• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK PERHITUNGAN PANJANG DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK PERHITUNGAN PANJANG DALAM"

Copied!
297
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI POKOK PERHITUNGAN PANJANG DALAM SUBTEMA 1 UNTUK SISWA KELAS II SD NEGERI 1 LOGEDE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Rizki Indah Permata Sari NIM : 161134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI POKOK PERHITUNGAN PANJANG DALAM SUBTEMA 1 UNTUK SISWA KELAS II SD NEGERI 1 LOGEDE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Rizki Indah Permata Sari NIM : 161134020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, dan anugerah-Nya untukku, serta selalu membukakan pintu maaf bagiku.

2. Pribadiku yang selalu memiliki keinginan yang baik dalam segala hal, dan mencoba untuk menjadi selalu kuat.

3. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan dalam segala bentuk, semangat, motivasi, dan bimbingan agar aku dapat menjadi manusia yang lebih baik, menerima segala bentuk suka maupun dukaku, serta memberikan doa yang tak pernah putus.

4. Keempat kakakku, yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya skripsi ini dan memberikan waktu serta tenaganya.

6. Mbak kos ku mbak Hana, mbak Egha, dan mbak Rosa yang sudah membantu dan selalu menemani.

7. Teman ku, Wiwid, teman berjuang bersama.

8. Arisa Asmarani, S.Pd., dan siswa kelas II SD Negeri 1 Logede yang sudah membantu saya dalam penelitian ini.

9. Almamaterku, PGSD Universitas Sanata Dharma.

(4)

v

MOTTO

Jangan biarkan kesulitan membuat dirimu gelisah, karena bagaimanapun juga hanya di malam yang paling gelap bintang-bintang tampak bersinar

lebih terang.

Ali Bin Abi Thalib.

(5)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI POKOK PERHITUNGAN PANJANG DALAM SUBTEMA 1 UNTUK SISWA KELAS II SD NEGERI 1 LOGEDE

Rizki Indah Permata Sari Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kreativitas dan prestasi belajar pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 siswa kelas II SD Negeri 1 Logede. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Logede semester genap tahun pelajaran 2019/2020 pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing;

(2) meningkatkan kreativitas menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas II SD Negeri 1 Logede; (3) meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 di SD Negeri 1 Logede.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020. Objek penelitian ini adalah peningkatan kreativitas dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) upaya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas II SD Negeri 1 Logede yang telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru mengajukan pertanyaan atau rumusan permasalahan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menyimpulkan;

2) penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kreativitas siswa dari rata-rata kondisi awal 0,512 meningkat pada siklus I menjadi 0,701 dan pada siklus II meningkat menjadi 0,857 serta 3) penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari rata-rata kondisi awal 67,45 meningkat pada siklus I menjadi 72,72 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,27.

Kata kunci: kreativitas, prestasi belajar, model pembelajaran inkuiri terbimbing.

(6)

ix ABSTRACT

IMPROVING CREATIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT USING INQUIRY-BASED LEARNING ON MAIN MATERIAL OF LENGTH CALCULATION IN SUB-THEME 1 FOR SECOND GRADE STUDENTS

OF SDN 1 LOGEDE Rizki Indah Permata Sari Sanata Dharma University

2021

This research is based on the lack of creativity and learning achievement on the subject matter of length calculation in sub-theme 1 of second grade students of SDN 1 Logede. This research was conducted in order to 1) describe the efforts put into increasing the creativity and learning achievement on the subject matter of length calculation in sub-theme 1 using guided inquiry-based learning model; 2) increase the creativity of second grade students of SDN 1 Logede using guided inquiry-based learning model; (3) increase learning achievement of second grade students of SDN 1 Logede using guided inquiry- based learning model on the subject matter of length calculation in sub-theme 1.

The type of research that the researcher used was Classroom Action Research (CAR). The subjects of the research were the second grade students of SDN 1 Logede academic year 2019/2020. The object of the research was the increase of creativity and learning achievement using guided inquiry-based learning model. The data were collected by using observation methods and conducting tests and interview. Then, to analyze the data the researcher used quantitative and qualitative data analysis.

The research showed that 1) the efforts put into increasing the creativity and learning achievement of second grade students of SDN 1 Logede using guided inquiry-based learning model had been carried out with the following steps:

asking questions or problem formulation, making hypothesis, collecting the data, testing hypothesis, and concluding; 2) the use of guided inquiry-based learning model increased students' creativity from the average initial condition of 0,512 to 0,701 in first cycle and 0,857 in second cycle; and 3) the use of guided inquiry- based learning model increased students' learning achievement from the average initial condition of 67,45 to 72,72 in first cycle and 82,27 in second cycle.

Keywords: creativity, learning achievement, guided inquiry-based learning model.

(7)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identitas Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional... 8

(8)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kreativitas ... 10

1. Definisi Operasional... 10

2. Karakteristik Kreativitas ... 10

3. Indikator kreativitas ... 14

B. Prestasi Belajar ... 16

1. Prestasi Belajar ... 16

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17

3. Indikator Prestasi Belajar ... 18

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 20

5. Subtema Bermain di Lingkungan Rumah untuk Kelas II Semester Genap ... 23

C. Model Pembelajaran Inkuiri ... 24

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri... 24

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri ... 25

3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inkuiri ... 26

4. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri ... 27

5. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri ... 27

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri ... 29

7. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri ... 29

8. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 30

D. Penelitian yang Relevan ... 31

E. Kerangka Berpikir ... 34

F. Hipotesis Tindakan ... 35

(9)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 38

1. Tempat Penelitian ... 38

2. Subjek Penelitian ... 39

3. Objek Penelitian ... 39

4. Waktu Penelitian... 39

C. Persiapan ... 39

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 40

1. Siklus I ... 40

2. Siklus II ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Non Tes ... 47

a. Observasi ... 47

2. Tes ... 47

F. Instrumen Penelitian ... 48

1. Instrument Non Tes ... 48

a. Lembar Observasi ... 48

2. Tes ... 49

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

1. Validasi ... 51

b. Validasitas Isi ... 51

c. Validitas Empiris ... 54

2. Reliabilitas ... 57

H. Teknik Analisis Data ... 58

I. Indikator Keberhasilan ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Pra Siklus ... 61

b. Kreativitas ... 61

c. Hasil Belajar ... 62

(10)

