MISI IffiISTEN
DI INDONESIA (1945
s/d
1990)
Oleh
IDA HUMAIDA
1952211806
Jurusan Sejarah l(ebudayaan Islam
Fakultas Ad ab IAIN Syarif Hidaya1tullah
l)I INDONESIA (1945 s/d 1990)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Gelar Saijana Agama
l)embimbing I
Oleh
IDAHUMAIDA
1952211806
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Drs. Jajat Burhanuddin, MA.
NIP. 150268781Jurusan Sejarah I(ebudayaan Isfatm
Fakultas A dab IAIN Syarif Hidayatullah
Skripsi yang be1:judul: "RESPON UMAT [SLAM TERl-IADAP MIS!
KRISTEN DI INDONESIA (1945 's/d 1990 )" telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas ADAB. IAIN Syarif I-lidayatullah .Jakarta pada tanggal 5 Februari 2001. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh geiar Sarjana Program strata 1 (S 1) pad a .lurusan Sejarah Peradaban
Islam (SPI).
Jakarta. 5 Februari 200 I
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota.
A·
=
セ@
=-
---
=::::>
Dr. H. Faturrahman Rauf
NIP: 150 103 889
セセ@
NIP: 150 122 620Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota.
Ors. Parlindungan Siregar. MAg NIP : 150 268 588
Ors. 1-1. Budi Sulistiono. M. Hum NIP : 150 236 276
His mi I la h irro h man i rrnhi m
!Jcngan na111a ;\llah yang 111aha pengasih lagi tnaha pcnyayang. Segala puji
dan syukur pcnulis panjatkan kehadirat Aliah SWT, yang tclah 1ncli111pahkan taulik
dan hiclayah-Nya kepada kita sen1ua, sehingga 111asih n1engikuti perken1bangan i!n1u
sarnpai sdrnrang, bahkan atas izin serta petunjuk-Nya hingga penulis clapat 111enyusun
Skripsi ini. Shalawat clan salarn penulis sarnpaikan kepacla Nabi fVluha111111acl SAW.
yang telah rnernbawa urnatnya clari bentuk kehiclupan kegelapan yang penuh clengan
kehinaan clan kesengsaraan kepacla suatu bentuk kehiclupan Nur yang penuh clengan
keclamaian clan keselarnatan cli clunia maupun cli akhirat.
Dengan rnengucapkan puji syukur kehaclirat Allah SWT, akhirnya sa111pa1
kepacla penulis untuk menulis clan menyelesaikan Skripsi ini, yang rasannya tidak
rnungkin penulis selesaikan mengingat lemahnya pengetahuan penulis, namun berkai
Karunia clan Rahrnat-Nya juga, tulisan ini akhirnya clapat selesai, walaupun dala111
bentuk yang masih jauh dari sernpurna.
Skripsi ini pcnulis pcrscmbahkan untuk keclua orang tua tercinta, U111i clan
Buya yang telah mendiclik clan membesarkan penulis, serta kesabaran rnereka yang
Juar biasa tetap rnemberikan sernangat penulis untuk menyeiesaikan tugas akhir
skripsi ini. Kakak dan adik tercinta atas clukungan rnorilnya selama ini.
Penulis sangat n1enyadari bahvva tanpa bantuan clan dorongan dari berbagai
antara lain:
1. Bapak Ors. Faturrrahrnan Rauf, selaku Dekan Fakulws J\clab.
2. Bapak Ors. H. Abdul Chair. MA., selaku Ketua .lc1rusan Sejarah clan
Kebudayaan Islam.
3. Bapak Ors. l'arlindungan Siregar, MAg, selaku Sekrelaris .lurusan Sejarah
dan Kebuclayaan Islam.
4. Bapak Ors. H. Baclri Yatirn, MA, selaku Pernbimbing I, yang Lelah dengan
ikhlas rnernberikan saran clan petunjuk clalarn tehnis penulisan Skripsi ini
dan tidak segan-segan n1engkritik clan n1engoreksi serta n1en1herikan
gagasan-gagasan clalan1 penulisan Skripsi ini hingga selesai.
5. Ors. .lajat Burhanuddin, MA., selaku pernbimbing II, yang telah
memberikan saran clan petunjuknya clalarn menyelesaikan Skripsi ini.
6. Para Oosen Fakultas Aclab yang telah rnembimbing penulis selama rnusa
perkuliahan.
7. Untuk seseorang yang telah memberikan kontribusinya yang signilikun
akan tuntasnya skripsi ini, Robi Nurhacli SIP. Belahan jiwa yang leluh
rnengisi ruang kosong di hati. Terima kasih untuk ticlak bosan-bosanny«1
dalam memberikan rnotivasi untuk segera menyele:mikan lugas <1khi1
skripsi ini.
skripsi ini
9. Rekan-rekan F ASK! angkatan '95 clan ·96 yang tel ah 111e111berika11
dukungan juga suportnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
na111anya. namun telah ikut rnernbantu penulis dala111 meyelesaikan
Skripssi ini.
Akhirnya, penulis menyaclari akan segala kekurangan-kekurangan yang ad"
dala111 menyelesaikan skripsi 1111, dengan segala kerendahan lrnti, penulis
mengharapkan kritik clan saran. kepacla-Mu jualah penulis 111encurahka11 segalanya.
scn1oga an1al clan niat yang baik n1endapat pahala clan balasan yang berlipat gHnda . . -\min.
Jakarta. 12 .luni 2000
Halaman
KATA PENGANTAR ... .
DAFTAR ISI ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pemilihan Pokok Masalah . . . 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masai ah . . . ... 8
C. Metode Pembahasan. .. ... ... . .. . .. ... ... ... ... ... .. . .. . .. . ... ... 10
D. Sistematika Penyusunan . . . .. . . .. . . . .. 11
BAB II MISIONARI DI INDONESIA
A. Misi dan Perkembangannya Sampai Dengan Masa Kolonia! 13
B. Misi pad a Kemerdekaan Sampai Akhir Orde Lama. . . . 24
A Respon Ekstreme ... 42
B. Respon Moderat ... . 48
BAB IV RESPON ORGANISASI MASSA ISLAM TERHADAP PENETRASI MISI KRISTEN A. Muhammadiyah . . . 55
B. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia . . . ... 65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan . . . 72
B. Saran-saran . . . ... ... . .. ... 74
DAFT AR PUST AKA . . . .. . . .. . . .. . .. . .. .. . 76
PENDAHULUAN
A. Pemilihan Pokok Masalah
Berbicara mengenai persoalan agama di Indonesia menjacli suatu hal yang
riskan, terlebih hal itu kemuclian clianggap sebagai permasalahan yang berhubungan
dengan SARA (Suku, Agama Ras, clan Antar Golongan). Ironisnya, untuk meredam
ha! itu, pemerintah selalu berlindung di balik konsep toleransi.
Di kalangan umat Islam santer dibicarakan tentang meningkatnya kegiatan
kaum Kristen di berbagai biclang. Hal itu dapat dilihat pada laporan para utusan dari
berbagai daerah di forum kongres ormas-om1as Islam atau lembaga dakwah,
munculnya keluhan umat Isli,Ull dalam setiap surat kabar clan majalah dipenuhi oleh
saratnya informasi tentang meningkatnya kegiatan misionari dalam berbagai bcntuk
clan manifestasinya.
