• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

I.1.1 Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa potensi bahari yang sangat menjanjikan antara lain Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Drini, Pantai Krakal, dan Pantai Sundak yang merupakan satu rangkaian wilayah Pantai Selatan yang terdapat di Kecamatan Tanjungsari. Dari beberapa kawasan pantai tersebut, Pantai Baron yang paling maju dan berkembang di antara beberapa pantai di Gunungkidul. Hal ini dikarenakan Baron merupakan salah satu pantai yang dikembangkan pertama kalinya oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai tujuan wisata, dengan fasilitas yang relatif lebih lengkap, jika dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya. Kawasan Pantai Baron yang terletak paling barat dari deretan pantai dan merupakan “ikon” Kabupaten Gunungkidul serta sebagai pintu gerbang masuk kawasan obyek wisata pantai.

Daya tarik utama Pantai Baron adalah adanya aktivitas nelayan yang hasil tangkapannya dapat langsung dibeli oleh pengunjung saat kapal baru berlabuh maupun dibeli di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) serta dapat membeli hasil laut tersebut yang sudah diolah di tempat makan yang ada di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron.

(2)

Pantai Baron dibuka tahun 1980, terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari dengan luas lahan 15 Ha. Jarak pencapaian dari Yogyakarta 62 km, dan dari Wonosari 22 km yang dapat dicapai dengan transportasi umum melalui jalan penghubung aspal dengan kondisi yang baik. Pantai Baron merupakan pantai bergisik saku (pocket beach) yang memiliki hamparan pasir yang terbentuk dari hancuran dari bahan organik jutaan tahun yang lampau. Material pasir ini sudah tercampur dengan endapan tanah/sedimen tanah, sehingga warnanya menjadi putih kecoklatan. Pantai Baron merupakan pantai dengan tipikal mempunyai tebing terjal (cliff). Pada sisi barat pantai, terdapat muara sungai bawah tanah yang merupakan salah satu muara sungai bawah tanah besar dari sistem hidrologi karst Wonosari. Pantai Baron memiliki sungai bawah tanah yang dapat dinikmati oleh pengunjung untuk bermain air di area sungai. Kondisi Pantai Baron dilihat dari fisiknya serta berbagai macam aktivitas khas inilah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan perlu direncanakan arahan penataannya agar tetap hidup fungsinya sebagai tujuan wisata pantai di Gunungkidul.

I.1.2 Setting Fisik sebagai Wadah Sistem Aktivitas

Menurut Tankel dalam Shirvani, 1985: 31 menyatakan bahwa “Nilai penting ruang terbuka bukan terletak pada kuantitasnya, tapi pada pengaturan ruang-ruang tersebut berkaitan dengan pembangunan (fisik)”.1

___________________  

1 Sumber : Muhammad Satya Adhitama. 2010. Faktor Penentu Pemanfaatan Setting Fisik Ruang Terbuka Publik di Alun-Alun Merdeka Kota Malang. Studi Kasus: Alun-Alun Merdeka Kota Malang. Thesis S2 Teknik Arsitektur dan Perencanaan. UGM.

(3)

Dari kutipan tersebut lengkapnya sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan Pantai Baron, tidak menjamin akan berhasilnya ruang terbuka publik bagi pengunjung serta masyarakat dalam mewadahi aktivitas mereka. Hal ini dapat dilihat dari terlalu banyaknya warung makan dan fasilitas umum yaitu kamar mandi mandi wisata yang hanya berfungsi saat hari libur, area parkir dan arahan sirkulasi pengunjung yang kurang terarah.

Selain itu terdapat pula beberapa fasilitas yang kurang terawat dan berfungsi, kurangnya public furniture dan penataannya yang kurang tepat, teduhan yang kurang merata, perkerasan jalan di kawasan Pantai Baron yang kurang baik. Kurangnya infrastruktur penerangan dan penataannya yang tidak merata, menyebabkan saat sore atau malam hari sudah sangat gelap sehingga tidak ada lagi aktivitas pengunjung yang terlihat atau matinya kehidupan kawasan Pantai Baron. Padahal saat malam hari beberapa nelayan ada yang melaut serta aktivitas jual beli hasil laut yang dilakukan oleh nelayan dengan para pengunjung.

Gambar 1.1 Kondisi kawasan Pantai Baron Sumber: Data Primer, 2014

(4)

Gambar 1.2 Aktivitas di kawasan Pantai Baron Sumber: Data Primer, 2014

Dari beberapa kondisi yang terlihat di kawasan Pantai Baron tersebut, maka sangat perlu menciptakan kondisi wisata ideal yang mampu melayani berbagai kepentingan masyarakat, pengunjung serta pemerintah dalam usaha penataan dan pengembangan secara optimal dengan proses perencanaan yang matang, terarah dan terpadu sehingga dapat menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata.