xv

B. Deskripsi Pelaksanaan Setiap Siklus ... 62

1. Pelaksanaan Siklus I ... 62

2. Pelaksanaan Siklus II ... 67

C. Data Hasil Penelitian ... 72

1. Siklus I ... 72

2. Siklus II... 74

D. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 76

E. Pembahasan ... 81

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 89

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 282

(11)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator-indikator Prestasi Belajar ... 21

Tabel 2.2 Mupel dan KD pada Tema 5 Subtema 1 kelas 2 Semester Genap ... 23

Tabel 2.3 Muatan KI kelas 2 Semester Genap ... 23

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Kreativitas Siswa ... 49

Tabel 3.3 Pengukuran Skala Guttman ... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 50

Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran ... 52

Tabel 3.7 Indikator Validasi RPP... 52

Tabel 3.8 Indikator Validasi Lembar Observasi ... 53

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen ... 54

Tabel 3.10 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 55

Tabel 3.11 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 56

Tabel 3.12 Kualifikasi Reliabilitas ... 57

Tabel 3.13 Rentan Skor Kreativitas Siswa ... 59

Tabel 3.14 Indikator Keberhasilan ... 60

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kreativitas Siswa ... 61

Tabel 4.2 Nilai Matematika Tema 5 Subtema 1 Tahun 2018/2019 ... 62

Tabel 4.3 Data Kreativitas Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.5 Data Kreativitas Siswa Siklus II ... 74

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.7 Rekapitulasi Kreativitas Siswa ... 76

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar ... 78

Tabel 4.9 Rekapitulasi Penelitian ... 80

Tabel 4.10 Rekapitulasi Kreativitas Siswa ... 82

(12)

xvii

Tabel 4.11 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa ... 84

(13)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Indikator Kreativitas ... 14

Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 32

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ... 34

Gambar 3.1 Bagan Desain Model PTK oleh Kemmis dan Mc Taggart ... 37

Gambar 3.2 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 57

Gambar 3.3 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 58

Gambar 3.4 Rumus Menghitung Skor Lembar Observasi ... 59

Gambar 3.5 Rumus Menghitung Rata-rata Kreativitas Siswa ... 59

Gambar 3.6 Rumus Menghitung Skor Evaluasi ... 60

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kreativitas ... 77

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Siswa ... 79

Gambar 4.3 Diagram Persentase Jumlah Siswa ... 80

(14)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 90

Lampiran II Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 92

Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 94

Lampiran IV Validitas Instrumen Penelitian oleh Dosen dan Guru ... 241

Lampiran V Perhitungan Tes Analisis Program (TAP) Hasil Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 245

Lampiran VI Instrumen Non Tes Observasi ... 253

Lampiran VII Instrumen Tes Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 256

Lampiran VIII Kondisi Awal Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SD Negeri 1 Logede ... 262

Lampiran IX Sampel Lembar Observasi, dan Sampel Pekerjaan Siswa Siklus I dan II ... 272

Lampiran X Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 278

Lampiran XI Foto Kegiatan Pebelitian ... 278

Lampiran XII Biodata Penelitian ... 282

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Pasal 3 Bab II Undang-Undang (UU) Pendidikan nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pasal tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi manusia sehingga terbentuk SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan seluruh penyelenggara pendidikan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menanamkan dan menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat.

Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar (Suryabrata, 2002). Dengan demikian, belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah belajar digunakan secara luas, hal ini disebabkan karena aktivitas yang disebut belajar itu muncul dalam berbagai bentuk. Membaca buku, menghafal ayat AL-Qur‟an, mencatat pelajaran, hingga menirukan perilaku tokoh dalam televisi, semua disebut belajar.

(16)

Di saat kita belajar kita juga akan menumbuhkan nilai kreativitas. Dengan kreativitas yang baik maka prestasi belajar pun akan membaik. Seperti definisi yang dikemukakan Laster D. Crow dan Alice Crow (1958) menyatakan belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap, termasuk cara baru untuk melakukan sesuatu dan upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau menyesuaikan situasi yang baru. Belajar menggambarkan perubahan progresif perilaku seseorang ketika bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang dihadapkan pada dirinya. Belajar memungkinkan seseorang memuaskan perhatian atau mencapai tujuannya.

Definisi ini lebih menekankan pada perubahan yang dialami seseorang setelah ia belajar.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya Munandar (1985: 47). Menurut Champell (Champell, 1986: 27) menjelaskan ciri-ciri pokok orang kreatif adalah: (1) dapat berpikir dari dan ke segala arah, (2) fleksibilitas konseptual, (3) orisinalitas, (4) lebih menyukai kerumitan, dan (5) kecakapan dalam banyak hal. Lima ciri-ciri pokok tersebut menjadi tolak ukur apakah siswa berpikir kreatif. Oleh sebab itu, dengan berpikir kreatif siswa dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman suatu materi.

Prestasi belajar siswa berkaitan dengan kegiatan belajar yang dilakukannya. Winkel (dalam Hamdu & Agustina, 2011: 83) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Kemampuan yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajarnya. Jadi, prestasi belajar siswa akan baik apabila mereka mampu melakukan kegiatan belajar secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa terpengaruh dengan adanya permasalahan yang dapat menghambat prestasi belajarnya.

