• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fishing Interaction of Tuna and Skipjack Fisheries Landed on National Fishing Port Ternate North Mollucas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fishing Interaction of Tuna and Skipjack Fisheries Landed on National Fishing Port Ternate North Mollucas"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN AKALANG

YANG BERPANGKALAN DI PPN TERNATE

MALUKU UTARA

TITIEN SOFIATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan di PPN Ternate Maluku Utara adalah \ karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Titien Sofiati

(4)

RINGKASAN

TITIEN SOFIATI. Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan di PPN Ternate Maluku Utara. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON, TRI WIJI NURANI dan EKO SRI WIYONO.

Program revitalisasi tuna yang dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate mengindikasikan adanya perubahan dan ekspansi pengelolaan sumberdaya ikan unggulan tidak hanya fokus pada cakalang tetapi juga pada sumberdaya ikan tuna. Namun hal ini tidak mudah untuk direalisasikan, karena para pelaku yang berkecimpung didalamnya maupun masyarakat tidak akan mudah untuk menerima. Merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangatlah sulit, apalagi tiap pelaku memiliki persepsi tersendiri terhadap kebijakan yang akan dibuat. Persepsi para stakeholder memiliki peran penting dan cukup mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan. Pemanfaatan sumberdaya tuna dan cakalang secara bersama-sama antara hand line, pumpboat, dan pole and line mempunyai dampak tersendiri terhadap keberlanjutan usaha penangkapan setiap unit penangkapan. Interaksi yang terjadi antara ketiga usaha penangkapan sangat erat, karena terdapat kesamaan sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menilai persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna dan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, (2) menentukan interaksi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan perikanan tuna dan cakalang di PPN Ternate dan menjadi sumber informasi bagi pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan tuna. Sebagai masukan kepada para pelaku usaha penangkapan ikan dalam rangka peningkatan efisiensi operasi penangkapan tuna, serta menambah khasanah keilmuan bagi para peneliti.

(5)

Persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate dilihat berdasarkan faktor-faktor volume produksi, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, dan permintaan pasar. Hasil analisis deskriminan menunjukan bahwa persepsi stakeholder cenderung sama yakni faktor-faktor atau atribut yang bersangkutan dengan sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate merupakan faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Faktor-faktor ini telah berkembang dengan baik dan harus ditingkatkan.

Persepsi stakeholder terhadap teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilihat berdasarkan faktor-faktor perkembangan jumlah armada penangkapan tuna, peningkatan teknologi penangkapan, dan daerah penangkapan ikan. Hasil analisis deskriminan menunjukan bahwa persepsi stakeholder tentang perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate adalah sama, yaitu faktor-faktor yang bersangkutan dengan teknologi usaha penangkapan tuna merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Ketiga faktor ini sudah berkembang dengan baik dan harus tetap ditingkatkan.

Hasil perhitungan produktivitas hand line, pumpboat, dan pole and line dilakukan dengan dua pendekatan yaitu berdasarkan volume produksi per trip per unit dan berdasarkan pendapatan per trip per unit. Produktivitas berdasarkan kedua pendekatan tersebut menunjukan bahwa pumpboat merupakan alat tangkap yang paling produktif, kemudian dilanjutkan oleh pole and line dan hand line. Interaksi yang terjadi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate yakni hand line, pumpboat, dan pole and line memiliki pola tersendiri. Pola interaksi dilihat berdasarkan uji statistik korelasi. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa produktivitas antara hand line dengan pumpboat serta produktivitas antara pumpboat dengan pole and line memiliki hubungan korelasi positif yang kuat. Produktivitas antara hand line dan pole and line memiliki hubungan korelasi negatif yang kuat.

(6)

SUMMARY

TITIEN SOFIATI. Fishing Interaction of Tuna and Skipjack Fisheries Landed on National Fishing Port Ternate North Mollucas. Supervised by DOMU SIMBOLON, TRI WIJI NURANI and EKO SRI WIYONO.

Tuna revitalization program undertaken by National Fishing Port (PPN) Ternate indicate a change in the management of fish resources and the expansion of seed not only focus on skipjack but also on tuna resources. However it is not easy to be realized, because the actors who are involved in it and the public will not be easy to accept. To change something that has become a habit is hard, let alone each actor has its own perception of the policy will be made. Perceptions of stakeholders have an important role and is affecting their engagement towards fisheries management system that will be applied. Resource use tuna and skipjack together between the hand line, pumpboat, and pole and line has its own impact on the sustainability of fishing effort per fishing unit. Interactions between third fishing effort is very close, because there are similarities fish resources are being targeted arrests.

The purpose of this study is: (1) assess the stakeholders perceptions of the fishery tuna resources and tuna fishing effort technology in PPN Ternate, (2) determine the interaction between fishing effort tuna and skipjack in PPN Ternate. This study is expected to be a reference in the development of tuna and skipjack fisheries in PPN Ternate and become resources for local government development policy in the determination of the tuna fisheries. As input to the perpetrators of fishing effort in order to improve the efficiency of tuna fishing operations, as well as add to their repertoire of knowledge for researchers.

The study was conducted during the two months of January and February 2013 with interviews and surveys. Analysis was done descriptively perception of the factors influencing the tuna fishing effort in PPN Ternate, deskriminan multiple testing using the equation to obtain a perceptual map. Interactions between tuna and skipjack fishing effort seen by calculating the productivity of the hand line, pumpboat, and pole and line. Pattern of interaction between hand line, pumpboat, and pole and line fishing effort be viewed the descriptive statistics and correlation testing. Descriptive analyzes were undertaken on time series productivity of hand line, pumpboat, and pole and line. Correlation test is done to strengthen the previous descriptive analysis of the presence or absence interaction that occurs.

Stakeholder perceptions of the tuna resources in PPN Ternate be based on the factors of production volume, the catch size, selling, and market demand. Deskriminan analysis results showed that the perception of stakeholders tend to be the same, that the factors or attributes related to tuna resources in PPN Ternate is an important factor affecting the tuna fishing effort in PPN Ternate . These factors are well-developed and should be improved

(7)

PPN Ternate is the same, the factors related to the tuna fishing business technology are factors that influence the development tuna fishing effort technology in PPN Ternate. These three factors are already well developed and should be increased.

The results of calculations produktivity hand line, pumpboat, and pole and line made by the two approaches are based on the volume of production per trip per unit and based on revenue per trip per unit. Productivity based on both approaches show that pumpboat is the most productive fishing gear, followed by pole and line and hand line. Interactions between fishing effort tuna and skipjack in PPN Ternate hand line, pumpboat, and pole and line has its own pattern. Pattern of interaction seen by statistical correlation test. Correlation test result showed that productivity between hand line with pumpboat and pumpboat with pole and line has a strong prositive correlation. Productivity between the hand line and pole and line has a strong negative correlation.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN AKALANG

YANG BERPANGKALAN DI PPN TERNATE

MALUKU UTARA

TITIEN SOFIATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(10)
(11)

Judul Tesis : Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan di PPN Ternate Maluku Utara

Nama : Titien Sofiati

NIM : C452110041

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi Ketua

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Februari 2013 ini ialah Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ternate Maluku Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Domu Simbolon, Msi; Ibu Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi; dan Bapak Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan tulisan ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rustardi, APi, MSi dari PPN Ternate; Bapak Yudi Ibrahim, SPi dari Shahbandar PPN Ternate; dan Bapak Ridwan dari UD. Carlic Era Pranata, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik-adikku, atas doa dan kasih sayangnya. Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Pascasarjana (Magister) PSP 2011 serta teman-teman yang berasal dari Ternate atas kebersamaan dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Titien Sofiati

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR ISTILAH xv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN TERNATE 5

