• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, U. F. (2010). Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2, Agustus 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, U. F. (2010). Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2, Agustus 2010."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. (2010). Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2, Agustus 2010.

Ali, M., Wagatsuma, Y.,Emch, M., Breiman, R. F. (2003). Use of a Geographic Information System for Defining Spatial Risk for Dengue Transmission in Bangladesh : Role for Aedes Albopictus in an urban outbreak. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene.

Anselin, L., Syabri, I., & Kho, Y., (2002). GeoDa : An Introduction to Spatial Data Analysis.

Aronoff, S. (1989). Geographic Information System : A Management Perspective. Ottawa, Canada: WDL Publications.

Bahtiar, L. (2005). Pemetaan Tingkat Kerawanan Wilayah Terhadap Demam Berdarah Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Bhandari, K., Raju, P., & Sokhi, B. (2008). Application of GIS Modeling for

Dengue Fever Prone Area Based on Socio-Cultural and Environmenttal Factors – A Case Study of Delhi City Zone. Health (San Francisco).

Bohra, A., & Andrianasolo, H. (2001). Application of GIS in Modeling of Dengue Risk Based on Sociocultural Data : Case of Jalore , Rajasthan , India Methods. Dengue Bulletin, 25, 92–102.

BPS Kab. Magelang. (2012). Kecamatan Mertoyudan Dalam Angka 2012.

BPS. (2010). Peraturan Kepala BPS Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Edisi 2.

Budianto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Andi Yogyakarta.

Chaikoolvatana, A., Singhasivanon, P., & Haddawy, P. (2007). Utilization of a Geographical Information System for Surveillance of Aedes Aegypti and Dengue Haemorrhagic Fever in North-Eastern Thailand. Dengue Bulletin, 31(Figure 1), 75–82.

Chang, A. Y., Parrales, M. E., Jimenez, J., Sobieszczyk, M. E., Hammer, S. M., Copenhaver, D. J., & Kulkarni, R. P. (2009). Combining Google Earth and GIS Mapping Technologies in a Dengue Surveillance System for developing Countries. International Journal of Health Geographics, 8, 49. doi:10.1186/1476-072X-8-49

(2)

Chin, J. (2000). Control of Communicable Disease Manual. (N. Kandun, Ed.). Jakarta: Depkes RI.

Clarke,KC McLafferty, SL, Tempalski, B. (1996). On Epidemiology and Geographic Information Systems : A Review and Discussion of Future Directions. Emerging Infectious Diseases, 2(2), 85–92.

Cummings, D. a T., Iamsirithaworn, S., Lessler, J. T., McDermott, A., Prasanthong, R., Nisalak, A., … Gibbons, R. V. (2009). The impact of the Demographic Transition on Dengue in Thailand: Insights from a Statistical Analysis and Mathematical Modeling. PLoS Medicine, 6(9), e1000139. doi:10.1371/journal.pmed.1000139

Danoedoro, P. (2004). Sains Informasi Geografis : dari Perolehan dan Analisis Citra Hingga Pemetaan dan Pemodelan Spasial. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Daud, O. (2007). Studi Epidemiologi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue dengan Pendekatan Spasial Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Universitas Gadjah Mada.

Depkes RI. (1992). Kumpulan Surat Keputusan/Edaran Tentang Pemberantasan Penyakit DBD, Edisi Tahun 1994

Depkes RI. (1996). Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD).

Depkes RI. (1997). Menuju Desa Bebas Demam Berdarah, Petunjuk Bagi Pokja DBD

Depkes RI. (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Depkes RI. (2010). Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2. Depkes RI. (2008). Modul Pelatihan bagi Pelatih PSN-DBD dengan Pendekatan

Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication for Behavior Impact). Dinkes Kabupaten Magelang. (2011). Laporan Bulanan Program P2 Demam

Berdarah Dengue Tahun 2011

Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010.

(3)

Ditjend P2PL. (2004a). Kebijakan Program P2-DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia.

Ditjend P2PL. (2004b). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Depkes RI.

Eisen, L., & Fuentes, S. L. (2009). Use of Mapping and Spatial Space Time Modeling Approaches in Operational Control of Aedes Aegypti and Dengue. PLOS Negleted Tropical Diseases. Volume 3, April 2009.

Ekadinata, A. (2008). Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Alam Berbasis Sumber Daya Alam. Bogor: World Agroforestry Center. Fathi, Keman, S., & Wahyuni, C. (2005). Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku

Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Kesehatan Lingkungan, 2, 1–11.

Farid, M. (2009). Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 - 2007. Universitas Gadjah Mada.

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gama, A. T. & Betty, F. R. (2010). Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Dusun Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi Volume 5 Nomor 2 Oktober 2010.

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York

Gubler, D., & Clark, G. G. (1995). Dengue / Dengue Hemorrhagic Fever : Emerging Infectious Diseases, 1(2), 55–57.