(17)

Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan secara mandiri. Adapun dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru berperan sebagai fasilitator (Rahmatsyah, dkk, 2011). Menurut Scoot, dkk. (dalam Saputri, 2014) tahap pembelajaran inkuiri terbimbing serta aktivitas guru pada setiap tahapannya adalah (1) observasi adalah membimbing siswa mengamati suatu objek ataupun fenomena; (2) merumuskan masalah adalah membimbing siswa merumuskan masalah berdasarkan pengamatan; (3) merumuskan hipotesis adalah membimbing siswa untuk menentukan jawaban sementara berdasarkan permasalahan; (4) merancang dan melakukan investigasi adalah membimbing siswa merancang dan melakukan investigasi untuk memperoleh data; (5) menganalisis data adalah membimbing siswa untuk menganalisis data yang dikumpulkan pada saat investigasi; (6) argumentasi adalah membimbing siswa berargumentasi dengan mempresentasikan kesimpulan dari investigasi yang dilakukan disertai kegiatan tanya jawab dari kelompok lain. Adapun menurut Mulyasa (2006) menjelaskan langkah dalam penerapan model inkuiri terbimbing adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan hipotesis sederhana, melakukan eksperimen sederhana untuk menguji hipotesis, menganalisis data, dan menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan bertanggung jawab. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, langkah- langkah pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menyimpulkan.

Selama ini banyak guru yang berpikir bahwa menerangkan (metode ceramah) dan memberi catatan materi pada siswa dapat membuat siswa paham dan jelas terhadap materi pembelajaran. Mereka hanya tinggal mendengarkan kemudian di rumah mereka pelajari lagi. Tetapi

(18)

ternyata itu tidak cukup, pada saat diterangkan siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan terhadap guru dan materi pembelajaran. Sehingga mempengaruhi pemahaman dan hasil belajar siswa. Selain itu kreativitas dan membaca kelas II SD Negeri 1 Logede masih sangat rendah. Jarang sekali yang belajar di rumah setelah diberikan materi di sekolah.

Dukungan dari orang tua juga kurang dalam pengawasan belajar anak di rumah. Untuk mencapai hasil yang diinginkan guru sebagai pendidik dan pengajar harus pandai dan kreatif dalam proses pembelajaran. Melihat perkembangan anak SD yang masih dalam taraf berpikir konkret, guru harus bisa membawa siswa dalam pembelajaran matematika menjadi lebih nyata, sehingga guru perlu memanfaatkan segala sesuatu yang mendukung dalam proses pembelajaran.

Peneliti memilih lokasi penelitian di SD Negeri 1 Logede yang beralamat di Desa Logede, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap pembelajaran yang berlangsung di kelas II pada semester I tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan observasi pembelajaran yang berlangsung, ditemukan masih rendahnya kreativitas dan prestasi belajar siswa. Pada wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas pada hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2019 pukul 09.45 – 11.30 di kelas II SD Negeri 1 Logede dengan guru dan jumlah siswa 22 siswa, saat proses pembelajaran peneliti menemukan bahwa masih ada siswa yang masih belum dapat mengembangkan kreativitas terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini terbukti dari hasil observasi didapatkan hasil kreativitas siswa diperoleh skor rata-rata 0,512 dengan kategori “cukup”.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 1 Logede tentang kreativitas siswa. Wali kelas II menjelaskan bahwa memang sebagian besar siswa terlihat kurang dalam hal kreativitas, siswa jarang sekali untuk bertanya kepada guru seputar materi yang masih kurang dimengerti dan mereka masih belum kreatif dalam hal menjawab pertanyaan dan menyelesaikan pertanyaan yang diberikan oleh guru.

(19)

Sehingga hal tersebut menyebabkan kurangnya kreativitas siswa di kelas II.

Siswa juga masih rendah dalam hal prestasi belajar yang dimana hal tersebut terlihat dari kegiatan selama pembelajaran mata pelajaran matematika tentang perhitungan panjang. Saat wawancara dengan wali kelas II SD Negeri 1 Logede untuk nilai perhitungan panjang masih banyak siswa yang di bawah KKM. Rata-rata nilai 67,45 dengan siswa yang tuntas KKM hanya 10 siswa dengan persentase 41,66% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa dengan persentase 58,33%. KKM di SD Negeri 1 Logede pada mata pelajaran Matematika yakni 75.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan yang ada di kelas II tersebut perlu diatasi karena dapat berpengaruh pada kreativitas dan prestasi belajar siswa. Menanggapi permasalahan tersebut, peneliti berupaya mencari solusi untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas II SDN 1 Logede. Melalui penelitian ini, peneliti akan mengatasi permasalahan yang ada dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri jenis inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dipilih dengan mempertimbangkan kelebihan yang ada pada penerapan model pembelajaran tersebut. Menurut Brunner (dalam Anam K 2015: 15) kelebihan model pembelajaran tersebut diantaranya adalah: (1) siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik (2) membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru (3) mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri (4) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri (5) memberikan kepuasan yang bersikap intrinsik (6) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. Berdasarkan kelebihan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mendorong siswa untuk berpikir, bekerja atas inisiatifnya sendiri dan membuat proses belajar menjadi lebih aktif. Peneliti memilih kelas II SD Negeri 1 Logede dengan materi perhitungan panjang dengan

(20)

alasan banyak siswa yang belum mampu memahami ada banyaknya alat ukur untuk menghitung panjang suatu benda.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan judul “Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Perhitungan Panjang Subtema 1 Untuk Siswa Kelas II SD Negeri 1 Logede ”.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Kreativitas siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tergolong kurang kreatif.

Dengan skor rata-rata 51 dengan kategori “kurang kreatif”.

2. Prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Logede pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 tergolong rendah dengan skor rata- rata 67,59 dengan 9 siswa yang tuntas mencapai KKM dan 13 siswa yang belum tuntas mencapai KKM.