Menjelang pertengahan Abad ke-19, hampir scluruh Dunia Muslim telahjatuh
di kaki kekuasaan-kekuasaan kolonial. Dunia Islam telah dijaclikan seperti parcel oleh
pemerintah Kolonia! Eropa, sepanjang sejarah kolonialnya Eropa diilhami oleh
semangat misi yang sama yang telah mengilhami misionari Kristen. Dengan begitu,
kcgiatan misionari sebenamya memiliki sejarah panjang ke1jasama clengan
Apa yang te1jadi dalam kaitan era! antara kegiatan misionari dengan kekuatan
kolonial ini, menjadi sebab hampir semua Muslim yang terjajah menjadi curiga
terhadap segala kegiatan misionari, tak peduli dengan motif tulusnya. Seorang
Nasrani Eropa, Samuel Zwemmer,berkata: "Tujuan utama dari kerja misionari
Kristen bukanlah untuk membawa orang-orang Islam menjadi Kristen, tetapi untuk
mencabut mereka keluar dari Islam".1
Kecurigaan kalangan Muslim itu semakin mendalam ketika mereka
menyaksikan layanan kemanusiaan yang menonjol dalam kegiatan misionari, seperti
bantuan pendidikan, kesehatan/keuangan untuk memasyarakatkan ajaran Kristen. Hal
ini mereka pandang sebagai suatu ha! yang san1a yaitu upaya Kristenisasi.
Ketika Indonesia Merdeka, apa yang dilakukan misionari Kolonia!, terwarisi
dengan baik oleh misionari pribumi mereka menemskan apa yang menjadi cita-cita
awal Gerejani Kristen, membuat ummat Islam keluar dari Islam atau paling tidak
Atheis. Ada sebuah peristiwa yang selalu menjadi mjukan para penulis ketika ingin
menulis tentang hubungan Islam-Kristen di Indonesia, yaitu, mengenai wakil-wakil
kaum Nasrani di Indonesia bagian timur yang tidak setuju terhadap pencantuman
tujuh kata ("... dengan kewajiban melaksanakan Syariat Islam bagi pemeluknya")
dalam Mukaddimah UUD 1945 hasil pemufakatan sembilan tokoh Nasional.
1
Dr. Alwi Shihab, Islam lnklusif, Memfiu sikap terbuka dalam beragama, (Bandung, Mizan,
Sejak saat itu, sungguhpun pada akhirnya tujuh kata itu, dihapuskan mereka
tetap menempuh cara lain sebagai bentuk kekecewaan terhadap ticlak dicantumkannya
"tujuh kata" dalam pembukaan UUD 1945. Dibidang Legislatif misalnya, mereka
berusaha keras untuk menggagalkan setiap usaha pengesahan undang-undang yang
diinginkan mnat Islam untuk dapat lebih mentaati ajaran-ajaran ag;ama mereka.2 Sebut saja misalnya, UU mengenai perkawinan, penclidikan, dan peradilan
agama, diwaktu pengambilan suara mengenai RUU perkawinan, fraksi katholik dan
Protestan Walk out, meninggalkan sidang secara demonstratif. Pada kasus RUU
peradilan agama misalnya, pemimpin-pemimpin mereka terns aktif dengan lisan
maupun tulisan dalam media yang mereka miliki. Seorang pendeta Katholik, Peter
Jesuit, Rektor Kolese Canisius di Jakarta, secara terang-terangan, mengingatkan lagi
kepada umat Islam : "Tidak ada toleransi untuk Piagam Jakarta."' Hal itu, artinya
mereka tidak akan membiarkan kemungkinan terbukanya umat Islam untuk mengatur
kehidupan beragama di Indonesia.
Sejarah panjang kegiatan misionari di Indonesia, berawal dari kedatangan
bangsa Portugis seiring dengan perjalanan Columbus. Bangsa Portugis yang
menemukan rute ke Asia lewat Afrika Selatan menandai era baru kegiatan misionari
2 Usaha seperti ini bukan saja dilakukan oleh kalangan Kristen saja, tetapi juga dari kalangna
Nasionalis Muslim sekuler, bahkan golongan terakhir inilah yang paling menentukan, lihat Dr. Alwi
Shihab, tvfembendung arus
di kepulauan Inclonesia.4 Pacla tahun 1511, Portugis berhasil menclaratkan kapalnya di
Malaka, clan pada akhir tahun yang sama berhasil mencapai Maluku. Kemuclian agama Kristen memasuki daerah tersebut, mengikuti jalur perjalanan Portugis, Salib
ditanamkan climanapun kapal Po!1l1gis. Salib clitanamkan climan.apun kapal Portu§;is
mendarat.
Dengan bangkitnya kekuatan Belanda, kegiatan misionari beralih ke VOC clan
mulailah berkembang Kristen Protestan di wilayah ini. Mereka mengambil alih Pastor
clan jemaah Kristen di bawah pengarnh mereka. Sehingga secara umum mereka
benar-benar berhasil clalam usaha untuk menyebarkan ajaran Kristen di Indonesia.5
Menurut Alwi Shihab,. pada umumnya Islam memandang Kristen sebagai
Ahlul Kitab yang harus dihormati tetapi sepanjang perjalanan sejarah, hubungan yang
telah menjadi sumber kebaikan bagi keduanya ini telah menjadi sumber berbagai
kesalahfahaman, keticlakpercayaan clan konflik.6 Pandangan Alwi di atas senada
clengan Th. Sumartana, St. Sunardi clan Farid Warjidi, yang mengatakan:
" Salah satu sebab pertentangan antara kedua agama besar ini (Islam-Kristen) menyangkut hal penyebaran agama ( dakwah, zending, misi). Agama pada masa itu menampilkan dirinya sebagai potensi disintegratif yang cukup
·• Qanrnrucldin Hidayat, (Ed.) Passing Over, Melin/asi Batas Agama, (Jakarta: Gramedia clan Paramadina, 1998) cet ke-1ha!203
5 Bahkan menurut Almanak Pemerintah untuk Hindia Belanda hanya ada l 7 Pendeta, 27
Misionari clan satu pastur tapi jumlah ini meningkat pada tahun l 900, menjadi be11urut-turut 27,33,49, lihat Dr. Alwi Shihab, Islam lnklusif hal l l
6
menonjol clisamping biclang-biclang lainnya, seperti ideologi, politik clan kesukuan".7
Sementara itu, clalam cloktrin ajaran Kristen clikenal aclanya perintah untuk
melakukan penginjilan (Evengelisasi), yaitu, ketika Kristus berpesan kepacla
muriclnya untuk "pergi clan mengajak muricl-muricl clari semua bangsa".8 Selain itu
cloktrin penginjilan juga clisanclarkan pacla kitab-kitab Kristus yang populer clalam
Matius 12 : 30 "Siapa ticlak bersama Aku, Ia melawan Aku clan Siapa ticlak
mengumpulkan bersama Aku, la menceraiberaikan .. " 9
Kcgialan misi dan kristcnisasi di lncloncsia, tampak mcningkat sctclah
meletusnya pemberontakan G 30 S I PK.I. Keluarga orang-orang komunis yang
ditangkap clan umat Islam yang miskin aclalah sasaran utama mereka. Berpuluh-puluh
ribu orang terpaksa masuk Kristen berkat bujukan-bujukan clan dana-dana dari misi
tersebut. 10
Pada tahun 1967, misi tersebut mulai menunjukkan cara-cara yang sangat
menyinggung perasaan umat Islam, yaitu mendirikan gereja-gereja dan
sekolah-sekolah Kristen di lingkungan kaum Muslimin. Lembaga-lembaga pendidikan dan
keagamaan tersebut tumbuh "bagaikan jamur di musim hujan", di seluruh pelosok
7
Ibid, ha! 92
8 Matius 28: I 9, ha! 19
9
Alkitab Matius 28: I 9, Perjanjian baru (Jakarta: Lembaga Alkitab indonesia, 1997) Cet. Ke 157hal 19
'°
M. Natsir, "Islam dan Kristen di Indonesia" (Bandung, Pelajar dan Bulan sabit, 1969) cetIndonesia." Aclalah naif apabila clikatakan bahwa kegiatan misionari ini ticlak
membutuhkan modal dan para ahli, baik di bidang agama maupun di biclang teknik
riset. Dana dari luar negeri tentu saja menjadi faktor pendukung yang signifikan,
dalam Harian Sinar Harapan (25 Mei 1973) misalnya, disebutkan bahwa dari
·'international Christian Aid" saja sudah tersedia dana $ 150.000,- clan dari World
Council of Churches sebesar $ 200.000,- serta belum lagi pada tahun-tahun sebelum
clan sesuclahnya. 12
Keaclaan yang demikian telah menimbulkan respon clan reaksi keras dari umat
Islam, hal ini bisa clilihat clari berbagai peristiwa yaitu : perusakan gereja-gereja di
Meulaboh, Aceh (Juni i 967), Makasar, Ujung Panclang (Oktober 1967) clan sekolah
Kristen di Slipi, Jakarta.13
Kejaclian-kejadian tersebut terjacli karena pendapat clan tuntutan-tuntutan clari
kaum muslimin kepacla pihak-pihak yang bersangkutan juga pemerintah tidak
menclapat sambutan yang positif, antara lain yaitu tentang pendirian gereja clan
sekolah-sekolah Kristen yang dibangun tanpa meminta izin kepada pemerintah
setempat.
