai tingkat beban kerja mental karyawan, serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan selanjutnya, yaitu apakah diperlukan penambahan karyawan apabila beban mental terlalu tinggi atau melakukan perubahan strategi mengenai pekerjaan, sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu lembur dan skor beban kerja mental. Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui mengenai faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi beban kerja mental karyawan, sehingga dapat dilakukan pemberian usulan-usulan perbaikan untuk dapat mengurangi tingkat beban kerja mental perkerja pada keempat tim di PT XYZ, yakni OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam hal pembelajaran mengenai tuntutan mental yang dialami oleh setiap karyawan pada PT XYZ dengan empat tim yakni tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data.

Penelitian ini menggunakan metode NASA-TLX dengan melalui pengumpulan data berupa kuesioner yang di isi dengan cara online menggunakan google form. Penelitian diawali dengan studi pustaka terkait dengan penelitian serupa dari analisis beban kerja mental karyawan dengan metode NASA TLX, kemudian untuk menentukan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja di perusahaan tersebut, penelitian dilanjutkan dengan studi lapangan langsung untuk mengetahui kondisi nyata dari permasalahan yang terjadi. Data yang diperlukan diambil langsung dari responden, yaitu 16 tenaga kerja pada tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dengan menggunakan penerapan metode NASA-TLX sebagai solusi permasalahan.

a. Studi Literatur

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yakni dengan mencari literatur berupa teori yang berkesinambungan dengan permasalahan yang ada dalam telaah penelitian merupakan tahap dari studi literatur. Dalam hal penelitian kali ini, referensi dalam telaah studi literatur mengenai analisis terhadap beban kerja mental menggunakan metode NASA TLX.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan suatu kegiatan kunjungan langsung yang bertujuan untuk mengerti dan memahami pengetahuan dari suatu kejadian menurut pendapat dan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Studi lapangan dengan melakukan observasi langsung pada ruang kerja tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data di PT XYZ.

c. Pengumpulan Data

Penelitian ini melalui metode penelitian kuantitatif dengan metode NASA TLX yaitu terkait analisa risiko beban kerja mental di PT XYZ. Terkait proses pengumpulan data, pada prosesnya data-data yang digunakan penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer. Untuk data sekunder didapatkan melalui sumber bacaan yang sudah tersedia seperti artikel ilmiah, buku, skripsi dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan data penelitian. Sedangkan data primer diperoleh melalui data kuesioner yang di isi secara online dengan menggunakan google form.

(4)

5653

d. Pengolahan Data

Pada proses pengolahan data ditahap ini, bisa dilakukan apabila data yang akan dihitung sudah ada atau sudah dikumpulakan. Adapun proses pengolahan data yang telah dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut.

1) Pembobotan

Tahap pertama dari pengolahan data adalah menghitung perbandingan setiap indikator yang dapat mempengaruhi pekerja. Tahap pembobotan ini terdapat 15 pasang dengan indicator yang dapat ditentukan kemudian proses untuk dilakukan perhitungan pembobotan dari tiap indikator [11]. Berikut ini merupakan penjelasan tentang pembobotan pada analisis beban kerja mental melalui Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Pembobotan pada Metode NASA-TLX Indikator Pembobotan

Mental Demand (MD) atau Physical Demand (PD) Mental Demand (MD) atau Temporal Demand (TD) Mental Demand (MD) atau Own Performance (OP) Mental Demand (MD) atau Effort (EF) Mental Demand (MD) atau Frustation Level (FR) Physical Demand (PD) atau Temporal Demand (TD) Physical Demand (PD) atau Own Performance (OP) Physical Demand (PD) atau Effort (EF) Physical Demand (PD) atau Frustation Level (FR) Temporal Demand (TD) atau Own Performance (OP) Temporal Demand (TD) atau Effort (EF) Temporal Demand (TD) atau Frustation Level (FR)

Own Performance (OP) atau Effort (EF) Own Performance (OP) atau Frustation Level (FR)

Effort (EF) atau Frustation Level (FR) Sumber: [12]

2) Pemberian rating

Tahap kedua dalam pengolahan data yaitu penilaian beban mental kepada pekerja. Pekerja diminta untuk memberikan rating pada setiap sub penilaian sesuai dengan apa yang telah dialami dalam rentang skala 0−10 [11]. Pada dasarnya, variabel di dalam metode NASA TLX dibagi menjadi 6, yaitu kebutuhan mental atau mental demand, kebutuhan fisik atau physical demand, kebutuhan waktu atau temporal demand, kinerja atau performance, usaha atau effort dan tingkat frustasi atau frustation level [2]. Berikut ini merupakan penjelasan tentang pemberian rating pada analisis beban kerja mental dari Tabel 2.