3. Guru tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

C. Batasan Masalah

Peneliti melakukan batasan masalah agar inti dari penelitian dapat terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Kreativitas dibatasi pada materi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan perhitungan panjang.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dibatasi pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perhitungan panjang.

3. Model pembelajaran dibatasi pada model pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

1. Bagaimana upaya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri Logede tahun pelajaran 2019/2020?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kreativitas siswa pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020.

2. Meningkatkan kreativitas siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020.

3. Meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok perhitungan panjang dalam subtema 1 untuk siswa kelas II SD Negeri 1 Logede tahun pelajaran 2019/2020.

(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi :

1. Siswa

Dengan adanya penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika materi perhitungan panjang. Serta mendapatkan pembelajaran yang variatif sehingga berperan aktif dalam membangun kreativitas dan dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Guru

Dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan model pembelajaran yang bisa menarik kreativitas siswa, menyenangkan, dan inovatif melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Sekolah

Sekolah dapat memperoleh wawasan baru mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa.

4. Peneliti

Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi peneliti untuk memanfaatkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran Matematika materi pokok perhitungan panjang di subtema 1.

G. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan diteliti, diperlukan batasan pengertian guna menjelaskan dan membatasi makna terhadap istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan istilah yang terdapat pada penelitian ini, diantaranya :

1. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata.

(23)

2. Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang diwujudkan dalam bentuk skor atau nilai.

3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model yang digunakan dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa yang mendorong supaya siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, menyelidiki, dan memeriksa sesuatu materi pembelajaran. Sehingga hal ini akhirnya siswa siswa mampu menemukan sendiri jawaban sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

(24)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas empat topik, yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti membahas keempat topik tersebut secara berurutan.

A. Kreativitas

1. Definisi Kreativitas

Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat (Munandar, 2009). Kreativitas sebagai proses berpikir yang membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah. Kemudian ia menemukan bahwa kreativitas yang penting bukan apa yang dihasilkan dari proses tersebut tetapi yang pokok adalah kesenangan dan keasyikan yang terlihat dalam melakukan aktivitas kreatif. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses berpikir yang lancar, lentur dan original dalam menciptakan suatu gagasan yang bersifat unik, berbeda, original, baru, indah, efisien, dan bermakna, serta membawa seseorang berusaha menemukan metode dan cara baru di dalam memecahkan suatu masalah

2. Karakteristik Kreativitas

Setiap orang memiliki kemampuan berpikir kreatif.

Kreativitas yang dimiliki oleh setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda pula. Karakteristik kreativitas sendiri dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang.

(25)

Ada beberapa ahli yang menyebutkan mengenai karakteristik kreativitas seseorang. Ahli pertama, yaitu Guilford (Satiadarma &

Waruwu, 2003: 108) mengungkapkan bahwa terdapat lima karakteristik kreativitas, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Karakteristik pertama yaitu kelancaran (fluency) yang merupakan kemampuan dalam memproduksi gagasan. Karakteristik kedua, yaitu keluwesan (flexibility) yang merupakan kemampuan untuk mengajukan berbagai pemecahan masalah. Karakteristik ketiga, yaitu keaslian (originality) yang merupakan kemampuan menghasilkan gagasan asli hasil pemikiran sendiri. Karakteristik keempat, yaitu penguraian (elaboration) yang merupakan kemampuan untuk menguraikan secara rinci. Ke lima, perumusan kembali (redefinition) merupakan kemampuan mengkaji persoalan dengan cara yang berbeda dari hal yang biasanya. Kelima karakteristik yang dikemukakan oleh Guilford tersebut pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu hal yang baru yang dapat diamati melalui kelima karakteristik kreativitas tersebut. Suatu hal yang baru itu dapat berupa karya baru ataupun dikombinasikan dengan sesuatu yang sudah ada.

Ahli kedua adalah Parnes. Parnes (Nursisto, 2000: 31) mengungkapkan bahwa masalah dapat membangkitkan kemampuan kreatif seseorang. Kemampuan kreatif yang disebutkan oleh Parnes dan menjadi karakteristik dari kreativitas yang meliputi: 1) fluency (kelancaran); 2) flexibility (keluwesan), 3) originality (keaslian); 4) elaboration (keterperincian); dan 5) sensitivity (kepekaan). Ada beberapa karakteristik kreativitas dari Parnes yang memiliki kesamaaan dengan karakteristik yang telah diungkapkan oleh Guilford. Kesamaan dari karakteristik yang dikemukakan oleh Parnes dan Guilford yaitu pada karakteristik kelancaran, keluwesan,

(26)

keaslian, dan keterperincian. Kelancaran merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide untuk memecahkan masalah.

Keluwesan merupakan kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide untuk memecahkan masalah yang tidak biasa. Keaslian merupakan kemampuan memberikan respon yang unik, sedangkan keterperincian merupakan kemampuan mengarahkan ide secara rinci.

Parnes juga mengungkapkan hal yang berbeda dengan pendapat Guilford pada karakteristik yang kelima yaitu kepekaan. Kepekaan merupakan kemampuan untuk menanggapi suatu situasi. Kelima karakteristik yang dikemukakan oleh Parnes tersebut diharapkan dapat membantu menangani permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.

Jamaris merupakan ahli ketiga yang mengungkapkan karakteristik kreativitas. Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) mengungkapkan bahwa karakteristik dari suatu bentuk kreativitas tampak pada proses berpikir seseorang dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kelancaran, kelenturan, keaslian, elaborasi, serta keuletan dan kesabaran. Kelancaran merupakan kemampuan dalam memberikan jawaban dan mengemukakan ide.

Kelenturan yaitu kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Keaslian merupakan kemampuan menghasilkan karya yang asli pemikirannya sendiri. Elaborasi yaitu kemampuan memperluas ide yang mungkin tidak terpikirkan orang lain, sedangkan keuletan dan kesabaran, yaitu sikap dalam menghadapi situasi yang tidak menentu. Sama halnya dengan karakteristik yang dikemukakan oleh Parnes, kemampuan yang menjadi karakteristik kreativitas yang dikemukakan oleh Jamaris tersebut diharapkan mampu membantu seseorang dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan.

