• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015

1

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL

Ni Luh Juniyanti1, Ni Wyn. Suniasih2, I Wyn. Wiarta3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: junie.yanti@yahoo.com1 , wyn_suniasih@yahoo.com2, wayan.wiarta@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk (1) meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 dan (2) meningkatkan pengetahuan prosedural melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan Kecamatan Denpasar Utara yang berjumlah 40 orang.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes.

Instrumen pengumpulan data hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural yang digunakan adalah tes bentuk essay. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 6,4 dari 73,9 pada siklus I menjadi 80,3 pada siklus II, (2) nilai rata-rata pengetahuan procedural meningkat 10,8 dari 75,3 pada siklus I menjadi 86,1 pada siklus II, (3) ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 18% dari 58,3% menjadi 76,3% dari jumlah siswa 40 orang pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan.

Kata Kunci : pendekatan saintifik, asesmen portofolio, hasil belajar pengetahuan matematika, dan pengetahuan prosedural.

Abstract

This classroom action research aims to (1) improve student learning outcomes through the application of mathematical knowledge-based scientific approach to portfolio assessment on the theme of my future goals fourth grade elemantary school No. 12 Peguyangan 2014/2015 and (2) increase the procedural knowledge of students through the application of scientific approach to portfolio assessment based on the theme of my future goals fourth grade elemantary school No. 12 Peguyangan 2014/2015 . Subjects in this study were students in fourth grade No. 12 Peguyangan North Denpasar District totaling 40 people. Data collection methods used in this research is the method of test.

Data collection instrument learning outcomes mathematical knowledge and procedural knowledge that is used is a test essay. Data were analyzed using descriptive analysis method of quantitative and qualitative descriptive. The results of this study show that (1) an increase in the average value of learning outcomes mathematical knowledge at 6,4 of

(2)

2

73.9 in the first cycle to 80.3 in the second cycle, (2) an increase in the average value of 10.8 procedural knowledge of 75.3 in the first cycle to 86.1 on the second cycle, (3) an increase in classical completeness knowledge of mathematics learning outcomes by 18%

from 58.3% to 76.3% of the number of 40 students in the second cycle. Based on these results it can be concluded that the application of scientifically based approach to portfolio assessment can improve learning outcomes of mathematical knowledge and procedural knowledge of students on the theme of my future goal fourth grade No.12 Peguyangan.

Keywords: scientific approach, portfolio assessment, learning outcomes of mathematical knowledge and procedural knowledge.

PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi siswa menjadi kompetensi yang diharapkan.

Pembelajaran saat ini menggunakan kurikulum 2013 yang menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa.

Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seorang siswa dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan.

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Dalam proses

pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.

Belajar matematika merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi pada jenjang sekolah dasar untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Hamzah (2014:48) mengemukakan bahwa matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya, seni seperti pada music penuh dengan simetri pola, dan irama yang dapat menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat mesin, dan akuntan.

Sedangkan matematika menurut Susanto (2013:184) merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.

Dengan belajar konsep matematika, siswa dapat belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif.

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana seseorang melakukan sesuatu, pengetahuan bagaimana performans seseorang dalam menjalankan langkah-langkah dalam suatu proses. Menurut Mardapi (2013) Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah- masalah baru. Pengetahuan ini menekankan pada “bagaimana”, dengan kata lain pengetahuan prosedural mencerminkan pengetahuan dari “proses”

yang berbeda.

(3)

ii

ii Pembelajaran di sekolah dasar

adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap matematika. Aplikasi matematika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.