Dalam tahun 1967, dalam suatu permusyawaratan antar agama yang sengaja
cliadakan oleh pemerintah di kantor Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Presiden
11 Ibid
12
Sinar Harapan 25 Mei 1973
Soeharto pernah menyampaikan suatu Appeal agar hendaknya umat beragama lebih
memusatkan perhatiannya dalam mempertinggi mutu agama golongan masing-masing
clan menjaga agar jangan ada satu golongan agama yang merasakan dirinya sebagai
sasaran propaganda dari agama yang iain."
Dari pihak Islam diusulkanlah suatu "modus vivendi" suatu rumusan Piagam
antar agama yang sesuai dengan Appeal Presiden Soeharto tersebut. Namun pihak
Kristen baik Protestan maupun Khatolik menolaknya mentah-mentah."
Dengan demikian persoalan misionari di Indonesia adalah sebuah persoalan
yang menarik untuk diangkat karena kompleksitasnya sehingga sedikit ilmuan yang
berusaha untuk menulis tentang ha! ini.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Penulis mengajukan sebuah judul Skripsi :
"Respon Muslim Terhadap Penetrasi Misi Kristen Di Indonesia 1945-1990"
Berkenaan dengan itu, dapat penulis tegaskan beberapa alasan memilih pokok
masalah tersebut:
Pertama, masih sangat sedikit tulisan yang berkenaan dengan "Aktivitas
Misionari Kristen'', mungkin ha! ini disebabkan oleh 2 dua hal. pertama adalah
ketidaksediaan untuk membahas permasalahan yang dapat memunculkan
pertentangan tersembunyi antara umat Islam clan Kristen di Indonesia ke permukaan.
" Lukman Hakim (Ed), "lntoleransi Kaum Nasrani Terhadap Umat Islam" Dalam Fakta dan
Data; Usaha-usaha Kristenisasi di Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1983), hal 20
15 M. Natsir, Mencari Modus Vivendi di Antara Umat Beraga1na di Indonesia, (Jakarta:
Alasan kedua adalah kehati-hatian yang berlebihan, berusaha untuk tidak mengusik
kepekaan pemerintah terhadap permasalahan yang berhubungan dengan SARA (Suku,
Agama, Ras & Antar Golongan). Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan misionari ini, sebagai sumbangsih pemikiran clan upaya memecah
kebekuan menulis tentang kegiatan misionari.
Kedua, tulisan ini tidak berusaha untuk mendiskreditkan umat Kristen sebagai
Kelompok Minoritas di Indonesia, namun lebih merupakan pengungkapan fakta
sej arah terhadap ad an ya aktivitas misionari.
Ketiga, Sesuai dengan tema, Penulis ingin mengungkap lebih jauh mengenai
bentuk respon yang diberikan umat Islam terhadap adanya kegiatan misi, dan
mengungkap lebih jauh keterlibatan organisasi massa Islam ( dalam ha! ini
Muhammacliyah dan DDII), sebagai bentuk clari lembaga formal umat Islam clalam
merespon aclanya misi.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Kajian clalam Skripsi ini sesungguhnya memerlukan uraian yang panjang clan
luas, sehubungan clengan sumber-sumber kajian sejarah masa lain clan problem
kontemporer yang mesti climunculkan. Namun begitu, Penulis bernpaya untuk
membatasi pembahasan pacla: respon muslim clalam ha! ini cliwakili Ormas Islam
Muhammacliyah clan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia terhadap misionari di
Indonesia. Dipilihnya dua Organisasi ini, bukan berarti menafikan peran organisasi
fakta dan data yang ada. Kedua Organisasi inilah yang secara nyata, melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai reaksi terhadap adanya kegiatan misi dan meresponnya baik
dalam bentuk pengiriman-pengiriman Da'i ke berbagai pelosok daerah untuk
mengimbangi banyaknya pastur yang disebar lembaga Gereja, seperti yang dilakukan
Muhammadiyah, maupun dengan jalan memunculkan fakta adanya misi ke dalam
media jurnalistik dalam ha! ini, DDII, mengeluarkan sebuah majalah fakta dan data
yang isinya mengenai beberapa kegiatan yang dilakukan kaum Nasrani dalam usaha
misionarinya di Indonesia.
Selain itu, pada kajian tentang misi (dalam Bab II), Penulis membatasi hanya '
pada masa kolonial (Misi Kristen awal yang dimotori Portugis dan misi Kristen
Protestan di bawah Kolonia! Belanda). Sementara pada zmnan Jepang tidak
disinggung, karena memang hubungan Islam dan Kristen ketika itu yang sebelumnya
meruncing mereda untuk sementara. Tidak ada lagi kegiatan misi yang dilakuakan
misionari pribumi.
Mengenai istilah Zending, yang penulis cantumkan dalam pembahasan
mengenai Misionari pada masa Kolonia!, pada dasamya istilah ini, sama dengan
"rnisi" namun, zending berasal dari bahasa Belanda yang berarti pengutusan Injil,
Tuhan Yesus Kristus keseluruh dunia, istilah zending hanya digunakan oleh misionari
Protestan ketika zaman Belanda. Sementara misi, berasal dari bahasa lnggris
mission
dcngan latar bclakang bahasanya. Untuk pernbahasan sdanjutnya pcnulis ilanya akan
n1cnggunakan istilah n1isi.
C. Metode Pembahasan
Dalam upaya untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, Penulis
menggunakan pendekatan analisis historis mengenai respon Muslim terhadap
misionari di Indonesia sesuai dengan tiga tahapan metode pembahasan sebagai
berikut: pertama, heuristik atau penelurusan data. Ada dua data yang penulis jadikan
rujukan, pertama data primer seperti Peraturan Pemerintah (PP) tentang pedoman
penyiaran agama atau menelusuri langsung data statistik penduduk menurut propinsi
dan agama dengan bersumber dari Pusat Statistik Indonesia atau penelurusan data
otentik mengenai fakta dan data adanya kegiatan Kristenisasi di berbagai daerah.
Kedua, data sekunder. Penulis· banyak mengambil sumber dari buku-buku, jurnal,
surat kabar, dan tulisan-tulisan yang membahas penetrasi misi Kristen di Indonesia.
Kedua Analisa, penulis mencoba melakukan kritik terhadap data yang ada dengan
mencoba membandingkan satu informasi dengan informasi lainnya, sehingga didapat
data yang penulis anggap paling akurat untuk dijaclikan rujukan dalam skripsi ini.
Ketiga Historiograji, teknik dan penulisan skripsi ini mengacu pada pecloman
penulisan skripsi, tesis dan clisertasi yang disusun oleh Tim IAIN Syarif Hidayatullah
Guna mendukung pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan
pembahasan dengan menganalisa munculnya respon dan reaksi umat Islam terhadap
kegiatan misi, dari sini banyak pertanyaan yang bisa dimunculkan, bagaimana awal
kegiatan para misionari Kristen di Indonesia? Bagaimana kebijakan Pemerintah
ketika itu terhadap adanya kegiatan misi, dimana Pemerintah (Kolonia! Belanda)
rnengatakan Netral agama? Adakah pengaruh kebijakan Pernerintah orde lama
rnaupun orde barn, terhadap konflik yang berkepanjangan antara Islam-Kristen?
Bagaimanakah bentuk respon umat Islan1 terhadap rnaraknya kegiatan misi di
Indonesia?.
Sejumlah pertanyaan diatas kiranya bisa difahami sebagai upaya penulis untuk
membuat suatu rumusan skripsi guna memudahkan kajian yang mengarah pada
bentuk respon yang diberikan umat Islam terhadap kegiatan misi di Indonesia.
D. Sistcmatika Pcnyusunan
Penyusunan skripsi ini secara sistematis terbagi atas lima pembahasan,
dimulai dari Bab I dan disusul Bab berikutnya.
Bab I menggambarkan seputar masalah yang diangkat, mulai dari pemilihan
pokok masalah, pembatasan dan perumusan, metode pembahasan serta sistematika
penyusunan.
Bab II membahas deskripsi misionari di Indonesia sebagai objek kajian,
dalam bab ini diuraikan perkembangan misi dari sejak masa kolonial, masa
Bab Ill, memuat pembahasan tentang respon umat Islam terhadap kegiatan
misi, dalam bentuk respon ekstrem dan moderat.
Bab IV, membahas tentang respon muslim yang diwakili oleh dua Ormas
Islam, yaitu Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islam Indonesia.
Seluruh kajian dalam skripsi ini, Penulis akhiri dalam Bab V yang menyajikan
kesimpulan dan saran-saran dalam rangka ikut serta me:mberikan kontribusi
MISIONARI DI INDONESIA
A. Misi Dan Perkembangannya Sampai Dengan Masa Kolonia!
Istilah misi sesungguhnya tidak pemah ditemukan dalam kitab per1an11an
baru, kendati di dalamnya terdapat kurang Iebih sembilan puluh lima ungkapan
Yunani yang berhubungan dengan misi.' Salah satu ungkapan Yunani yang
bernuansa misi adalah "apostello" yang berarti "mengutus" sedangkan kata misi
itu sendiri berasal dari bahasa latin "mitto" yang berarti "mengutus".2
Berkaitan dengan ini David J. Bosch, memberikan ilustrasi menarik:
"Bahwa yang dimaksud dengan misi, adalah: (a) penyebaran Iman (b) perluasan
pemerintahan Allah, dan (c) pendirian jemaat-jemaat baru.' Selain itu misi temyata
sering juga diparafrasekan dengan istilah Iain seperti zending dan evangelisasi,
istilah zending lebih merupakan kosa kata bahasa Belanda, yang berarti,
pengutusan Injil, sementara evangelisasi yang berarti penginjilan biasanya
disandarkan pada firman Y esus: "Tetapi Ia berkata kepada ュゥセイ・ォ。Z@ "Juga di
kota-1
David J. Bosch, TranI>fortnasi }vfisi Kristen, Sejarah Teologi 1Vlisi Yang 1\.-iengubah dan
Berubah, (Jakarta: BPK GunungMulia, 1997), cet. ke-1, ha!. 23
2
Daniel Macdjadja, PrinsiJJ-prinsiJJ Dasar Kepetnitnpinan Kristen, (Yogyakarta: Yayasan
ANDl, 1995), h. 41-42
3 David J. Bosch,
op. cit., hal. 24
l. Misionari di bawah Portngis
Mengikuti era perjalanan Colombus, bangsa Portugis menemukan rute
ke Asia lewat Afrika Selatan yang menandai era baru kegiatan misionari di
kepulauan Indonesia. 1
Pada tahun 1511, orang-orang Portugis berhasil
mendaratkan perahunya di Maluku, menyusul Goa dan Malaka juga dikuasai
dan dijadikan pusat-pusat kegiatan misi Katholik. 2
Tahun 1534 dianggap sebagai tonggak sejarah agama Katholik di
Indonesia, sebab pada tahun itu, seorang saudagar bernama Gonzales Veloso
datang dan menyebarkan agama Katholik di Halmahera. 3 Inilah usaha pertama
penyebaran agama Katholik di Indonesia. Setelah itu muncul beberapa pastur
yang sengaja diutns ke beberapa daerah di Nusantara untuk melakukan
penyebaran Injil.
Dalam sejarah penyebaran agama Katholik di Indonesia, tercatat sebuah
nama yang dianggap sebagai misionaris yang paling mashur dalam sejarah
gereja, H. Berkhot; mencatat nama Fransisco Xaverius (1506-1552), yang
dianggap paling mashur dan berhasil menjalankan misinya di Maluku sampai ke
1
Alwi Syihab, Islam Jnk/usifMenuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan,
1997), cet. ke-1, ha! 9
2
Syamsud Dhuha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katholik-Protestan di Indonesia
(Surabaya, Usaha Nasional, 1987), cet. ke-2, ha! 56
l H. Berkhof, I, H, Sejarah Gereja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1996), cet. ke-18,
Ternate. 4
Dalam catatannya disebutkan bagaimana Fransisco Xaverius
mengajar selama dua jam setiap harinya untuk anak-anak dan dewasa, berusaha
mengenalkan injil dan ajaran-ajaran Katholik. Bahkan ia merumuskan pula
pokok-pokok iman Kristen dan lain-lain ウ・イエセ@ menterjemahkannya ke dalam
bahasa melayu untuk penduduk asli. Ia juga bahkan menyusun syair-syair yang
berkenaan dengan dua belas pasal iman.
Usaha-usaha yang dirintis oleh Fransisco Xaverius banyak ditiru dan
kemudian diteruskan oleh para pastur-pastur lain di beberapa daerah. Tercatat
nama-nama seperto Antonio De Taveiro pada tahun 1551 di daerah Flores,
Peter Vicente Viegas di Makassar, Fransiska Dominika clan Diego Magelhaes,
seorang pastur yang ikut dalam penyebaran Injil di Menado. 5
Portugis memperkenalkan Kristen dengan kekerasan yang berlandaskan
jiwa pemberontakan dan permusuhan tradisional terhadap Islam. 6 Bagi mereka semua orang Islam adalah musuh yang harus diperangi. J\fereka sengaja datang
ke berbagai pelosok daerah antara lain untuk memerangi Islam dan
menggantikannya dengan agama Kristen. Maka berlomba-lombalah berbagai
organisasi zending maupun misi yang didukung oleh dana swasta untuk
beroperasi di tanah jajahan.
4
Ibid, ha! 56
5
Syamsud Dhuha, Opcil, ha! 59
Gereja Katholik pertama yang berhasil mereka dirikan pada tahun 1522
di Maluku menjadi awal masuknya sejumlah misionaris dari India yang ikut
mengajarkan Al Kitab.7
Kesuksesan para misionaris ini menurut DR. Alwi
Sihab, berkaitan erat dengan kestabilan keln1asaan kolonia.I Portugis pada saat
itu.
Seiring dengan melemahnya secara perlahan-lahan kekuasaan Portugis
di wilayah ini, terjadi penurunan keanggotaan gereja secara drastis.
Orang-orang Portugis diusir dari Maluku oleh VOC. Pertempurart antara Orang-orang-Orang-orang
Belanda melawan orang-orang Inggris, Spanyol dan Portugis mengakibatkan
jatuhnya koloni-koloni Portugis di v,ilayah Nusantara.
Pada akhir periode ini, rivalitas Inggris dan Belanda untuk menguasai
jalur perdagangan berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda. 8 Para
misionaris Belanda memaksa orang-orang Katholik yang mereka temui untuk
masuk agama Kristen Protestan yang menandai runtuhnya gereja Katholik di
Indonesia Timur.
Maka berakhirlah kegiatan misionari Katholik dengan mulai masuknya
para zending Protestan di Nusantara.
7
Ahvi Syihab, Aletnbendung セTイオウ@ r・セーッョ@ Gerakan 1Vfuhanunadiyah Terhadap lvfisi
Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998), eel. ke-1, ha! 31
2. Misionari Dibawah Kolonia! Belanda
Misi pada masa kolonial Belanda diawali dengan didirikannya VOe
(Vereenign de Oost Indische eompagnie) adalah perh1mpulan perdagangan
Belanda yang didirikan pada tahun 1602 dan dibubarkan pada tahun 1799.9
Penyebaran Kristen Protestan senantiasa mengih.-uti gerak VOe. VOe dengan
kekuatan politiknya mendukung pemeliharaan orang-orang Kristen dan
penyebaran Injil di daerah-daerah yang dikuasainya.
Era baru penyebaran agama Kristen Protestan te1jadi di Maluku. Pada
pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa agama Katholik telah
tersebar di Maluku. Namun sejak kedatangan penguasa baru VOe, para
pemeluk Katholik dipaksa harus menjadi Protestan. Pastur-pastur mereka
diusir dan seluruh kegiatan yang bersifat gerejani untuk sementara ditutup.
Orang pertama yang ditugaskan di Maluku sebagai "Penyebar lnjil" ialah Stollen Beeker,"' yang kemudian mendirikan Majelis Gereja pada tahun 1615.
Majelis Gereja ini menyelenggarakan pemeliharaan rohani atas daerah Malulrn
dan sekitamya.
Selain daerah Maluku, Sulawesi Utara adalah juga daerah tujuan
Belanda selanjutnya. Sebagaimana di Maluku, Sulawesi Utara yang sejak tahun
1563, penduduknya telah memeluk agama Katholik, Iagi-lagi harus tunduk
9
Ibid., ha! 17
1
pada Kompeni Belanda (VOC). Orang-orang Katholik disana dipaksa menjadi
Protestan. 11
Pemuka-pemuka Katholik dibunuh, penduduk diancam kecuali
kalau tunduk pada perjanjian untuk beralih ke agama Kristen Protestan.
Dam Sulawesi Utara, penyebaran Injil terns dilaln.1kan sampai mencapai
daerah Jawa. Pada kasus Jawa, yang menarik kemudian bahwa banyak
pandangan yang berkembang di kalangan misionaris. Jawa dianggap daerah
yang paling mudah dikristenkan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa sinkretisnya
Islam di kawasan ini mempermudah penaklukannya. Bahkan dalam catatannya,
Alwi Sihab mengungkap, "Dari sekian banyak daerah yang menjadi tujuan
kristenisasi, Jawalah yang paling sukses, tidak bisa ditandingi oleh keberhasilan
kegiatan misi di wilayah Islam lain manapun. "'
Keberhasilan tersebut, tidak lepas dari usaha yang dilakukan para
misionaris Protestan yang dengan gigih berupaya menyebarkan Injil kepada
para penduduk pribumi. Mereka mulai mewartakan 1pesan-pesan Kristus.
Jumlah mereka tidak seberapa, namun mampu memberikan kontibusi yang luar
biasa, dibalik kesuksesan misi di daerah Jawa. Berkaitan dengan hal itu, berikut
penulis cantumkan beberapa tokoh yang dianggap memainkan peran dalam
penyebaran agama Kristen di Jawa, antara lain:
l. Johanes Emde, tahun 1811
11
Ibid, ha! 75
Seorang Jerman yang saleh, berdiam di Surabaya sebagai pembuat
Jam. Ia menterjemahkan beberapa Al Kitab ke dalam bahasa Jawa. 5 2. Pendeta Coenraad laurens Coolen, tahun 1846
Tokoh yang lahir dari seorang Bapak berkewarganegaraan Rusia
dan berimigrasi ke Indonesia. Ibunya adalah seorang perempuan Jawa dari
keturunan bangsawan. 0
Keberhasilannya menarik orang-orang pribumi untuk masuk agama
Kristen Protestan dikarenakan metode yang diterapkannya, yaitu "Metode
Pribumi". Coolen mendak-wahkan bahwa untuk menjadi Kristen, orang
tidak perlu menanggalkan watak dan kebudayaan Jawa mereka, karena itu,
Coolen melarang keras melakukan pembaptisan. Hal itu dilakukan sebagai
upaya untuk menarik hati kaum p1ibumi supaya melirik agama Kristen
dengan berusaha menjawakan Kristen.
Berbagai usaha dilakukan Coolen, yang menarik, Coolen
memanfaatkan tradisi yang menceritakan kisah-kisah dalam Al-Kitab untuk
menyampaikan pesan-pesannya.1
Melihat caranya, sepintas penulis teringat
upaya yang dilakukan salah seoang wali dari Wali Songo, para sufi yang
ih1t menyebarkan agama Islam di Jawa, tepatnya Sunan Kalijaga. Teknik
5
Alwi Syihab, op. cit., hal. 45
6 Ibid., ha!. 47
1
dan strategi ini sama persis dengan yang digunaka:n oleh Kyai Kanjeng
Sunan Kalijaga untuk menarik perhatian orang kepada Islam beberapa abad
sebelumnya.
2. Pendeta Samuel Eliza Harthoorn, tahun (1831-1883)
Adalah salah seorang yang dianggap berpengaruh terhadap usaha
misionari di Jawa. Tidak jauh berbeda dengan usaha yang dilakukan
pendeta sebelumnya. Pendeta Elia beranggapan bahwa dibutuhkan sikap
akomodatif terhadap tradisi Jawa dan adat istiadat Islam.
Satu hal yang terus dipertahankam1ya ketika itu adalah upacara adat
selametan. Selametan adalah upacara praktek makan bersama dengan
dibarengi oleh kegiatan ritual yang sudah menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari orang Jawa. 8
Secara umum gambaran tentang kegiatan misionari di Indonesia di
bawah kolonial Belanda, tidak terlepas dari laju penjajahan di Indonesia. Pada
masa-masa awal, terkesan pemerintah kolonial seperti menjaga jarak terhadap
kegiatan zending di Indonesia. Kebijakan ini did.asarkan atas berbagai
pertimbangan ekonomi.
