• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II LANDASAN TEORI

II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu teknologi alternatif yang relatif murah dibandingkan dengan menggunakan infrastruktur kabel.

Wirelees Fidelity (Wi-Fi) adalah nama yang diberikan oleh Wi-Fi Alliance untuk mendeskripsikan produk Wireless Local Area Network (WLAN) yang berdasarkan standar Institute of Electrical and Electronics Enginerrs (IEEE) 802.11. Tabel 2.1 menjelaskan beberapa jenis-jenis standar IEEE 802.11.

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Standar IEEE 802.11

Varian Deskripsi

802.11a WLAN yang beroperasi pada 5 Ghz, data rate 54 Mbps, dipublikasikan tahun 1999.

802.11b Dikenal juga sebagai Wi-Fi. Beroperasi pada 2.4 GHz, data rate sampai 11 Mbps. Dipublikasikan pada tahun 1999.

802.11c Ada dokumentasi prosedur MAC 802.11

802.11d Ada definisi dan kebutuhan dari standar 802.11 untuk dapat beroperasi di negara yang belum ada standarnya

802.11e Dibuat untuk memperbaiki MAC 802.11 untuk

meningkatkan QoS. Perbaikan pada kapabilitas dan efisiensi ditujukan untuk aplikasi seperti suara atau video melalui jaringan wireless 802.11

802.11f Ada sarana untuk mengimplementasikan konsep 802.11 tentang AP dan distributed system (DS). Meningkatkan kompatibilitas antara peralatan AP dari vendor yang ada

802.11g Kecepatan lebih tinggi dari standar 802.11b tetapi tetap menjaga kompatibilitas dengan peralatan 802.11b yang sudah ada. Target data rate 20 Mbps.

802.11h Memperbaiki MAC 802.11 dan 802.11a untuk menyediakan manajemen jaringan dan pengendalian daya dan spektrum pada pita 5 GHz.

802.11i Meningkatkan mekanisme keamanan dan autentikasi pada standar 802.11 802.1x Untuk meningkatkan keamanan 802.11

(2)

IEEE 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dan menggunakan modulasi OFDM. Standar ini menggunakan modulasi sinyal OFDM sehingga lebih resistan terhadap interfensi dari pada gelombang lainnya, diantaranya adalah:



Direct Interference

Direct interference disebabkan oleh perangkat-perangkat 802.11 lain yang beroperasi pada frekuensi atau kanal yang sama dalam satu area.



Indirect Interference

Indirect Interference disebabkan oleh perangkat-perangkat selain 802.11 tetapi bekerja pada spektrum frekuensi yang sama.



Path Interference

Path interference dibagi dalam 4 kategori : reflection, refraction, diffraction, dan scattering. Frekuensi radio memiliki kecenderungan yang kuat untuk dipantulkan oleh benda-benda logam, cermin, dan benda keras lainnya.



Line of Sight Interference

Disebabkan oleh penyerapan sinyal oleh benda-benda yang dilaluinya .

Layer fisik adalah bagian dari IEEE 802.11g yang didefinisikan sebagai penghunbung antara WLAN dengan medium radio. Pada bagian ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan layer fisik sebagaimana yang didefinisikan pada IEEE 802.11g.

II.1.1. Frekuensi

Frekuensi yang digunakan oleh WLAN adalah frekuensi ISM (Industrial,

Sientific, Medical) unlicensed band, dimana pada frekuensi ini tidak memerlukan

izin dari pemerintah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat tanpa dikenakan

biaya lisensi. IEEE 802.11g bekerja pada rentang frekuensi 2,4 – 2,483 GHz.

(3)

II.1.2 Channel

Frekuensi kerja IEEE 802.11g dibagi menjadi beberapa channel dengan rentang jarak 5 MHz. Setiap channel memiliki lebar bandwidth sebesar 20 MHz.

