• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN PEMBINAAN KERJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN PEMBINAAN KERJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PADANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN PEMBINAAN KERJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PADANG

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HARYANTO 0810012111186

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2013

(2)
(3)

PEMBINAAN NARAPIDANA DENGAN PEMBINAAN KERJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II PADANG

Haryanto1 Syafridatati1 Yetisma Saini2

1)Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta E-mail: Haryanto_ubh@yahoo.com

ABSTRACT

Correctional is to conduct training activities prisoners based systems, institutions, and how coaching is the final part of the guidance system in the criminal justice system. One form of guidance to inmates is through job training or job training that is expected to be equipped inmates back into society. The research problem is (1). Is the form of prison labor coaching program.? (2). How does the implementation of prison labor coaching.? (3). The constraints are encountered by officers in fostering inmate labor.? This study uses a socio-juridical approach that is research, Data were collected on primary data obtained through interviews, and secondary data obtained by the study of documents. Data were analyzed qualitatively.

From the research conducted it can be concluded: (1). Shape coaching program of work has not been optimal because of the many items that have been damaged job training, and the need for special attention to inmates who are undergoing vocational training. (2).

Implementation of development work is the development of personality and independence coaching coaching program organized by a form of work activity. The program should be carried out continuously in order inmates have the provision of a return to society. (3).

constraints encountered by the officers, the lack of expertise and training tools work much damaged it resulted in inmate job training process is hampered.

Keyword: coaching, prisoners, penitentiary

Pendahuluan

Pembangunan hukum sebagai upaya untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan ketertiban dalam Negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945, diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum, menjamin penegakan, pelayanan dan kepastian hukum nasional yang mengabdi pada kepentingan nasional. Pelaksanaan pidana atau pemidanaan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan melalui suatu pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada mereka yang telah melanggar hukum.

Kebijakan pembinaan dengan Sistem Pemasyarakatan ini mencerminkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).

Putusan Hakim yang bersifat pidana penjara dijalankan di Lembaga Pemasyarakatan. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) ini Narapidana (NAPI) dibina dan dididik serta dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal baginya apabila ia selesai masa pidananya. Dengan bekal ini nantinya bekas Narapidana dapat kembali ke

(4)

masyarakat menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi Bangsa dan Negara. Dalam menjalani masa pidananya Narapidana harus berada di dalam lingkungan yang kondisi dan situasinya berbeda dengan pergaulan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sebab sebagian haknya dicabut dan ruang geraknya dibatasi dengan tembok yang mengelilinginya.

Perilaku terhadap Narapidana dalam Sistem Pemasyarakatan lebih titik beratkan pada segi kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan Sistem Pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan , menyebutkan: “Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari, kesalahan, memperbaiki diri. Dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima oleh lingkungan masyarakat. Dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”.

Dari kutipan diatas, Sistem Pemasyarakatan lebih menekankan pentingnya pembinaan Narapidana dengan harapan agar nantinya setelah narapidana selesai menjalani masa pidananya. Sanggup

mengatasi segala macam tantangan hidup, sehingga ia berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat yang baik dan taat kepada norma-norma yang berlaku. Jika Sistem Pemasyarakatan sebagai mana telah disebutkan diatas dikaitkan dengan pendapat Sahardjo ada penyesuaian yakni:

“Di samping menimbulkan rasa derita pada narapidana karena dihilangkannya kemerdekaan bergerak. Membimbing narapidana agar bertaubat. mendidik supaya ia menjadi anggota masyarakat”.

(Sahardjo, 1963. Rumah Pengayom Sukasamiskin)

Setiap hari adanya penemuan berbagai pemberitaan mengenai tindakan kejahatan baik yang dilakukan secara berkelompok maupun individu secara terang-terangan melakukan suatu tindakan kejahatan yang dapat merenggut korban baik individu maupun kelompok melahirkan adanya perseteruan tindakan kejahatan.

Kenyataan ini menjadi suatu isu yang diemban oleh pemerintah untuk dapat menanggulangi kejahatan-kejahatan tersebut dengan meningkatkan kewaspadaan para petugas keamanan serta masyarakat dalam menggagalkan segala macam kejahatan dan berbagai modus operandinya dengan cara menangkap para pelaku kejahatan agar dihukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, namun hal demikian tersebut tidak memberikan efek jera terhadap pelaku kejahatan.

