• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif

B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektifadalah hasil evaluasi seseorang terhadap kehidupannya yang dilakukan melalui evaluasi kognitifnya seperti kepuasan hidup dan afek seperti adanya emosi positif dan rendahnya emosi negatif. Kepuasan hidup adalah penilaian global individu mengenai kualitas hidup, sedangkan afek adalah evaluasi langsung individu mengenai peristiwa dalam hidupnya. Kesejahteraan subjektif diukur dengan menggunakan The Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang diadaptasi dari Diener (1993) dan skala Positive Affect Negative Affect Schedulle (PANAS) yang diadaptasi dari Watson, dkk

(1988). Semakin tinggi skor skala SWLS semakin tinggi tinggi tingkat kepuasan hidup yang dimiliki, serta apabila semakin tinggi skor skala PANAS, maka semakin tinggi tingkat afek positif yang dimiliki begitupula sebaliknya.

(2)

2. Terapi Kebermaknaan Hidup

Terapi kebermaknaan hidup adalah yang menggunakan prosedur sistematis dan teroganisir untuk membantu para individu dalam menemukan makna dan tujuan hidup sehingga menghasilkan hidup yang lebih positif dan bahagia sehingga dapat meningkatkan subjective well being pada penderita kanker. Terapi kebermaknaan

hidup ini menerapkan prinsip pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiental learning) berdasar metode-metode penemuan kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007) yang disebut dengan

“Panca Cara Temukan Makna” yaitu: (1) pemahaman diri, (2) bertindak positif, (3) pengakraban hubungan, (4) pendalaman catur nilai, (5) Ibadah, dimana terapis bersama subjek membahas nilai- nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam dan menjabarkannya menjadi tujuan yang lebih konkrit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan secara berkelompok yang diberikan sebanyak 3 kali pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan 90-120 menit, sehingga total waktu dalam terapi dapat mencapai 270-360menit.

(3)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut ini:

1. Penderita kanker

2. Mampu secara fisik mengikuti terapi.

3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

4. Memiliki skor subjective well being sedang hingga rendah.

5. Tidak sedang mengikuti konseling atau psikoterapi lain selama penelitian berlangsung.

6. Bersedia mengikuti terapi hingga selesai.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group prates dan pascates design (Myers & Hansen, 2002) dikarenakan keterbatasan kondisi fisik subjek yang bersedia (berkomitmen penuh) menjalani semua sesi intervensi dari awal hingga akhir.

Rancangan ini dipakai untuk mengetahui suatu pengaruh intervensi yang hasilnya didapatkan dari membandingkan keadaan suatu kelompok sebelum dilakukan intervensi (prates) dengan setelah dilakukan intervensi (pascates). Penelitian ini nantinya akan dilakukan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan mendapatkan intervensi berupa terapi kebermaknaan hidup.

(4)

Berikut ini adalah bagan rancangan intervensi one group prates and pascates design:

Keterangan:

O1 : Pengukuran skala kesejahteraan subjektif sebelum perlakuan (Prates).

O2 : Pengukuran skala kesejahteraan subjektif sesudah perlakuan (pascates).

O3 : Pengukuran tindak lanjut dilakukan 2 minggu setelah penelitian dilakukan (Cone dan Foster, 2006)

X : Perlakuan atau pemberian kebermaknaan hidup.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Lembar Persetujuan subjek (Informed Consent)

Lembar persetujuan subjek digunakan sebagai bukti bahwa subjek setuju dan bersedia menjalani prosedur penelitian dengan segala keuntungan maupun kerugian yang diperoleh. Di dalam lembar persetujuan subjek ini diuraikan maksud dan tujuan penelitian, hak dan kewajiban subjek penelitian, dan hal-hal lain mengenai jalannya penelitian.