Alokasi frekuensi untuk masing-masing channel berdasarkan regulatori domain dapat terlihat pada table 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 High Rate PHY Frequency Channel Plan Regulatory domain Channel

Identifier

Frekuensi

(MHz) Amerika EMEA Jepang Lainnya

1 2412 X X X X

2 2417 X X X X

3 2422 X X X X

4 2427 X X X X

5 2432 X X X X

6 2437 X X X X

7 2442 X X X X

8 2447 X X X X

9 2452 X X X X

10 2457 X X X X

11 2462 X X X X

12 2467 - X X X

13 2472 - X X X

14 2484 - - X -

Pada tabel 2.2 terlihat bahwa masing-masing regulatori domain memiliki banyak kesamaan, kecuali pada Amerika sampai 11 channel dan jepang sampai pada channel 14 saja. Untuk menghindari interferensi, khususnya untuk daerah- daerah yang menggunakan banyak channel diperlukan jarak frekuensi tengah minimal 25 MHz.

II.1.3. Modulasi dan Bit Rate

Bit Rate yang dimiliki standarisasi IEEE 802.11g adalah 6 Mbps, 9

Mbps, 12 Mbps, 18 Mbps, 24 Mbps, 36 Mbps. 48 Mbps, dan 54 Mbps, untuk

(4)

melakukan proses tersebut standarisasi IEEE 802.11g menggunakan modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada frekuensi 5 GHz.

II. 2. Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan teknik mudulasi untuk komunikasi wireless broadband yang bagus karena tahan melawan frekuensi selective fading, interferensi narrowband dan efisien menghadapi multi-path delay spread. Untuk mencapai hal tersebut, OFDM membagi aliran data high-rate mejadi aliran rate yang lebih rendah, yang kemudian dikirimkan secara bersama pada beberapa sub-carrier.

OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) merupakan teknik modulasi multicarrier, dimana antar subcarriernya satu dengan yang lain saling ortogonal. Karena sifat ortogonalitas ini, maka antar subcarrier yang berdekatan bisa dibuat overlapping tanpa menimbulkan efek intercarrier interference (ICI).

Hal ini akan membuat sistem OFDM mempunyai efisiensi spektrum yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik modulasi multicarrier konvensional.

Gambar 2.1. Spektrum OFDM

Konsep dari OFDM adalah membagi data rate sinyal informasi wideband

menjadi deretan data paralel dengan data rate yang lebih rendah sehingga akan

didapatkan deretan paralel sinyal dengan data rate rendah (narrowband),

kemudian data-data paralel tersebut dimodulasi dengan subcarrier yang saling

ortogonal. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari penggunaan OFDM,

karena kanal yang semula bersifat frequency selective fading akan dirasakan

(5)

seperti kanal flat fading oleh masing-masing subcarrier, sehingga distorsi sinyal akibat perlakuan kanal multipath fading menjadi berkurang.

II.3. Faktor-faktor Pendukung Perancangan WLAN (Hotspot)

Suatu Hotspot merupakan suatu tempat dimana tersedianya koneksi jaringan tanpa kabel (wireless). Para pemakai harus menggunakan perangkat tanpa kabel yang kompatibel untuk melakukan akses internet atau intranet seperti telepon genggam, PDA, Laptop atau notebook, ataupun dengan menggunakan komputer yang dilengkapi dengan WLAN card yang kompatibel maupun perangkat komunikasi lainnya yang mendukung teknologi tersebut.

II.3.1. Komponen Penyusun Hotspot

Adapun komponen penyusun hotspot antara lain:

Mobile Stations

Access Point

Switch, Router, Network Access Component

Web Server

AAA Server

Internet Service Provider.

II.3.1.1. Mobile Stations

Mobile Stations merupakan perangkat pengguna (telepon genggam, PDA, laptop atau notebook, komputer dengan wireless card) yang terhubung pada jaringan hotspot.

II.3.1.2. Access Point

Access point merupakan penyedia layanan akses tanpa kabel ke jaringan

hotspot yang merupakan hubungan langsung antara jaringan hotspot dengan

perangkat pengguna.