Karakteristik kreativitas juga dijelaskan oleh ahli yang keempat, yaitu Munandar. Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003:

(27)

109) mengungkapkan bahwa karakteristik kreativitas meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir rasional, serta memiliki keterampilan elaborasi dan evaluasi.

Berpikir lancar membuat seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

Berpikir luwes memiliki arti bahwa orang kreatif mampu menghasilkan pertanyaan, gagasan, atau jawaban yang bervariasi karena mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda- beda. Berpikir rasional, merupakan hal yang mendorong seseorang untuk melahirkan ungkapan baru karena mereka sanggup memikirkan hal yang tidak lazim. Elaborasi dalam hal ini memiliki arti kemampuan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan keterampilan mengevaluasi memiliki kemampuan menentukan patokan penilaian sendiri dan benar tidaknya suatu pertanyaan.

Kelima karakteristik kreativitas tersebut menunjukkan bahwa seseorang diharapkan mampu menemukan berbagai ide pemecahan masalah atau pertanyaan, menghasilkan jawaban yang bervariasi atas pertanyaan yang diajukan atau melihat masalah dari berbagai sudut pandang, menghasilkan sesuatu yang baru, mengembangkan sesuatu yang telah ada, serta memberikan penilaian terhadap hal yang dihasilkan tersebut. Jadi, seseorang dapat memiliki kelima karakteristik kreativitas seperti yang dikemukakan oleh Munandar dengan cara berlatih.

Ada 4 karakteristik kreativitas yang diakui keempat ahli tersebut. Keempat karakteristik tersebut adalah kelancaran, keluwesan atau kelenturan, keaslian, dan keterperincian atau penguraian. Kelancaran merupakan kemampuan dalam mengungkapkan berbagai macam ide. Keluwesan atau kelenturan merupakan kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah dengan cara-cara unik dan tidak biasa. Keaslian merupakan hasil dari perolehan ide atau gagasan berdasarkan pemikirannya sendiri.

(28)

Keterperincian atau penguraian merupakan keruntutan dalam menuangkan ide atau gagasan secara rinci.

3. Indikator Kreativitas

Karakteristik kreativitas yang diungkapkan oleh empat orang ahli dapat dikembangkan lagi menjadi indikator kreativitas. Indikator kreativitas ini digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas siswa selama pembelajaran. Gambar 2.1 berikut ini adalah gambar indikator kreativitas yang diambil berdasarkan karakteristik kreativitas dari empat para ahli.

Gambar 2.1 Indikator Kreativitas

Gambar 1 menunjukkan indikator kreativitas yang diperoleh dari karakteristik kreativitas yang dikemukakan oleh Parnes (Nursisto, 2000:

31), Munandar (Satiadarma & Waruwu, 2003: 109), Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono,

Indikator:

Kelancaran Keluwesan Keaslian Keterperincian

Guilford (Satiadarma &

Waruwu, 2003:108) Kelancaran*

Keluwesan**

Keaslian***

Penguraian Perumusan kembali Parnes

(Nursisto, 2000:31) Kelancaran*

Keluwesan**

Keaslian***

Keterperincian*

***

Kepekaan

Jamaris (Sujiono&

Sujiono, 2010:38) Kelancaran*

Kelenturan Keaslian***

Elaborasi Keuletan dan kesabaran Menurut

Munandar (Satiadarma &

Waruwu, 2003:109) Berpikir lancar*

Luwes**

Rasional Keterampilan elaborasi Evaluasi

(29)

2010: 38). Tanda bintang (*) pada gambar 1 menunjukan urutan indikator yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Bintang satu (*) menunjukan indikator pertama yang peneliti gunakan. Bintang dua (**) menunjukan indikator kedua yang peneliti gunakan. Bintang tiga (***) menunjukan indikator ketiga yang peneliti gunakan. Bintang empat (****) menunjukan indikator keempat yang peneliti gunakan.

Peneliti memilih empat karakteristik yang digunakan sebagai indikator kreativitas dalam penelitian. Indikator tersebut adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterperincian. Alasan peneliti menggunakan indikator kreativitas dari empat ahli agar indikator yang dipilih oleh peneliti lebih bersifat akurat.

Indikator pertama, yaitu kelancaran peneliti gunakan dengan alasan bahwa keempat ahli tersebut menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari kreativitas adalah kelancaran. Indikator kelancaran memiliki arti kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide atau gagasan. Kelancaran seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Indikator yang kedua juga peneliti peroleh berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh keempat ahli.

Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38) menyebutkan bahwa karakteristik kreativitas yang kedua adalah kelenturan, akan tetapi kelenturan memiliki makna yang sama dengan keluwesan yang dikemukakan oleh tiga ahli lainnya yaitu mengemukakan berbagai cara yang tidak biasa untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.

Indikator ketiga peneliti peroleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli yang memiliki kesamaan. Ahli tersebut yaitu Parnes (Nursisto, 2000: 31), Guilford (Satiadarma & Waruwu, 2003: 108), dan Jamaris (Sujiono & Sujiono, 2010: 38). Ketiga ahli berpendapat bahwa keaslian merupakan kemampuan menghasilkan ide atau gagasan melalui pemikirannya sendiri. Keaslian seseorang dapat terlihat dari hasil karyanya berdasarkan pengerjaan tugas atau penyelesaian masalah yang dilakukannya sendiri. Indikator terakhir adalah keterperincian. Parnes

(30)

(Nursisto, 2000: 31), mengungkapkan bahwa keterperincian merupakan kegiatan mengarahkan ide secara rinci. Seseorang dapat terlihat keterperinciannya apabila mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara-cara tertentu secara rinci.