Kenyataannya setelah mereka bebas masih

(5)

saja kerap melakukan lagi pelanggaran dan tindakpidana. AndyHermansyah,

http://bloghukumumum.blogspot.com/p/h ak-hak-warga-binaan-dalam-

menjalani.htm)

Keberadaan mereka buat sementara waktu di dalam Lembaga Pemasyarakatan antara lain karena melakukan tindak kriminal/kejahatan. Timbulnya tindak kriminal ini dapat terlihat dengan jelas, jika membaca beberapa media massa atau sarana informasi lainnya, baik secara kuantitas maupun kualitas serta motif dan cara-cara melakukan tindak kejahatan (first crime) atau oleh mereka yang telah berulang kali melakukan tindak pidana (second crime).

Kecenderungan peningkatan ini sama sekali tidak dikehendaki oleh masyarakat akan tetapi sedikit banyaknya peranan anggota masyarakat dapat menciptakan seseorang menjadi jahat karena prilaku kejahatan tersebut tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

Dalam pelaksanaan pendidikan keterampilan dan kerja secara teori melalui pembinaan kerja, memegang peranan penting bagi bekal narapidana. Penyiapan dari segi mental, khususnya penyiapan keterampilan teknis dapat meliputi bidang, keterampilan bidang industri, pertukangan, perkebunan, dan kerajinan tangan.

Pelaksanaan ini disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi lingkungan budaya masyarakat dimana narapidana akan

kembali. Hal tersebut harus dapat disesuaikan antara potensi yang ada pada diri narapidana sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan dengan sumber daya yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain bahwa pemberian pendidikan keterampilan dan kerja harus mengikuti perkembangan teknis yang ada di masyarakat umum, namun ada anggapan dari penulis bahwasanya pembinaan narapidana ini belum optimal.

Hal ini dapat dilihat dari masih adanya narapidana yang tidak memperoleh pembinaan secara penuh khususnya pembinaan kerja, padahal narapidana sangat membantu mereka dalam menjalani hidup dalam lingkungan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam sistem pemasyarakatan.

Dari uraian latar belakang rumusan masalah adalah:

1. Apakah bentuk program pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang ?

3. Kendala-kendala apakah yang ditemui oleh petugas dalam melakukan pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang ? Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui program pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang.

(6)

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh petugas dalam melakukan pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang.

Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan materi penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan yang ada kemudian dianalisa menurut aspek-aspek yang diteliti dengan menggunakan data yang ada, dan untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan serta berhubungan dengan penelitian lapangan.

1. Sumber Data

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dengan melakukan wawancara langsung dengan narapidana yang mendapatkan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang Narapidana dan Petugas Lembaga Pemasyarakatan.

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang mengenai pembinaan keterampilan

kerja yang diberikan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ini adalah:

a. Wawancara

Cara untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara langsung terhadap narapidana yang memperoleh pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan.

b. Studi Dokumen

Penelitian dengan mempelajari masalah yang diproses di kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang yang bersifat mendukung atau yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

c. Obsevasi

Pengamatan/observasi sebagai alat pengumpulan data (seyogyanya) sebaiknya mempertimbangkan relevansinya dengan masalah yang diteliti serta tujuan penelitian, keterampilan pengamatan serta karakteristik objek pengamatan yang menyangkut hal-hal apa saja dan atau siapa yang akan diteliti.

(Maiyestati, 2005. Metode Penelitian Hukum.)

(7)

3. Analisis Data

Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder dikelompokkan kemudian diolah dan dianalisa secara kualitatif, sehingga dapat diberikan jawaban terhadap permasalahan yang akan dibahas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Bentuk Program Pembinaan Kerja di

Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang

Tujuan dilaksanakan pembinaan ketaqwaan dan ketuhanan yang diberikan kepada narapidana adalah supaya narapidana menyadari akan kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang pernah dilakukannya atau tidak melakukan tindak pidana lain.

Pihak Lembaga Pemasyarakatan menyediakan petugas untuk memberikan pendidikan dan pembimbing keagamaan yang semestinya.