Berdasarkan perkembangan kognitif, anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya, matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya. Hal ini terbukti dari hasil ujian nasional (UN) yang diselenggarakan memperlihatkan rendahnya persentase kelulusan siswa yang sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa dalam materi pelajaran matematika.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumarmo (1999), hasil penelitiannya menemukan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar belum memuaskan, juga adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan guru dalam mengajarkan matematika. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjadi (2000) mengemukakan bahwa daya serap rata-rata siswa sekolah dasar untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 42%. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh banyak faktor misalnya masalah klasik tentang penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru (teacher oriented), sementara siswa cenderung pasif. Faktor lainnya ialah penerapan model pembelajaran konvensional, yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (Susanto, 2013:191)

Permasalahan pembelajaran matematika juga dialami oleh SD No.12 Peguyangan. Berdasarkan hasil observasi

selama melaksanakan PPL-Real pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 18 November 2014, ditemukan beberapa masalah yang sering menjadi penyebab belum optimalnya hasil belajar siswa.

Penyebab utamanya adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran yang dirancang oleh guru kurang inovatif. Siswa terbiasa untuk mendengar ceramah, pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga berdampak pada tidak aktifnya siswa dalam pembelajaran. Hal ini juga terbukti bahwa siswa yang mencapai KKM masih dibawah 75% dari jumlah siswa yakni 40 siswa, data hasil belajar ini diperoleh dari hasil ujian tengah semester siswa kelas IV tahun ajaran 2014/2015.

Melihat kenyataan ini, perlu adanya perbaikan dan peningkatan hasil belajar matematika dengan cara menerapkan suatu inovasi baru dalam pembelajaran.

Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran adalah pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, model dan metode pembelajarannya.

Dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini, sistem pembelajaran menjadi sedikit berbeda yaitu pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah pendekatan saintifik. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik memungkinkan siswa untuk memperoleh nilai-nilai penting pembelajaran.

Proses belajar saintifik mencakup beberapa aktivitas yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Sani (2013:53) mengemukakan aktivitas utama yang merupakan ciri pembelajaran saintifik, dan dapat digunakan untuk membentuk keterampilan inovatif yakni : (a) observasi;

(b) bertanya; (c) melakukan percobaan; (d) asosiasi (menghubungkan/menalar); dan (e) membangun jaringan (networking).

Berdasarkan lima aktivitas tersebut, dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: (a) mengamati;

(b) menanya; (c) mencoba/mengumpulkan informasi; (d) menalar/asosiasi; (e) membentuk jejaring (melakukan komunikasi).

(4)

iii Menurut Kurniasih (2014:29)

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan.

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa.

Adapun karakteristik pembelajaran saintifik menurut Kosasih (2014:72) adalah sebagai berikut. (1) materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Siswa menerimanya dengan tidak dogmatis; tetapi memungkinkan pula bagi siswa untuk mengkritisi, mengetahui prosedur pemerolehannya, bahkan kelemahan- kelemahannya. (2) Interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif.

Siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pemikiran, perasaan, sikap, dan pengalamannya. Namun, siswa tetap memperhatikan sikap ilmiah dan tanggung jawab. (3) Siswa didorong untuk selalu berpikir analistis dan kritis; tepat dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi-materi pembelajaran.

Pada pelaksanaannya pendekatan saintifik ini akan dilandasi oleh salah satu asesmen otentik yaitu asesmen portofolio.

Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

Menurut pendapat Yus (2006:13) asesmen dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi melalui pemeriksaan kembali hasil pekerjaan siswa, wawancara, observasi dan tes yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu keputusan.

Sedangkan Uno (2012:1) menyatakan bahwa asesmen merupakan istilah umum

yang didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi, atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.

Berdasarkan pengertian asesmen tersebut, dapat disimpulkan bahwa asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran maupun kebijakan-kebijakan sekolah.

Yus (2006:69) mengemukakan portofolio adalah kumpulan dokumen yang memberikan sejumlah informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap subjek dan objek yang ada dalam portofolio. Portofolio adalah sesuatu yang berharga dan merupakan inovasi pendidikan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan tepat dalam pembelajaran menurut aturan tertentu. Aturan tertentu tersebut ditentukan oleh guru dan disetujui oleh siswa. Portofolio dalam pembelajaran merupakan dokumen siswa. Dokumen tersebut berisi kumpulan karya siswa, catatan prestasi dari siswa itu sendiri, guru, teman, orangtua atau yang lainnya, foto, refleksi, pemikiran siswa tentang sesuatu atau yang lainnya. Aturan yang dimaksud dapat berupa rentang waktu, misalnya satu bulan, tiga bulanan atau yang lainnya, urutan produksi karya, tema atau yang lainnya.