Pengembangan pariwisata tersebut perlu didukung oleh perencanaan yang komprehensif, salah satunya yaitu perencanaan penataan ruang atau perencanaan pembangunan lingkungan fisik (setting fisik). Pembangunan lingkungan fisik merupakan suatu usaha manusia untuk meningkatkan kualitas lingkungan sehingga dapat meningkatkan kinerja manusia dalam melaksanakan kegiatannya (sistem aktivitas). Pembangunan fisik kawasan tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan manusia sebagai pelaku utama kegiatan pada Ruang Terbuka

(5)

Publik Tepi Pantai Baron ini. Pola ruang dan komponen fisik pembentuknya dapat mencerminkan adanya pertumbuhan dan perkembangan temporal lingkungannya.

Dengan tumbuh dan berkembangnya tuntutan-tuntutan pelaku kegiatan, berarti secara fisik dan fungsional, intensitas dan kualitas kegiatan dalam kawasan akan selalu berubah.

I.2 RUMUSAN PERMASALAHAN

Masalah yang terjadi di kawasan Pantai Baron dapat diamati pada konteks keberlanjutan pembangunan baik dari sisi lingkungan, sosial maupun ekonomi kawasan dan perbedaan fungsi pada tiap zona kawasan, hal ini ditinjau dari aspek setting fisik dan elemen-elemen fisik lainnya serta sistem aktivitas serta keterkaitan antara setting fisik dan sistem aktivitas yang terjadi di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron.

Dilihat dari sisi urban design, ada beberapa kategori masalah yang sangat dominan dan penting di kawasan Pantai Baron, yaitu:

1. Setting fisik

a. Keberadaan dari elemen-elemen public furniture sangat minim sebagai faktor pendukung keberlanjutan kehidupan ruang terbuka publik.

b. Keberadaan beberapa bangunan komersial dan fasilitas umum yang kurang berfungsi optimal sebagai pendukung kehidupan ruang terbuka publik.

c. Keberadaan vegetasi sebagai elemen peneduh, ekologis dan estetika kurang mendukung karakter dalam menunjang fungsi kawasan sebagai elemen pembentuk kawasan dan keberlanjutan untuk sebuah ruang terbuka publik.

(6)

2. Sistem aktivitas

Setting fisik alam yang berupa pantai, laut serta bukit menjadi daya tarik

pada Ruang Terbuka Publik ini. Selain setting fisik tersebut adanya aktivitas nelayan dan penjualan ikan segar juga menambah daya tarik pada Ruang Terbuka Publik ini. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh nelayan, pedagang, dan pengunjung maka dapat terjadi aktivitas yang saling sejalan atau justru menimbulkan konflik antar aktivitas dalam Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron.

I.3 PERTANYAAN PENELITIAN

Dari permasalahan utama di atas ada hal yang diteliti lebih jauh yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana sistem aktivitas dan setting fisik pada Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron?

b. Faktor apa yang berpengaruh terhadap sistem aktivitas dan setting fisik pada Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron?

c. Bagaimana arahan penataan kawasan berdasarkan setting fisik dan sistem aktivitas pada Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron?

I.4 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem aktivitas dan setting fisik di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron serta hubungan antara keduanya sehingga membantu proses arahan penataan kawasan.

(7)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap sistem aktivitas yang terjadi dan setting fisik yang terdapat di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron.

3. Untuk memberikan arahan penataan kawasan berdasarkan setting fisik dan sistem aktivitas di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron sehingga dapat menjadi kawasan yang berfungsi optimal.

I.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron adalah sebagai bahan referensi mengenai sistem aktivitas dan setting fisik serta hubungan atau keterkaitan diantara keduanya, dan faktor-faktir yang berpengaruh terhadap sistem aktivitas dan setting fisik untuk menjadi bahan pertimbangan dan memberikan masukan bagi

para pengambil keputusan dan pihak terkait dalam penataan serta memberikan beberapa arahan perencanaan pada ruang terbuka publik tepi pantai.

I.6 KEASLIAN PENELITIAN

Keaslian penulisan ini terletak pada pembahasannya seputar setting fisik apa yang berpengaruh terhadap sistem aktivitas di Ruang Terbuka Publik Tepi Pantai Baron. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Septy Karmawan (2006)

Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Kondisi Ruang Terbuka Dengan Kegiatan Yang Terjadi Di Ruang Terbuka Publik Tepi Laut Kota

(8)

Tanjung Pinang” bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi ruang terbuka dengan kegiatan yang terjadi.

Perbedaan penelitian Septy dengan penelitian penulis adalah perbedaan karakter aktivitas dan kondisi ruangnya serta penulis juga meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan setting fisik.

2. Penelitian Muhammad Satya Adhitama (2010)

Penelitian ini berjudul “Faktor penentu pemanfaatan setting fisik ruang terbuka publik di Alun-alun Merdeka kota Malang” bertujuan untuk mengidentifikasi ruang terbuka publik di alun-alun Merdeka dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling untuk mengetahui persepsi dan kognisi pengguna.

