• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG DAN SIKAP SISWA HOMESCHOOLING TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA Latar Belakang Dan Sikap Siswa Homeschooling Terhadap Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LATAR BELAKANG DAN SIKAP SISWA HOMESCHOOLING TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA Latar Belakang Dan Sikap Siswa Homeschooling Terhadap Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG DAN SIKAP SISWA HOMESCHOOLING TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Oleh : Ika Rahmawati

A410080318

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

LATAR BELAKANG DAN SIKAP SISWA HOMESCHOOLING TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo)

Oleh

Ika Rahmawati1, Idris Harta2, Tjipto Subadi3 1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, cha_jutex18@yahoo.co.id

2

Staf Pengajar UMS Surakarta idrisharta@gmail.com 3

Staf Pengajar UMS Surakarta, tjiptosubadi@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang peserta didik yang memilih pendidikan alternatif homeschooling dan sikap siswa yang melaksanakan pendidikan alternatif homeschooling terhadap mata pelajaran Matematika. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian diperoleh dari angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan adalah kepala sekolah, tutor, siswa, dan orang tua siswa

Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo. Keabsahan data data dilakukan secara

triangulasi. Hasil penelitian (1) Orang tua siswa berasal dari golongan menengah ke atas, 95% berprofesi sebagai pengusaha, dan berpendidikan tinggi. Alasan orang tua dan siswa memilih homeschooling sebagai pendidikannya antara lain kesibukan siswa di bidang non akademis, kendala fisik, penyakit tertentu, pembelajaran lebih fleksibel, tidak puas dengan sistem pendidikan pada sekolah formal, dan sebagian kecil yang kurang mampu bersosialisasi dengan lingkungan sosial; (2) Siswa mampu mengahargai kegunaan Matematika dalam kehidupan sehari-hari, mandiri, dan tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sosial.

(4)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang universal karena Matematika

merupakan dasar dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maka dari itu Matematika diberikan pada setia jenjang pendidikan baik pada sekolah

formal, informal, maupun non formal yang salah satu diantaranya adalah sekolah alternatif homeschooling. Belajar matematika tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual saja. Agar berkembang, matematika membutuhkan kreativitas, imajinasi,

estetika, akal budi, dan intuisi, dan kebenaran (M. Masykur dan Abdul Halim F, 2007: 68).

Sekolah adalah salah satu representasi institusional dari nilai-nilai modern

yang dipegang manusia saat ini. Sebagai institusi modern, sekolah adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam mendidik anaknya secara sadar dan

terencana. Walaupun sekolah menjadi intitusi pendidikan yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, namun proses pencariaan pendidikan yang terbaik tak

pernah berhenti (Abe Saputra, 2007 : 14).

Untuk mengatasi masalah-msalah dalam pembelajaran mulai bermunculan lembaga-lembaga pendidikan alternatif sebagai upaya mengatasi persoalan diatas,

salah satunya adalah Homeschooling. Suryadi (2006: 17) mengatakan bahwa, dalam proses belajar mengajar kita sering menemukan anak dengan gaya belajar, bakat,

(5)

ini berlaku juga untuk anak yang mengalami hambatan dan masalah khusus dalam belajar. Berkenaan dengan hal tersebut pemerintah telah menawarkan alternatif solusi

berupa pembelajaran inividu yang dapat dilakukan di rumah (homeschooling) sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.

Di dalam jurnal internasional oleh Michelle Wichers (2001) yang berjudul “Homeschooling: Adventitious or detrimental for proficiency in higher education” menyimpulkan bahwa : Therefore the hypothesis was supported by a variety of

researchers that homeschooled students performed as well or better academically as

compared to traditional schooled individuals (Siswa yang belajar di rumah

(homeschooling) lebih baik secara akademis dibandingkan dengan individu yang disekolahkan secara tradisional (disekolah)).