Lingkungan tempat pembinaan yang terbuka dan berdekatan dengan lingkungan masyarakat sengaja diciptakan untuk mempersiapkan narapidana kembali ke tengah masyarakat. Situasi dan kondisi pembinaan pada lingkungan seperti ini tentu saja merupakan suatu bentuk perlakuan yang baik kepada Narapidana. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa “Pendekatan

humanistis dalam penggunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti bahwa pidana yang dikenakan kepada si pelanggar harus sesuai dengan nilai- nilai kemanusiaan yang beradab, tetapi juga harus dapat membangkitkan kesadaran si pelanggar akan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai pergaulan hidup bermasyarakat. Lingkungan yang menyatu dengan lingkungan masyarakat akan dapat melahirkan kesadaran bermasyarakat bagi narapidana. Sistem Pembinaan yang mengarah kepada pembaruan narapidana dengan lingkungan masyarakat pada LAPAS secara teoritis memang terlihat mengacu kepada tujuan Sistem Pemasyarakatan yang diatur oleh Undang-undang Pemasyarakatan. Namun, pemanfaatan LAPAS Terbuka sebagai tempat melaksanakan masih kurang mendapatkan perhatian pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat baik dari segi pengaturan secara khusus tentang pola pembinaannya maupun pembenahan sarana dan prasarana pembinaan.

Meskipun Sistem Pemasyarakatan selama ini telah dilaksanakan, tetapi berbagai perangkat hukum yang secara formal melandasinya masih berasal dari masa Hindia Belanda yang lebih merupakan sistem dan ciri kepenjaraan.

Oleh karena itu, praktek pemasyarakatan telah dilaksanakan

(8)

dengan pemikiran baru dan nilai-nilai terkandung dalam Pancasila. Dalam Sistem Pemasyarakatan, Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarga maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan lain sebagainya.

2. Pelaksanaan pembinaan kerja di

Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Padang

Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat untuk melaksanakan pengayoman serta pemasyarakatan narapidana, akan tetapi di sisi lain Lembaga Pemasyarakatan memang tidak bisa memberikan suatu jaminan, bahwa warga binaan yang sudah dibina itu pasti mau mentaati peraturan dan tidak melakukan kejahatan lagi, serta juga tidak ada jaminan bahwa program yang dilaksanakan dalam rangka pengayoman serta pemasyarakatan warga binaan pasti membawa hasil yang memuaskan.

Pembinaan yang diberikan kepada narapidana yang berorientasi pada masa depan yang cerah dapat diwujudkan, apabila narapidana itu

secara sungguh-sungguh menyadari bahwa pidana penjara yang dijatuhkan kepada mereka bukanlah dimaksudkan untuk membalas perbuatan yang dilakukan oleh warga binaan itu, akan tetapi untuk mengayomi serta memasyarakatkan narapidana itu ke jalan yang benar agar mereka menjadi manusia yang baik dan bertanggung jawab sesuai dengan harkat dan martabatnya.

3. Kendala-kendala yang ditemui oleh petugas dalam melakukan Pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan

Pembinaan narapidana ini tidak akan ada artinya jika tidak ada respon positif dari narapidana itu sendiri, meskipun sebagai besar narapidana mengaku dapat mengikuti pembinaan dengan baik, namun tetap saja petugas terkadang menemukan kesulitan dalam memberikan pembinaan. Terkadang mereka tidak serius menerima pembinaan, sehingga petugas harus bekerja ekstra keras agar mereka mendapatkan pembinaan dengan baik.

Harus diakui perbedaan karakteristik yang ada pada diri narapidana merupakan hambatan terbesar dalam kelangsungan proses pembinaan terhadap narapidana itu sendiri, namun dengan usaha yang maksimal, perbedaan itu menjadi hambatan melainkan menjadikan

(9)

pelengkap, saling mengisi dengan yang lain. Terlepas dari hambatan yang ditemui proses pembinaan tetaplah sebuah proses pembelajaran yang tetap berarti dan berguna. Dengan fakta yang demikian akan sangat sulit bagi mereka untuk berkiprah dalam masyarakat ketika bebas dari hukuman, apalagi untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Status narapidana sesungguhnya sudah sangat memangkas tingkat kepercayaan masyarakat kepada mereka, oleh karena itu diperlukan keinsyafan yang baik untuk merebut kepercayaan mereka yang sudah terlanjur hilang. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang mempunyai peran penting sebagai pencucian mental mereka dalam menciptakan pembinaan yang efisien dan efektif.

