PENGUKURAN DATA
1Disampaikan oleh:
Ismi Dwi Astuti Nurhaeni
2Dalam menganalisis suatu variabel, dibutuhkan suatu alat pengukuraan yang dapat digunakan. Pengukuran pada suatu variabel bisa mudah dilakukan, tetapi pengukuran pada variabel lain tidak begitu mudah dilakukan. Variabel yang memiliki nilai kuantitatif biasanya tidak sulit mengukurnya, seperti penjualan per hari, berat badan, panjang dan lebar suatu bangunan. Akan tetapi variabel yang memiliki nilai kualitatif memerlukan teknik pengukuran tersendiri karena memang tidak langusng bisa diukur, misalnya ketekunan, sikap, kebiasaan, kecantikan, prestasi kerja, dsbnya. Untuk variavel yang demikian dibutuhkan indicator dan pengukuruannya. Beberapa indikator, antara lain kerajinan datang di tempat kerja, cara menyelesaikan pekerjaan, sikap terhadap bawahan, sikap terhadap atasan, dan lain-lain.
Indikator tersebut merupakan cerminan dari variabel yang akan diukur.
A. Pengukuran Data
Pengukuran adalah penetapan atau pemberian nilai (angka) terhadap objek atau fenomena berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dalam definisi ini ada kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu penetapan, nilai (angka), dan aturan.
Yang dimaksud dengan penetapan adalah memetakan (mapping). Yang dimaksud nilai (angka) adalah symbol yang berbentuk 1,2,3 yang tidak mempunyai mkana arti, kecuali diberikan makna atau arti pada angka tersebut. Yang dimaksud aturan adalah panduan atau perintah untuk melaksanakan sesuatu.
Dalam melaksanakan suatu penelitian yang sebenarnya, peneliti belum mengetahui persis tentang realita. OLeh karena itulah peneliti harus selalui mempertanyakan apakah prosedur pengukuran sudah sesuaia dengan realita. Dengan artian, apakah pengukuran yang dilakukan isomorphic dengan realita. Karena suatu pengukuran yang ideal adalah harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Isomorphik adalah pengukuran yang digunakan sesuai dengan realita.
1 Sumber: Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
2 Dosen Fisip UNS. Disampaiakn pada kuliah online, 21 April 2020 pk 07.30-10.10 WIB padaa program studi S1 Ilmu Afministrasi Negara Fisip UNS, mata Kuliah Metode Penelitian Administrasi.
Jenis-jenis pengukuran dapat dibedakan kedalam pengukuran nominal, ordinal, interval dan rasio.
1. Pengukuran Nominal
Pengukuran nominal adalah pengukuran yang paling sederhana, sebab variasi nilai pada variabel yang diukur tidak menunjukkan sebagai perbedaan nilai sebagai suatu tingkatan. Artinya, variabel yang satu dengan yang lainnya sama tingkatannya (posisinya). MIsalnya untuk membedakan bagian-bagian dalam suatu kantor, yaitu bagian administrasi, bagian personalia, bagian keuangan, itu berarti kita menggunakan skala nominal. Karena masing-masing bagian tersebut sama, yaitu bagian administrasi tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah dengan bagian personalia, begitu pula bagian personalia tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah dengan bagian keuangan.
2. Pengukuran Ordinal
Pengukuran ordinal yaitu merupakan pengukuran yang mengelompokkan data menjadi beberapa bagian dalam suatu pengamatan, masing-masing bagian mempunyai nilai, status atau tingkatan yang berbeda. Pengukuran ini memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menunjukkan bahwa bagian yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari bagian yang lainnya. MIsalnya, pengukuran tentang jabatan dalam suatu kantor, yaitu Direktur, Pembantu Direktur, Kepala Bagian, Kepala Seksi dan seterusnya. Masing-masing jabatan itu mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Pengelompokan dengan menggunakan skala ordinal seringkali langsung menunjukkan status atau tingkatan, misalnya sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik, sangat tidak baik.
Dengan demikian skala ordinal ini membedakan kelompok data menurut nilai, status atau tingkatan.
3. Pengukuran interval
Pengukuran interval yaitu pengukuran yang memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk melakukan pengukuran terhadap variabel yang diteliti, hanya data yang diperoleh
berbeda dengan data ordinal. Skala interval adalah skala yang jarak antara satu data
dengan data yang lainnya mempunyai perbedaan nilai, perbedaan tersebut tidak
mempunyai nilai 0 (nol) absolut interval berusaha menampilan perbedaan antara nilai,
status atau tingkatan secara jelas. Dengan demikian kelebihan dari skala interval selain
jarak antar kategori. Jarak skala interval selalu sama pada setiap pengamatan. Penentuan jarak itu sama atau tidak tergantung pada kebutuhan.
Contoh Skala Interval
Contoh pertama, contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0
0C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada suhunya.
Angka 0
0C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala interval 0 (nol) bukanlah nilai yang mutlak.
Contoh kedua, jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya, karena jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan jam 12 malam.
