• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu pengetahuan kedokteran terus berkembang diikuti oleh perkembangan dalam pendidikan kedokteran. Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan masalah kesehatan serta mempunyai keterampilan belajar sepanjang hayat.

Untuk mempersiapkan para calon dokter mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, fakultas kedokteran mempunyai kewajiban untuk mengembangkan kurikulum, pengajaran dan strategi belajar. Semua ini bertujuan supaya mahasiswa mampu menerima informasi yang begitu banyak, berpikir kritis, memecahkan masalah serta memahami dan mengintegrasikan ilmu dasar dan ilmu klinik (Daley & Torre, 2010; Poykoc, Mengi, Kamay, Onkol, Ozgur, Pilli

& Yildirum, 2004).

Peta pikiran merupakan salah satu strategi dan alat belajar yang dikembangkan untuk membantu mahasiswa memahami informasi. Peta pikiran dalam pendidikan berfungsi sebagai alat untuk menyusun informasi, meningkatkan memori, mengulang pelajaran, menyimpulkan, curah pendapat, berpikir kritis dan meningkatkan kreativitas. Peta pikiran adalah cara untuk mencatat dengan mudah dan mengingat informasi dengan cepat serta merupakan salah salah satu alat metakognitif dalam belajar (Buzan & Buzan, 1993; Brinkmann, 2003; Long & Carlson, 2011; Ramanigopal, Palaniappan &

Mani, 2012).

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme. Teori ini pertama kali diusulkan oleh Piaget pada tahun 1920.

Menurut Piaget seseorang membentuk pengetahuan baru dengan mentransformasikan, mengorganisasikan dan menyusun kembali pengetahuan dan informasi yang sudah ada sebelumnya. Pembelajaran konstruktif terjadi pada saat mahasiswa membuat peta pikiran dengan memasukan ide sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Pembelajaran terjadi pada saat mahasiswa membuat kreasi dan pemahaman dalam pikirannya sendiri. Pada saat membuat peta pikiran mahasiswa menemukan sendiri hubungan antara konsep (Santrock,

(2)

2011; Cherry, 2004; Buzan & Buzan, 1993; Novak, 2011; Ramanigopal et al., 2012; Martin, 2011).

Penelitian tentang peta pikiran dalam pendidikan sudah banyak dilakukan termasuk pendidikan kedokteran. Farrand, Hussain & Hannessy (2002) meneliti keefektifan peta pikiran dalam meningkatkan kemampuan mengingat informasi yang tertulis serta motivasi pada mahasiswa kedokteran. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa peta pikiran dapat meningkatkan memori jangka panjang tetapi tidak meningkatkan motivasi. D’Anthoni, Zipp, Olson & Cahill (2010) meneliti pengaruh peta pikiran dalam mengingat informasi dan berpikir kritis pada mahasiswa kedokteran, hasilnya tidak ada perbedaan pengetahuan mahasiswa dan berpikir kritis. Wikramasinghe, Widanapathirana, Kuruppu, Liyanage &

Karinathilake (2007) juga meneliti keefektifan peta pikiran sebagai alat strategi belajar mahasiswa dalam peningkatan pengetahuan. Hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan dalam memori jangka pendek. Penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut adalah kegunaan peta pikiran sebagai alat pencatat atau note taking. Fun & Maskat (2010) meneliti pengaruh peta pikiran yang digunakan dosen untuk mengajar dibandingkan dengan peta pikiran yang dibuat oleh mahasiswa pada mahasiswa akutansi. Hasilnya menunjukan bahwa peta pikiran yang dibuat mahasiswa lebih meningkatkan nilai ujian mahasiswa.

Evrekli, Inel & Balim (2009) meneliti pendapat para calon guru pada jurusan sains dan teknologi pendidikan terhadap penerapan peta pikiran sebagai metode pengajaran. Hasilnya menunjukan bahwa peta pikiran dapat mempertahankan informasi dan menfasilitasi mahasiswa untuk mengingat informasi. Penelitian Nada, Kholief, Tawfik & Mewally (2009) melihat efektifitas peta pikiran pada perangkat seluler. Peta pikiran ini dapat meningkatkan motivasi dan cara berpikir mahasiswa.

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL), kuliah, praktikum dan keterampilan klinis sejak tahun 2008. Dari berbagai penelitian menyebutkan PBL dapat mengaktifkan mahasiswa dalam belajar dan belajar secara mandiri. Peta pikiran merupakan salah satu alat untuk belajar mandiri di luar kelas. Pada saat curah pendapat dan langkah kelima dalam diskusi PBL mahasiswa menggunakan peta pikiran. Survei awal dilakukan pada bulan November 2012 dengan membagikan kuesioner tentang cara dan strategi

(3)

belajar. Strategi belajar mahasiswa angkatan 2009, 2010 dan 2011 sebagian besar adalah mengulang pelajaran, membuat ringkasan, mencatat ulang, membaca buku, membaca bahan dari dosen dan diskusi dengan teman. Hanya sedikit yang menggunakan peta pikiran dalam mencatat, menyimpulkan pelajaran atau dalam diskusi PBL. Sedangkan sebanyak 100 orang mahasiswa angkatan 2012 sudah menggunakan peta pikiran sejak pertama masuk kuliah.