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang ini masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan, setelah dilihat dan diteliti saat ini gedung untuk latihan kerja perlunya renovasi kembali karena adanya suatu hal yang kegiatan kerja saat ini kurang memadai. Dan di saat bekerja perlunya kebersihan agar warga binaan tidak mendapatkan suatu penyakit. Semakin banyaknya warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang yang mengikuti latihan kerja dalam upaya ingin

dibina oleh petugas. Dengan peralatan yang cukup dan boleh dikatakan rusak semua maka pemasaran hasil produksi narapidana tidak mempunyai promosi yang begitu banyak, dan latihan kerja narapidana ada yang rutin dan tidak ada rutin. Hal ini karna alat untuk latihan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang banyak yang rusak.(Wawancara dengan Bapak Indra selaku Kasi Giaja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang, pada hari Sabtu tanggal 22 juni 2013, Jam 10:00 WIB.)

Tujuan dilaksanakan pembinaan ketaqwaan dan ketuhanan yang diberikan kepada narapidana adalah supaya narapidana menyadari akan kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang pernah dilakukannya atau tidak melakukan tindak pidana lain. Pihak Lembaga Pemasyarakatan menyediakan petugas untuk memberikan pendidikan dan pembimbing keagamaan yang semestinya.

Lingkungan tempat pembinaan yang terbuka dan berdekatan dengan lingkungan masyarakat sengaja diciptakan untuk mempersiapkan narapidana kembali ke tengah masyarakat. Situasi dan kondisi pembinaan pada lingkungan seperti ini tentu saja merupakan suatu bentuk perlakuan yang baik kepada Narapidana. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa “Pendekatan humanistis dalam penggunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti bahwa pidana yang

(10)

dikenakan kepada si pelanggar harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, tetapi juga harus dapat membangkitkan kesadaran si pelanggar akan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai pergaulan hidup bermasyarakat. Lingkungan yang menyatu dengan lingkungan masyarakat akan dapat melahirkan kesadaran bermasyarakat bagi narapidana. Sistem Pembinaan yang mengarah kepada pembaruan narapidana dengan lingkungan masyarakat pada LAPAS secara teoritis memang terlihat mengacu kepada tujuan Sistem Pemasyarakatan yang diatur oleh Undang-undang Pemasyarakatan. Namun, pemanfaatan LAPAS Terbuka sebagai tempat melaksanakan masih kurang mendapatkan perhatian pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat baik dari segi pengaturan secara khusus tentang pola pembinaannya maupun pembenahan sarana dan prasarana pembinaan.

Meskipun Sistem Pemasyarakatan selama ini telah dilaksanakan, tetapi berbagai perangkat hukum yang secara formal melandasinya masih berasal dari masa Hindia Belanda yang lebih merupakan sistem dan ciri kepenjaraan. Oleh karena itu, praktek pemasyarakatan telah dilaksanakan dengan pemikiran baru dan nilai-nilai terkandung dalam Pancasila. Dalam Sistem Pemasyarakatan, Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin

hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarga maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan lain sebagainya.

Penggolongan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang menurut usia Dewasa Pemuda dan Anak-anak. adalah sebagai berikut:

1. Golongan anak-anak yang berusia 18 tahun.

2. Golongan pemuda yang berusia 18 – 21 tahun.

3. Golongan dewasa yang berusia 21 tahun.

Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14, sangat jelas mengatur hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah:

1. Melaukan Ibadah sesuai agama atau kepercayaannya.

2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

5. Menyampaikan keluhan;

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

(11)

8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya;

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;

11. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

12. Mendapat cuti menjelang bebas; dan 13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keputusan Wali Kota Padang No 17 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.

Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melakukan pembinaan kesehatan ibu anak dan anak usia sekolah, pemantauan dan penanggulangan gizi masyarakat di puskesmas, puskesmas pembantu dan pusat pelayanan terpadu (Posyandu) serta pelayanan khusus dan pelayanan kesehatan dasar rujukan.

Selain itu sarana dan prasarana yang memadai akan bisa menunjang program kerja tersebut terlaksana dengan baik dan lebih terarah. Walaupun dengan keter- batasan sarana dan prasarana tersebut, Dinas Kesehatan Kota Padang tetap melaksanakan sebaik mungkin program kerja yang telah ada.