Pendahuluan 5

Metode Penelitian 6

Hasil 9

Pembahasan 16

Kesimpulan 18

3 INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG

DI PPN TERNATE 18

Pendahuluan 18

Metode Penelitian 20

Hasil 21

Pembahasan 29

Kesimpulan 31

4 PEMBAHASAN UMUM 31

5 KESIMPULAN DAN SARAN 36

Kesimpulan 36

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 39

(14)

DAFTAR TABEL

2.1 Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor 8 2.2 Produksi dan nilai produksi tuna di PPN Ternate tahun 2009-2011 16 3.1 Produksi ikan tuna dan cakalang di PPN Ternate tahun 2007-2011 19 3.2 Perkembangan pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line)

Di PPN Ternate tahun 2007-2011 19

3.3 Interval koefisien korelasi dan hubungan antar variabel 21

3.4 Perkembangan produksi dan nilai produksi tuna dan cakalang

Di PPN Ternate 23

3.5 Nilai produksi tuna di PPN Ternate periode tahun 2009-2012 28

DAFTAR GAMBAR

2.1 Diagram Kartesius perceptual map 8

2.2 Persepsi kelompok aktor terhadap volume hasil tangkapan tuna di

PPN Ternate 10

2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna di

PPN Ternate 10

2.4 Persepsi kelompok aktor terhadap nilai jual ikan tuna di PPN Ternate 11 2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di

PPN Ternate 12

2.6 Perceptual map sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate 12

2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada penangkapan

tuna di PPN Ternate 13

2.8 Persepsi kelompok aktor terhada peningkatan teknologi penangkapan

tuna di PPN Ternate 14

2.9 Persepsi kelompok aktor terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di

PPN Ternate 15

2.10 Perceptual map perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna

Di PPN Ternate 15

3.1 Produktivitas alat tangkap tuna dan cakalang berdasarkan produksi

per trip per unit (A), dan berdasarkan π per trip per unit (B) 22

3.2 Perbandingan hasil tangkapan tuna di PPN Ternate 23

3.3 Perbandingan produktivitas berdasarkan jumlah trip per unit per bulan

tahun 2009-2012 di PPN Ternate 24

3.4 Daerah penangkapan ikan tuna dan cakalang untuk hand line,

(15)

3.5 Perbandingan pendapatan dari hand line, pumpboat, dan pole and line

dalam menangkap tuna tahun 2009-2012 di PPN Ternate 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian 39

2 Hasil uji korelasi antara hand line, pumpboat, dan pole and line 40

3 Unit penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate 42

4 Hasil Tangkapan dan Proses Pengolahan tuna di PPN Ternate 43

(16)

DAFTAR ISTILAH

CCRF : Code of Conduct for Responsible Fisheries merupakan tatalaksanana atau ketentuan untuk perikanan yang bertanggung jawab

CPUE : Jumlah hasil tangkapan per upaya penangkapan

Baby tuna : Tuna berukuran kecil berada dibawah ukuran tuna dewasa

yang telah ditetapkan (< 150-239 cm)

By-cacth : Hasil tangkapan yang ditangkap selain dari ikan target penangkapan.

HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point merupakan sistem pengawasan mutu dimana pengawasan mutu dilakukan secara sistematis, terpadu sejak awal sampai produk siap dilonsumsi.

Hand line : Alat tangkap yang terdiri dari tali pancing, pancing, dan umpan serta dioperasikan oleh satu orang dengan tali pancing langsung ke tangan

Pole and line : Pancing yang digunakan khusus untuk menangkap

cakalang, tuna dan tongkol, terdiri dari joran, tali pancing, dan umpan serta dioperasikan secara bersama-sama diatas kapal.

Pumpboat : alat tangkap hand line yang dioperasikan dengan sistem armada.

Standing stock : Ketersediaan sumberdaya lingkungan perairan.

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya hayati laut Indonesia tidak hanya menjadi komponen lingkungan yang penting, tetapi juga sebagai warisan yang sangat berharga. Perikanan memberikan kontribusi yang cukup nyata tidak saja dalam menyediakan pangan tetapi juga dalam hal ekonomi lokal maupun nasional. Seperti halnya perikanan dunia yang tengah menghadapi berbagai isu mendasar yang cukup mempunyai dampak terhadap kelestarian jangka panjang sektor perikanan, demikian pula yang terjadi terhadap perikanan Indonesia.

Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis membawa konsekuensi akan jenis ikan maupun potensi sumberdaya ikan yang melimpah. Secara umum sumberdaya ikan laut berdasarkan spesies dibagi menjadi delapan kelompok yaitu ikan pelagis besar seperti ikan tongkol (Euthynnus affinis), tuna (Thunus spp) dan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan pelagis kecil seperti ikan layang (Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan teri (Stelophorus spp), kelompok ikan demersal besar, ikan demersal kecil, ikan hias, mamalia, moluska, dan sumberdaya perikanan lainnya (PIPP. 2013)

Kota Ternate yang merupakan salah satu kota di Provinsi Maluku Utara dengan luas sebesar 5.795,40 Km2 terdiri dari luas perairan 5.544,55 Km2 (95,60 %) dan daratan 250,85 Km2 (4,4 %). Wilayah Kota Ternate terletak antara 2° LU - 3° LS dan 126° - 128° BT berbatasan sebelah utara dengan Laut Maluku, sebelah selatan dengan Laut Maluku, sebelah timur dengan Laut Halmahera, dan sebelah barat dengan Laut Maluku (Bappeda Kota Ternate, 2006).

Potensi perikanan lestari Kota Ternate sebesar 47.838,25 ton/tahun dari standing stok yang dimiliki sebesar 71.757,38 ton. Pada tahun 2010 produksi baru mencapai 15.439,65 ton atau 32,27 %. Produksi perikanan yang dihasilkan pada tahun 2010 menunjukan tingkat pemanfaatan yang masih under exploited. Khusus untuk tuna dan cakalang tingkat pemanfaatannya baru mencapai 21,07 %, padahal perairan ini merupakan alur migrasi ikan tuna dan cakalang. Hal ini menunjukan bahwa sangat besar peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate, 2010).

Cakalang adalah salah satu sumberdaya ikan yang paling banyak didaratkan di PPN Ternate. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar nelayan yang mendaratkan ikan di PPN Ternate adalah nelayan cakalang dengan menggunakan alat tangkap huhate (Pole and Line). Meskipun demikian belum bisa dikatakan bahwa cakalang merupakan sumberdaya ikan yang sangat melimpah. Sofiati (2011) mengemukakan bahwa produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan cakalang di perairan Kota Ternate pada tahun 2005-2009 justru memiliki tren menurun.

(18)

2

produksi ikan madidihang yang tercatat pada tahun 2011 di PPN Ternate sebesar 436,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 7.971.468 yang ditangkap dengan alat tangkap hand line, pumpboat maupun pole and line.

Program revitalisasi tuna yang dilakukan oleh PPN Ternate mengindikasikan adanya perubahan dan ekspansi pengelolaan sumberdaya ikan unggulan tidak hanya fokus pada cakalang tetapi juga pada sumberdaya ikan tuna. Merealisasikan program ini bukan hal yang mudah, karena para pelaku yang berkecimpung didalamnya maupun masyarakat tidak akan mudah untuk menerima. Mengubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangatlah susah, apalagi tiap pelaku memiliki persepsi tersendiri terhadap kebijakan yang akan dibuat. Persepsi para stakeholder memiliki peran penting dan cukup mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan

Pemanfaatan sumberdaya tuna dan cakalang secara bersama-sama antara hand line, pumpboat, dan pole and line mempunyai dampak tersendiri terhadap keberlanjutan usaha penangkapan setiap unit penangkapan. Interaksi yang terjadi antara ketiga usaha penangkapan sangat erat, karena terdapat kesamaan sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan. Tuna merupakan target penangkapan hand line dan pumpboat, sementara pole and line target penangkapannya adalah cakalang. Target penangkapan hand line dan pumpboat yang sama memberikan dampak yang besar antara satu dan lainnya. Asumsi daerah penangkapan yang tidak terlalu berbeda akan mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh dan keberlangsungan usaha penangkapan. Pole and line dengan target penangkapan cakalang, menangkap tuna sebagai hasil tangkapan sampingan (by-catch). Tuna yang ditangkap oleh pole and line adalah by-catch, namun umumnya merupakan tuna dengan ukuran belum layak tangkap secara biologis. Jika hal ini terjadi terus menerus sudah pasti akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan hand line dan pumpboat.