Maka dari itu asesmen portofolio menurut Samatowa (2009:17) adalah asesmen yang berupa kumpulan koleksi hasil kerja siswa yang disimpan dalam suatu file atau boks. Kumpulan koleksi tersebut merupakan hasil penilaian yang dilakukan dalam suatu periode tertentu.

Jadi dalam asesmen portofolio tidak hanya hasil yang dinilai tetapi juga proses. Selain itu asesmen portofolio dapat menilai kemajuan belajar siswa. Koyan (2011:83) mengemukakan asesmen portofolio adalah

(5)

iv

iv suatu prosedur pengumpulan informasi

mengenai perkembangan dan kemampuan peserta didik melalui portofolionya.

Asesmen portofolio yaitu menilai koleksi secara sistematik karya seseorang.

Dalam bidang pendidikan portofolio berarti pengumpulan atau koleksi karya siswa.

Asesmen dengan cara ini, karya siswa tidak dibandingkan dengan siswa yang lain, namun dibandingkan dengan dirinya sendiri. Jadi tidak ada kompetisi antarsiswa, tetapi terhadap dirinya sendiri. Asesmen portofolio pada dasarnya siswa melakukan asesmen sendiri terhadap apa yang telah dicapainya. Hasil asesmen pada suatu saat dibandingkan hasil yang lalu. Jadi, asesmen portofolio bisa bersifat pribadi, karena tidak perlu membandingkan hasilnya dengan yang lain, tetapi dibandingkan dengan dirinya sendiri.

Keunggulan asesemen portofolio memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam memberi nilai.

Keterlibatan ini sekaligus memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kinerjanya. Pendekatan saintifik yang dikolaborasikan dengan asesmen portofolio ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Jadi pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis portofolio adalah pembelajaran yang mempunyai lima komponen dalam pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran harus terdapat kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini bertujuan untuk mengupayakan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Perpaduan pendekatan saintifik dengan asesmen portofolio ini menciptakan pembelajaran yang aktif dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar yang diperoleh juga baik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015.

(2) untuk meningkatkan pengetahuan

prosedural melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam siklus tindakan yang setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi dan refleksi. Pada Tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan sebagai tindakan, menentukan pokok bahasan, mengembangkan scenario, menyiapkan sumber belajar, mengembangkan format evaluasi dan media pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dalam empat kali pertemuan dengan tiga pertemuan pelaksanaan pembelajaran pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dan satu kali pelaksanaan tes akhir siklus. Kemudian mengadakan analisis terhadap hasil belajar siswa serta mengadakan refleksi. Pada tahap observasi dan evaluasi dilakukan observasi atau pengamatan dan evaluasi siklus yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Mengobservasi secara langsung kegiatan pembelajaran di kelas dengan cara mengamati pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh guru apakah sudah sesuai dengan perencanaan tindakan di awal. 2) Mengevaluasi proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio yang meliputi tes hasil belajar untuk mengetahui pemahaman pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa terhadap materi yang diberikan setelah penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. Tahap refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting. Mengingat kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, maka pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hal-hal yang dianggap kurang maksimal, selanjutnya diadakan perbaikan dan hasilnya dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan pada siklus kedua manjadi lebih maksimal.

(6)

v Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 17 – 27 Februari semester II tahun ajaran 2014/2015 di SD No. 12 Peguyangan jalan Tunjung Tutur Nomor 11 Desa Peguyangan Kecamatan Denpasar Utara. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD No.12 Peguyangan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar pengetahuan matematika dan data pengetahuan prosedural siswa. Untuk mengumpulkan data hasil belajar pengetahuan matematika digunakan tes hasil belajar khususnya dilaksanakan setiap akhir siklus untuk mengukur peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa. Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi matematika yang menyangkut pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural.

“Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” (Arikunto, 2013:67). Menurut Purwanto (2013:63) Tes memberikan respons atas pertanyaan dalam instrument, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Dari dua definisi tes tersebut dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat ukur atau serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengumpulkan data pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu, dalam hal ini adalah hasil belajar matematika dan pengetahuan prosedural siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah butir tes yang berbentuk tes essay. Agar butir tes dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diperhatikan syarat- syarat pada saat penyusunan tes yang terdapat dalam validitas khususnya validitas isi (content validity). Menurut Agung (2011:53) suatu tes dikatakan valid dari segi isinya apabila mengukur tujuan khusus yang sejajar dengan isi atau materi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas isi dilakukan dengan menelaah butir dengan mencermati kesesuaian isi butir yang dituangkan dalam bentuk kisi-kisi

soal. Kisi-kisi yang disusun bertujuan untuk menyusun tes hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan materi pembelajaran pada tema cita-citaku. Adapun pengujian validitas isi ini membutuhkan pertimbangan dari ahli (expert judgement) yaitu dosen matematika sekaligus sebagai pembimbing skripsi dan guru matematika di SD No. 12 Peguyangan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Jadi analisis data pada penelitian ini dilakukan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Menurut Agung (2012: 67) analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif suatu cara analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat atau kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu) sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Data hasil penelitian dianalisis untuk memperoleh tingkatan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa. Hasil ini diinterpretasikan dan disimpulkan untuk digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data hasil belajar pengetahuan matematika dianalisis dengan cara menentukan nilai individu siswa kemudian mengkonversikannya ke dalam PAP skala 100, setelah itu menentukan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika siswa secara klasikal dan yang terakhir menentukan nilai ketuntasan belajar secara klasikal. Untuk data pengetahuan prosedural siswa dianalisis dengan cara menentukan nilai individu siswa kemudian menentukan nilai rata-rata secara klasikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil belajar pengetahuan matematika pada siklus I terdapat siswa yang tuntas berjumlah 21 orang dan siswa yang belum tuntas berjumlah 19 orang dengan rincian

(7)

vi

vi sebanyak 16 siswa memperoleh predikat

amat baik (A), 5 siswa memperoleh predikat baik (B+), 6 siswa memperoleh predikat cukup (C), 4 siswa memperoleh predikat kurang (D+) dan 5 siswa memperoleh predikat sangat kurang. Sedangkan pada siklus II terdapat siswa yang tuntas berjumlah 29 orang dan siswa yang belum tuntas berjumlah 11 orang dengan rincian sebanyak 25 siswa memperoleh predikat amat baik (A), 4 siswa memperoleh predikat baik (B+), 1 siswa memperoleh predikat baik (B-), 2 siswa memperoleh predikat kurang (D+) dan sebanyak 6 siswa memperoleh predikat sangat kurang (D).

Untuk pengetahuan prosedual siklus I terdapat 20 siswa yang sudah mencapai ketuntasan dan 20 siswa yang lain belum mencapai ketuntasan berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Sedangkan untuk siklus II terdapat 28 siswa yang sudah mencapai ketuntasan dan siswa yang belum mencapai ketuntasan berjumlah 12 orang.