Orang tua merupakan faktor utama seorang anak memilih jenis

pendidikannya. Abe Saputra (2007 : 53) mengemukakan bahwa di dalam

homeschooling orang tua merasa anaknya lebih nyaman dan aman menjalankan

homeschooling. Selain orang tua merasa bisa lebih intensif membantu tumbuh

kembang anak, ingin memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka tentang hal-hal yang ingin dipelajari lebih banyak sesuai bakat dan minat masing-masing. Selain

(6)

Sikap dan perilaku anak mulai terbentuk sejak dini dan dipelopori dari pendidikan dalam keluarga karena dari keluarga mereka belajar melihat, mendengar,

dan berbicara. Proses terbentuknya karakter dapat terpantau dengan baik melalui

homeschooling karena orang tua lebih dekat dengan anak sehingga segala kendala

yang di alami oleh anak dapat diatasi dengan baik.

Belajar di rumah atau homeschooling akan mendukung terhadap proses kematangan jiwa dan sikap anak. Karena hampir seluruh perkembangan kejiwaan

anak bisa terpantau karena lebih gampang memantau dan mengkomunikasikan dengan pihak orang tua. Jadi hambatan belajar mereka, baik secara fisik dan psikis,

relatif lebih cepat diketahui dan dipecahkan. Proses kematangan jiwa ini sangat membantu kepercayaan diri untuk selalu belajar (Abe Saputra, 2007 : 18 – 19).

Memperhatikan uraian di atas, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

mendeskripsikan latar belakang keluarga siswa yang memilih pendidikan alternatif

homeschooling dan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Strauss dan Corbin dalam Purbayu Budi Santoso (2010) penelitian kualitatif dimaksud sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti

(7)

yang lebih komplek tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode

kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus menjadi berguna ketika orang perlu memahami suatu problem atau situasi tertentu dengan amat mendalam,

dan di mana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi, kaya dalam pengertian bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dalam bentuk pertanyaan (Michael Quinn Patton dalam Budi Puspo

Priyadi, 2006: 23).

Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1) Anket merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang intrumennya berupa kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab atau direspon oleh responden, 2) Wawancara digunakan untuk menggali informasi guna memperoleh data terkait dengan aspek-aspek, 3) Metode observasi untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang

terstandar, 4) Metode dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu melalui buku-buku, arsip, yang berhubungan dengan yang akan

diteliti.

Analisis hasil ditekankan pada siswa homeschooling program distance

(8)

tentang pendapat tutor, kepala sekolah, dan orang tua homeschooler terhadap latar belakang keluarga ditinjau dari latar belakang ekonomi, pendidikan dan sosial

keluarga serta sikap siswa homeschooling terhadap mata pelajaran matematika.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Siswa Homeschooling

Siswa Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo berdasarkan hasil menelitial

menunjukan bahwa sebagian besar dari keluarga golongan menegah ke atas yang sebagian besar 95% berprofesi sebagai pengusaha. Keluarga siswa HSKS Solo

juga mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari beberapa orang tua homeschooler yang bekerja di bidang pendidikan.

Keluarga dan siswa Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo tidak

mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Hal ini terlihat dari keikut sertaan keluarga homeschooler pada kegiatan dan oraganisasi

masyarakat seperti kepengurusan RT, RW, PKK, dan lain-lain.

Bersosialisasi berarti berinteraksi dengan individu lain, tidak harus dengan mereka yang sebaya saja. Homeschooler berinteraksi dengan siapa saja, baik

teman sebaya, yang lebih tua maupun yang lebih muda. Mereka diajarkan untuk bisa menempatkan diri di lingkungan mana pun dengan siapapun dan menjalin

(9)

Orang tua dan siswa homeschooling memiliki alasan yang beragam ketika memilih homeschooling sebagai pendidikan anak-anaknya. Alasan-alasan tersebut

antara lain :

a. Kesibukan anak-anak mereka dalam kegiatan non akademis seperti anak yang

sudah berprofesi sebagai pembalab dan artis di dunia entertainment.

b. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah formal pada umumnya.

c. Mengidap suatu penyakit yang tidak memungkinkan untuk keluar rumah sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah formal.

d. Anak sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan mengikuti orang tua karena tuntutan pekerjaan orang tua.

e. Tidak puas dengan kualitas dan sistem pendidikan yang ada di sekolah formal.

f. Keterbatasan fisik yang dapat menyulitkan jika belajar di sekolah formal. g. Sebagian kecil dari siswa yang kurang mampu bersosialisasi dengan

lingkungan sosial.

