1
EVALUASI SUPPLIER BAHAN BAKU PEMBUATAN TIANG PANCANG PADA PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN AHP DAN LOSS FUNCTION
Efraim S. Ginting1,Sugiharto Pujangkoro2, Tuti Sarma Sinaga2
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155
Email: [email protected] Email: [email protected] Email: [email protected]
Abstrak. PT. XYZ adalah perusahaan bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi tiang pancang dan tiang listrik. Perusahaan ini bekerjasama dengan tiga pemasok (S1, S2, S3) batu kerikil. Dalam kerjasama yang dilakukan dengan pemasok batu kerikil, pemasok masih belum dapat memenuhi standar kualitas dari perusahaan. Standar kualitas untuk batu kerikil adalah ukuran diameter pada rentang 10 mm – 20 mm. Kecacatan material yang dikirim oleh pemasok lebih besar dari batas yang ditetapkan perusahaan yaitu 10%. Proses evaluasi pemasok (supplier) perlu dilakukan untuk mencari pemasok yang memenuhi kriteria perusahaan dan untuk mengetahui kriteria-kriteria yang menjadi keunggulan dan kelemahan pemasok. Pada penelitian ini, proses evaluasi pemasok dilakukan dengan menggunakan AHP dan Loss Function dengan menggunakan kriteria-kriteria kualitas, harga, kuantitas, waktu pengiriman, kapasitas, pengalaman bermitra, dan respon terhadap klaim. Data yang dikumpulkan adalah data selama periode Januari 2013 - Juni 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasok yang paling memenuhi kriteria perusahaan (terbaik) adalah pemasok kedua (S2) dengan nilai Loss Rp. 56.036,4. Keunggulan dari pemasok ini ada pada harga dan kualitas. S2 dapat menyediakan material dengan kualitas tinggi dan harganya tetap murah.
Kata Kunci: evaluasi pemasok, AHP, Loss Function, nilai Loss.
Abstract. PT. XYZ is a manufacturing company that produces spun poles and piles. The company have contracts with three suppliers of pebbles. In cooperation with these suppliers, they unable to meet the quality standards of the pebbles’s diameter in the range of 10 mm-20 mm. Material defects from the suppliers are bigger than 10%. Process evaluation of the suppliers performed to look for suppliers that meet the criteria of the company and to know the criteria to be advantages and weaknesses of suppliers. In this study, supplier evaluation process is carried out using AHP and Loss Function by using quality, price, quantity, delivery time, capacity, experience, partnering, and the response to the claim as the criterias. This study used data from January 2013 to June 2013. The results showed that the best supplier that meets the company criteria is supplier number 2 (S2) with Loss of Rp. 56.036.4. The advantages of this supplier is at price and quality. S2 can provide high quality materials with low price.
Keywords : evaluation of suppliers, AHP, Loss Function, Loss value.
1Mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
2Dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
2 1. PENDAHULUAN
PT. XYZ adalah perusahaan yang memproduksi tiang pancang dan tiang listrik. Perusahaan ini bekerja sama dengan tiga pemasok (supplier) batu kerikil.
PT. XYZ memiliki beberapa kriteria penilaian terhadap pemasok yaitu jangka waktu pengiriman, biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan selama kerjasama dengan pemasok, harga dari pemasok, dan kualitas. Standar kualitas perusahaan untuk batu kerikil adalah diameternya 10 mm-20 mm dan toleransi dari perusahaan untuk jumlah material cacat adalah 10% dari kuantitas pengiriman pemasok tiap harinya. Pada kenyataannya pihak pemasok belum dapat memenuhi standar ini.
Harga material batu kerikil dari setiap pemasok berbeda-beda. Harga material batu kerikil dari pemasok pertama sampai ketiga berada pada rentang Rp. 115.000 – Rp. 125.000. Perbedaan harga dan kualitas ini menjadi dasar pertimbangan perlunya proses evaluasi terhadap pemasok dilakukan.
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkenaan dengan evaluasi pemasok.