Berdasarkan nilai rata-rata hasil analisis data penelitian tindakan kelas pada siklus I dan II, maka dapat dihitung peningkatan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa kelas IV pada tema cita-citaku semester II SD No. 12 Peguyangan sebagai berikut. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika siswa mencapai 73,9 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 58,3% dan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika siswa mencapai 80,3 dengan ketuntasan belajar klasikla mencapai 76,3%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar 6,4 dan ketuntasan belajar siswa 18%. Peningkatan juga terjadi pada pengetahuan prosedural siswa. Pada siklus I nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa mencapai 75,3 dan pada siklus II nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa mencapai 86,1. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan prosedural siswa 10,8.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural

siswa pada tema cita-citaku kelas IV SD No. 12 Peguyangan. Perbandingan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada grafik 4.1

Grafik 1. Grafik Peningkatan Nilai Rata- Rata Hasil Belajar Pengetahuan Matematika dan Pengetahuan Prosedural Siswa

Pembahasan

Penerapan pendekatan saintifik berbasis asesemen portofolio pada tema cita-citaku di SD No. 12 Peguyangan yang diterapkan pada siswa kelas IV yang berjumlah 40 siswa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga merupakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dan pertemuan keempat merupakan tes hasil belajar akhir siklus.

Penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa pada tema cita-citaku.

Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II.

Hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika siswa mencapai 73,9 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 58,3%. Sedangkan nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa mencapai

(8)

vii 75,3. Hasil yang diperoleh ini tentu saja

belum memenuhi target yang diharapkan, walaupun nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika dan nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa sudah mencapai target yaitu minimal nilai rata-rata siswa mencapai nilai ≥ 71, namun ketuntasan belajar pengetahuan matematika siswa belum mencapai target yang diinginkan yaitu ≥ 75% siswa mencapai nilai ≥ 71. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I.

Kendala-kendala tersebut yaitu siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini terjadi karena mereka sudah terbiasa belajar secara konvensional yaitu dengan mendengar penjelasan dari guru dan mengerjakan soal- soal latihan yang diberikan guru. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik. Siswa masih belum termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya menggunakan portofolio yang telah dikumpulkannya. Siswa masih ragu-ragu mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Untuk mengatasi kendala tersebut, diupayakan solusi yang digunakan sebagai perbaikan pada siklus selanjutnya. Solusi yang diambil yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi serta mengarahkan siswa sesuai dengan karakteristik pembelajaran pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio, memberikan motivasi kepada siswa agar mereka memiliki keberanian untuk mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan dari guru, memberikan motivasi kepada siswa untuk mengumpulkan portofolio dengan nilai yang baik serta memberikan motivasi dan semangat kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya melalui portofolio tersebut.

Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II. Dengan menerapkan hasil refleksi tersebut, pada siklus II nilai rata- rata hasil belajar pengetahuan matematika

dan pengetahuan procedural meningkat.

Rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika siswa meningkat 6,4 dari 73,9 pada siklus I menjadi 80,3 pada siklus II.

Ketuntasan belajar secara klasikal meningkat 18% dari 58,3% menjadi 76,3%.

Nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa meningkat 10,8 dari 75,3 pada siklus I menjadi 86,1 pada siklus II. Dengan demikian, secara klasikal hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa pada tema cita-citaku kelas IV sudah sesuai dengan kriteria yang diharapkan, Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil dan tidak lagi muncul kendala- kendala seperti pada siklus I. Siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. Hal ini terlihat dari semangat siswa dalam mengumpulkan nilai-nilai terbaik untuk portofolionya, siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa yang awalnya malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan menjadi berani. Dalam mengikuti pembelajaran, siswa termotivasi untuk mendapatkan nilai terbaik yang akan dikumpulkannya pada map portofolio, hal ini sangat terlihat jelas pada saat pemberian tugas, siswa bersemangat untuk mengerjakan tugas yang diberikan agar mendapatkan nilai terbaik. Pada siklus II ini siswa menunjukkan motivasi dan minat belajar yang tinggi serta mampu mengaitkan materi pelajaran yang diberikan dengan pengalaman mereka sehari-hari serta mampu menyimpulkan konsep- konsep yang dipelajari.

Berdasarkan pemaparan di atas, penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar, hal ini dikarenakan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio ini memiliki kelebihan dalam pembelajaran.