Ada beberapa karakteristik kreativitas dari keempat ahli yang tidak digunakan sebagai indikator oleh peneliti. Karakteristik yang tidak peneliti gunakan adalah kepekaan dari ahli Parnes; keterampilan elaborasi dan evaluasi dari ahli Satiadarma & Waruwu; penguraian dan perumusan kembali dari ahli Guilford; serta elaborasi, keuletan dan kesabaran dari ahli Jamaris. Alasan peneliti tidak menggunakan karakteristik tersebut sebagai indikator kreativitas karena tidak semua ahli menyebutkan karakteristik kreativitas yang tidak digunakan oleh peneliti tersebut. Jadi, peneliti menggunakan karakteristik kreativitas yang memiliki kesamaan pendapat dari beberapa ahli sebagai indikator kreativitas.

B. Prestasi Belajar 1. Prestasi Belajar

Prestasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Prestasi seseorang dalam berbagai bidang sangat berkaitan dengan proses belajar yang dilakukan oleh seseorang.

Sebuah rangkaian akan terbentuk apabila kedua hal tersebut disatukan.

Rangkaian itu disebut dengan prestasi belajar.

Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian prestasi belajar.

Poerwanto (Hamdu & Agustina, 2011: 83) menyatakan bahwa,

“Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor.” Berbeda dengan Poerwanto, Sultan (Supardi, 2012: 251) berpendapat bahwa, “Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan maksimal yang dapat dicapai setelah melalui proses belajar mengajar, biasanya diidentifikasi melalui evaluasi belajar.” Winkel juga mengemukakan pengertian prestasi belajar yang berbeda dengan Poerwanto dan Sultan. Winkel

(31)

(Hamdu & Agustina, 2011: 83) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Siswa dapat mempunyai prestasi belajar yang baik apabila mereka mampu mencapai bobot maksimal dari patokan yang telah ditentukan dalam suatu bidang tertentu.

Ketiga pengertian dari para ahli tersebut dapat dirangkum menjadi satu, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil/bukti keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan serangkaian kegiatan/aktivitas belajar yang dinyatakan dalam rapor. Prestasi belajar ditandai dengan adanya perubahan hasil. Perubahan tersebut dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan dalam rangka mengukur tingkat prestasi seseorang. Prestasi belajar siswa yang baik merupakan tujuan utama yang didambakan oleh setiap institusi pendidikan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Daryanto & Rahardjo (2012: 28), menyatakan bahwa hasil/prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa, seperti lingkungan. Penjelasan mengenai faktor internal yang dikemukakan oleh Daryanto & Rahardjo (2012: 28), yaitu:

1) Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis atau jasmani individu ada yang bersifat bawaan maupun diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya. Faktor psikologis juga ada bersifat bawaan ataupun keturunan. Sifat bawaan dari faktor psikologis meliputi: faktor intelektual yang terdiri dari faktor potensial (intelegensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi) serta faktor non intelektual (komponen-komponen

(32)

kepribadian tertentu, seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya).

Siswa yang memiliki kekurangan pada faktor fisiologis bawaan, misalnya cacat fisik, kemungkinan akan terhambat prestasi belajarnya.

Hambatan tersebut dapat ditutupi dengan adanya faktor psikologis siswa, misalnya intelegensi yang bagus ataupun adanya motivasi yang kuat dari dalam diri untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

2) Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: sosial, budaya, lingkungan fisik, dan spiritual. Faktor pertama adalah faktor sosial yang berasal lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan kelompok. Faktor kedua adalah budaya yang terdiri dari adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian. Lingkungan fisik, seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim merupakan urutan ketiga dari faktor eksternal. Faktor eksternal terakhir adalah spiritual yang sering disebut dengan lingkungan keagamaan.

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar ini berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Siswa akan mampu memperoleh prestasi belajar yang baik, apabila keempat faktor eksternal tersebut mendukung aktivitas belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat terhambat apabila ada salah satu dari keempat faktor eksternal tersebut yang menghambat aktivitas belajar siswa.

3. Indikator Prestasi Belajar

Menurut Bloom, hasil belajar atau prestasi belajar mencakup 3 kemampuan yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

Dapat dilihat tabel dibawah ini, menjelaskan 3 ranah tersebut beserta indikator yang harus dicapai.

(33)

Indikator-indikator Prestasi Belajar

No Jenis Prestasi Indikator Prestasi Belajar 1 Ranah kognitif

a. Knowledge (pengetahuan) b. Comprehension (pemahaman) c. Application (penerapan)

d. Analysis (analisis) e. Synthesis (sintesis) f. Evaluation (evaluasi)

⮚ Dapat menjelaskan

⮚ Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

⮚ Dapat memberikan contoh

⮚ Dapat menggunakan secara tepat

⮚ Dapat menguraikan

⮚ Dapat

mengklasifikasikan/memilah-milah

⮚ Dapat menghubungkan

⮚ Dapat menyimpulkan

⮚ Dapat menggeneralisasikan (membuat

⮚ prinsip umum)

⮚ Dapat menilai berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi

⮚ Dapat menghasilkan 2 Ranah Afektif

a. Receiving (Sikap menerima)

b. Responding (Member respons)

c. Valuing (Nilai) d. Organization (Organisasi)

e. Characterization (Karakterisasi)

⮚ Mengingkari

⮚ Melembagakan atau meniadakan

⮚ Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari)

3 Ranah Psikomotor a. Keterampilan bergerak

dan bertindak

b. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal

⮚ Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

⮚ Mengucapkan

⮚ Membuat mimik dan gerakan jasmani

Tabel 2.1 Indikator-indikator Prestasi Belajar

(34)

Dari tabel diatas sudah cukup jelas bahwa dalam prestasi belajar harus dapat mengembangkan 3 ranah tersebut yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian ini difokuskan pada salah satu ranah dalam teori prestasi belajar yakni pada ranah kognitif khususnya pada Knowledge (pengetahuan) dan Comprehension (pemahaman) 4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa SD memiliki rentang usia antara 7 sampai 12 tahun.