Prates Perlakuan Pascates Tindak lanjut O1 X O2 O3

(5)

2. Skala

Menurut Azwar (2003) skala sebagai alat ukur psikologis mempunyai karakteristik yaitu sebagai berikut:

a. Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkapkan atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

b. Berisi banyak item sehingga kesimpulan baru dapat diambil apabila semua jawaban sudah direspon.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala The Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang diadaptasi dari Diener

(1993) untuk dimensi kepuasan hidup dan skala Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) yang diadaptasi Watson, dkk (1988) untuk

mengukur dimensi aspek positif dan aspek negatif. Kedua skala tersebut valid serta dapat digunakan di Indonesia guna mengukur Subjective wellbeing individu ( Takwin, dkk., 2012; Zuhdiyati, 2010; Wibisono,

2010).

Skala kepuasan hidup diadaptasi dari The Satisfaction with life Scale (SWLS) tersebut memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,87.

(6)

Skala ini digunakan dalam penelitian Wibisono (2010) dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,7043. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zuhdiyati (2010) yang memperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,62. Pengukuran kesejahteraan subjektif melalui SWLS ini dilakukan dengan menggunakan lima aitem pernyataan yang mengandung tujuh pilihan jawaban, yaitu: “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “agak tidak setuju”, ragu-ragu”, “agak setuju”, “setuju”, “sangat setuju”. Skor masing-masing jawaban adalah 7 untuk sangat setuju, 6 untuk setuju, 5 untuk agak setuju, 4 untuk ragu-ragu, 3 untuk agak tidak setuju, 2 untuk tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju.

Pada skala tersebut akan disertakan lima pernyataan yang mengukur pandangan kognitif individu terhadap kehidupan yang tengah dijalani. Skor total yang diperoleh berasal dari penjumlahan skor pada lima aitem yang akan memiliki rentang skor dari 5-35.

Interpretasi untuk skala SWLS adalah 5-9 (sangat tidak puas), 10-14 (tidak puas), 15-19 (sedikit tidak puas), 20 (netral), 21-25 (cukup puas), 26-30 (puas), 31-35 (sangat puas).

Tabel 1. Blueprint Skala Kepuasaan Hidup Skala

SWLS (Kepuasan

Hidup)

Dimensi Butir Pernyataan Jumlah

Kepuasaan Hidup

1,2,3,4,5 5

(7)

Pada skala Kesejahteraan subjektif terdapat pengukuran tentang emosi positif dan emosi negatif yang dikembangkan melalui PANAS oleh Watson dkk (1988). Alat ukur tersebut dapat mengungkap derajat afek positif dan afek negatif yang dimiliki seseorang. Alat ini akan berisikan 20 aitem dengan 10 aitem yang akan mengkur afek positif dan 10 aitem sisanya mengukur afek negatif. Koefisien reliabilitas dari afek positif adalah 0,86 dan koefisien reliabilitas dari afek negatif adalah 0,87. Skala ini juga telah digunakan pada penelitian di Indonesia oleh Wibisono (2010) dengan mendapatkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,6304 untuk afek positif dan untuk afek negatif diperoleh indeks koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,6421. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zuhdiyati (2010) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,73 untuk afek posiif dan koefisien reliabilitas alpha sebsar 0,83 untuk afek negatif.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka setiap aitem dalam skala tersebut layak untuk digunakan sebagai pengukuran. Skor total pada skala ini diperoleh dengan menjumlahkan skor pada semua aitem.

Tabel 2. Skala Afek Positif dan Negatif Skala PANAS

(Afek Positif dan Negatif)

Dimensi Jumlah

Afek positif : 1,3,5,9,10,14,16,17,19 9

Afek negatif :2,4,6,7,8,11,12,13,15,18,20 11

(8)

3. Prosedur Persiapan

Berikut ini adalah prosedur persiapan pelaksanaan penelitian dan terapi yang dilakukan yaitu:

1. Proses Persiapan

a. Menentukan ruang lingkup dengan melakukan survey awal berupa asesmen kebutuhan untuk memetakan permasalahan yang akan diteliti.

b. Menyiapkan alat ukur berupa skala Kesejahteraan subjektifsebagai screening awal subjek penelitian dan sebagai skor prates sebelum penelitian.

c. Menyusun rangcangan penelitian berupa modul sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan berdasarkan kondisi dan kemampuan subjek penelitian yang bertujuan untuk panduan tertulis dalam menjalankan kegiatan terapi sehingga tidak ada waktu serta logistik yang terlewat serta menyeragamkan fasilitator dan co fasilitator dalam menjalankan kegiatan terapi.

d. Menentukan fasilitator dan co fasilitator yang dapat membantu proses kegiatan terapi yang dilakukan.