Berdasarkan uraian di atas, usaha penangkapan tuna dan cakalang yang berbasis di PPN Ternate perlu dikelola secara optimal dan rasional agar usaha penangkapan tuna dan cakalang berkembang secara bersama dan berkelanjutan. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian ilmiah yang lebih mendalam dan sistimatis

mengenai “Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan

di PPN Ternate Maluku Utara”.

Perumusan Masalah

Konsep perikanan berkelanjutan mengharuskan adanya keseimbangan antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Keberlanjutan sosial memiliki peran penting yang dapat mempengaruhi keberlanjutan kedua aspek lainnya. Proses pemanfaatan sumberdaya dan kegiatan ekonomi tidak akan optimal tanpa adanya keberlanjutan sosial para stakeholder khususnya pelaku perikanan tuna dan cakalang. Keberlanjutan sosial disini berkaitan dengan presepsi para stakeholder yang berkecimpung dalam usaha penangkapan tuna-cakalang di PPN Ternate.

(19)

3

pemanfaatan tuna dan cakalang di perairan Kota Ternate baru mencapai 21,07 %, hal ini bisa diindikasikan adanya overfishing. Langkah yang diambil oleh pemerintah adalah merubah atau memperluas fokus pengelolaan SDI ke perikanan tuna yang potensinya diduga cukup tinggi di perairan Maluku Utara. Kendala yang harus dihadapi adalah tuna merupakan sumberdaya yang justru kurang disukai oleh sebagian besar masyarakat setempat.

Tuna yang merupakan komoditas ekspor dengan nilai jual yang tinggi justru kurang disukai oleh masyarakat kota Ternate. Persepsi masyarakat yang tidak menyukai tuna memberikan pengaruh yang besar terhadap para pelaku usaha penangkapan. Oleh karena dianggap tuna tidak memiliki daya jual di masyarakat mengakibatkan nelayan pun enggan menangkap sumberdaya ikan ini.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh PPN Ternate mengenai revitalisasi tuna tidak membuat tuna menjadi unggulan. Usaha penangkapan tuna yang ada di PPN Ternate umumnya usaha penangkapan berskala kecil dengan fasilitas yang terbatas. Tuna yang didaratkan di PPN Ternate ditangkap dengan menggunakan pancing ulur (hand line), huhate (pole and line), dan pumboat, namun alat tangkap yang paling dominan adalah pancing ulur (hand line) yang merupakan alat tangkap yang paling sederhana dengan kapal penangkapan yang tergolong kecil dan jangkauan daerah penangkapan yang tidak terlalu jauh dari fishing base.

Hal berbeda terjadi pada alat tangkap pole and line yang target utama penangkapan adalah cakalang, sementara tuna yang ditangkap merupakan hasil tangkapan sampingan (by-catch). Tuna yang tertangkap dengan alat tangkap ini memiliki ukuran yang kecil (baby tuna). Hal ini menunjukan bahwa, tuna yang tertangkap dengan huhate (pole and line) merupakan tuna yang tidak layak tangkap secara biologis. Pada sisi lain, dengan timbulnya presepsi bahwa tuna tidak disukai/diminati masyarakat maka pemilik kapal menghibahkan tangkapan tuna tersebut sebagai bonus untuk menambah penghasilan anak buah kapal (ABK). Kondisi ini yang demikian mengakibatkan ABK tetap melakukan penangkapan baby tuna. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka akan mengganggu keseimbangan ekologi, terutama sumberdaya ikan tuna. Interaksi yang terjadi antara usaha penangkapan cakalang dan tuna pun akan menjadi tidak harmonis.

Pumpboat yang merupakan bentuk dari upaya meningkatkan hasil produksi tuna oleh PPN Ternate diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik. Peningkatan upaya penangkapan pumpboat belum tentu dapat meningkatkan produksi tuna apabila stok semakin terbatas akibat adanya penangkapan baby tuna dengan pole and line.

Eksploitasi sumberdaya tuna dengan menggunakan tiga unit penangkapan berbeda dapat mempengaruhi upaya pengelolaan usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Hal ini karena, interaksi antara ketiga alat tangkap memberikan dampak tersendiri dalam keberlanjutan usah penangkapan tuna. Hasil tangkapan baby tuna secara terus menerus oleh pole and line terindikasi akan berdampak negatif terhadap jumlah hasil tangkapan pumpboat dan hand line. Peluang ini menjadi semakin besar karena daerah penangkapan dari ketiga alat penangkapan tidak terlalu berbeda. Selain itu juga peluang terjadinya konflik antar pelaku usaha penangkapan menjadi lebih besar.

(20)

4

persepsi pelaku usaha penangkapan terhadap sumberdaya ikan (tuna dan cakalang) dan bagaimana mengetahui interaksi yang terjadi dalam ruang lingkup usaha penangkapan tuna dan cakalang.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menilai persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna dan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, (2) Menentukan interaksi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan perikanan tuna dan cakalang di PPN Ternate dan menjadi sumber informasi bagi pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan tuna. Sebagai masukan kepada para pelaku usaha penangkapan ikan dalam rangka peningkatan efisiensi operasi penangkapan tuna, serta menambah khasanah keilmuan bagi para peneliti.

Ruang Lingkup Penelitian

Kajian tentang pengelolaan perikanan bertujuan untuk mengatur segala kegiatan dalam mengoptimalkan usaha penangkapan yang memberikan keuntungan bagi semua pelaku yang terlibat di dalamnya. Presepsi nelayan tentang sumberdaya sangat mempengaruhi bentuk keterlibatan nelayan dalam sistem pengelolaan yang akan diterapkan, oleh karena itu pemahaman tentang presepsi nelayan sangat diperlukan. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh perikanan tuna dan cakalang Maluku Utara adalah presepsi masyarakat yang cenderung menyukai cakalang dari pada tuna untuk dikonsumsi.

Tuna dan cakalang merupakan sumberdaya yang potensial di Maluku Utara, namun optimalisasi pengelolaan belum terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan menurunya tren produksi tangkapan cakalang dan pemanfaatan tuna yang belum optimal. Berdasarkan fakta ini, maka perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan kedua sumberdaya ikan ini secara bersama-sama dan berkelanjutan.

Permasalahan yang kemudian timbul adalah bagaimana interaksi tiga jenis usaha penangkapan ikan yang menangkap tuna dan cakalang di PPN Ternate, yaitu pancing ulur (hand line), huhate (pole and line), dan pumpboat. Interaksi antara ketiga usaha penangkapan tersebut harus dipahami dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah upaya penangkapan yang dilakukan oleh satu jenis alat tangkap, akan mempengaruhi produksi alat tangkap yang lain atau tidak ada pengaruhnya.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa mengetahui persepsi nelayan terhadap sumberdaya tuna demi meningkatkan jumlah produksi maupun berkembangannya usaha penangkapan tuna dan cakalang secara berkelanjutan di PPN Ternate adalah penting. Disamping itu, penting juga diketahui bagaimana interaksi antara dari masing-masing alat tangkap.

(21)

5

komposisi ukuran, dan daerah penangkapan. Interaksi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi interaksi antar unit penangkapkan hand line, pumpboat, dan pole and line, interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan cakalang, dan interaksi antara daerah penangkapan. Data/informasi yang terkait dengan interaksi tersebut antara lain produksi hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan.