Piaget (Heruman, 2007: 1) mengemukakan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12-13 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Tahap ini merupakan kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah- kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Ada beberapa karakteristik siswa sekolah dasar yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Piaget (Ormrod, 2008: 46) menyebutkan bahwa ada 6 karakteristik siswa dalam tahap operasional konkret. Karakteristik pertama, pembedaan perspektif sendiri dari perspektif orang lain. Siswa menyadari bahwa orang lain memiliki pemahaman yang berbeda dengannya dan gagasannya sendiri belum tentu tepat. Karakteristik kedua adalah inklusi kelas. Siswa menyadari bahwa objek-objek dapat secara bersamaan menjadi anggota suatu kategori sekaligus menjadi anggota salah satu sub kategorinya.

Konservasi adalah karakteristik ketiga dari siswa sekolah dasar. Siswa meyakini bahwa jumlah materi tetaplah sama jika tidak ada yang ditambahkan atau dikurangkan, walaupun ada beberapa materi yang diubah atau disusun ulang.

Karakteristik keempat adalah reversibilitas. Siswa memahami bahwa proses-proses tertentu dapat dilakukan dengan langkah yang berkebalikan, dengan hasil yang sama. Kemampuan melakukan penalaran mengenai transformasi adalah karakteristik kelima dari siswa sekolah dasar. Siswa dapat melakukan penalaran mengenai

(35)

perubahan dan dampak-dampaknya. Karakteristik keenam adalah penalaran deduktif. Siswa mampu menarik kesimpulan logis berdasarkan dua atau lebih informasi. Karakteristik yang muncul dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu, misalnya membedakan sesuatu, sampai dengan hal yang cukup sulit, yaitu siswa dapat menyimpulkan berbagai hal yang diperolehnya.

Ahli lainnya adalah Nasution. Nasution (Djamarah, 2011: 123) mengemukakan bahwa, “Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun.” Pendapat Nasution ditambahkan oleh pendapat Suryobroto (Djamarah, 2011: 124) yang menyatakan bahwa usia sekolah dasar sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa ini, diperinci menjadi dua fase, yaitu: masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun.

Penjelasan dari fase kelas rendah menurut Suryobroto (Djamarah, 2011: 124) adalah sebagai berikut:

Fase pertama adalah masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang memiliki beberapa sifat khas yang dimiliki oleh anak-anak pada masa ini, yaitu: a) adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah; b) adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional; c) ada kecenderungan memuji diri sendiri; d) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu rasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain; e) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggapnya tidak penting; dan f) pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Anak perlu

(36)

diberi pengawasan dan pengertian oleh guru maupun orang tua agar karakteristik yang dimilikinya tidak berdampak buruk pada fase usia selanjutnya.

Fase kedua adalah masa kelas atas siswa SD yang dikemukakan oleh Suryobroto (Djamarah, 2011: 124) memiliki penjelasan sebagai berikut:

Fase kelas atas siswa SD memiliki beberapa sifat khas yang dimiliki oleh anak-anak pada masa ini, yaitu: a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; b) amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar; c) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus; d) sampai dengan kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya; dan e) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

Fase ini menunjukkan bahwa anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, akan tetapi mereka sudah mampu membuat peraturan sendiri dalam suatu permainan. Fase kelas atas ini juga menandakan bahwa anak mulai memiliki karakteristik yang baik, akan tetapi masih diperlukan adanya bimbingan dari guru, orang tua, maupun orang lain disekitarnya agar karakteristik siswa tersebut dapat selalu mengarah kepada hal-hal positif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat ahli tersebut adalah siswa sekolah dasar masih dalam tahap operasional konkret. Jadi, mereka membutuhkan sesuatu yang nyata terlebih dahulu untuk dapat menyelesaikan suatu masalah. Siswa dapat diajak pada hal-hal yang bersifat abstrak apabila perkembangan kemampuan siswa sudah bertambah. Bimbingan, pengertian, dan pengawasan dari luar diri siswa/anak juga tetap harus diberikan kepada mereka.

Tujuannya adalah agar karakteristik siswa/anak yang kurang baik pada masa operasional konkret ini tidak berdampak buruk bagi kehidupan selanjutnya.

(37)

5. Subtema Bermain di Lingkungan Rumah untuk Kelas II Semester Genap

Pembelajaran di kelas II semester genap pada Kurikulum 2013 terdiri dari empat (4) tema, yaitu (5) Pengalamanku, (6) Merawat Hewan dan Tumbuhan, (7) Kebersamaan, dan (8)Keselamatan di Rumah dan Perjalanan. Penelitian ini mengambil tema 5 (Pengalamanku) subtema 1 (Pengalamanku di Rumah). Pembelajaran subtema 1 berlangsung selama enam (6) pertemuan. Mupel (Muatan Pelajaran), KI (Kompetensi Inti), dan KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat pada tema 5 subtema 1 kelas II semester genap dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini.

Subtema 1 (Pengalamanku di Rumah)

KI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda- benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Tabel 2.2 Mupel dan KD pada Tema 5 Subtema 1 kelas 2 Semester Genap

Mupel Kompetensi Dasar (KD)

Bahasa Indonesia

3.6 Mencermati ungkapan permintaan maaf dan tolong melalui teks tentang budaya santun sebagai gambaran sikap hidup rukun dalam kemajemukan masyarakat Indonesia.

4.6 Menyampaikan ungkapan-ungkapan santun (menggunakan kata “maaf”, “tolong”) untuk hidup

(38)

rukun dalam kemajemukan.