(6)

II.3.1.3. Switch, Router, Network Access Component

Switch, Router, Network Access Component merupakan penyedia beberapa ports untuk koneksi dari acces point dan komponen jaringan lainnya ke backhaul hotspot dan perangkatnya ke intranet maupun internet.

II.3.1.4. Web Server

Web Server merupakan komponen jaringan yang menyediakan akses ke halaman login hotspot.

II.3.1.5. AAA Server

AAA Server merupakan komponen jaringan yang menyediakan layanan dan mengontrol pengguna serta akses perangkat ke hotspot.

II.3.1.6. Internet Service Provider (ISP)

Internet Service Provider (ISP) merupakan komponen yang menyediakan koneksi internet. Wireless Internet Service Provider (WISP) merupakan ISP dengan servis tanpa kabel

II.3.2. Lingkungan Hotspot

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan tipe dari linkungan hostpot yang akan dibuat, yaitu : luas lokasi, jumlah user secara simultan, dan faktor penghambat jaringan wireless seperti partisi dan lain-lain.

II.3.2.1. Luas lokasi

Luas lokasi adalah kunci faktor utama yang perlu diperhatikan. Faktor

utama ini menentukan berapa banyak Access Point (AP) yang akan digunakan,

selain jumlah user. Sebuah access point biasanya dapat menjangkau 300 kaki

kesegala arah. Untuk mencangkup coverage area yang sangat luas sekali

dibutuhkan lebih dari satu access point.

(7)

II.3.2.2. Jumlah User

Faktor kedua dalam merancang hotspot adalah jumlah user. Jumlah user akan menentukan seberapa besar bandwidth yang dibutuhkan agar dapat melayani semua user secara maksimal. Misalkan seorang user membutuhkan bandwidth minimal sebesar 100 kbps, dan diperkirakan akan terdapat lima user yang akan melakukan koneksi internet secara bersamaan, makan bandwidth yang dibutuhkan untuk konektivitas hotspot tersebut sebesar 500 kbps.

Jumlah user pada suatu coverage area menentukan banyaknya access point yang akan digunakan, hal ini bergantung pada kemampuan access point tersebut. Untuk area yang banyak diakses oleh banyak user. Sebuah access point dapat men-cover 20-25 user dalam suatu coverage area.

II.3.2.3. Faktor Penghalang/Penghambat

Faktor ketiga dalam merancang hotspot adalah faktor penghalang jaringan wireless seperti partisi ruangan, furnituture, dan lain-lain.

II.3.3. Perhitungan Jumlah Access Point dan Link Budget II.3.3.1. Perhitungan Jumlah Access Point

Untuk menghitung jumlah Access Point dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dari kapasitas dan bandwidth/user yang digunakan dan coverage area yang direncanakan .

Berdasarkan kapasitas dan bandwidth :

N AP =

iation xrateassoc Efficiency

Activity x

xN BW

user user

%

% ….. (2.1)

Dimana :

NAP : Jumlah AP yang diperlukan untuk melayani kapasitas

yang diperlukan

(8)

BW user : Bandwidth yang diperlukan per user

Bandwidth tiap user diperoleh dari : BW tiap user =

user Datarate



 

2 ….. (2.2)

Jumlah User diperoleh dari persamaan berikut :

user =

tiapuser throughput

aktual Throughput

….. (2.3)

N user : Jumlah user diarea tersebut (keseluruhan)

% Activity : Jumlah user yang aktif pada saat bersamaan

% Eficiency : Efisiensi channel yang ditunjukkan sebagai rasio dari rate yang sebernarnya terhadap association rate.

Berdasarkan coverage area yang direncanakan : N AP =

CAP Ctotal

…… (2.4) Dimana :

NAP : Jumlah Access Point yang diperlukan C Total : Total area yang akan di cover

CAP : Coverage untuk satu AP dengan power maksimum.