Sepanjang hampir 200 tahun, sejak tahun 1650-1850, pemerintah
Belanda membatasi kegiatan gereja. Upaya-upaya itu dianggap mengandung
konsela1ensi-konsekuensi ekonomi yang negatif Tapi bagaimanapun sulit bagi
pemerintah Belanda untuk tetap memperlakukan kaum pribumi yang tidak
seagama, seperti memperlakukan pribumi yang seagamanya.''
Bukti jelas ketidaknetralan pemerintah kolonial tercermin dengan
dikeluarkannya suatu peraturan yang dinamakan "Ordonansi Guru" pada tahun
1905, dimana pemerintah mewajibkan minta izin bagi guru-guru Islam. JU Hal
itu sama saja artinya dengan pemerintah mencoba masuk ke dalam kawasan
agama yang harusnya netral. Selain itu, banyak lagi kebijakan Belanda yang
dianggap terlalu memihak Kristen dan usaha-usaha zendingnya. Berikut ini
h.'Utipan yang penulis ambil dari buh.'11 "Politik jNセャ。ュ@ Hindia JJelanda", dimana
pengarangnya ingin menggambarkan betapa sikap diskriminatif pemerintah
kolonial Belanda tercermin jelas. Misalnya, pada tahun 1917, tercatat
sumbangan pemerintah kepada Islam sebagai berikut:
a. Gaji 212 penghulu a.f49,- perbulan :f 123.384
b. Sumbangan Pesta Islam pertahun:
I. PestaLebaran di Palembang f.
100,-2. Pesta Islam di Solo - Yogya f. 550 :f.
650,-c. Sumbangan kepada u1ama:
9
Oleh karena itu muncil diskriminasi dalam kebijakan Belanda, Penga11ut Kriste11 umumnya menikmati kemudahan dari Belanda, baik dalam ha! sekolah, mencari lapangan kerja maupun memperoleh kenaikan pangkat. (lebih lanjut lihat, H. Aqib Suntinto, ''Politik Islam Hindia-Belanda)
3. Untuk 3 orang Penghulu f 655,
-4. Untuk Ulama Aceh f 2.340,- :f 2.995
-f 127.029
Sedangkan sumbangan yang diberikan pemerintah Belanda kepada pihak
Kristen, sebagai beriln1t:
Pendeta Protestan pertahun :f
550.000,-Rumah Y atim Piatu Semarang
:t:
54.000,-Pembantu Pendeta Protestan :f
14.350,-Pastur Katholik:
Kelas I seorang :f
6.000,-Kelas 2 di Jawa 11 orang :f
46.200,-Kelas 2 di luar Jawa 5 orang :f
41.000,-Kelas 3 di Luar Jawa 11 orang :f
19.800,-I. Sekolah Dasar Swasta
:f
414.000,-2. Organisasi Zending ( daerah Mentawai)
:f
10.500,-3. Organi.sasi Zen ding ( daerah Enggano)
:f
3.000,-4. Lembaga Penyebar Bibel 2 orang :f
7.600-f 1.235.500,-
"
Adalah naif bahwa sumbangan yang diberikan pemerintah Belanda
kepada kaum Kristen sangt besar perbedaannya jika dibandingkan dengan
sumbangan terhadap umat Islam.
Kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang berat sebelah dalam
memberikan bantuan ini membuat kegiatan misionari yang dipelopori para
zending semakin merajalela. Dengan kekuatan dana yang diperoleh dari
pemerintah kolonial, adalah sangat wajar seandainya misionari pada masa ini
dianggap berhasil.
Pernyataan netral terhadap agama seperti yang tercatat dalam
Undang-undang Dasar Belanda ayat 119 tahun 1855, ternyata hanya isapan jempol
belaka. Pernyataan itu, ternyata berbeda antara teori dan prak"teknya, bahkan
sampai tahun-tahun akhir pemerintahannya, pemerintah Belanda lebih dianggap
campur tangan daripada netral.
A. Misi Pada Masa Kemerdekaan Sampai Akhir Orde Lama
Babakan sejarah barn Indonesia sebagai negara yang merdeka dimulai,
tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta didaulat untuk
memprokla-mirkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Adalah satu ha! yang
wajar kalau seluruh rakyat Indonesia (tanpa kecuali), merayakan kemenangan
Ketika berbicara tentang hubungan Islam-Kristen pada masa kemerdekaan,
peristiwa piagam Jakarta (Mukaddimah UUD) selalu menjadi rujukan, persoalan
ini dianggap sebagai ketegangan pertama dalam hubungan Kristen dan Muslim di
Indonesia."
Berawal ketika naskah "Pembukaan UUD" diajukan ke depan Panitia Besar
pembentukan UUD 1945, pertentangan tajam muncul menyangh.'Ut pasal-pasal
tentang agama. Kalangan Kristen, dan beberapa tokoh nasio11.alis sekuler, menolak
dengan tegas ha! yang kemudian dikenal sebagai "tujuh kata'' dalam naskah
"Pembukaan" itu. Pemyataan krusial dalam naskah "pembukaan" yang menunjuk
pada "tujuh kata" tersebut, adalah (" ... Dengan kewajiban menjalankan syari 'at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya")"
Bagi kalangan Kristen, naskah yang dipersoalkan di atas, yang mengandung
bobot hukum yang besar dapat digunakan sebagai titik awal bagi upaya
pembentukan Negara Islam di Indonesia. Meskipun kelompok muslim berusaha
mengklarifikasi maksudnya bahwa mereka tidak ingin mendirikan Negara Islam
kecuali lewat prosedur yang demokratis, kelompok Kristen bersikeras menolak
"tujuh kata" itu sepenuhnya. Selanjutnya mereka mengancam jika ha! itu tidak
diterima, maka mereka akan membentuk sebuah negara tersendiri. Pertentangan
12
Alwi Syihab, tnetnbendung Arus [fsaha-usaha Kristenisasi di Irufonesia, op.cit., hal. 168
13
yang berlangsung sengit antara kedua umat beragama itu tentu saja berperan
penting dalam memperburuk situasi. •·•
Pada periode antara proklamasi RI pada 1945 dan 1950, per3uangan
melawan Belanda, yang memaksa masuk kembali dan menjajah Indonesia,
meningkat. Pada periode itu, di tengah konfrontasi fisl:k melawan kembali
masuknya musuh bersama, ketegangan antara kelompok muslim dan kelompok
Kristen yang sebelumnya akut, mereda untuk sementara. Bagi seluruh rakyat
Indonesia perjuangan melawan Belanda, adalah perjuangan demi negara dan
agama. Para misionari pribumi walaupun besar atas didikan pemerintah kolonial
Belanda, bersatu padu menggaiang persatuan untuk melawan penjajah di negeri ini.
Yang mucul kemudian adalah sentimen atau kepentingan bersama bahwa
semgangat untuk menjadikan fndonesia merdeka, bersih dari segaia macam bentuk
penajahan, harus diwujudkan. Sehingga ketika itu, kegiatan misionari Kristen yang
gencar dilaln1kan oleh para zending kolonial maupun misionari pribumi terhenti.
Keinginan untuk menjadikan Indonesia merdeka mengalahkan segaianya.