Matematika 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak),berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.3 Muatan KI Kelas 2 Semester Genap C. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan atau meminta keterangan. Pengertian inkuiri menurut Anam K (2015: 7) dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai model belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran, dalam model ini, setiap peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Sementara menurut Gulo (dalam Anam, 2016: 11) model pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian dalam pengembangan kemampuan siswa, yaitu pengembangan mental-intelektual dan sosial-emosional.

(39)

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik serta mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Anam K (2015: 13) terdapat sembilan ciri-ciri pembelajaran Inkuiri yang dijabarkan sebagai berikut ini.

1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

4. Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah.

5. Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan.

6. Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun mencari data.

7. Siswa menyusun cara-cara pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca atau memanfaatkan sumber lain yang relevan.

8. Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data.

(40)

9. Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Zuriyati (dalam Anam 2016:20-22) terdapat lima prinsip dalam pembelajaran Inkuiri. Kelima prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2. Interaksi

Prinsip ini menekankan adanya interaksi siswa antar siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan. Peran guru dalam pembelajaran bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Siswa diarahkan agar dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

3. Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Pertanyaan yang diberikan oleh guru dapat melatih kemampuan siswa untuk menjawab dan hal tersebut merupakan bagian dari proses berpikir.

4. Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus

(41)

dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Anam K (2015: 15-16) model pembelajaran Inkuiri memiliki empat kelebihan yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Real life skills: siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk „melakukan‟, bukan hanya duduk, diam, dan mendengarkan.

2. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja; buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio, dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak.

3. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengarahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinatif. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban.

4. Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.

5. Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Anam K (2015: 18-19) model pembelajaran Inkuiri memiliki empat kelebihan yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran inkuri yang dilakukan oleh siswa dapat melenceng arahnya dari tujuan semula karena mereka belum terbiasa melakukannya. Seringkali siswa justru mengumpulkan informasi yang tidak relevan dan tidak begitu penting. Oleh karena itu,

(42)

peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran yang handal sangat diperlukan.

2. Pada akhir suatu pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inkuri, bisa saja setelah segala upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh siswa dan kelompoknya ternyata membuahkan hasil yang salah, keliru, kurang lengkap, atau kurang bagus. Ini bisa jadi akan dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Oleh karena itu guru perlu hati-hati terhadap apa yang sedang berlangsung di dalam kelompok-kelompok belajar di kelasnya agar setiap pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang memuaskan bagi siswa.

3. Akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri ini pada siswa-siswa yang telah terbiasa menerima informasi dari guru. Siswa-siswa yang tidak terbiasa akan ragu- ragu dalam bertindak sehingga seringkali pembelajaran macet di tengah jalan. Kesabaran guru di awal-awal pelaksanaan model pembelajaran ini sangat diperlukan. Ketika siswa mulai terbiasa, keragu-raguan dalam bertindak, mencari informasi, mengolahnya untuk kemudian membuat simpulan berdasarkan versi mereka sendiri akan lebih mudah dan lancar.

4. Ketika pembelajaran inkuiri yang selalu disetting dalam kelompok-kelompok ini berlangsung, biasanya ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya. Bagaimana cara guru memotivasi dan membantu mereka untuk dapat besinergi dengan anggota kelompoknya lalu mengambil peranan yang disukainya akan sangat bermanfaat untuk mereduksi keadaan-keadaan seperti ini.

(43)

6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Sani (2014: 92), mengatakan bahwa secara umum proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membuat rumusan masalah

2. Mengembangkan dan merumuskan hipotesis

3. Merancang dan melakukan kegiatan untuk menguji hipotesis 4. Menarik kesimpulan

Gulo (dalam Tabany, 2015: 83-84), mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran model inkuiri digunakan melalui beberapa langkah. Secara umum langkah-langkah tersebut terdiri dari :

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan 2. Merumuskan masalah

3. Mengumpulkan data 4. Analisis data

5. Membuat kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dari kedua tokoh di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri dilaksanakan melalui langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut terdiri dari: (1) guru mengajukan pertanyaan atau rumusan permasalahan, (2) membuat hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, dan (5) menyimpulkan.

6.1. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Anam K (2015: 17-20) model pembelajaran inkuiri terbagi menjadi empat jenis. Pembagian tersebut berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Keempat jenis tersebut terdiri dari: (1) inkuiri terkontrol, (2) inkuiri terbimbing, (3) inkuiri terencana, dan (4) inkuiri bebas.

1. Inkuiri Terkontrol

Gambar

Tabel 4.11 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa  ..........................................
Gambar  1  menunjukkan  indikator  kreativitas  yang  diperoleh  dari  karakteristik kreativitas  yang dikemukakan oleh  Parnes (Nursisto, 2000:
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian  F.  Hipotesis Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batasan pada penelitian ini terletak pada penelitian pengaruh kualitas layanan dan kemudahan penggunaan terhadap kepuasan pelanggan dan informasi lisan pada

Kali ini saya akan menginstal operasi sistem linux debian pada virtual machine(VMWare).Ada dua cara untuk melakukan instalasi Debian ini,cara yang pertama

Dihasilkan rute distribusi dengan algoritma carke & wright adalah tiga rute dengan total jarak tempuh 180,7 km, rute dengan model penyelesaian Vehicle Routing Problem

Topik-topik pekuliahan yang dibahas dalam perkuliahan ini meliputi : Induksi Matematika, Algoritma Pembagian, Pembagi Persekutuan Terbesar, Algoritma Euclid, Kelipatan

Dari putusan Judex Factie dan putusan Judex Yuris tersebut dapat disimpulkan bahwa Notaris sebagai pejabat umum selain berwenang membuat akta otentik juga dibebani

PARAMETER BOBOT PAR 33   Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan penyampaian

Faktor penting yang turut l11empengaruhi penjualan produk selain distribusi dan promosi yang baik adalah desain prod uk. Produk yang dihasilkan barus didesain

Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari