• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA Parameter Dan Pengukuran Pemancar PT. MAC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DATA DAN ANALISA Parameter Dan Pengukuran Pemancar PT. MAC"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1. Parameter Dan Pengukuran Pemancar PT. MAC

Pengumpulan data berikut dilakukan oleh penulis pada saat pengerjaan instalasi, test dan commissioning pemancar DVB-T milik PT. MAC yang berada di Cipondoh Tangerang. Ketiga pemancar menggunakan setting yang sama, Setting parameternya adalah sebagai berikut :

Merk Pemancar : Electrosys

Tipe : T314WN 9KW VHF DVB-T

Power : 9 kW

Frekuensi : 290.5 MHz, 313.5 MHz dan 320.5 MHz

Bandwidth : 7 MHz

Jenis jaringan : SFN (Single Frequency Network)

Mode : 8k

Constellation : 64QAM

Input TS : Transport Stream ASI MPEG 2 atau MPEG-4 FEC Code rate : 3/4

Guard Interval : 1/32

TS ASI data rate : - MPEG-2 = + 3.5 Mbits/s VBR (variable bit rate) dan - MPEG-4 = + 2.0 Mbits/s pada VBR

Pengukuran dilakukan menggunakan ETL TV Analyzer merk Rohde & Schwarz.

Test & commissioning pada perangkat pemancar DVB-T ini meliputi : 1. Modulation analysis : - Constellation diagram

- MER dan BER 2. Channel analysis : - Amplitude dan phase

- Amplitude dan group delay

3. Spectrum : - Power Level dan Shoulder attenuation

4. Modululation Error : - Quadrature Error dan Amplitudo Imbalance

(2)

4.2. Contellations Diagram

Gambar 4.1. Contellations diagram pemancar 1 Exciter A dan B

Pada gambar diatas semua titik konstelasi berapa pada kotaknya tidak ada yang menyebar atau blur. Pemancar-1 Exc. A lebih bagus karena semua titik kontelasi sangat fokus.

Gambar 4.2. Contellations diagram pemancar-2 Exciter A dan B

Untuk pemancar-2 kontelasi lebih jelek daripada pemancar 1 terutama saat

menggunakan exciter B karena tampak blur dan ada sedikit noise, namun hal ini

masih dalam batas toleransi karena masih berada dalam batas kotaknya.

(3)

Gambar 4.3. Contellations diagram pemancar-3 Exciter A dan B

Dari pengukuran diatas menunjukkan constellations diagram pemancar-3 Exc. A lebih jelek karena tidak fokus dan ada sedikit noise, namun masih dalam batas kotaknya.

4.3. Modulation Error Rate

Gambar 4.4. MER pemancar-1 Exciter A dan B

MER pemancar-1 Exciter A dan B sangat bagus, nilai MER tertinggi berada

ditengah-tengah carrier (dari 0 – 6816) yaitu sekitar 40 dB, bahkan untuk

pemancar-1 Exciter A MERnya lebih dari 40 dB.

(4)

Gambar 4.5. MER pemancar-2 Exciter A dan B

Pada pemancar-2 nilai MER merata di semua carrier, pada awal-awal carrier nilai MER cukup tinggi yaitu hampir 39.0 dB dan MER terendah ada pada carrier ke 6716 yaitu 37.0 dB kemudian naik lagi di akhir carrier.

Gambar 4.6. MER pemancar-3 Exciter A dan B

Pada pemancar-3 Exciter A nilai MER lebih bagus daripada Exc. B, sedangkan

kondisi MER pada awal carrier cukup rata pada kisaran 38 dB, kemudian

ditengah-tengah naik hingga mencapai 39 dB namun turun drastis pada carrier ke

6700 an hingga menyentuh 37 dB.

(5)

4.4. Bit Error Rate

Gambar 4.7. BER pemancar-1 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-1 ini nilai BER : before Viterbi maupun before Reed Solomon dan after Reed Solomon sangat bagus, baik pada Exciter A maupun Exciter B karena nilainya dibawah 1.0e

-8

artinya hanya ada 1 error dari 100 juta data yang dikirim.