Tabel 2. Rating Metode NASA TLX

Indikator Skala

Mental Demand (Kebutuhan Mental)

Physical Demand (Kebutuhan Fisik)

Temporal Demand (Kebutuhan Waktu)

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

(5)

5654

Indikator Skala

Own Performance (Performa)

Effort (Tingkat Usaha)

Frustration Level (Tingkat Frustasi)

Sumber: [12]

3) Menghitung skor beban kerja mental

Pada tahap ketiga dalam pengolahan data, dilakukannya proses perhitungan skor beban kerja mental yang didapat dari hasil pemberian rating/skor dan pembobotan selanjutnya dikalikan sesuai dengan setiap indikator [13]. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 4) Menghitung WWL (weighted workload)

Pada tahap keempat dalam pengolahan data, lalu dilakukan penghitungan nilai rata-rata WWL melalui perhitungan nilai pada setiap skor beban mental yang kemudian dapat dibagi dengan 15 sesuai nilai setiap indikator [14]. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

𝑊𝑊𝐿 = ∑ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 5) Klasifikasi beban kerja mental

Beban kerja diklasifikasikan kedalam lima kategori, yakni kategori rendah dengan rentang nilai sebesar 0.0 – 0.9, sedang dengan rentang nilai sebesar 1.0 – 2.9, sedikit tinggi dengan rentang nilai sebesar 3.0 – 4.9, tinggi dengan rentang nilai sebesar 5.0 – 7.9, dan sangat tinggi dengan rentang nilai sebesar 8.0 – 10 [15].

e. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan adalah rangkuman dari beberapa pokok pembahasan yang sudah dibahas yaitu analisis beban kerja mental karyawan pada tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data di PT XYZ. Saran berupa kritik membangun untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut supaya dapat menjadi lebih baik lagi sebagai bahan evaluasi.

3. Hasil dan Pembahasan a. Pembobotan

Adapun untuk rangkuman dari pengumpulan data yang didapatkan untuk hasil penelitian berupa nilai pembobotan dengan jumlah responden yaitu 16 karyawan pada PT XYZ di bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data, yaitu melalui Tabel 3 sebagai berikut.

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

Low High

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

(6)

5655

Tabel 3. Rangkuman Pembobotan Data Nama Indikator Pembobotan

Total

MD PD TD OP EF FR

Pekerja 1 4 0 2 5 3 1 15

Pekerja 2 1 3 2 4 5 0 15

Pekerja 3 3 1 3 3 5 0 15

Pekerja 4 2 1 4 3 5 0 15

Pekerja 5 5 2 1 4 3 0 15

Pekerja 6 3 2 1 5 4 0 15

Pekerja 7 3 0 2 5 4 1 15

Pekerja 8 2 0 3 4 5 1 15

Pekerja 9 3 2 1 2 4 3 15

Pekerja 10 3 0 2 4 5 1 15

Pekerja 11 3 2 1 5 4 0 15

Pekerja 12 3 1 0 4 5 2 15

Pekerja 13 3 1 1 5 2 3 15

Pekerja 14 5 1 2 4 3 0 15

Pekerja 15 2 2 2 4 5 0 15

Pekerja 16 3 1 3 4 4 0 15

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

b. Pemberian Rating

Kemudian, dalam pengolahan data selanjutnya yang dilakukan adalah merekap data nilai rating yang yang didapat melalui jawaban responden dari kuesioner NASA-TLX oleh karyawan pada PT XYZ di bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data dengan melakukan pemilihan skala rating mulai dari 0-10 yang dimana didasarkan pada keluhan pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan-karyawan di perusahaan tersebut, yakni yang ditampilkan melalui Tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Rating