Wawancara dengan mahasiswa yang menggunakan peta pikiran mengatakan bahwa mereka mendapatkan latihan membuat peta pikiran pada saat sekolah menengah atas dan waktu bimbingan belajar masuk perguruan tinggi. Peta pikiran dapat membantu mereka dalam mengingat informasi karena konsep yang dipelajari menjadi terstruktur. Peta pikiran digunakan untuk mencatat, mengulang dan merangkum buku serta slide dosen di rumah serta persiapan dan pada saat diskusi PBL. Pada saat kuliah di kelas, mereka tidak menggunakan peta pikiran karena waktunya terbatas. Sebagian kecil mahasiswa mengatakan bahwa mereka menggunakan peta pikiran dalam perangkat elektronik seperti laptop dan tablet. Sedangkan mahasiswa yang tidak menggunakan peta pikiran, mengatakan bahwa mereka belum tahu cara menggunakan teknik membuat peta pikiran, peta pikiran cukup rumit dan tidak sesuai dengan cara belajar mereka.

Hasil observasi dari catatan mahasiswa menunjukan sebagian besar mereka hanya menggunakan peta pikiran untuk satu topik dan belum secara keseluruhan. Hanya satu orang yang membuat peta pikiran yang lengkap, membuat gambar, warna dan cabang-cabang sub topik. Dengan banyaknya mahasiswa menggunakan peta pikiran dalam belajar, hal ini menunjukan bahwa peta pikiran cukup disenangi oleh mahasiswa. Sedangkan mahasiswa angkatan kedua dan ketiga FK Unila hanya sebagian kecil menggunakan peta pikiran.

Berdasarkan data nilai ujian blok mahasiswa sejak tahun 2009 sampai 2012 diperoleh nilai rata-rata ujian akhir blok cukup lemah. Mahasiswa angkatan 2008 selama tahun pertama nilai rata-rata ujian akhir blok adalah 50, tahun kedua 47,5, tahun ketiga 54,6. Mahasiswa yang masuk tahun 2009 selama tahun pertama nilai rata-rata ujian akhir blok adalah 57,7, pada tahun kedua 56,3.

Mahasiswa angkatan 2010 nilai rata-rata ujian akhir blok Bioetika adalah 64,5, blok Basic Medical Science 2 (dasar kedokteran) 41,9. Sedangkan angkatan 2011 nilai rata-rata ujian akhir blok Medical Basic Science adalah 28,3.

(4)

Huitt (2003) mengatakan bahwa hasil belajar mahasiswa dipengaruhi oleh perilaku mahasiswa, motivasi, gaya belajar, intelejensi, perilaku dan bagaimana mereka belajar. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik dapat meningkatkan proses belajar. Gaya belajar juga mempengaruhi hasil belajar karena setiap mahasiswa mempunyai gaya belajar sendiri seperti visual, audio, kinestetik dan membaca.

Penelitian Ogundokun (2011) mendapatkan bahwa gaya belajar, lingkungan dan kecemasan meramalkan hasil belajar seseorang.

Blok Medical Basic Science 3 (MBS 3) adalah blok yang dilaksanakan pada semester 2. Blok ini merupakan integrasi dari cabang ilmu patologi anatomi, patologi klinik, psikologi, epidemiologi, ilmu penyakit anak, ilmu kesehatan masyarakat, anatomi, fisiologi dan histologi. Tujuan umum blok ini adalah mampu memahami siklus kehidupan dan prilaku sehat.

Sistem penilaian setiap blok di FK Unila terdiri dari ujian Multiple Choice Questions (MCQ), Student Oral Case Assessment (SOCA) dan Objective Structure Clinical Examination (OSCE). Ujian MCQ dan SOCA dilaksanakan untuk menguji pengetahuan (kognitif) mahasiswa yang diadakan setiap akhir blok. OSCE diadakan setiap akhir semester untuk menguji keterampilan yang sudah dipelajari mahasiswa selama satu semester. Materi ujian OSCE berasal dari keterampilan klinik pada blok yang dilaksanakan selama satu semester.

Mahasiswa angkatan pertama sudah menggunakan peta pikiran dalam belajar. Seharusnya hasil ujian mereka lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan peta pikiran. Peta pikiran yang dibuat mahasiswa perlu dinilai dengan menggunakan suatu instrumen. MMR (Mind Map Rubric) berguna untuk menilai peta pikiran yang dibuat mahasiswa. Jika nilai MMR tinggi berarti mahasiswa mampu mengkonstruksi pelajaran lebih mendalam, memahami pelajaran dan hasil belajar lebih tinggi.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara skor Mind Map Rubric (MMR) dan hasil belajar mahasiswa (MCQ dan SOCA)?”