Persepsi nelayan dianalisis secara deskriptif dengan memetakan kondisi unit penangkapan ikan, hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, metode operasi dan daerah penangkapan ikan dalam bentuk perceptual map. Dengan demikian gambaran persepsi masyarakat nelayan terhadap perikanan tuna dapat diketahui secara detail, dan hal ini dapat bermanfaat untuk mengintroduksi teknologi penangkapan tepat guna.

Interaksi antara perikanan tuna dan cakalang dianalisis dengan menghitung produktivitas hand line, pumpboat, dan pole and line untuk melihat alat tangkap produktif, serta analisis statistik korelasi untuk mendiskripsikan interaksi yang terjadi antar usaha penangkapan dan interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan cakalang. Hasil kajian interaksi ini sangat bermanfaat untuk daerah setempat, sebagai alat kontrol bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang alokasi optimum upaya penangkapan ikan dan daerah penangkapan ikan,

Kajian tentang persepsi dan interaksi ini juga dapat digunakan untuk memprediksi keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan sosial nelayan dalam rangka meningkatkan optimalisasi usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate,

2

PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN

TERNATE

Pendahuluan

Pengelolaan perikanan berbasis masyarakat adalah sistem pengelolaan yang memanfaatkan keberadaan masyarakat nelayan untuk membantu pelaksanaan sistem pengelolaan. Namun, sistem pengelolaan ini memerlukan beberapa kajian pendahuluan untuk melihat dan menganalisis kelompok masyarakat nelayan dengan pengaruh, keterlibatan, dan kemampuannya untuk mendukung dan melaksanakan program pengelolaan perikanan yang ingin dijalankan oleh pemerintah. Salah satu kajian yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis persepsi masyarakat nelayan.

Jumlah nelayan dan tenaga kerja yang beraktivitas di PPN Ternate pada tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan rata-rata 9,10% per tahun, yaitu dari 2.307 orang pada tahun 2007 menjadi 3.246 orang pada tahun 2011. Pada periode ini jumlah nelayan meningkat dari 1.731 orang pada tahun 2007 menjadi 2.451 orang pada tahun 2011. Nelayan dan tenaga kerja yang beraktifitas di PPN Ternate meliputi nelayan ABK, tenaga unit pengolahan ikan (UPI), buruh bongkar muat ikan, dan pegawai pelabuhan, dengan prosentase dominan adalah ABK/nelayan. Persepsi dari masing-masing aktor atau stakeholder terhadap usaha penangkapan tuna dan cakalang berbeda antara satu dan lainnya.

(22)

6

fisik (pengindraan), fisiologi pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf sensoris dan psikologi (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak) (Saptorini 1989). Veitch dan Arkkelin (1995) dalam Yavanica (2009) melanjutkan bahwa persepsi terhadap lingkungan tidak hanya sekedar proses indera yang menangkap stimuli (informasi) semata, namun persepsi juga merupakan proses

“menamai” stimuli, melukiskan, menggambarkan serta memberikan arti bagi

stimuli/dunia di sekitarnya. Oleh karena itu setiap individu memberikan arti yang berbeda terhadap stimulus meskipun berasal dari objek yang sama. Persepsi masyarakat nelayan dianggap cukup mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan.

Persepsi terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh usaha penangkapan tersebut terhadap masyarakat nelayan yang ada di PPN Ternate. Telah diuraikan pada bab sebelumnya, usaha penangkapan tuna belum terlalu berkembang di PPN Ternate sementara dari segi sumberdaya memungkinkan untuk dikembangkan. Persepsi yang baik terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate akan mempermudah pemerintah dalan merancang kebijakan yang tepat untuk pengelolaan sumberdaya ini.

Menurut Sarwono (1999) persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat dalam individu (internal) dan faktor-faktor-faktor-faktor yang berasal dari lingkungan di luar (eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi presepsi seseorang seperti jenis kelamin, umur, motif, tingkat pendidikan. Faktor eksternal seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu. Persepsi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan bidang tersebut antara lain nelayan/ABK unit penangkapan dengan hasil tangkapan tuna, pedagang, dan pemerintah.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menilai persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate dan persepsi terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate,

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate Provinsi Maluku Utara. Studi pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada bulan September 2012. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan selama 2 bulan, yakni pada bulan Januari-Februari 2013.

Persepsi nelayan terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate diperoleh dengan menilai karakteristik yang telah ditentukan terhadap kelompok-kelompok responden melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Kelompok atau aktor yang menjadi responden antara lain unit penangkapan ikan dengan hasil tangkapan tuna yang terdapat di PPN Ternate, dalam hal ini hand line, pumpboat, dan pole and line; pedagang; dan pemerintah setempat.

(23)

7

berjumlah 20 orang, pedagang dan pengumpul berjumlah 20 orang, dan pemerintah setempat berjumlah 6 orang.

Data yang diperoleh dari responden antara lain jumlah hasil tangkapan, jumlah ABK, daerah penangkapan ikan, nilai jual, dan lama hari operasi. Selain melalui pengisian kuesioner dan wawancara, data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui survei dan pengamatan langsung di lapangan. Survei dilakukan untuk memperoleh data dan informasi lebih detail mengenai potensi sumberdaya ikan dan perkembangan usaha penangkapan tuna dan cakalang di lokasi penelitian. Survei kepada ketiga jenis upaya penangkapan ikan tuna dan cakalang yakni hand line, pumpboat, dan pole and line. Selain data survei juga diperoleh data statistik PPN Ternate yang terdiri dari data times series produksi dan data unit penangkapan tuna dan cakalang.

Persepsi nelayan di PPN Ternate dianalisis secara deskriptif dengan memetakan kondisi unit penangkapan ikan, volume hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, armada penangkapan ikan, teknologi penangkapan yang merupakan alat bantu nelayan dalam proses penangkapan seperti fish finder dan sonar, nilai jual hasil tangkapan, permintaan pasar dan daerah penangkapan ikan dalam bentuk perceptual map. Perceptual map merupakan salah satu peubah ganda yang dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek relatif terhadap obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. Perceptual map disebut juga Multidimensional Scalling (MDS). MDS berhubungan dengan pembuatan map untuk menggambarkan posisi obyek dengan obyek lain berdasarkan kemiripan obyek-obyek tersebut.

Ross (2011) mengemukakan bahwa perceptual map digunakan untuk mengelompokkan stakeholder apakah memiliki persepsi yang sama atau berbeda. Keunggulan pendekatan berdasar atribut yang digunakan pada perceptual map adalah lebih mudah membuat penamaan dimensi. Pendekatan berdasar atribut meminta responden untuk memeringkatkan jawaban. Analisis yang digunakan untuk perceptual map adalah analisis diskriminan. Analisis diskriminan adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk memprediksi probabilitas obyek-obyek yang menjadi milik dua atau lebih kategori yang benar-benar berbeda yang terdapat dalam satu variabel tergantung (dependen) didasarkan pada beberapa variabel bebas (independen). Simamora (2005) mengemukakan bahwa analisis diskriminan merupakan teknik yang akurat untuk memprediksi seseorang termasuk dalam kategori apa, dengan catatan data yang dilibatkan terjamin akurasinya. Analisis diskriminan digunakan dengan variabel dependen kategoris (skala ordinal atau nominal) dan variabel independen skala metrik (interval dan rasio). Churchill (2005) melanjutkan bahwa variabel dependen yang digunakan adalah pertanyaan yang diajukan dan variabel independen adalah jawaban dari pertanyaan.

Pengujian menggunakan analisis diskriminan berganda dibantu dengan menggunakan software SPSS 16.0. Hasil analisis atau output dari SPSS tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. Adapun langkah-langkah analisis dengan menggunakan SPSS 16.0 adalah:

(24)

8

Tabel 2.1 Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor.