Sadeghian dan Karami (2010) melakukan riset tentang evaluasi pemasok dengan menggunakan metode Loss Function dan AHP. Dalam penelitiannya, mereka melakukan evaluasi terhadap pemasok berdasarkan beberapa kriteria seperti kualitas, ketepatan waktu pengiriman, harga, dan pelayanan. Setiap kriteria kinerja dari setiap pemasok dikonversi kepada qualitative loss dengan menggunakan loss function. AHP digunakan sebagai kerangka umum formulasi sistem evaluasi yang seimbang dengan kriteria berbeda. Sistem evaluasi ini dapat digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi pemasok dan menggambarkan pemasok yang layak dengan sederhana dan struktur yang mudah. Magdalena (2012) melakukan penelitian mengenai seleksi pemasok untuk industri makanan dengan menggunakan metode kombinasi dari Taguchi Loss Function dan Fuzzy AHP. Ia menggunakan empat kriteria dalam penelitiannya yaitu kualitas, pengiriman, kelengkapan (completeness) dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pada penelitian ini, proses evaluasi pada pemasok dilakukan dengan menggunakan metode AHP dan Loss Function. AHP akan digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari kriteria evaluasi. Setelah itu, loss function digunakan untuk menentukan potensi kerugian yang dialami sebagai akibat alokasi barang oleh pemasok berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dari
proses evaluasi ini, akan didapatkan pemasok yang layak yang mampu memenuhi keinginan pihak perusahaan.
2. METODE
Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ yang terletak di Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data dari bulan Januari 2013 sampai dengan Juni 2013 Peneliti melakukan survey dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Terdapat tujuh kriteria berdasar apda kriteria Dickson yang digunakan pada penelitian ini yaitu kualitas (K1), harga (K2), waktu pengiriman (K3), kuantitas (K4), kapasitas produksi (K5), pengalaman bermitra (K6), dan respon terhadap klaim (K7) dan terdapat tiga alternatif pemasok batu kerikil yang dinilai yaitu pemasok 1 (S1), pemasok 2 (S2), dan pemasok 3 (S3) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Data sekunder mengenai pemasok juga dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang digunakan. Analitycal Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mengolah data hasil survey dan loss function digunakan untuk mengolah data sekunder.
Alternatif pemasok terbaik didapatkan dengan menggabungkan hasil dari kedua metode tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Proses AHP
Kuesioner yang disebarkan ke PT. XYZ kemudian diolah dengan menggunakan AHP. Nilai konsistensi dan nilai bobot dari setiap kriteria dan alternatif dihitung. Nilai konsistensi di bawah 0,1 menunjukkan bahwa responden konsisten dalam melakukan pengisian kuesioner. Nilai bobot hasil dari AHP akan digunakan pada proses selanjutnya.
3.2. Proses Loss Function
Ada beberapa hal yang dilakukan pada metode ini yaitu:
1. Pengelompokan kriteria berdasarkan karakteristik toleransinya. Terdapat tiga tipe toleransi yaitu:
a. Nominal-the-Best (N-type)
Pada tipe ini terdapat target nyata yang ingin dicapai. Terdapat batas bawah dan batas atas dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini kriteria yang termasuk dalam kategori ini adalah kuantitas pengiriman batu kerikil dari pemasok.
b. Smaller-the-Better (S-type)
Tipe ini digunakan pada hasil yang diharapkan minimum dimana target idealnya adalah 0. Kriteria yang termasuk
3
dalam kategori ini adalah kualitas, harga, waktu pengiriman, respon terhadap klaim.
c. Larger-the-Better (L-type)
Tipe ini digunakan untuk hasil yang diharapkan maksimum dimana target idealnya tak terhingga. Kriteria yang termasuk ke dalam kategori ini adalah kapasitas produksi dan pengalaman bermitra.
2. Setelah dikelompokkan ke dalam masing- masing kategori maka dilakukan perhitungan nilai k (konstanta kerugian).
3. Langkah selanjutnya adalah perhitungan nilai bobot kerugian dengan menggunakan loss function berdasarkan kategori dari masing- masing kriteria.
4. Bobot dari loss function dan bobot dari AHP dan loss function akan diolah dengan menggunakan persamaan berikut:
n 1
i WiNCiN Loss(N)
Dimana:
Loss (N)= kerugian WiN = bobot AHP
CiN = bobot dari loss function N = S1, S2, dan S3
Nilai bobot dari AHP dan loss function dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bobot AHP dan Loss Function
Kriteria Metode S1 S2 S3
K1 AHP 0,0917 0,0616 0,0624
Loss function 2.160.000 864.000 1.066.788
K2 AHP 0,0780 0,0524 0,0521
Loss function 1.000.000 0 250.000
K3 AHP 0,0391 0,0263 0,0266
Loss function 0 0 0
K4 AHP 0,0482 0,0326 0,0324
Loss function 0 0 0
K5 AHP 0,0471 0,0327 0,0324
Loss function 50.000 50.000 50.000
K6 AHP 0,0584 0,0393 0,0396
Loss function 10.800 30.000 10.800
K7 AHP 0,0624 0,0421 0,0426
Loss function 0 0 0
…..1)
Gambar 1. Hierarki Pemilihan Pemasok (Supplier) Terbaik PT. XYZ
4
Persamaan 1 digunakan untuk mendapatkan urutan ranking pemasok sebagai berikut.