Simpulan

1. Bentuk program pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Padang adalah pembinaan kemandirian diselenggarakan oleh suatu program pembinaan yang berupa kegiatan kerja membuat pot bunga, lemari alumunium, konsen pintu, perikanan, serbuk gergaji, menjahit, laundry, yang terutama penggelesan tiang listrik, dan panel listrik bekerja kerja sama dengan pihak ke tiga yaitu PT kurnia, dan membuat baut, salon mobil. Program tersebut harus dilaksanakan terus-menerus agar narapidana memiliki bekal akan kembalinya ke tengah-tengah masyarakat.

2. Pelaksanaan pembinaan narapidana dengan pembinaan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang, belum berjalan secara optimal karena banyaknya alat latihan kerja yang sudah rusak, dan perlunya perhatian khusus terhadap warga binaan yang sedang menjalani latihan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang.

3. Kendala-kendala yang ditemui oleh petugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang, kurangnya tenaga ahli dan alat latihan kerja banyak yang rusak maka mengakibatkan proses latihan kerja terhambat, dan kurangnya narapidana yang mengikuti latihan kerja.

(12)

Daftar Pustaka

A. Buku-buku

Andi Hamzah, 2010. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta.

Andi Hamzah dan Siti Rahayu, 1983. Suatu Tinjauan Ringkasan Sistim Pemidaaan di Indonesia, Akademi Press Indonesia.

Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Bambang Poernomo, 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara dengan sistem Pemasyarakatan. Liberty, Yogyakarta.

Barda Nawawi Arief, 1996. Kebijakan Legislatif dengan Pidana Penjara.

Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

_____,2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti.

Bandung

______,2003. Beberapa Masalah Perbandingan Hukum Pidana. PT Raja Grafika Persada.

Jakarta.

Dwidja Priyatno, 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana penjara di Indonesia. PT Refika Aditama, Bandung.

______. 2005. Kapita Selekta Hukum Pidana. STHB Press. Bamdung.

Maiyestati, 2005. Metode Penelitian hukum.

Universitas Bung Hatta. Padang.

R.Soeroso, 2006. Pengantar Ilmu Hukum.

Sinar Grafika, Jakarta.

Sahardjo, 1963. Rumah Pengayoman Sukamiskin. Pohon Beringin Pengayoman. Bandung.

Saroso, 1975. Pekerjaan Terpidana di Bidang Produksi Kumpulan Prasarana Lokakarya Evaluasi Sistim Pemasyarakatan, Bina Cipta, Jakarta.

Soedjono Dirdjosisworo, 1984. Sejarah dan azas-azas Penologi, CV. Armivo, Bandung.

B. Perundangan-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) .

Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M. 02-PK.04.10 Tahun 1990, tentang Pola Pembinaan Narapidana.

C. Sumber Lain

Andy Hermansyah,

http://bloghukumumum.blogspot.co m/p/hak-hak-warga- binaan-dalam- menjalani.htm, diakses 13 Mei 2013.

Aris Irawan,

http://arisirawan.wordpress.com/Pene litian-tentang-Pembinaan-

Narapidana, diakses 13 Mei 2013.

Sahardjo, dikutip dari Warta

Pemasyarakatan, Pemasyarakatan sebagai Upaya Perlindungan terhadap Masyarakat, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Nomor 19-Thn. VI- September 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Sanjaya (2009: 220–221) menyebutkan keunggulan PBL antara lain: 1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; 2) PBL dapat menantang kemampuan siswa

Dalam kegiatan ini mahasiwa belum mengajar secara penuh,baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode maupun, pengelolaan kelas tetapi masih dalam pengawasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan tentang ada tidaknya pengaruh informasi dunia kerja dan

Menilik dari kandungan nutriennya, limbah kedelai ini (ampas tempe, ampas tahu dan ampas kecap) masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, khususnya

Alasan orang tua dan siswa memilih homeschooling sebagai pendidikannya antara lain kesibukan siswa di bidang non akademis, kendala fisik, penyakit tertentu, pembelajaran

The research findings are as follows: (1) Coop jigsaw Team projects is more effective that Direct instruction method to teach speaking for the tenth grade

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal: (1) wujud kesantunan pada iklan radio berbahasa Jawa berupa, pemenuhan maksim

DIISI JIKA SEKTOR KOLOM SEBELAH KIRI LEBIH PENTING DIBANDING TUJUAN DI KOLOM SEBELAH KANAN. DIISI BILA SAMA