Gambar 4.8. BER pemancar-2 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-2 ini nilai BER before Viterbi sangat bagus yaitu 1.0 e-

9

, namun

BER before Reed Solomon exc. A lebih bagus daripada Exc. B dan BER baik

pada Exciter A maupun Exciter B lebih jelek dari pemancar-1 karena nilainya

dibawah 1.0e

-7

artinya ada 1 error dari 10 juta data yang dikirim.

(6)

Gambar 4.9. BER pemancar-3 Exc. A dan Exc. B

Nilai BER before Viterbi sangat bagus yaitu 1.0 e-

9

pada pemancar-3 ini, namun BER before Reed Solomon exc. A turun menjadi 1.0 e

-8

dan BER after Reed Solomon menjadi dibawah 1.0e

-7

pada Exciter A maupun Exciter B, artinya ada 1 error dari 10 juta data yang dikirim.

4.5. Channel Analysis : Amplitudo dan Phase

Gambar 4.10. Amplitudo dan Phase pemancar-1 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-1 Exc A, awal carrier phase naik kemudian turun ditengah carrier

dan naik lagi di akhir carrier, kenaikan phase pada Exc A mencapai 4

o

, sementara

amplitudo merata pada semua carrier. Phase Exc A lebih jelek 2

o

dibanding Exc. B.

(7)

Gambar 4.11. Amplitudo dan Phase pemancar-2 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-2 Exc A, phase naik ditengah carrier hingga mencapai 8

o

dan di akhir carrier malah turun sampai 10

o

, sementara phase pada Exc B hanya 6

o

batas bawahnya tidak sampai 8

o

, sedangkan amplitudo pada Exc A naik turun sepanjang carrier semntara Exc B lebih stabil pada kisaran + 0.2 dB.

Gambar 4.12. Amplitudo dan Phase pemancar-3 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-3 Exc A, amplitudo cenderung stabil pada awal carrier yaitu + 0.2

dB namun turun dan naik drastis pada akhir carrier hingga + 4 dB, sedangkan

pada exciter B phase cenderung naik di awal carrier dan stabil pada pertengahan

carrier, phase terendah ada pada -10

o

dan tertinggi 4

o

. Penyimpangan phase sebear

ini masih dalam batas toleransi karena tidak sampai 45

o

.

(8)

4.6. Channel Analysis : Amplitudo dan Group Delay

Gambar 4.13. Amplitudo vs Group Delay pemancar-1 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-1 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay pada start awal carrier naik dan stabil di tengah-tengah kemudian naik lagi di akhir carrier, kenaikan phase ini ternya tidak berbanding lurus dengan amplitudo.

Gambar 4.14. Amplitudo vs Group Delay pemancar-2 Exc. A dan Exc. B

Pada pemancar-2 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay pada start awal

carrier naik dan stabil di tengah-tengah carrier, namun kemudian naik drastis di

akhir carrier hingga mencapai 200 ns. Kenaikan di akhir carrier ini tidak

mempengaruhi kinerja pemancar karena di tengah-tengah stabil.

(9)

Gambar 4.15. Amplitudo vs Group Delay pemancar-3 Exc. A dan Exc. B

Sama dengan pemancar lain, pada pemancar-3 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay juga naik pada awal carrier naik dan stabil di tengah-tengah carrier, namun kemudian naik drastis di akhir carrier hingga mencapai 200 ns.

4.7. Shoulder Attenuation

Gambar 4. 16. Shoulder Attenuation TX 1 Exc A dan Exc B

Pada pemancar-1 exc. A shoulder attenuation yaitu lebih rendah 2 dB dari exc. B,

namun level ini masih diatas batas 30 dB.

(10)

Gambar 4. 17. Shoulder Attenuation TX 2 Exc A dan Exc B

Pada pemancar-2 shoulder attenuation untuk exc. A dan exc. B seimbang dan berada pada kisaran +50.0 dB. Level ini sangat bagus karena jauh diatas ambang minimum (30 dB).