Suryadi (2006: 17) mengatakan bahwa, dalam proses belajar mengajar kita sering menemukan anak dengan gaya belajar, bakat, karakteristik unik yang

memerlukan pembelajaran dengan pendekatan individual. Hal ini berlaku juga untuk anak yang mengalami hambatan dan masalah khusus dalam belajar.

(10)

berupa pembelajaran inividu yang dapat dilakukan di rumah (homeschooling) sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada paksaan dari pihak manapun teruatam dari pihak keluarga dalam memilih pendidikan bagi siswa. Anak-anak di

beri kebebasan dalam memilih jenis pendidikannya baik sekolah formal maupun

homeschooling. Dan menjadi kesepakan dalam keluarga baik dari pihak anak

maupun orang tua dalam meilih homeschooling sebagai jenis pendidikannya. Jadi

motivasi siswa homeschooling haruslah berasal dari keinginan mereka sendiri. 2. Sikap Siswa Homeschooling Terhadap Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan hasi penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa

homeschooling menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang

sukar. Namun sikap siswa yang berkosentrasi, memperhatikan, dan selalu

bertanya jika tidak paham dengan materi matematika yang di ajarkan oleh tutor menunjukan bahwa siswa homeshooling mempunyai sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 (Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa tujuan nomor 5

pelajaran matematika di sekolah adalah agar para siswa: “Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

(11)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa di homeschooling orang tua lebih dekat dan mengetahui kondisi anaknya. Orang tua lebih mengenal sifat,

sikap, dan gaya belajar anaknya masing-masing. Para orang tua dapat memantau perkembangan sikap anak mereka secara lebih dekat dan mengarahkannya pada

hal-hal yang positif.

Kedekatan tutor dengan siswa juga menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar. Siswa dapat lebih berkosentrasi dan memperhatikan saat pelajaran.

Tutor juga dapat menjadi teman bagi homeschooler. Selain itu tutor dapat melaporkan setiap kesulitan belajar maupun masalah yang dihadapi siswa kepada

orang tuanya untuk mendapatkan solusi yang baik.

Siswa homeschooling Kak Seto Solo bukan merupakan siswa yang anti sosial, mereka mampu bersosialisai dengan siapa saja, aktif dan bersikap ramah.

Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pergaulan siswa homeschooling kurang heterogen khususnya siswa distance learning yang tidak dituntut untuk

adanya interaksi teman di dalam kelas karena hanya terdapat homeschooler dan tutor. Mereka hanya bergaul dengan orang yang telah mereka kenal seperti dalam lingkungan keluarga, teman dari klub kegiatan yang mereka ikuti dan dan teman

dari dunia maya.

Sikap muncul dari pemahaman dan pengalaman tentang dunia

(12)

adalah sosialisasi anak seumur relative rendah, anak relative tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial.

Siswa Homeschooling Kak Seto Solo sudah diajarkan sikap mandiri oleh orang tua mereka mulai dari dini. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa di luar

sekolah yang mampu menghasilkan uang seperti mejual barang-barang seperti mainan di online shop, menjadi pembalap, dan artis. Karena orang tua mempunyai kesadaran bahwa setiap kegemaran dan bakat anak dapat

mengantarkan mereka pada kesuksesan.

Pembelajaran pada HSKS Solo lebih di tekankan pada mengasah

kreatifitas atau Soft Skill siswa. Karena setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda-beda maka Homeschooling Kak Seto Solo mampu menjadi wadah untuk menampung dan mengembangkat bakat-bakat tersebut.

Homeschooling lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan

kreativitas individual yang tidak diperoleh dalam model pendidikan sekolah

umum dan mampu mengembangkan potensi anak mulai dari usia dini (Abe, 2007 : 68).