No. Karyawan Dimensi

Nama Tim MD PD TD OP EF FR

1. Pekerja 1 ReportingData 10 7 9 9 9 8

2. Pekerja 2 ReportingData 8 5 6 8 8 10

3. Pekerja 3 ReportingData 10 3 8 6 9 10

4. Pekerja 4 Solution 9 7 9 8 9 8

5. Pekerja 5 Outbound Logistic 9 8 8 9 9 8

6. Pekerja 6 SM/PRPO 8 8 8 8 8 7

7. Pekerja 7 Solution 10 6 8 9 9 7

8. Pekerja 8 Solution 9 1 8 9 8 6

9. Pekerja 9 Outbound Logistic 6 6 8 8 9 9

10. Pekerja 10 Outbound Logistic 10 4 10 8 10 8

11. Pekerja 11 Solution 10 6 10 10 10 6

12. Pekerja 12 Outbound Logistic 8 8 8 8 8 8

13. Pekerja 13 Reporting Data 10 8 9 8 9 9

14. Pekerja 14 SM/PRPO 10 8 9 10 9 8

15. Pekerja 15 SM/PRPO 9 7 7 9 8 4

16. Pekerja 16 SM/PRPO 10 9 10 10 10 5

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

Setelah itu, untuk tahapan menyesuaikan dengan data pengolahan dilakukan dengan menggunakan penerapan metode NASA-TLX yang telah diperoleh, dapat dilakukan visualisasi data agar mudah mendapatkan informasi mengenai aspek yang paling dominan ditunjukkan pada ditunjukan Gambar 1. Hal ini sesuai dengan nilai hasil penjumlahan dan persentase dari masing-masing dari aspek tersebut, dapat diketehaui bahwasannya aspek yang paling dominan mempengaruhi rating tingginya skor beban kerja mental karyawan PT XYZ pada bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data sebagai berikut.

(7)

5656

Gambar 1. Grafik Perbandingan Dimensi Metode NASA TLX Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

Melalui Gambar 1, didapatkan informasi bahwa terdapat nilai persentase dari keenam ukuran/perspektif metode NASA-TLX yakni, mental demand (MD) memiliki nilai persentase 20.00% atau dengan jumlah 48, physical demand (PD) dengan nilai persentase 7.92% atau dengan jumlah 19, temporal demand (TD) dengan nilai persentase 12.50% atau dengan jumlah 30, own performance (OP) dengan nilai persentase 27.08% atau dengan jumlah 65, effort (EF) dengan nilai persentase 27.50% atau dengan jumlah 66, frustration level (FR) dengan nilai persentase 5.00% atau dengan jumlah 12. Melalui keenam dimensi pada hasil pengolahan data bersadarkan metode NASA TLX, didapatkan bahwa dimensi effort (EF) memiliki nilai dimensi yang paling tinggi dengan nilai persentase 27.50% atau dengan jumlah 66.

c. Perhitungan Nilai Produk

Kemudian, setelah didapatkannya nilai rating dari 16 karyawan, selanjutnya adalah perhitungan nilai produk. Untuk mendapatkan nilai produk adalah dengan mengkalikan nilai rating dengan pembobotan data.

Berikut ini merupakan hasil nilai produk untuk masing-masing karyawan PT XYZ di bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data.

Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Produk dan WWL

No. Karyawan Dimensi

Nama Tim MD PD TD OP EF FR Total

1. Pekerja 1 ReportingData 40 0 18 45 27 8 138

2. Pekerja 2 ReportingData 8 15 12 32 40 0 107

3. Pekerja 3 ReportingData 30 3 24 18 45 0 120

4. Pekerja 4 Solution 18 7 36 24 45 0 130

5. Pekerja 5 Outbound Logistic 45 16 8 36 27 0 132

6. Pekerja 6 SM/PRPO 24 16 8 40 32 0 120

7. Pekerja 7 Solution 30 0 16 45 36 7 134

8. Pekerja 8 Solution 18 0 24 36 40 6 124

9. Pekerja 9 Outbound Logistic 18 12 8 16 36 27 117

10. Pekerja 10 Outbound Logistic 30 0 20 32 50 8 140

11. Pekerja 11 Solution 30 12 10 50 40 0 142

12. Pekerja 12 Outbound Logistic 24 8 0 32 40 16 120

13. Pekerja 13 Reporting Data 30 8 9 40 18 27 132

14. Pekerja 14 SM/PRPO 50 8 18 40 27 0 143

15. Pekerja 15 SM/PRPO 18 14 14 36 40 0 122

16. Pekerja 16 SM/PRPO 30 9 30 40 40 0 149

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

d. Nilai Rata-Rata WWL dan Interpretasi Skor Beban Kerja Mental

Maka dari pada itu, berdasarkan pada rekapitulasi nilai produk didapatkan nilai rata-rata WWL dan interpretasi dari skor beban kerja mental melalui klasifikasi kategori beban mental pada karyawan PT XYZ di bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data yang dijabarkan pada Tabel 6 berikut ini.