Kelebihannya dapat dilihat dari komponen- komponen pendekatan saintifik yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pada kegiatan mengamati ini, siswa dilatih untuk melatih kesungguhan siswa dalam mencari

(9)

viii

viii informasi, menemukan fakta, ataupun suatu

persoalan. Kegiatan menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari sesuatu yang diamati. Dalam kegiatan menanya ini siswa diupayakan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis. Setelah menanya, siswa diajak untuk mengumpulkan informasi ataupun fakta- fakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan. Kegiatan mencoba ini dilakukan untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, dan menghargai pendapat orang lain pada diri siswa. Setelah mengumpulkan informasi, kegiatan yang dilakukan adalah mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah dikumpulkan menjadi sebuah kesimpulan. Kegiatan menalar ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis.

Kegiatan yang terakhir adalah menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan ataupun tulisan.

Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa diupayakan untuk mengembangkan sikap jujur, percaya diri, bertanggung jawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain. Komponen-komponen ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta dipadukan dengan asesmen portofolio yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, peningkatan yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa pada tema cita-citaku kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun ajaran 2014/2015.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika pada tema cita-citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari

nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 6,4 dari 73,9 pada siklus I menjadi 80,3 pada siklus II.

Sedangkan ketuntasan belajar klasikal meningkat 18% dari 58,3% pada siklus I menjadi 76,3% pada siklus II. (2) Penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan pengetahuan prosedural pada tema cita- citaku siswa kelas IV SD No. 12 Peguyangan tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pengetahuan prosedural meningkat 10,8 dari 75,3 pada siklus I menjadi 86,1 pada siklus II.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini disampaikan saran-saran sebagai berikut. (1) Disarankan kepada siswa agar dapat meningkatkan pengalaman belajarnya dan melatih keterampilan bekerja sama dalam kehidupan sehari- harinya dengan mengikuti pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. (2) Disarankan kepada guru agar dapat mengimplementasikan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan prosedural siswa. (3) Disarankan kepada kepala sekolah agar implementasi pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. (4) Disarankan kepada peneliti lain untuk dapat mengembangkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dengan menyempurnakan aspek-aspek yang belum terjangkau dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(10)

ix Hamzah, H.M. Ali dan Muhlisrarini. 2014.

Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum2013. Bandung: Yrama Widya.

Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.

Sukses Mengimplemantasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Samatowa, Usman. 2009. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Uno, Hamzah, B dan Satria Koni. 2012.

Assessment Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yus, Anita. 2006. Penilaian Portofolio Untuk Sekolah Dasar. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Gambar

Grafik  1.    Grafik  Peningkatan  Nilai  Rata- Rata-Rata  Hasil  Belajar  Pengetahuan  Matematika  dan  Pengetahuan  Prosedural Siswa

Referensi

Dokumen terkait

a) Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang berkembang. b) Sebagian masyarakat kita lebih senang

bermanfaat bagi kesempurnaan laporan Kerja Praktek ini dari semua pihak. Multi Manao Indonesia.. ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Hasil penelitian ini menyimpulkan, bahwa Etika profesi hakim dan hukum adalah merupakan satu kesatuan yang secara inheren terdapat nilai-nilai etika Islam yang

Bila kita uraikan wewenang Kejaksaan sebagai Penuntut Umum, yang terdapat dalam KUHAP adalah 9 , menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai

Banyaknya benda uji yang dibuat dapat ditentukan dengan rumus pendekatan berikut (I.G.N. Mempersiapkan agregat sesuai dengan komposisi campuran yang akan

jiwa, maupun keluarga menemui beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.Hambatan atau gangguan adalah gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi, akan tetapi

Hal ini dapat dilihat dari berbagai sosialisasi yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dan juga BPJS Kesehatan Kota Semarang yang terlibat dalam

Dalam hal ini jelas bahwa kebijakan penuntutan untuk kepentingan umum dipercayakan dan dipertanggungjawabkan pada Jaksa Agung sebagai penuntut umum tertinggi dan