SIMPULAN

1. Latar Belakang Siswa Homeschooling

Setiap siswa homeschooling mempunyai latar belakang keluarga yang

(13)

berasal dari keluarga menengah kebawah yang 95% orang tua homeschooling bekerja sebagai pengusaha, dan mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi

terlihat dari beberapa jenis pekerjaan yang ditekuni orang tua. Selain itu keluarga

homeschooling sebagian besar mempunyai latar belakang kehidupan sosial yang

baik dengan masyarakat sekitar.

Alasan siswa dan orang tua memilih homeschooling sebagai pendidikannya sangat beragam, antara lain : berbagai kesibukan siswa di bidang

non akademis, siswa yang mempunyai suatu penyakit yang tidak memungkinkan untuk belajar di sekolah formal, kurang puas dengan sistem pendidikan di

Indonesia, dan hanya sebagian kecil siswa yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan.

Tidak ada paksaan dari pihak orang tua kepada siswa dalam memilih

homeschooling. Siswa diberikan kebebasan dalam menentukan mana yang lebih

sesuai sebagai pendidikan mereka. Motivasi siswa belajar Homeschooling Kak

Seto Solo harus berasal dari diri mereka sendiri dan didukung orang tua. Di

Homeschooling Kak Seto Solo, peran tutor tidak jauh berbeda pada sekolah

formal yaitu sebagai fasilitator dan orang tua lah yang mendominasi pendidik di

dalam rumah.

2. Sikap Siswa Homeschooling Terhadap Mata Pelajaran Matematika

Sikap siswa Homeschooling mampu menghargai kegunanaan ilmu

(14)

memperhatikan tutor dengan baik, berkosentrasi, dan bertanya saat kurang paham dengan materi yang di ajarakan.

Matematika masih dianggap salah satu pelajaran yang sukar tidak hanya di sekolah formal namun juga di Homeschooling kak Seto Solo. Kedekatan antara

siswa homeschooling dengan orang tua dan tutor, membuat masalah pembelajaran dapat teratasi dengan cepat. Di dalam pembelajaran, kedekatan tutor dengan siswa seperti seorang sahabat sehingga sehingga siswa tidak segan untuk bertanya jika

mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran matematika sehingga kesulitan dalam pembelajaran dapat terpecahkan.

Siswa Homeschooling Kak Seto Solo mempunyai sikap yang terbuka, ramah, dan tidak menutup diri dari dunia luar. Mereka mampu berinteraksi dengan baik kepada semua orang yang berada di sekeliling mereka. Begitupula

dengan keluarga homeschooler tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

Pembelajaran pada HSKS Solo lebih di tekankan pada mengasah kreatifitas atau Soft Skill siswa. Karena setiap anak mempunyai kemampuan dan bakat yang berbeda-beda maka Homeschooling Kak Seto Solo mampu menjadi

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Moch Masykur & Abdul Halim Fathani, 2007. Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Patton, Michael Quinn, “How To Use Qualitative Methods In Evaluation”, terj. Priyadi, Budi Puspo, (2006), Metode Evaluasi Kualitatif, Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Saputra, Abe. 2007. Rumahku Sekolahku. Yogyakarta: GRHA PUSTAKA

Suryadi, Ace. 2006. Pembinaan dan Penyelenggaraan Komunitas Sekolah Rumah

sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta.

Wichers, Michelle. 2001.Homeschooling: “Adventitious or detrimental for

proficiency in higher education”. Education. Vol. 122, Iss. 1; pg. 145, 6

Referensi

Dokumen terkait

The present study found that the sources of influence includes the students ’ good mastery of Indonesian as their NL, the limited knowledge of the English as the

Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran siklus I dari 20 siswa kelas IV SD Muhammadiyah Plosorejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Tahun

Penggunaan air tanah digunakan untuk pertanian, perikanan, industri, permukiman dan domestic (mandi, minum, cuci) air tanah di daerah ini mengalami pencemaran

[r]

[r]

No ISI longer than 0.67 s (inverse of the 1.5 spike / s firing frequency threshold) was in- cluded, except in the small number of neurons devoid of spontaneous activity, and the

perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara perokok dan tidak perokok pada mahasiswa.