1. S2 dengan nilai Loss Rp. 56.036,4.
2. S3 dengan nilai Loss Rp. 81.640,2512.
3. S1 dengan nilai Loss Rp. 279.057,72.
3.3. Analisis AHP dan Loss Function
Penilaian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode AHP dan loss function.
Pada pengolahan data dengan AHP didapatkan bahwa nilai konsistensi dari setiap kriteria dan alternatif lebih kecil dari 0,1. Hal ini berarti jawaban dari responden konsisten. Dari AHP didapatkan bobot untuk setiap kriteria dan alternatif.
Bobot-bobot ini selanjutnya digunakan dalam metode loss function. Sebelumnya setiap kriteria dibagi berdasarkan tipe dari fungsi yang akan digunakan. Terdapat tiga tipe fungsi dari loss function yaitu N-type, S-type dan L-type. Kriteria yang termasuk ke dalam S-type adalah kualitas (K1), harga (K2), waktu pengiriman (K3), dan respon terhadap klaim (K7). Karena pada toleransi S-type, semakin kecil nilai dari kriteria tersebut, maka kriteria tersebut semakin baik.
Pada N-type terdapat kriteria kuantitas. Karena pada toleransi N-type, kesesuaian nilai nominal dari kriteria lebih diutamakan. Kapasitas produksi dan pengalaman bermitra termasuk ke dalam L- type. Karena pada toleransi L-type, semakin besar nilai kriteria, semakin baik kriteria tersebut.
Setelah dilakukan pengelompokan kriteria ke dalam tipe-tipe fungsi tersebut, dilakukan perhitungan bobot kerugian (L) dari setiap kriteria untuk masing-masing alternatif pemasok.
Bobot kerugian (L) yang didapatkan kemudian menjadi input data bersama dengan bobot AHP untuk mencari pemasok terbaik. Pemasok terbaik adalah pemasok yang memiliki nilai Loss terendah yakni S2.
Pemasok S2 memiliki keunggulan pada harga dan kualitas. Keunggulan-keunggulan ini dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalin kerjasama. Peningkatan kualitas batu kerikil dan penurunan harga batu kerikil dapat menjadi pertimbangan bagi pemasok yang lainnya.
Penilaian terhadap pemasok juga dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan mempertimbangkan jangka waktu pengiriman, biaya tambahan, harga dan pengujian kualitas sebagai dasar penilaian terhadap pemasok. Ketiga pemasok memiliki nilai yang sama yaitu di angka 4,17. Rentang nilai yang diberlakukan perusahaan adalah 3,1 sampai 6,0.
Pihak pemasok yang mendapatkan penilaian di bawah 3,0 akan ditolak untuk melakukan kerjasama selanjutnya. Berdasarkan penilaian ini, perusahaan menganggap bahwa ketiga pemasok masih layak untuk bekerjasama dengan perusahaan.
Tabel 2. Bobot Loss Function
Kriteria S1 S2 S3
K1 2.160.000 864.000 1.066.788
K2 1.000.000 0 250.000
K3 0 0 0
K4 0 0 0
K5 50.000 50.000 50.000 K6 10.800 30.000 10.800
K7 0 0 0
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah berdasarkan penilaian perusahaan, semua pemasok batu kerikil yang ada masih layak dalam meneruskan kontrak kerjasama.
Berdasarkan perhitungan nilai Loss, S2 adalah pemasok yang terbaik dikarenakan memiliki nilai Loss terkecil yaitu Rp. 56.036,4.
Keunggulan S2 sebagai pemasok terbaik pada penelitian ini adalah karena harga yang lebih murah dan kualitas produk yang lebih baik dibandingkan dengan pemasok yang lainnya.
Daftar Pustaka
Leenders, Michiel R., dkk. 1985. Purchasing and Materials Management. Amerika Serikat:
Richard D. Irwin, inc.
Magdalena, Renna. 2012. Supplier Selection for Food Industry: A Combination of Taguchi Loss Function and Fuzzy Analytical Hierarchy Process. The 3rd International Conference on Technology and Operations Management. Vol: 3. Hal:3-12.
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.
Saaty, T.L. 1994. Fundamental of Decision Making and Priority Theory with The Analytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh: RWS publication.
Sadeghian, Hamid Reza dan Ehsan Karami. 2010.
Supplier Evaluation Using Loss Function and AHP. Proceedings of the 2010 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management Dhaka, Bangladesh.
5
Sinulingga, Sukaria.2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
________________. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Taguchi, Genichi, dkk. 2005. Taguchi’s Quality Engineering Handbook. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.