N0 Variabel Skala

1 Sumberdaya ikan tuna

- Volume hasil tangkapan 1. Berkurang

2. Tetap 3. Meningkat

- Ukuran hasil tangkapan 1. Lebih kecil

2. Tetap 3. Lebih besar

- Nilai jual 1. Menurun

2. Tetap 3. Meningkat

- Permintaan Pasar 1. Menurun

2. Tetap 3. Meningkat 2 Teknologi usaha penangkapan tuna

- Peningkatan jumlah armada

penangkapan tuna 1. Tidak

2. Tetap 3. Ya - Peningkatan teknologi penangkapan tuna 1. Tidak

2. Tetap 3. Ya

- Kondisi daerah penangkapan tuna 1. Semakin dekat 2. Tetap

3. Semakin jauh

2) Menentukan persamaan deskriminan dengan menggunakan SPSS 16 untuk menghasilkan perceptual map yang terdiri dari empat kuadran kartesius. Bentuk dan makna dari kuadran dapat dilihat sebagai berikut (Hadiwijaya. 2011)

(25)

9

Keterangan:

A. Menunjukan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, dimana faktor tersebut dianggap penting tetapi belum dilaksanakan sebagaimana kehendak para aktor.

B. Menunjukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, dan sudah dilaksanakan sesuai dengan keinginan para aktor, maka wajib dipertahankan.

C. Menunjukan faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, maka lembaga tidak perlu menfokuskan diri untuk melaksanakannya.

D. Menunjukan faktor-faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, tetapi telah dilaksanakan sesuai keinginan para aktor, maka hal ini dianggap berlebihan.

3) Mengiterpretasikan hasil dari perceptual map

Hasil

Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Tuna di PPN Ternate

Persepsi terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate meliputi volume hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, dan permintaan pasar. Persepsi terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate dilakukan terhadap 86 responden yang dibagi dalam 5 grup atau biasa disebut dengan aktor berdasarkan profesi yaitu grup 1 terdiri dari nelayan pancing ulur (hand line) berjumlah 20 responden, grup 2 terdiri dari nelayan pancing ulur dengan sistem perahu katir (pumpboat) berjumlah 20 responden, grup 3 terdiri dari nelayan huhate (pole and line) dengan jumlah 20 responden, grup 4 terdiri dari pedangang berjumlah 20 responden, dan grup 5 yang terdiri dari pegawai dinas-dinas terkait berjumlah 6 responden.

Mengenai volume hasil tangkapan, nelayan hand line dan pemda berpendapat bahwa volume hasil tangkapan tuna di PPN Ternate untuk 5 tahun terakhir meningkat. Responden nelayan pumpboat sebanyak 75% dan pedagang sebesar 85% berpandapat bahwa produksi tuna mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir, sisanya berpendapat bahwa hasil produksi tuna tetap tiap tahunnya selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk nelayan pole and line 35% berpendapat hasil tangkapan tuna yang didaratkan tetap, 60% berpendapat semakin sedikit volume tuna, dan hanya 5% yang berpendapat hasil tangkapan tuna mengalami peningkatan pada 5 tahun terakhir.

(26)

10

Gambar 2.2 Persepsi kelompok aktor terhadap volume hasil tangkapan tuna di PPN Ternate

Mengenai ukuran hasil tangkapan, seluruh nelayan hand line (100%) berpendapat ukuran tuna yang didaratkan di PPN Ternate tetap selama 5 tahun terakhir. Sebanyak 70% nelayan pumpboat menjawab ukuran tuna yang ditangkap semakin besar dan 30% berpendapat ukurannya tetap. Nelayan pole and line sebanyak 50% menjelaskan bahwa tuna hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir tetap, 45% berukuran semakin kecil, dan 5% memberikan pendapat bahwa ukuran tuna semakin semakin besar. Untuk pedagang, 25% resonden menjawab bahwa ukurannya lebih besar dan 75% responden menjawab ukuran tuna yang didaratkan tetap. Pemda memiliki 83% pendapat bahwa tuna hasil tangkapan berukuran lebih besar dan hanya 17% yang berpendapat ukurannya tetap.

Hal menarik yang diperoleh adalah hanya kelompok nelayan pole and line yang menyatakan bahwa ukuran hasil tangkapan tuna di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir semakin kecil. Sebagian besar nelayan hand line, nelayan pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa ukuran hasil tangkapan tuna semakin besar. Sementara itu persepsi berbeda juga dinyatakan dari kelompok nelayan pumpboat, pole and line dan pedagang yang menyebutkan bahwa ukuran hasil tangkapan tuna tetap selama 5 tahun terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna di PPN Ternate

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah

(27)

11

Persepsi nilai jual dari tiap aktor dari masing-masing grup tidak terlalu jauh berbeda, seluruhnya (100%) kelompok nelayan hand line, pumpboat, pedagang dan pemda mengungkapkan bahwa nilai jual tuna yang didaratkan di PPN Ternate 5 tahun terakhir yakni periode 2007-2011 meningkat. Sedangkan di kelompok nelayan pole and line sebanyak 65% responden menjawab nilai jual tuna meningkat, 30% memberi pendapat bahwa nilai jual tuna tetap, dan 5% menjawab nilai jual tuna menurun. Dari hasil ini bisa dilihat bahwa kelompok nelayan hand line, nelayan pumpboat, sebagian besar nelayan pole and line, pedagang dan pemda memiliki persepsi yang sama yaitu nilai jual tuna di PPN Ternate meningkat dalam 5 tahun terakhir. Meskipun untuk kelompok nelayan pole and line juga berpendapat bahwa nilai jual tuna tetap dan sebagian kecil menyatakan nilai jual tuna menurun. Persepsi stakeholder lebih jelasnya dapat dilihat pada responden berpendapat permintaan pasar terhadap tuna meningkat dan 5% tetap sama untuk periode 5 tahun terakhir. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kelompok nelayan hand line, nelayan pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa terjadi peningkatan permintaan pasar tuna. Sebagian besar kelompok nelayan pole and line dan pedagang juga berpendapat permintaan pasar tuna meningkat. Namun terdapat sebagian kecil nelayan pole and line yang berpendapat permintaan pasar tuna tetap dan menurun. Begitu pun untuk pedagang, terdapat sebagian kecil pedagang yang berpendapat bahwa permintaan pasar tuna tetap untuk 5 tahun terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5.

0

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah

(28)

12

Gambar 2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di PPN Ternate

Hasil dari persepsi para aktor yang telah diuraikan di atas, dapat dipetakan dalam perseptual map sebagaimana disajikan pada Gambar 2.6. Perceptual map pada Gambar 2.6 menunjukan bahwa terjadi persamaan persepsi dari para aktor usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Persepsi stakeholder cenderung sama dan terletak di kuadran B. Hal ini berarti faktor-faktor atau atribut yang bersangkutan dengan sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate yakni volume produksi, ukuran hasil tangkapan, nilai jual dan permintaan pasar merupakan faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Faktor-faktor ini telah berkembang dengan baik dan harus ditingkatkan. Meskipun begitu ada beberapa aktor yang mempunyai persepsi yang berbeda, yaitu beberapa faktor penting belum dilaksanakan sesuai dengan kehendak aktor. Hal ini dilihat dari adanya persepsi stakeholder yang terletak di kuadran A.