Namun, setelah kemerdekaan diraih, udara kebebasan sudah dihirup,
usaha-usaha Kristenisasi terh.'Uak lagi. Luka lama kembali membuka hubungan meruncing
antara Kristen dan Islam. Rupanya sikap kaum penjajah Portugis dan Belanda,
,., Endang Saif\Jdin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus
Nasional antara Islam dan Nasiona/is Sekuler tentang Dasar Negara RJ 1945-1949, (Bandung:
yang tidak senang melihat kaum muslim taat melaksanakan perintah agamanya,
terwarisi dengan baik oleh orang-orang Kristen pribumi.
Pada masa awal kemerdekaan, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda pada tahun 1949. ketika bahaya bersama penjajahan kembali Belanda
hilang, pertikaian antar kelompok muslim dan Kristen muncui kembali.15 Bagi umat
Kristen, berkat republik baru, sebagian daerah Indonesia yang sebelumnya
merupakan wilayah yang terbatas bagi kalangan misionari, kini terbuka lebar.10
Setelah Kemerdekaan Indonesia, agama Kristen menikmati hak-hak
istimewa yang sama seperti Islam dan agama-agama Iainnya. Dengan demikian,
agama Kristen diberi tempat sederajat diantara agama-agama yang diah1i di negeri
Jiii.
Usaha misionari diperkuat dengan didirikannya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) oleh umat Protestan pada 25 Mei 1950n Tujuan mereka tidak
lain adalah membantu program gereja-gereja anggota, khususnya dalam ha!
persaksian dan pelayanan di daerah-daerah.18
15
Alwi Syihab, op.cit, hal. 173
16
Kctika kck:uasaau masih ditaugau Pemerintah Belancla, ada aturau mengenai pembagiau wilayah misiouari Protestan dan Katholik. Pulau Flores, Kalimantan dan Sulawesi Selatan, misaluya hanya bisa dimasuki misionari Katholik. Sedangkan daerah Batak hanya boleh dimasuki para
misionari Protestan. Lebih lanjut lihat Alwi Shihab, Membendung Arus, hal 173
17
Syamsudduha, Opcil, hal 64
18
Gereja-gereja anggota DGI tersebut, terdiri dari gereja-gereja Protestan
dan Pantekosta. Selain itu tercatat masih banyak gereja-gereja di Indonesia yang
berada di luar DGI, yaitu :
I. Gereja-gereja yang memiliki tingkat Nasional, seperti gereja Kristen Protestan
di Pematang Siantar, gereja Baptis di Semarang.
2. Gereja-gereja yang bertingkat provinsi, seperti gereJa Kristen Balak di
Tarutung, gereja Protestan Minahasa di Menado dan lain-Iain.
Perlu diketahui, selain dalam bentuk penyebaran doktrinagama, m1s1
Kristen juga terlihat jelas dalam bentuk pendirian beberapa lembaga keagamaan
berkedok sosial, seperti bantuan pendidikan, kesehatan atau keuangan bagi
masyarakat non Kristen. 19
Namun reaksi kaum Muslim juga semakin tegas. Upaya
misi Kristen ini semakin meningkat, tapi karena keadaan politik dalam negeri yang
belum stabil pada masa ini, ditambah lagi boomingnya peristiwa pemberontakan
GJO S/PKI, membuat kegiatan misionari pada masa ini, belum memetik hasilnya.
Setelah munculnya era baru di bawah kepemimipinan Soeharto, dimana kondisi
politik negeri ini cenderung menafikan umat Islam, baru misi Kristen dirasakan
benar hasilnya.
19
Kegiatan Misionari di Indonesia, baru menuai hasilnya pa.da masa Orde Baru,
disebabkan keadaan politik di Indonesia yang belum jelas. Pada periode awal
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1950, perjuangan melawan
kembali musuh bersama Belanda membuat ketegangan antara Muslim-Kristen yang
sebelumnya akut, mereda untuk sementara.1 Pertentangan Muslim-Kristen, berubah
menjadi rasa perkawanan yang ditopang oleh semangat persatuan dalam perjuangan
bersama.
Namun, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Bela.nda pada 1949, Iuka
lama hubunga.n Muslim-Kristen, mulai terln1ak lagi, dimulai dari beberapa cara kotor
yang ditempuh para Missionaris Kristen dalam rangka memanfaatkan situasi ekonomi
dan politik untuk merangkul jumlah pemeluk Kristen yang lebih besar. 2 Gereja-gereja
di bangun di tengah desa-desa Muslim dan wilayah-wilayah strategis di tengah kota,
sekolah-sekolah juga didirikan di lingk.-ungan Muslim.
Keadaan demikian menimbulkan reaksi keras dari Umat Islam, ha! ini bisa
dilihat dari peristiwa: Perusakan Gereja-gereja di Meulaboh, Aceh (Juni 1967),
1 Alwi Shihab, ;\4enzbendung イャイオウ[r・NセQQッョ@ Gerakan lv/uharnrnadi)l(lh TerhadaJJ J\!/isi Kri/den
di Jndonesia, (Bandung, Mizan, tahun 1998) cet ke-1 Hal 172
Peristiwa perusakan gereja di Makassar, Ujung Pandang (Oktober 1967) dan
Perusakan sekolah Kristen di Palmerah, Slipi, Jakarta_..
Suasana panas tersebut telah mengundang inisiatif pemerintah untuk
menyelenggarakan Musyawarah antar Umat Beragama, pada 30 November 1967 di
Jakarta. 4 Musyawarah ini diikuti oleh wakil-wakil golongan Islam, Katholik, Protestan,
Hindu dan Budha. Musyawarah ini diselenggarakan dalam upaya mencari jalan keluar
sehubungan dengan terjadinya ketegangan antar umat beragam klmsusnya antar Umat
Islam dan Kristen, sayangnya inisiatif Pemerintah itu gaga] lantaran di akhir
Musyawrah, wakil-wakil Katholik dan Protestan menolak salah satu diktum dalam
rancangan pemyataan bersama yang diajukan Pemerintah, dalam pidato Pejabat
Presiden Soeharto, diktum yang ditolak wakil Katholik dan Protestan itu berbunyi
"... Tidak menjadikan Umat telah beragama sebagai sasara:n penyebaran agama
. • " 5
masmg-masmg .
Penolakan kaum Kristen itu, tentu saja menambah panjang ketegangan yang
ada kembali peristiwa pengrusakan lernbaga-lembaga Gereja dilakukan Umat Islam
sebagai bentuk penentangan terhadap adanya kegiatan misi Kristenisasi, pada Juni
J Wt Natsir, lvfencuri iVJodu.<i I-7vendi .Antar Utnat Beragarna di Indonesia, (Jakarta, fvfedia
Dakwah, 1983) hal 7
4 Ibid .. hal 18
5
1979, pecah keributan di Cipinang, lantaran kehadiran Gereja yang tidak
mengindahkan perasaan Umat Islam di sekitarnya,'' dan banyak kasus-kasus lainnya.
Maraknya ketegangan yang terjadi kembali mendapat respon Pemerintah pada
1 dan 15 Agustus 1978, Mentri Agama Letnan Jendral (Pum) H. Alamsyah Ratu Perwiranegara, mengeluarkan surat keputusan No. 70 tahun 1978, tentang pedoman
penyiaran Agama. 7 Tetapi lagi-lagi kaum Nasrani tidak bersenang hati terhadap SK tersebut, Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI) dan Dewan Gereja Indonesia
(DGI), secara terbuka menyuarakan keberatan mereka terhadap SK terserbut. Namun,
SK hanyalah sekedar SK, aktivitas Kristenisasi berlanjut, tanpa mengindahkan
keresahan hati umat Islam.