Gambar 4. 18. Shoulder Attenuation TX 3 Exc A dan Exc B

Pada pemancar-3 shoulder attenuation untuk exc. A dan exc. B tidak seimbang

disisi Lower dan Upper, pada lower berada pada kisaran +51.0 dB. Meski tidak

seimbang shoulder attenuation masih sangat bagus karena jauh diatas ambang

minimum.

(11)

4.8. Grafik Pengukuran 4.8.1. MER vs EVM

Gambar 4.19. Grafik MER vs EVM

MER akan naik ketika EVM naik, hal ini karena kesalahan modulasi diakibatkan oleh kesalahan dari vektor konstelasi. Begitu sebaliknya jadi MER berbanding lurus dengan EVM

4.8.2. Amplitudo vs Phase

Gambar 4.20. Grafik Amplitudo vs Phase

Penyimpangan phase tidak berakibat terhadap amplitudo, begitu pula

sebaliknya. Hal ini karena dengan menaikkan amplitudo tidak bisa memperbaiki

kesalahan phase yang diakibatkan oleh proses modulasi.

(12)

4.8.3. Amplitudo vs Quadrature Error

Gambar 4.21. Grafik Amplitudo vs Quadrature Error

Amplitudo Imbalance tidak berbanding lurus dengan Quadrature Error, Pada saatu Amplitudo Imbalance besar justru Quature Errornya kecil seperti yang terjadi pada pemancar-1 Exc. A atau pemancar-3 Exc. B.

4.9. Jumlah Isi Siaran

Dengan menggunakan jenis enkripsi MPEG-2 dimana jumlah data transport stream rata-rata 3.5 Mbit/s maka jumlah isi siarannya adalah :

X

isi siaran

= Net data rate = 23.751337 Mbit/s = 6.7860963

TS data rate 3.5 Mbit/s

Maksimal 6 siaran yang bisa dimuat pada masing-masing pemancar Sehingga total channel televisi yang disiarkan adalah 3 x 6 = 18 channel

Sedangkan jika menggunakan enkripsi MPEG-4 yang rata-rata data transport streamnya 2.0 Mbits/s maka jumlah isi siarannya adalah :

X

isi siaran

= 23.751337 Mbit/s = 11.875669

2.0 Mbit/s

Ada maksimal 11 isi siaran yang bisa dimuat pada masing-masing pemancar

sehingga total channel televisi yang disiarkan adalah 3 x 11 = 33 channel.

Gambar

Gambar 4.1. Contellations diagram pemancar 1 Exciter  A dan  B
Gambar 4.3. Contellations diagram pemancar-3 Exciter  A dan  B
Gambar 4.5. MER pemancar-2 Exciter A dan B
Gambar 4.7. BER pemancar-1 Exc. A dan Exc. B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan asas konservatif

Menetapkan batas angka acak atau bilangan random menggunakan n random menggunakan pecahan desimal yang dimulai dari 0,0000.. Simulasi Monte Carlo sampai pasien ke-150.. c)

Upaya guru IPS dalam menumbuhkan sikap toleransi pada siswa di SMAU Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong Probolinggo SMAU Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong merupakan sekolah yang

Dalam beberapa kasus, keterasingan dapat menjadi besar sekali, hal ini karena, kita tidak punya orang lain untuk berbagi perasaan kita dan kita merasa bahwa kita dapat

Penelitian dari Yuliana, 2010 dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku hygiene menstruasi remaja putri SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta,

Sine­ ma için de aynı şey geçerli: Bugün yapılan filmler, her şeyi -toplumsal ve siyasi yaşam, genel manzara, savaş, vb-ele geçiren sinema biçiminin göz­

Sa pag-aaral na tulad nito, hindi lamang salita o wika ang binusisi ng mananaliksik kundi maging ang kahulugan o silbi ng tula kaya may kiling ang

Dalam rangka menilai tingkat kemajuan atau perkembangan desa, maka Desa dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi yaitu: Desa Mandiri, Desa Berkembang, dan Desa Tertinggal. Desa