(5)

C. Tujuan Penelitian

1. Melakukan adaptasi dari Mind Map Rubric (MMR) dengan uji validitas dan reliabilitas.

2. Melakukan adaptasi kuesioner gaya belajar (VARK) dan motivasi (MSLQ) dengan uji validitas dan reliabilitas.

3. Menilai peta pikiran yang dibuat oleh mahasiswa dengan MMR.

4. Menilai hubungan skor MMR dan hasil belajar (MCQ dan SOCA) dimoderasi oleh jenis kelamin, gaya belajar dan motivasi.

D. Manfaat Penelitian a. Teoritis

Pengembangan teori belajar konstruktivisme dalam meningkatkan pencapaian hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan peta pikiran.

b. Praktis

1. Bagi institusi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar.

2. Pengembangan strategi belajar mahasiswa sehingga mahasiswa terlibat aktif dalam belajar, memahami dan mendapatkan nilai lebih baik.

E. Keaslian penelitian

Penelitian ini adalah replikasi penelitian Farrand et al., 2002. Tujuan penelitian Farrand et al., 2002 adalah melihat keefektifan peta pikiran untuk meningkatkan mengingat informasi dan motivasi pada mahasiswa kedokteran tahun kedua dan ketiga Universitas London. Rancangan penelitiannya adalah kuasi eksperimental dengan cara mengelompokan mahasiswa dengan karakteristik yang sama menjadi dua kelompok yaitu kelompok menggunakan

(6)

peta pikiran dan kelompok dengan kelompok teknik belajar pilihan sendiri. Data dasar mahasiswa diambil serta pada saat yang sama diberikan teks tentang transportasi sebanyak 600 kata dan tes singkat. Mahasiswa membuat kata kunci, membaca ulang atau menggaris bawahi. Setelah 10 menit teks tersebut dikumpulkan. Kemudian diberikan pre-tes selama 5 menit dengan 3 pertanyaan tentang teks tersebut. Kemudian mengumumkan kepada kelompok kontrol untuk kembali 30 menit lagi. Sedangkan kelompok peta pikiran dilatih teknik peta pikiran dan menyuruh mereka menerapkannya pada teks yang diberikan.

Kemampuan mengingat diuji (15 pertanyaan esai) setelah intervensi dan seminggu sesudahnya. Motivasi mahasiswa juga dinilai. Analisis data dengan menggunakan ANOVA untuk membandingkan masing masing hasil ujian esai antar kelompok peta pikiran dan kontrol serta skor motivasi. Hasilnya adalah meningkat kemampuan mengingat lebih besar 10% dari data awal. Sedangkan motivasi kelompok membuat peta pikiran lebih lemah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Farrand et al., 2002 adalah sama-sama melihat pengaruh atau hubungan peta pikiran dengan hasil belajar mahasiswa serta melihat motivasi. Perbedaannya adalah pada rancangan penelitian kali ini adalah survei. Subjek penelitian ini 169 mahasiswa tahun pertama yang mengambil blok Medical Basic Science 3 angakatan 2012/2013.

Peta pikiran dinilai berdasarkan instrumen adaptasi yaitu Mind Maps Rubric (MMR). MMR divalidasi dan diuji reliabilitasnya. Mahasiswa diminta merangkum materi pelajaran setiap minggu yang sesuai dengan topik perminggu selama blok Medical Basic Science 3. Kuesioner gaya belajar (VARK) dan motivasi (MSLQ) juga diberikan kepada mahasiswa. Kuesioner VARK dan MSLQ divalidasi terlebih dahulu. Pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis multivariat untuk menilai hubungan antara skor MMR, jenis kelamin, gaya belajar, motivasi dan hasil belajar (MCQ dan SOCA).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan laju pertumbuhan tanaman per dosis pupuk N yang dihasilkan, Hc-41/II dan Hc-48H merupakan aksesi potensial kenaf yang paling tanggap terhadap aplikasi pupuk

in the classroom, it’s easy to put them on an assignment because they do the task together. Group study also encourages students to explain things aloud. By speaking to and

‫بسم هللا الر محن الر حيم‬ Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga skripsi ini

Ornamen murdha yang ditempatkan di puncak bangunan-bangunan tradisional di Bali, pada dasarnya menyimbolkan: (a) keberadaan sorga di puncak gunung mahasuci Meru,

Diagram aliran data aplikasi sistem terdiri dari inisialisasi mikrokontroler Arduino, mendeteksi besaran nilai sensor suhu, menentukan posisi pengguna, melakukan

Data yang disajikan pada bagian pertama ini menyangkut persepsi terkait model EAP dilihat dari sisi pendekatan pembelajaran Bahasa Inggris yang dilaksanakan di sekolah,

Berdasarkan literatur yang didapatkan, uji fosfat pada endapan akan menunjukan hasil positif jika menghasilkan warna hijau muda, pada hasil percobaan, didapatkan hasil, yaitu