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

MD PD TD OP EF FR

20,00%

7,92%

12,50%

27,08% 27,50%

5,00%

(8)

5657

Tabel 6. Nilai WWL dan Klasifikasi Data

Karyawan Skor

WWL Klasifikasi

No. Nama Jabatan

1. Pekerja 1 ReportingData 9,20 Sangat Tinggi

2. Pekerja 2 ReportingData 7,13 Tinggi

3. Pekerja 3 ReportingData 8,00 Sangat Tinggi

4. Pekerja 4 Solution 8,67 Sangat Tinggi

5. Pekerja 5 Outbound Logistic 8,80 Sangat Tinggi

6. Pekerja 6 SM/PRPO 8,00 Sangat Tinggi

7. Pekerja 7 Solution 8,93 Sangat Tinggi

8. Pekerja 8 Solution 8,26 Sangat Tinggi

9. Pekerja 9 Outbound Logistic 7,80 Tinggi 10. Pekerja 10 Outbound Logistic 9,34 Sangat Tinggi

11. Pekerja 11 Solution 9,46 Sangat Tinggi

12. Pekerja 12 Outbound Logistic 8,00 Sangat Tinggi 13. Pekerja 13 Reporting Data 8,80 Sangat Tinggi

14. Pekerja 14 SM/PRPO 9,53 Sangat Tinggi

15. Pekerja 15 SM/PRPO 8,13 Sangat Tinggi

16. Pekerja 16 SM/PRPO 9,93 Sangat Tinggi

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa mengenai hasil pengolahan data berupa nilai rata-rata WWL dan interpretasi dari skor beban kerja mental melalui klasifikasi kategori beban mental pada PT XYZ di bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data. Didapatkan hasil nilai skor beban kerja mental tertinggi diperoleh oleh karyawan 16 pada tim SM/PRPO dengan nilai 9,93 dengan kategori sangat tinggi.

Lalu, melalui data tersebut maka dapat dilakukan visualisasi data agar mudah mendapatkan informasi mengenai kategori beban mental yang paling lebih banyak didominasi, yang ditunjukan pada Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kategori Skor Beban Kerja Mental NASA TLX Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

Melalui Gambar 2, didapatkan informasi bahwa terdapat persentase dari kategori skor beban kerja mental atas penerapan metode NASA-TLX yakni, dengan kategori sangat tinggi dengan nilai persentase 87.50% atau dengan jumlah 14 karyawan dan dengan kategori tinggi dengan nilai persentase 12.50% atau dengan jumlah 2 karyawan, Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa beban kerja mental karyawan yang dialami di PT XYZ pada bagian tim OBL, SM/PRPO, Solution dan Reporting Data sangat tinggi, maka dari itu perlu dilakukan usulan perbaikan agar dapat meminimalisir skor beban kerja yang diperoleh.

4. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil perhitungan yang sudah dilakukan pada proses pengolahan data, dapat diketahui bahwasannya nilai/skor suatu beban kerja mental tertinggi sebesar 9,93 pada pekerja 16 dari tim SM/PRPO.

Sebaliknya, untuk nilai beban kerja mental paling rendah yaitu sebesar 7,13 pada pekerja 2 dengan dari tim Reporting Data. Berdasarkan skor beban kerja mental berdasar NASA- TLX diperoleh bahwa 14 karyawan memiliki mental work load sangat tinggi dan 2 karyawan memiliki mental work load tinggi. Kemudian, untuk variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap hasil akhir mental work load sesuai dengan kuesioner yang telah diberikan sebelumnya yakni effort dan performance. Adapun dalam hal pemberian

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

Sangat Tinggi Tinggi 87,50%

12,50%

(9)

5658

usulan mengenai perbaikan-perbaikan yang disesuaikan agar dapat menurunkan skor beban kerja mental ialah dengan melakukan penambahan karyawan sesuai dengan kebutuhan bagian tim terkait dan juga perusahaan, kegiatan pelatihan tentang antisipasi beban kerja mental, melakukan efektifitas, efesiensi dan produktivitas selama melakukan pekerjaaan selama jam kerja agar berkurangnya lembur bekerja dan kegiatan sharing session antar sesama karyawan mengenai dengar pendapat tentang keluh kesah selama bekerja.