Berikut ini adalah kriteria dari fasilitator (psikolog) yaitu: (i) berminat dan berusaha melakukan terapi yang teroganisir dengan baik; (ii) mempunyai pemahaman yang memadai berkaitan dengan psikologi klinis dan kesehatan; (iii)

(9)

mempunyai ketertarikan dan pengharapan yang tinggi akan keberhasilan pengharapan yang tinggi akan keberhasilan peserta dan bersikap positif dengan membantu peserta meningkatkan harapan mereka; (iv) mentransformasikan materi dalam langkah yang mudah bagi peserta, serta memberikan contoh baik yang sesuai maupun tidak sesuai atau mengaitkan pengajaran dengan kehidupan keseharian, dan menjelaskan kegunaan terapi dalam kehidupan, keseharian, dan menjelaskan keguanaan terapi dalam kehidupan; (v) mendukung dan mendorong peserta untuk mempelajari materi, berbagi pengalaman yang relevan, serta mengembangkan kemampuan diri; (vi) menghubungkan ketertarikan pengajaran dalam sebuah sesi terapi dengan sesi terapi yang lain, dan (vii) mengelola waktu dengan efisien dengan tetap berorientasi terhadap penyelesaian tugas dan menyediakan waktu untuk umpan balik. Sedangkan kriteria untuk co fasilitator adalah (i) Mahasiswa Magister Profesi Psikologi bidang klinis; (ii) terlibat aktif selama kegiatan terapi dan melakukan interview berkaitan dengan perasaan yang dihayati serta observasi tingkah laku para peserta pada kondisi sebelum terapi, selama terapi, dan setelah terapi, dan (iii) memiliki kesamaan pemahaman mengenai tujuan dan

(10)

teknis kegiatan serta cara melakukan proses interview dan observasi tingkah laku para subjek penderita kanker.

2. Proses Pelaksanaan

a. Subjek dikumpulkan untuk membahas proses terapi yang akan dilaksanakan, membuat kesepakatan tentang jadwal dan pelaksanaan terapi yang akan dilakukan.

b. Subjek diminta untuk mengisi informed consent atau surat kesediaan menjadi partisipan dalam penelitian ini.

c. Pelaksanaan terapi sebanyak 3 kali pertemuan dengan rata-rata rentang waktu 90-120 menit untuk setiap sesinya.

d. Pengukuran tingkat Kesejahteraan subjektif berupa pascates diberikan kembali setelah tritmen selesai dilaksanakan.

3. Evaluasi

Setelah proses terapi selesai dilakukan, dilaksanakan tindak lanjut sebagai evaluasi terapi sekitar kurang lebih dua minggu setelah pelaksanaan terapi.

Terapi kebermaknaan hidup akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan rata-rata 90-120 menit setiap pertemuan. Materi yang akan disampaikan dalam jalannya terapi adalah:

a. Pertemuan pertama adalah materi mengenai pemahaman diri yaitu mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan dan kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan potensi maupun yang sudah teraktualisasi, kemudian kekuatan

(11)

tersebut dikembangkan dan ditingkatkan. Sedangkan kelemahan-kelemahannya dihambat dan dikurangi. Ketika subjek telah memahami dirinya dan menerima dengan positif dan penuh kesadaran atas kenyataan dirinya maka akan menjadikan subjek menjadi bermakna (Bastaman, 2007).

Selanjutnya pada pertemuan pertama diselingi dengan sesi ibadah, yaitu berusaha memahami dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan dan mencegah dari apa yang dilarangNya. Pada sesi ibadah, akan dilaksanakan praktek dan pemaknaan berdoa. Beribadah dapat mendatangkan perasaan tenteram, mantap, dan tabah.

b. Pertemuan kedua adalah bertindak positif yaitu mencoba menerapkan dan melaksanakan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dan perilaku dan tindakan nyata sehari-hari.