Gubler, D. J. (2002). Epidemic Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever as a Public Health, Social and Economic Problem in the 21st century. Trends in Microbiology, 10(2), 100–3. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11827812

Guha-sapir, D., & Schimmer, B. (2005). Dengue Fever : New Paradigms for a Changing Epidemiology. Emerging Themes in Epidemiology, 10, 1–10. doi:10.1186/1742-7622-2-1

Hariyana, B. (2007). Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Untuk Kewaspadaan Dini Dengan SIG di Wilayah

(4)

Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara (Studi Kasus di Puskesmas Mlonggo I). Universitas Diponegoro

Hasyim, H. (2008). Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah. Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11(02), 72–76.

Hiswani. (2003). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dengue.

Indriani, C. (2010). Pola Spasial-Temporal Demam Chikungunya dan demam Berdarah dengue di Kota Yogyakarta Tahun 2008. Universitas Gadjah Mada.

Jerret, M., Gale, S. & Kontgis, C. (2010). Spatial Modeling in Environmental and Pubilc Health Research. International Journal Environment Research and Public Health.

Kemenkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.

Kusnoputranto, H., dan Susanna, D. (2003). Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Depok

Mahardika, W. (2009). Hubungan Antara Perilaku Kesehatan Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Tahun 2009. Universitas Negeri semarang.

Maio, S., Nuvolone, D., Maggiore, R., Baldacci, S., Martini, F., Borbotti, M., & Viegi, G. (2001). GIS for Epidemiological Studies. International Journal. Mardihusodo, S. (2006). Nyamuk sebagai Bioindikator Kesehatan Lingkungan

dan Kejadian Pentakit Bersumber Nyamuk. Pidato Seminar dan Simposium Strategi Pengendalian Nyamuk sebagai Vektor Penyakit dalam Upaya Penyehatan Kualitas Kesehatan Masyarakat.

Micael, Mc. (2006), Populations Health as Bottom Line of Sustainability.

Nakhapakorn, K. & Tripathi, N.K. (2006). An Information Value Based Analysis of Phisical and Climatic Factors Affecting Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever Incidence. International Journal of Health Geographic. Nuckols, J. R., Ward, M. H., & Jarup, L. (2004). Using Geographic Information

Systems for Exposure Assessment in Environmental Epidemiology Studies. Environmental Health Perspectives, 112(9), 1007–1015. doi:10.1289/ehp.6738

(5)

Nurjazuli, Ginanjar, P., & Hanani, Y. (1999). Hubungan Faktor Kesehatan Lingkungan dengan Tinggi Rendahnya House Index (HI) Jentik Aedes di Desa Endemis dan Desa Bebas DBD Kotamadia Semarang. Universitas Diponegoro

Ooi, E., Gubler, D. J., & Nam, V. S. (1997). Dengue Research Needs Related to Surveillance and Emergency Response. American Journal Of Tropical Medicine And Hygiene.

Ooi, E.-E., & Gubler, D. (2008). Dengue in Southeast Asia : Epidemiological Characteristics and Strategic Challenges in Disease Prevention Dengue no Sudeste Asiático : Características Epidemiológicas e Desafi os Estratégicos na Prevenção da Doença, 1, 115–124.

Oppong, J. (2001). Data Problem in GIS and Health. Journal of geography.

PAHO. (2004). Software Programs for Mapping and Spatial Analysis in Epideology and Public Health. Epidemiological Bulletin, 25:4.

Pathirana, S., Kawabata, M., & Goonatilake, R. (2009). Study of potential risk of Dengue Disease Outbreak in Sri Lanka Using GIS and Statistical Modelling. Public Health, 8, 8–17.

Prahasta, E. (2009). Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar. Bandung: Penerbit Informatika.

Purba, M. (2008). Analisis Hubungan Antara Kondisi Sanitasi Lingkungan Dan Perilaku Penduduk Dengan Kepadatan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Universitas Gadjah Mada.

Rahmadi, M. (2005). Penentuan Tingkat Kerawanan Wilayah Terhadap Wabah Penyakit DBD dengan Teknik Penginderaan Jauh dan SIG di Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Ricketts, T. C. (2003). Geographic Information System And Public Health. Public Health, 24, 1–6. doi:10.1146/annurev.publhealth.24.100901.140924

Ririh, Y., dan Anny, V. (2005). Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 1(2) 170 -182.

Riyadi, R. (2005). Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue (Aedes Aegypti dan Aedes

(6)

Albopictus) di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kota Lunuk Linggau Tahun 2005. Tesis. Uninersitas Gadjah Mada.

Ruliansyah. (2011). Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pemetaan Daerah Rawan DBD. Studi Kasus di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Universitas Gadjah Mada.

Rytkönen, M. J. P. (2004). Not All Maps are Equal : GIS and Spatial Analysis in Epidemiologi. International Journal Of Circumpolar Health, 63, 9–24.

Saptiwi, B. (2004). Studi Faktor Risiko Penularan DBD di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Universitas Gadjah mada.

Seng, S.B., Chong, A.K., & Moore, A., (2005). Geostatistical Modelling, Analysis and Mapping of Epidemiology of Dengue Fever in Johor State, Malaysia. The 17th Annual Colloquium of the Spatial Information Research Centre University of Ontago, Dunedin, New Zealand.