Gambar 2.6 Perceptual map sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate 0

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pedagang Pemerintah

(29)

13

Persepsi terhadap Perkembangan Teknologi Usaha Penangkapan Tuna di PPN Ternate

Persepsi terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate meliputi peningkatan jumlah armada penangkapan tuna, perningkatan teknologi penangkapan, dan daerah penangkapan ikan. Persepsi stakeholder terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilakukan pada 66 responden yang dibagi pada 4 grup. Grup 1 terdiri nelayan

Persepsi stakeholder mengenai peningkatan jumlah armada penangkapan tuna yang ada di PPN Ternate sangat beragam. Kelompok nelayan hand line dengan %tase 100% berpendapat jumlah armada tuna semakin meningkat. Nelayan pumpboat yang berpendapat jumlah armada tuna di PPN Ternate meningkat hanya sebanyak 40% responden sisanya 60% berpendapat jumlahnya tetap. Sebanyak 35% responden yang berasal dari kelompok nelayan pole and line berpendapat bahwa jumlah armada meningkat, dan 65% berpendapat jumlahnya tetap. Responden yang berasal dari kelompok pemda berjumlah 33% berpendapat jumlah armada meningkat dan 67% jumlahnya tetap.

Kondisi umum yang ditemukan terkait dengan persepsi stakeholder terhadap armada penangkapan adalah seluruh nelayan handline berpendapat bahwa armada penangkapan tuna meningkat. Sebagian besar nelayan pumpboat, nelayan pole and line dan pemda justru berpendapat bahwa jumlah armada penangkapan tuna cenderung tetap dan hanya sebagian kecil yang berpendapat meningkat. Persentase persepsi para aktor terhadap peningkatan jumlah armada penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada penangkapan tuna di PPN Ternate

Teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh masing-masing unit penangkapan ikan berbeda-beda begitu pun persepsi para aktor. Seluruh (100%) aktor yang berasal dari kelompok nelayan hand line memiliki pendapat terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate untuk 5 tahun terakhir. Sebanyak 45% persepsi aktor dari kelompok nelayan pumpboat berpendapat terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan dan 55% aktor berpendapat tidak

0

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah

(30)

14

terjadi peningkatan teknologi atau tetap. Sebanyak 35% responden dari kelompok nelayan pole and line berpendapat bahwa teknologi penangkapan mengalami peningkatan, 55% tidak terjadi peningkatan atau tetap selama 5 tahun terakhir dan 10% responden berpendapat teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate justru menurun. Persepsi aktor dari kelompok pemda sebanyak 83% meningkat dan 17% tidak terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Uraian di atas menunjukan bahwa kelompok nelayan handline dan pemda memiliki persepsi yang relatif sama, yaitu bahwa teknologi penangkapan tuna cenderung meningkat. Sedangkan untuk kelompok nelayan pumpboat dan nelayan pole and line memiliki persepsi yang relatif sama, yaitu teknologi penangkapan cenderung tetap walaupun ada sebagian kecil dari mereka yang berpendapat bahwa teknologi pennagkapan tuna di PPN Ternate meningkat.

Gambar 2.8 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan teknologi penangkapan tuna di PPN Ternate

Mengenai daerah penangkapan ikan untuk stakeholder dari kelompok nelayan hand line seluruhnya (100%) berpendapat penangkapan tuna dilakukan di daerah penangkapan yang sama atau tetap. Kelompok nelayan pumpboat sebanyak 60% responden berpendapat daerah penangkapan tuna semakin jauh dan sisanya sebanyak 40% responden berpendapat daerah penangkapan tidak berubah atau tetap selama 5 tahun terakhir. Persepsi kelompok nelayan pole and line sebanyak 60% mempunyai daerah penangkapan yang sama atau tetap dan 40% berpendapat daerah penangkapan semakin jauh. Sementara untuk kelompok pemda memiliki persepsi yang lebih moderat yaitu 50% responden berpendapat daerah penangkapan semakin jauh dan 50% lagi berpendapat daerah penangkapan tuna yang didaratkan di PPN Ternate selama 5 tahun terakhir tetap. Persentase persepsi stakeholder terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Uraian diatas menunjukan bahwa, sebagian besar nelayan pumpboat telah mampu memperluas daerah penagkapan ke perairan yang lebih jauh dari fishing base, sedangkan nelayan pole and line hanya sebagian kecil yang mampu melakukan ekspansi daerah penangkapan, sementara nelayan handline belum mampu melakukan ekspansi daerah penangkapan ikan.

0

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah

(31)

15

Gambar 2.9 Persepsi kelompok aktor terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di PPN Ternate

Persepsi stakeholder terhadap teknolog usaha penangkapan tuna di PPN Ternate secara keseluruhan digambarkan dalam perceptual map yang dapat dilihat pada Gambar 2.10. Perceptual map yang terdapat pada Gambar 2.10 menunjukan bahwa persepsi dari seluruh aktor tentang perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate adalah sama. Perkembangan jumlah armada penangkapan tuna, peningkatan teknologi penangkapan dan daerah penangkapan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Ketiga faktor ini sudah berkembang dengan baik dan harus tetap ditingkatkan.

Gambar 2.10 Perceptual map perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate

N. Handline N. Pumpboat N. Pole and line Pemerintah

(32)

16

Pembahasan

Persepsi pelaku-pelaku usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dijadikan landasan dalam mewujudkan visi bersama dalam mencapai kegiatan perikanan berkelanjuan. Persepsi stakeholder terhadap volume produksi ikan tuna memberikan bukti di lapangan selain data statistik yang dimiliki PPN Ternate. Berdasarkan data statistik PPN Ternate menyatakan bahwa volume produksi tuna meningkat pada tahun 2011 sebesat 31,47% dari produksi tuna pada hahun 2010. Volume produksi tuna di PPN Ternate pada tahun 2010 sebesar 280,8 ton menjadi 436,2 ton pada tahun 2011 (Statistik PPN Ternate, 2011).

Perbedaan persepsi yang signifikan terjadi pada grup 3. Hal ini berbeda dengan persepsi grup lainya (1,2,4 dan 5). Perbedaan ini terjadi karena aktor grup 3 merupakan nelayan huhate (pole and line) yang melakukan penangkapan dengan target utama adalah cakalang, sementara tuna merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch). Penurunan jumlah hasil tangkapan tuna oleh nelayan pole and line dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, memberikan dampak positif terhadap jumlah hasil tangkapan tuna yang layak tangkap. Abdullah et al. (2011) menyatakan bahwa produksi tuna di Kota Ternate meningkat sebesar 43,04% dimulai dari periode tahun 2005 (600,06 ton) sampai tahun 2009 (2.193,65 ton).

Tuna di PPN Ternate didaratkan oleh hand line dan pumpboat. Tuna yang didaratkan merupakan tuna dewasa dengan ukuran rata-rata 1 sampai 1,5 m. Ukuran panjang tuna dewasa, menurut Fishbase (2013) adalah 150 cm dengan maksimal panjang 239 cm. Hal ini berbeda dengan hasil tangkapan tuna oleh pole and line, dimanaukuran panjangnya adalah 15 sampai 30 cm (babytuna). Kondisi ini tidak hanya terjadi di PPN Ternate, tetapi juga terjadi di wilayah perairan Pelabuhanratu, dimana tuna hasil tangkapan pancing ulur (hand line) berukuran lebih besar berkisar antara 102,5 sampai 156 cm (Mertha et al. 2005).

Nilai jual dan permintaan pasar merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Semakin banyak permintaan pasar maka nilai jual akan semakin tinggi. Meningkatnya permintaan pasar terhadap tuna di PPN Ternate pada tahun 2012 berdampak pada peningkatan nilai jual tuna (Tabel 2.2). Peningkatan permintaan pasar terhadap tuna terindikasi diakibatkan dari kesadaran masyarakat yang mulai menyukai tuna untuk dikonsumsi. Abdullah et al. (2011), menjelakan jika peningkatan produksi tuna Kota Ternate meningkat pada tahun 2005 sampai tahun 2009 sebesar 86,92% dengan nilai yang diperoleh sebesar Rp 3 milyar (2005) menjadi Rp 28,52 milyar (2009). Kondisi ini menunjukan bahwa program revitalisasi tuna yang dilakukan PPN Ternate berjalan seperti yang diharapkan.