Kegiatan yang dilakukan untuk mewakili bertindak positif pada penderita kanker yaitu:

1) Materi bertindak positif dengan tujuan subjek memahami mengenai makna dari bertindak positif sehingga secara tidak langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek akan dirakan berguna.

2) Latihan bertindak positif dengan tujuan subjek mencoba menerapkan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dalam perilaku dan tindakan nyata sehari-hari.

(12)

c. Pertemuan kedua membahas mengenai pengakraban hubungan yaitu meningkatkan hubungan dengan pribadi tertentu (keluarga, rekan, teman sejawat). Pengakraban hubungan atau persahabatan berarti hubungan pribadi yang menyangkut keseluruhan pribadi berdasarkan kepercayaan mendalam dengan saling membagikan sesuatu, menerima sesuatu dan merupakan kesempatan untuk memperluas diri.

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjalin keakraban antara sesama subjek adalah:

1) Aku dan hubunganku, dengan tujuan peserta dapat memahami mengenai pentingnya menjalin hubungan akrab dengan siapapun sehingga dapat merasakan hidup dengan lebih berwarna.

2) Latihan pengakraban hubungan dengan tujuan peserta mencoba menerapkan hubungan akrab dengan orang-orang disekitarnya.

d. Pertemuan ketiga adalah pendalaman catur nilai, yaitu berusaha untuk memahami dan memenuhi empat macam nilai yang merupakan sumber makna hidup, yakni nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai bersikap, dan nilai pengharapan. Bila hal tersebut dapat dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupannya menjadi berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (Kesejahteraan Subjektif). Sikap

(13)

meneirma dengan penuh ikhlas dan tabah terhadap hal yang tragis seperti sakit (kanker) dapat mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai penderitaan menjadi mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan tersebut.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu tahap yang peting dalam sebuah penelitian. analisis data berperan dalam membuktikan hipotesis dan menarik masalah-masalah yang sedang diteliti. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitif dan analisis data kualitatif.

Metode kuantatif yang dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon yang dioperasionalkan dengan teknik statistik perangkat

lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows untuk menganalisis perbedaan skor pada masing-masing aspek kesejahteraan subjektif pada saat prates, pasca tes dan tindak lanjut.

Analisis yang dilaksanakan secara kualitatif dilakuakan dengan analisis deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara yang mungkin terjadi selama jalannya penelitian.

Gambar

Tabel 1. Blueprint Skala Kepuasaan Hidup  Skala
Tabel 2. Skala Afek Positif dan Negatif  Skala PANAS  (Afek Positif  dan Negatif)  Dimensi   Jumlah  Afek positif : 1,3,5,9,10,14,16,17,19  9  Afek negatif :2,4,6,7,8,11,12,13,15,18,20  11

Referensi

Dokumen terkait

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Kompetisi di industri perbankan sudah sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi sekedar mengandalkan produk-produk standar untuk menarik nasabah.Pengembangan produk

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Agustus 2015 dan dikoordinatori oleh Bapak Adri dari divisi FPMP. Persiapan yang dilakukan meliputi menyiapkan Seminar Kit

Pen- gukuran daya dukung habitat dilakukan secara kuantitatif melalui pengukuran produktivitas tumbuhan pakan MEP yang dalam hal ini dibatasi pada produktivitas buah dan

Target kinerja ini merepresentasikan nilai kuantitatif yang dilekatkan pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran strategis maupun tingkat kegiatan, dan merupakan

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang konsep diri seorang karyawan yang akan memasuki masa pensiun serta

Meski ada perubahan kewenangannya yang luar biasa namun masih ada kewenangan-kewenangan yang masih perlu dibanggakan oleh MPR seperti Pasal 3 Ayat 1 berbunyi:

MM ' Pembina Utama Madya