Sintorini, M. (2007). Peran Lingkungan pada Kasus Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue.

Siregar, F. (2004). Epidemiologi dan Pemberantasan DBD Di Indonesia, FKM-USU, Medan.

Sitepu, F. Y. (2011). Analisis Spasial Faktor-Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Singkawang Kalimantan Barat Tahun 2010. Universitas Gadjah Mada.

Sithiprasasna, R., Patpoparn, S., Attatippaholkun, W., Suvannadabba, S., & Srisuphanunt, M. (2004). The Geographic Information System as an Eepidemiological Tool in the Surveillance of Dengue Virus-Infected Aedes mosquitos. The Southeast Asian journal of tropical medicine and public

health, 35(4), 918–26. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15916091

Soedarmo, 2005. Demam berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit UI-Press, Jakarta.

Soegijanto, S. (2004). Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003. Sirabaya: Airlangga University Press.

Sugito, R. (1989). Aspek Entomologi Demam Berdarah dalam Haryanto, B. Ed Proceeding Seminar dan Workshop The Aspect of Dengue Hemmorhagic Fever and Its Control. Universitas Indonesia, pp. 37-48.

(7)

Sungkar, S. (2005). Bionomik Aedes Aegypty, Vektor DBD. Majalah Kedokteran Indonesia.

Supartha, I. W. (2008). Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes Aegypti (Linn) dan Aedes Albopictus (Skuse) (Diptera : Culicidae). Makalah Ilmiah, Denpasar.

Suroso. (1989). Demam Berdarah Dengue Situasi Masalah dan Program Pemberantasan di Indonesia Laporan Semiloka Berbagai Aspek Dengue dan Penanggulangannya UI Jakarta.

Suroso, T. (2005). Situasi Epidemiologi dan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia Seminar Kedokteran Tropis : Kajian KLB Demam Berdarah dan Biologi Molekuler sampai Pemberantasannya.

Sutaryo. (2002). Perkembangan Patologis Demam Berdarah Dengue,. Jakarta: FK-UI.

Sutaryo. (2004). Dengue. Medika UGM. Yogyakarta

Suyasa, I. N. G., Putra, N. A, Aryanta, I. W. R. (2007). Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Ecotrophic 3(1) : 1-6.

Tanser, F. C., & Le Sueur, D. (2002). The Application of Geographical Information Systems to Important Public Health Problems in Africa. International Journal of Health Geographics, 1(1), 4. Retrieved from http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=149399&tool=p mcentrez&rendertype=abstract

Therawiwat. (2005) Community Based Approach For Prevention and Control of Dengue Hemmorhagic Fever in Kanchanaburi, Thailand Province South Asian. Journal of Tropical Medicine and Public Health

Tribaskoro, T. S., Rita, K. (2007). Demam Berdarah Dengue dan Strategi Pengendalian Nyamuk Penular Dalam Menghadapi Wabah.

Vanleeuwen, J. A., Abernathy, T., & Smit, B. (1999). Evolving Models of Human Health Toward an Ecosystem Context. Ecosystem Health, 5.

Wahyono, T.Y.M. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue dan Upaya Penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2. Agustus 2010.

(8)

Wajiran. (2010). Analisis Spasial Kejadian Luar Biasa Penyakit Demam Berdarah dengue Di kelurahan Leksono Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo Tahun 2009. Universitas Gadjah Mada.

Wanti. (2010). Demam Berdarah Dengue di Kota Kupang: Kondisi Iklim, Status Entomologis dan Bukti Adanya Infeksi Transovarial Virus Dengue pada Nyamuk.

WHO. (2010). Situation Update of Dengue in the SEA Region , 2010.

World Health Organization, Trend Dengue in Indonesia. Geneva : World Health Organization, 2007

Widayani, P. (2004). Pemodelan Spasial Epidemiologi DBD Menggunakan SIG di Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Widiyanto, T. (2007). Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Universitas Diponegoro Semarang.

Yatim, F. (2007). Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Pustaka Obor Populer. Jakarta.

Yudhastuti, R, dan Vidiyani A, 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol.1, No.2, Januari 2005.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak

SI e-KTP telah digunakan dari tahun 2013 sampai sekarang oleh Dispencapil Minahasa Utara dan belum pernah dilakukan pengukuran, sehingga pimpinan belum memiliki

Pada hari ini Rabu tanggal Dua belas bulan April tahun Dua ribu tujuh belas bertempat di Portal LPSE Mahkamah.Agung, Pokja ULP Pengadilan Negeri Pasangkayu, telah mengadakan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk menguji pengaruh upah, insentif dan sistem kerja secara parsial terhadap kinerja pekerja pada

sekarang, dan masa yang akan datang dalam balutan konflik yang multidimensi sehingga setiap orang berkewajiban memiliki pengetahuan dan keterampilan menyelesaikan

Budaya sekolah untuk memberi arah pada para warga sekolah dalam berfikir dan bertindak, budaya dalam konteks ini suatu rangkaian pengaruh pada bagaimana orang-orang

[r]