Tabel 2.2 Produksi dan nilai produksi tuna di PPN Ternate tahun 2007-2011 Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp x 1000)

2007 101 1.107

2008 213 2.781

2009 365 4.826

2010 280,8 5.041

2011 436,2 7.971.468

(33)

17

Peningkatan nilai produksi tuna, tidak hanya disebabkan oleh perubahan presepsi masyarakat tentang konsumsi tuna. Hal lain yang terindikasi mempengaruhi peningkatan nilai produksi antara tuna dengan cakalang adalah permintaan pasar nasional. Abdullah et al. (2011) mengemukakan, tingginya persentase nilai produksi tuna dibandingkan cakalang maupun layang di Kota Ternate dipengaruhi oleh pasar utama dari ketiga jenis ikan ini. Trondsen (2001) melanjutkan bahwa nilai pasar dapat ditingkatkan dengan kegiatan pemasaran. Salah satu pasar utama tuna selain dijual di Kota Ternate, sebagian besar dipasarkan di luar daerah yakni dipasarkan ke Bitung Provinsi Sulawesi Utara,

Konsep perikanan berkelanjutan menurut Satria (2004) memiliki tiga aspek penting yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Namun dalam suatu sistem pengelolaan, maka faktor teknis memiliki pengaruh yang sama dengan ketiga aspek penting diatas. Faktor teknis yang dimaksud yaitu armada penangkapan dan teknologi penangkapan ikan, sementara untuk faktor ekologi berkaitan dengan daerah penangkapan.

Persepsi masing-masing kelompok aktor sangat beragam. Jumlah responden dari total aktor yang menyatakan terjadi peningkatan jumlah armada tuna di PPN Ternate dalam kurun waktu 5 tahun terakhir adalah 37 orang (56%) dan 29 responden (44%) menyatakan tidak terjadi penambahan. Data statistik PPN Ternate menyebutkan bahwa peningkatan jumlah terjadi pada armada penangkapan tuna di tahun 2010 sampai tahun 2011. Jumlah armada penangkapan tuna pada tahun 2010 untuk hand line sebanyak 50 unit menjadi 62 unit. Persepsi dari aktor di grup 3 (Gambar 2.6) yang sebagian besar berpendapat tidak terjadi peningkatan dikarenakan responden di grup tersebut adalah nelayan unit penangkapan huhate (pole and line). Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing ulur (hand line) tidak terlalu diperhatikan. Salah satu faktor yang menyebabkan persepsi nelayan pole and line cenderung seperti itu karena untuk armada pole and line sendiri justru mengalami penurunan unit penangkapannya. Data statistik PPN Ternate menunjukan bahwa pada tahun 2010 terdapat 52 unit armada pole and line, jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 50 unit. Sementara untuk para responden di grup 1, 2, dan 4 merupakan para pelaku utama dalam pemanfaatan sumberdaya tuna di PPN Ternate sehingga cenderung memiliki persepsi yang sama yaitu terjadi peningkatan jumlah armada penangkapan.

Astarini et al. (2011) mengemukanan bahwa Kota Ternate yang merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 berdasarkan laporan dari DKP dan LIPI (2010) masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan nelayan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangangan perikanan berbasis Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) hand line dan pole and line masih dimungkinkan untuk penambahan unit penangkapan. Penambahan unit penangkapan hand line dan pole and line bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tingkat pemanfaatannya baru mencapai 41,83%. Komposisi optimal untuk masing-masing unit sebanyak 751 unit pancing ulur (hand line) dan 33 unit huhate (pole and line) (Astarini et al 2011).

(34)

18

penangkapan sehingga hasil produksi pun meningkat. Fasilitas yang dimiliki setiap unit penangkapan tuna antara lain alat bantu penangkapan ikan di setiap armadanya seperti fishfinder dan sonar yang digunakan untuk mendeteksi adanya gerombolan ikan. Adanya dukungan teknologi yang memadai diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tiap unit penangkapan tuna dan meningkatkan volume produksi tuna di PPN Ternate.

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) untuk sumberdaya tuna yang didaratkan di PPN Ternate antara lain untuk unit penangkapan hand line mempunyai daerah penangkapan ikan (fishing ground) perairan Kota Ternate dan daerah Batang Dua. Pumpboat memiliki daerah penangkapan yang lebih jauh dari unit penangkapan hand line, mulai dari perairan Bacan Halmahera Selatan sampai pada perairan Maluku Utara. Sedangkan daerah penangkapan untuk unit penangkapan huhate (pole and line) terdiri dari perairan Kota Ternate, daerah Batang Dua dan perairan Bacan Halmahera Selatan.

Abdullah et al. (2011) dalam penelitian terdahulu juga mengemukakan bahwa penangkapan ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang, serta ikan pelagis kecil seperti layang dan tongkol dilakukan di daearah penangkapan di perairan bagian belakang Pulau Hiri dan perairan sekitar Pulau Batang Dua (Pulau Mayau dan Tifure), Pulau Moti, dan Pulau Kayoa, dengan musim penangkapan yang dilakukan sepanjang tahun.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna dan perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate relatif sama, yakni volume hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, permintaan pasar, peningkatan jumlah armada, peningkatan teknologi, dan daerah penangkapan ikan merupakan faktor yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate.

3

INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN

CAKALANG DI PPN TERNATE

Pendahuluan

(35)

19

Tabel 3.1 Produksi ikan tuna dan cakalang di PPN Ternate Tahun 2007-2011

Tahun Produksi (ton) Ikan di PPN Ternate

Cakalang Tuna

Sumber: Laporan statistik PPN Ternate (2011)

Di PPN Ternate dalam memanfaatkan potensi sumberdaya tuna dan cakalang terdapat dua alat tangkap yang menjadikan kedua sumberdaya ikan ini sebagai target penangkapan yaitu pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line). Pancing ulur (hand line) yang ada di PPN Ternate terbagi menjadi 2 sistem penangkapan, yaitu pancing ulur (hand line) dengan armada yang berkapasitas 3 GT dan pancing ulur (hand line) yang menggunakan sistem perahu katir (pumboat). Jumlah pancing ulur (hand line) yang ada di PPN Ternate mengalami peningkatan pada periode tahun 2007 sampai tahun 2011, sementara untuk huhate (pole and line) justru mengalami penurunan (Tabel 3.2)

Interaksi antara hand line, pumpboat dan pole and line dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemanfaatan tuna dan cakalang di PPN Ternate. Hal ini dikarenakan ketiga unit penangkapan ini memiliki ikan hasil tangkapan yang sama yaitu tuna. Revitalisasi tuna yang dilakukan PPN Ternate menjadikan ikan ini sebagai fokus pengelolaan dalam rangka peningkatan produksi dan nilai produksinya tanpa mengabaikan sumberdaya cakalang yang memiliki potensi yang besar pula di perairan Maluku Utara

Tabel 3.2 Perkembangan pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line) di PPN Ternate periode tahun 2007-2011

Tahun Jenis Alat Tangkap

Sumber: Laporan statistik PPN Ternate (2011). .

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Menghitung produktiviatas usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate dan pendapatan yang diperoleh

(36)

20

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate Provinsi Maluku Utara. Studi pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada bulan September 2012. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan selama 2 bulan, yakni pada bulan Januari sampai Februari 2013.

Interaksi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang dengan menggunakan pancing ulur (hand line), perahu katir (pumpboat) dan huhate (pole and line) dapat dilihat dengan membandingan produktivitas dari setiap jenis unit penangkapan sehingga mendapatkan alat tangkap yang paling produktif. Produktivitas unit penangkapan ikan tuna dan cakalang pada penelitian ini akan dihitung berdasarkan jumlah trip penangkapan dan pendapatan dari operasi penangkapan hand line, pumpboat, dan pole and line. Hal ini berarti produktivitas (CPUE) masing-masing unit penangkapan tuna dan cakalang diperoleh dengan menghitung jumlah rata-rata hasil tangkapan ikan per kapal dalam 1 bulan/tahun dibagi dengan jumlah rata-rata trip penangkapan dan pendapatan yang diperoleh kapal yang bersangkutan selama kurun waktu 4 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Produktivitas berdasarkan pendapatan digunakan model Gordon Schaefer. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada rumus dibawah ini.