Perbedaan penelitian Satya Adhitama dengan penelitian penulis adalah teknik yang digunakan penulis berfokus pada sistem aktivitas dan setting fisik yang ada dengan cara observasi, tanpa perlu menggunakan angket atau wawancara. Dari sisi lokasi, Satya Adhitama mengambil obyek penelitian pada alun-alun, sedangkan penulis mengambil obyek penelitian di tepi pantai.

(9)

3. Penelitian Nicolaus Nino (2012)

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi Komersil di Kawasan Candi Borobudur” bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan ruang jalan dan cara untuk meningkatkan kualitas ruang jalan tersebut sebagai bagian dari area wisata Candi Borobudur.

Perbedaan penelitian Nicolaus Nino dengan penelitian penulis adalah dari sisi materi yang diteliti, Nicolaus Nino meneliti elemen-elemen fisik dan karakter aktivitas yang berhubungan dengan ruang jalan, sedangkan penulis meneliti setting fisik serta aktivitas pada ruang terbuka. Dari sisi lokasi, Nicolaus Nino mengambil obyek penelitian pada ruang jalan, sedangkan penulis mengambil obyek penelitian di tepi pantai.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, materi penelitian hubungan ruang terbuka dengan kegiatan, pemanfaatan ruang terbuka berdasar persepsi dan kognisi, serta peningkatan kualitas jalan. Sedangkan penulis meneliti mengenai rangkaian aktivitas individu/sekelompok orang sehingga membentuk suatu sistem yang dilakukan dalam suatu setting fisik. Lokasi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya merupakan ruang terbuka tepi laut, alun-alun serta ruang jalan, sedangkan penulis mengambil obyek ruang terbuka publik tepi pantai atau kawasan waterfront.

(10)

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

NO PENELITI JUDUL FOKUS LOKUS METODE 1 Septy

Karmawan DKB 2006

Hubungan Antara Kondisi Ruang Terbuka Dengan

Kegiatan Yang Terjadi Di Ruang

Terbuka Publik Tepi Laut Kota Tanjung Pinang

Hubungan antara kondisi ruang terbuka

dengan kegiatan

Ruang Terbuka Publik Tepi

Laut Kota Tanjung

Pinang

Rasionalistik Kualitatif

2 M. Satya Adhitama DKB 2007

Faktor penentu pemanfaatan setting fisik ruang

terbuka publik di Alun-alun Merdeka kota

Malang

Penentu pemanfaatan

setting fisik

ruang terbuka publik

Alun-alun Merdeka Kota Malang

Deskriptif Kualitatif

3 Nicolaus Nino A.

DKB 2012

Peningkatan Kualitas Ruang Jalan pada Fungsi

Komersil di Kawasan Candi

Borobudur

Setting fisik dan aktivitas

Jalan Pramudya

Wardani

Rasionalistik Kualitatif

4 Elisabet Nungky Septania DKB 2010

Sistem Aktivitas dan Setting Fisik

Pada Ruang Terbuka Publik

Tepi Pantai

Sistem aktivitas dan

setting fisik

Pantai Baron, Gunungkidul

Deskriptif Kualitatif

Sumber: Jurnal Arsitektur dan Daftar Thesis, 2014

(11)

I.7 KERANGKA BERIKIR

Gambar 1.3 Skema kerangka berpikir Sumber: Analisis Penulis, 2014

Gambar

Gambar 1.1 Kondisi kawasan Pantai Baron  Sumber: Data Primer, 2014
Gambar 1.2 Aktivitas di kawasan Pantai Baron  Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 1.1  Keaslian penelitian
Gambar 1.3 Skema kerangka berpikir  Sumber: Analisis Penulis, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perbandingan dengan standar FCR ikan nila larasati yang diperoleh dari hasil penelitian yang sebelumnya, maka nilai FCR hasil penelitian dengan

Sehubungan dengan karakter akademis, pandangan lain dari Ben Agger (2003) membedakan kajian budaya sebagai gerakan teoritis, dan kajian budaya sebagai mode analisis

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan

- Data kependudukan dan sosial ekonomi - Data sistem penyediaan air existing - Data sumber air baku - Data hidrologi - Peta topografi - Data Sekunder - Dokumentasi - Wawancara

Menimbang, dengan pidana penjara dengan masa percobaan tersebut maka dipandang dari sudut kepentingan anak maka diharapkan dalam masa percobaan tersebut anak

[r]

Recently Mih˘ ailescu [16] discovered that the argument of Bugeaud and Hanrot [2], properly modified, implies a new proof for the second case.. This new proof does not use anything

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian dan evaluasi terhadap berkas perusahaan dan penawaran yang mengikuti pelelangan dengan Surat Penetapan Unit Layanan