4. Pengukuran Ratio
Pengukuran rasio adalah suatu pengukuran yang mengukur data yang mempunyai jarak yang sama, tetapi mempunyai nilai nol absolut. Skala rasio diambil titik origin sembarang, kemudian disebut sebagai titik awal atau titik “0”. Jarak titik sesudah itu bisa dibandingkan berdasarkan rasio angka yang diperoleh. Misalnya berat gula dalam setiap karung adalah 5 kg. Jadi bila dua karung adalah 2 kali 5 kg= 10 kg beratnya.
B. Skala Pengukuran
Pembuatan skala pengukuran pada prinsipnya mengurutkan sesuatu dalam suatu kontinum. Pembuatan skala pengukuran dalam suatu penelitian sangat urgen karena pada umumnya data-data dalam ilmu sosial mempunyai sifat kualitatif. Sehingga ada pakar yang mengatakan bahwa pembuatan skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif menjadi suatu urutan kuantitatif. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif telah menjadi paradigm baru dalam penelitian.
Oleh karena ilmu sosial pada masa ini cenderung menggunakan angka-angka sehingga cenderung mengundang kuantifikasi variabel. Kemudian ilmu pengetahuan semakin membutuhkan presisi yang lebih baik apalagi dalam hal-hal yang bersifat gradasi. Karena perlunya presisi, maka peneliti belum puas dengan atribut “baik” dan
“buruk” saja, tetapi peneliti ingin mengukur sifat-siaft yang ada antara “baik”, “buruk”
tersebut sehingga diperoleh gradasi yang jelas.
Oleh karena itu, skala pengukuran dapat digunakan dalam berbagai bidang.
Perbedaan hanya terletak pada sisi dan penekanannya. Para ahli sosiologi lebih menekannya
pada pengemabngan isntrumen penelitinnya untuk mengukur perilaku manusia. Tapi bila
ahli sosiologi maupun psikologi, keduanya sama-sama menekankan pada pengukuran sikap yang menggunakan skala sikap..
Jenis skala pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena sosial, dan dapat dianalisis menggunakan metode statistik yaitu: kepribadian, sikap, status sosial, institunionalisasi/ kelembagaan, dll. Dari berbagai tipe skala untuk frnomenas sosial tersebut, pada bagian ini dikemukakan skala pengukuran untuk pengukuran sikap.
1. Skala Likert
Skala Likert yaitu merupakan suatu pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian sosial telah ditetapkan secara spesifik yang biasa disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Linkert item, maka variabel yang akan diukur dijabarkan lagi menjadi komponen-komponen yang terukur kemudian dijadikan sebagai tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pernyataan penelitian dengan skala likert, yaitu 1) Bentuk standar skala Likert adalah satu sampai dengan lima; 2) Sebaiknya jumlah item dibuat berkisar 20 sampai 25 pertanyaan atau pernyataan untuk mengukur sebuah variabel sehingga realibilitasnya tinggi; 3) Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dalam proporsi yang seimbang serta ditempat secara random.
Contoh:
1. Sangat Baik 2. Baik
3. Ragu-ragu 4. Tidak Baik
5. Sangat Tidak Baik
Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban dapat diberi skor, sebagai berikut:
1. Sangat Baik, diberi skor 5
2. Baik, diberi skor 4
3. Ragu-ragu, diberi skor 3
4. Tidak Baik, diberi skor 2
Skala Linkert dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan, contoh bentuk checklist sebagai berikut:
Berikan tanda (V) pada kolom yang tersedia sebagai berikut:
No Pernyataan Tanggapan
SB CB RR TB STB
1 Bagaimana tanggapan saudara mengenai
Cara mengajar dosen anda? V
2 Bagaimana gaya Kepemimpinan birokrasi
anda? V
3 Bagaimana tingkat kematangan SDM
aparatur anda? V
4 Bagaimana tingkat kemampuan SDM
aparatur anda? V
5 Bagaimana tingkat motivasi SDM
aparatur anda? V
Keterangan:
SB = Sangat Baik CB = Cukup Baik RR = Ragu-ragu TB = Tidak Baik
STB = Sangat Tidak Baik
Jadi skor yang tertinggi yaitu 5, karena terdiri dari 5 pilihan/item Misalnya:
Sangat Baik diberi skor 5 Cukup Baik diberi skor 4 Ragu-ragu diberi skor 3 Tidak Baik diberi skor 2 Sangat Tidak Baik diberi skor 1
Bila angket diberikan kepada 1000 oang dan variasi jawaban sebagai berikut:
Ada 250 Responden yang menjawab SB
Ada 400 Responden yang menjawab CB
Ada 50 Responden yang menjawab KB
Ada 200 Responden yang menjawab TB
Ada 100 Responden yang menjawab STB
Maka:
Skor untuk 250 Responden adalah 250 x 5 = 2500 Skor untuk 400 Responden adalah 400 x 4 = 1600 Skor untuk 50 Responden adalah 50 x 3 = 150 Skor untuk 200 Responden adalah 200 x 2 = 400 Skor untuk 100 Responden adalah 100 x 1 = 100
Jadi, jumlah skor total = 3500
Kemudian selanjutnya dapat dianalisis yakni skor yang tertinggi 5000 = 5 x 1000 dan skor yang terendah 1000 x 1 = 1000
Jadi hasilnya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan contoh tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden masuk dalam kategori “cukup baik”.
0
TB KB CB SB
STB
2000 3000 4000 5000
3500 1000