5. Referensi

[1] Ulfa Liani Putri dan Naniek Utami Handayani, "Analisis beban kerja mental dengan metode NASA TLX pada departemen logistik PT ABC," Industrial Engineering Online Journal, vol. 06, no. 02, pp.

1-10, 2017.

[2] Ari Teguh Septiansyah, Risma Fitriani dan Billy Nugraha, "Mental work load analysis melalui national aeronautics and space," Jurnal Sains dan Teknologi, vol. 21, no. 2, pp. 282-291, 2021.

[3] Devinta Nurul Annisa dan Rizki Achmad Darajatun, "Pengukuran beban kerja mental pada divisi QA/QC dan PPIC menggunakan metode NASA-TLX di PT Ciptaunggul Karya Abadi," Go- Integratif : Jurnal Teknik Sistem dan Industri, vol. 03, no. 02, p. 125–135, 2022.

[4] Adhela Yasmin, Abdul Alimul Karim dan Sigit Rahmat Rizalmi, "Analisis beban kerja mental dengan metode NASA- TLX di PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga," Journal Of Industrial Innovation and Safety Engineering, vol. 1, no. 1, pp. 33-42, 2023.

[5] Bayu Febrilliandika dan Anwar Efendi Nasution, "Pengukuran beban kerja mental kuliah daring mahasiswa Teknik Industri USU dengan metode NASA-TLX," in Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020, Surakarta, 2020.

[6] Nadia Ayudya Adikarana, Dene Herwanto dan Muhammad Rizal Rifai, "Analisis beban kerja mental menggunakan NASA-TLX pada divisi produksi perusahaan metal stamping," Go-Integratif:

Jurnal Teknik Sistem dan Industri, vol. 03, no. 02, p. 98–109, 2022.

[7] Zayyinul Hayati Zen dan Ardi Adrian, "Analisis beban kerja mental karyawan menggunakan metode NASA TLX (studi kasus: PT. Universal Tekno Reksajaya Pekanbaru, Riau)," Surya Teknika, vol.

6, no. 1, p. 21–25, 2019.

[8] Dewi Diniaty dan Zukri Muliyadi, "Analisis beban kerja fisik dan mental karyawan pada lantai produksi di PT Pesona Laut Kuning," Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, vol. 13, no. 2, pp. 203- 210, 2016.

[9] Hanissa Okitasari dan Darminto Pujotomo, "Analisis beban kerja mental dengan metode NASA TLX pada divisi distribusi produk PT. Paragon Technology and Innovation," Industrial Engineering Online, vol. 5, no. 3, 2016.

[10] Azafilmi Hakiim, Wahidin Suhendar dan Dessy Agustina Sari, "Analisis beban kerja fisik dan mental menggunakan CVL dan NASA-TLX pada divisi produksi PT X," Barometer, vol. 3, no. 2, pp. 142-146, 2018.

[11] Shabrina Chairunnisaa Novia Ramadhany dan Taufiq Rochman, "Analisis beban kerja mental dengan metode NASA-TLX pada karyawan divisi production and maintenance di PT XYZ," in Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2022, Surakarta, 2022.

[12] Mohammad Al-Farizi Fian Saputra dan Dene Herwanto, "Analisis beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX pada divisi produksi perusahaan Empat Perdana Carton," Jurnal Serambi Engineering, vol. 3, no. 1, pp. 4521 - 4528 , 2023.

[13] Shinta Prastika, Dayal Gustopo dan Prima Vitasari, "Analisis beban kerja dengan metode NASA- TLX di PT. Pos Indonesia Cabang Malang Raya," Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri, vol.

6, no. 2, pp. 24-29, 2020.

[14] Dinda Raihanah Salmani dan Rahmaniyah Dwi Astuti, "Analisis beban kerja mental mahasiswa Teknik Industri UNS pada pelaksanaan kuliah daring dengan metode NASA-TLX," in Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2021, Surakarta, 2021.

[15] Thoyyibul Hikam, Moh. Jufriyanto dan Deny Andesta, "Analisis beban kerja mental pada karyawan di PT. Cahya Mandiri Gemilang dengan metode NASA–TLX," JUSTI (Jurnal Sistem dan Teknik Industri), vol. 3, no. 1, pp. 1-10, 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Concept Sentence yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran menelaah struktur, kebahasaan dan

Perhitungan Beban Kerja Mental Pada tahap ini, akan dilakukan pengolahan data beban kerja mental dengan tujuan mengukur rata-rata nilai kemudian diklasifikasikan sesuai kategori yang