1) Produktivitas (CPUE) =

TR : total revenue (penerimaan total) (Rp) p : harga rata-rata ikan per kg (Rp/Kg) C : jumlah produksi ikan (kg)

Perhutungan produktivitas unit penangkapan tuna dan cakalang yang ada di PPN Ternate dilakukan terhadap kapal sampel dari masing-masing unit penangkapan, dalam hal ini hand line, pumpboat), dan pole and line. Adapun

(37)

21

pembeda yang cukup memuaskan atau dianggap valid. Interval koefisien korelasi dan hubungan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.3 (Sarwono 2006).

Tabel 3.3 Interval koefisien korelasi dan hubungan antar variabel

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

0

Tidak ada korelasi antara kedua variabel

>0-0.25 Korelasi sangat lemah

>0.25_0.5 Korelasi cukup

>0.5-0.75 Korelasi kuat >0.75-0.99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Hasil

Produktivitas Pancing Ulur (hand line) dan Huhate (pole and line)

Pancing ulur (hand line) yang ada di PPN Ternate memiliki produktivitas yang besar dalam menangkap tuna, karena hanya mempunyai satu ikan target yaitu tuna. Kapal penangkapan pancing ulur bervariasi mulai dari 3 GT sampai 30 GT. Di PPN Ternate jumlah alat tangkap pancing ulur dari tahun ke tahun periode tahun 2007 sampai tahun 2011 semakin bertambah (Tabel 3.2). Terdapat 2 jenis metode penangkapan dengan pancing ulur di PPN Ternate, yaitu penangkapan tuna dengan armada hand line berukuran 3 GT dan menggunakan sistem perahu katir (pumpboat) dengan kapal yang memiliki kapasitas lebih besar yakni 20 GT sampai 30 GT. Sedangkan untuk huhate (pole and line) yang terdapat di PPN Ternate rata-rata berukuran 6 GT sampai 30 GT dengan sistem operasi penangkapan yang beragam, ada yang memiliki sistem operasi one day fishing dan ada juga yang operasi penangkapannya sampai 1 bulan. Produktivitas dari hand line, pumpboat, dan pole and line dihitung berdasarkan jumlah trip penangkapan per unit alat tangkapan dan berdasarkan pendapatan per trip per unit penangkapan.

(38)

22

Gambar 3.1 Produktivitas alat tangkap tuna dan cakalang berdasarkan produksi per trip per unit (A) dan berdasarkan pendapatan per trip per unit (B)

Produktivitas berdasarkan volume produksi trip per unit penangkapan dan produktivitas berdasarkan pendapatan per trip per unit penangkapan disajikan pada Gambar 3.1. Berdasarkan pendekatan volume produksi per trip per unit penangkapan menunjukan pumboat memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan hand line dan pole and line. Berdasarkan pendekatan pendapatan per trip per unit penangkapan juga menunjukan pumpboat sebagai alat tangkap dengan nilai produktivitasnya paling tinggi, kemudian dilanjutkan oleh pole and line dan hand line. Produktivitas berdasarkan kedua pendekatan tersebut memiliki pola yang sama yaitu pumpboat berada pada urutan tertinggi dan dilanjutkan dengan huhate (pole and line)dan hand line.

Interaksi Antara Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang

Pengelolaan sumberdaya tuna dan cakalang secara bersama-sama dan terpadu mengharuskan PPN Ternate menetapkan kebijakan pengelolaan yang tepat guna, tepat sasaran, efektif dan efisien. Terdapat dua sumberdaya ikan potensial di perairan Maluku Utara yaitu tuna dan cakalang yang didaratkan di PPN Ternate. Produksi dan nilai produksi tuna dan cakalang di PPN Ternate pada periode tahun 2007 sampai tahun 2011 semakin meningkat (Tabel 3.3), dengan fakta ini mengharuskan pengelolaan akan kedua sumberdaya ikan ini harus diperhatikan. Target penangkapan hand line dan pumpboat adalah tuna, sedangkan untuk pole and line target penangkapannya adalah cakalang. Namun, untuk unit penangkapan pole and line tidak hanya menangkap cakalang tetapi tuna juga tertangkap tuna sebagai by catch. Komposisi hasil tangkapan tuna oleh ketiga alat tangkap tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(39)

23

Tabel 3.4 Perkembangan produksi dan nilai produksi tuna dan cakalang di PPN Ternate

Tahun

Produksi (ton) Ikan di PPN Ternate

Nilai Produksi (Rp Juta) Ikan di PPN Ternate

Tuna Cakalang Tuna Cakalang

2007 101 524 1.107.839 4.023.556

2008 213 853 2.781.664 8.026.521

2009 365 964 4.826.064 8.352.877

2010 280,8 943,2 5.041.768 8.975.344

2011 436,2 2287,4 7.971.468 26.112.848

Sumber: Laporan statistik PPN Ternate (2011).

Adanya beberapa unit penangkapan yang menangkap sumberdaya ikan yang sama mengharuskan ditentukan satu unit penangkapan yang paling produktif untuk pengelolaan sumberdaya tuna. Produktivitas dari pumpboat lebih dominan dibandingkan dengan yang lain yaitu 52%, kemudian hand line sebesar 36%, dan produktivitas terendah adalah pole and line 12%.

Gambar 3.2 Perbandingan hasil tangkapan tuna di PPN Ternate

Interaksi unit penangkapan tuna dan cakalang berdasarkan produktivitas volume produksi

Produktivitas tuna dengan menggunakan hand line berdasarkan volume produksi per trip per unit penangkapan terlihat dari bulan Januari sampai Desember 2012 mengalami fluktuatif. Nilai produktivitas tinggi terjadi pada bulan Februari 169 kg/trip/unit, Oktober 169 kg/trip/unit, November 169 kg/trip/unit, dan Desember 162 kg/trip/unit selama tahun 2012. Untuk pumpboat produktivitasnya dalam menangkap tuna juga mengalami fluktuatif tiap bulan selama periode tahun 2009 sampai tahun 2012. Pada tahun 2009 produktivitas pumpboat dalam menangkap tuna tinggi terjadi pada bulan Maret, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan Desember, dengan produktiviatas tertinggi terjadi pada Juli yaitu 217,70 kg/trip/unit. Tahun 2010 produktivitas pumpboat berdasarkan jumlah trip per unit tinggi pada bulan Maret, April, Juni, Agustus,

Hand line 36% Pumpboat

52% Pole and line

Gambar

Tabel 2.1 Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor.
Gambar 2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna
Gambar 2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di
Gambar 2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Baris 6-9: membuat method dengan nama getAngkaNada() , yang berguna untuk mengambil isi dari variabel angkaNada.. - Baris 10: membuat method dengan nama cekNada() , method

sehingga menghasilkan yield yang cukup baik,dengan risiko rendah. Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Percobaan kultur jaringan dilakukan dengan menggunakan eksplan biji muda cendana yang endospermanya masih meristematis hingga dimungkinkan mengalami morfogenetis membentuk

Hasil (TVBN) yang dilakukan untuk mengetahui jumlah basa nitrogen yang mudah menguap (volatil) pada ikan lele dengan menggunakan penambahan serbuk dan tanpa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bungkil sawit, limbah sayuran (hasil fermentasi) dan dedak pada media kotoran kambing terhadap

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, kriteria disposisi matematik peserta didik dalam pembelajaran matematika pada materi statistika memiliki kriteria positif

Kami telah membaca pengenepian di atas dan kami faham bahawa dengan menandatangani borang ini maka kami bersetuju bahawa telah menjadi niat kami untuk mengecualikan dan