II.3.3.2. Perhitungan Link Budget

Link budget merupakan metode yang digunakan untuk menghitung

parameter suatu link transmisi. Dalam link budget dilibatkan beberapa parameter

dan biasanya link budget menghitung loss suatu link transmisi untuk kondisi

tertentu.

(9)

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) merupakan batas maksimum redaman yang diperbolehkan agar konektivitas antara user dan access point yang terbentuk masih dalam keadaan baik.

MAPL = Tx power – Rx sensitivity – other losses …… (2.5)

Sebuah bangunan terbentuk dari atas partisi dan pembatas yang membentuk struktur dalam dan luar bangunan. Pembatas bangunan bisa bermacam-macam bergantung pada jenis bangunan tersebut. Soft partition adalah pembatas ruangan yang dapat dipindah-pindah (removable) dimana bagian atasnya tidak menyentuh langit-langit.

Loss propagation radio antar lantai pada sebuah bangunan ditentukan oleh jenis konstruksi yang menyusun setiap lantai, lingkungan luar disekitar gedung, dan bahan-bahan pembentuk gedung. Partition path loss dapat didefinisikan sebagai berikut:

( ) λ

σ

π R p AF soft partition q AF concrete wall X R

L

+ × − + × − +

 

= 

4 ( ) ( )

log 20

... (2.6)

dimana :

p = Jumlah soft partition antara transmitter dan receiver q = Jumlah concrete wall antara transmitter dan receiver

λ

= Panjang gelombang (m) =0,125

X

σ

= Standar deviasi = 14,1 dB ( in building soft partition ) AF = 1.39 untuk soft partition

AF = 2.38 untuk concrete wall

II.3.4. Kualitas Sinyal

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran berupa kuat sinyal (RSL) sangat

dipengaruhi oleh lokasi titik tempat pengukuran dilakukan. Semakin jauh jarak

antara Access Point (Tx) dan user (Rx) maka kualitas sinyal akan semakin

(10)

menurun. Begitu juga semakin banyak dinding/ sekat antara Access Point (Tx) dan user (Rx) maka kualitas sinyal akan semakin menurun, hal ini disebabkan karena redaman/ loss yang terjadi semakin besar.

Redaman/ Loss yang terjadi rumuskan sebagai berikut :

RSL = EIRP – Lpropagasi + GRX – LRX …….. (2.7) dimana :

EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)

EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena dapat dihitung dengan rumus :

EIRP = Ptx + Gtx – Ltx

dimana :

PTX = daya pancar (dBm)

GTX = penguatan antena pemancar (dB) LTX = rugi-rugi pada pemancar (dB)

Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB) GRX = penguatan antena penerima (dB)

LRX = rugi-rugi saluran penerima (dB)

Gambar

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Standar IEEE 802.11
Tabel 2.2 High Rate PHY Frequency Channel Plan   Regulatory domain Channel
Gambar 2.1. Spektrum OFDM

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang terdapat suatu maklumat, dianggap telah disebarkan 4 jam, terdapat 70 % penduduk mendengarnya, dianggap juga paling cepat dalam masa T jam,terdapat 90 %

Untuk penetapan positioning brand destinasi “Flores” sebagai salah satu Pernyataan dari Nigel M organ, dalam buku Destination Branding, point utama dalam destination branding

(Zeithaml and Bitner, 2006 : 26) - Keahlian dan keterampilan karyawan bank - Daya tanggap karyawan bank menanggapi keluhan - Penampilan karyawan bank - Tingkat Keahlian

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dalam artian secara umum merupakan suatu teknik-teknik berbasis instrumentasi yang digunakan dalam pengumpulan dan pengukuran dari

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan penugasan audit sebanyak 230 PP atau 46% dari total realisasi penugasan sebanyak 501 PP dengan penugasan Audit

Meskipun demikian, ada penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi nilai ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli konsumen, salah satunya adalah oleh Jaafar