Berkenaan dengan tema mengenai respon Muslim terhadap Penetrasi nus1
Kristen, Penulis mencoba memilah respon Muslim terhadap adanya misi kedalam dua
point, pertama, respon ekstrem, ekstrem, berasal dari bahasa Inggris, "extreme" yang
berarti berbuat sesuatu yang melampui batas atau keterlaluan, :tindakan yang paling
keras, dengan kata lain respon ekstrem berarti, respon yang muncul sebagai bentuk
akumulasi kekecewaan umat Islam, terhadap adanya kegiatan misi yang semakin hari
semakin menjadi-jadi dan melanggar nilai toleransi yang sangat dijunjung tinggi,
ditambah lagi pemerintah yang seharusnya menjadi penengah terhadap masalah yang
6 Ibid,. ha! 18
1
M. Natsir, Tanpa Toleransi Takkan ada Kerukunan, dalam Majalah lvledia Dakwah, No
セ」イィ。、。ー@ inasalah yt111g n1ercsahkan un1al islan1 ini, tidak n1engindahkan leguran d<iri
セj。イ。@ ーセQョゥョQーゥQQ@ u111al l:-;Ja1n unLuk 1ncrcdakan aklilltas 111isi l(risll:n ya11g lL'rtL'>
ber!angsung. akibatnya. konfi·ontasi fisik dan aksi-aksi kerusakan terhadap jセQウゥャゥャ。セ@
'.-:eagan1aan n1ulai tejacli. aksi den1onstrasi turun ke jalan, pen1bakaran gedung Ciereja
Jan sekolah-sekolah Kristen, kernp terjacli sebagai bentuk upaya pencntangan urna1
[si<trn icrhadap krislcnisasi. Kcdua. respo11 moderat. 111odernl. di;.unbil Ll<iri kosa k<>I<>
[nggris ""n1oderate" yang berarti. orang ョQッ、・イ。エセ@ orang yang lunak. respon 11llH.lerat
muncul sebagai antisipasi terhadap perubahan zaman, menclekal.i akhir abad ke-20.
hubnga11lsl;11n-Kristen 111e11j;1di lebih baik, suclah sepatutnya kc111udi:111 para lokoh
agan1a duduk clalan1 satu n1eja, saling bertukar fikiran untuk herusaha n1c11c<1ri
。ャエ・イョ。エゥエセ。ャエ・イョ。エゥヲ@ baru clalarn rangka rnembentuk suatu kehiclupan harrnonis antar
u1nat bcragan1a. f\pa yang bisa dilakukan terhadap sejarah, jika ia diurlikan sebHgai
peristi11·a masa lalu. hanyalah rnernetik pelajaran clan hikmahny;i. lkber:1pa bl:111g;111
urnat Islam. rnencoba memprakarsai te1jadinya dialog antar umat beragama sebagai
bentuk sikap lunak umat Islam untuk merangkul kaurn Na,;rani clan mencolx1
rnereclevinisi rnakna rnisi yang sebenarnya, bahwa setiap umat beragama harus
:nelih<H ada kebenaran lain di luar agama yang clianutnya, akhirnya terjmlilah di;dog
ctgama yang me! i batkan tokoh-tokoh pen ting Islam-Kristen. Kesadaran nrnsi
ng-!nasing penganut bah\va pacla n1asing-n1asing agan1a ternyat1:1. acla konsep 111isi
ャセゥゥョN@ jcl:..is su<.1tu kesal:.1han. didas:.1ri hal \tu, 111aka 1nuncullah ri...:spon yang pL·11uli.'>
ang.g.ap lebih n1odcraL akan diuraikan berikut in!.
A. Respon ekstrem
Penentangan terhadap 111araknya kegiatan n1isionaris. kerap clilakukan l l111al
ls!an1. reaksi keras berupo pengrusakan terhaclap institusi yang dibangun I l111c!l
kristen, pengrusakan terhadap gereja-gereja Katholik maupun Protestan seringkali
dilakukan untuk menggagalkan upaya-upaya penyebaran rnisi. bcrikul ini bebcrap<>
c.ontoh peristiwa yang dilakukan Umat Islam sebagai bentuk aksi radikal tcrha(h1p
kegiatan Misi.
I. l'eristiwa Meulaboh. Acd1 13aral (.I uni 1967)
Aceh. daerah yang dikenal dengan sebualan '"Serambi Makkah," adalah satu-satunya claerah yang ticlak pernah tersentuh secara rnenclalam clalam waktu Jama oleh kekuasaan penjajah kolonial. Berbagai upaya dilakukan untuk 111cnakluka11 daer;ih tersebut. namun hasilnya nihiL di claerah Aceh baraL tepatnyn di pcrka111pu11ge111 muslim iVleulaboh. dimana tempat tcrsebut tidak acla pcmcluk kイゥウエ」ョQQケセQN@ tiha-tiba ada orang yang hendak berusaha n1endirikan Gereja.x
x .. Apa n1aksud di ba!ik pendirian Gereja di tengah perkan1pungan ivlu:s:lin1 lcrscbut?" te111ul<1l1 ada n1otif 1nisi di balik pendirian tersebut clit<n11bah !agi ternyata pendirian Cien.:ja tcrscbut, tidak tttL1
izin 1ne1nbangunnya, lebih lanjul lihat U1nar Hasyiin, Toleransi dan l\e11u·rdekuun herugu111u (/11/11111
Tentu saja, hal itu menimbulkan reaksi keras Umat Islam Meulaboh, mereka
langsung meminta Majlis Ulama setempat mengeluarkan fatwa untuk melarang
pembangunan Gereja di kawasan Muslim, keinginan tersebut langsung ditanggapi
dengan cepat oleh MUI setempat, dengan melayangkan surat kepada Pemerintah
setempat untuk menutup dan menghentikan pembangunan Gereja tersebut, karena ha!
tersebut jelas tentu saja tidak sesuai dengan sosio psichologis dan kondisi spesi:fik
daerah setempat. Tetapi, respon dari pemerintah setempat dingi.n, dan dari golongan
Kristen pun ketika dimintai tanggapannya tidak mengacuhkan keinginan umat Islam
setempat.
Akibatnya, terjadilah peristiwa Meulaboh, Umat Islam, mengadakan perusakan
dan penghentian total terhadap pembangunan Gereja disana, atas peristiwa tersebut,
Dewan Gereja Indonesia mengajukan protes terhadap Pemerintah yang berujung pada
meruncingnya hubungan Islam-Kristen.
2. Peristiwa Slipi, Jakarta (April 1969)
Ciri Kristenisasi di Indonesia, seperti tercantum dalam Dokumen rahasia
Vatikan tentang isi rencana kegiatan rnisionari di Indonesia, yang dikeluarkan oleh
Dewan Gereja Indonesia salah satunya adalah, mendirikan satu Gereja untuk sepuluh
Rumah tangga, dengan kekuatan keuangan dan materi, Missi tersebut ingin mereka
praktekkan di Slipi, Jakarta.''
Satu delegasi rakyat Slipi mengadukan ha! tersebut kepada Lurah, Camat clan
Korarnil setempat, temyata ditemukan data bahwa tidak pemah ada izin pembangunan
gereja tersebut, dari Gubemur DKI. Pembangunan gereja tersebut kemudian disuruh
untuk dihentikan oleh Walikota dan Bupati setempat, namun, permintaan tersebut
diacuhkan saja oleh fihak Gereja, maka meletuslah peristiwa Slip. Penduduk Slipi yang
memang sudah memuncak kekesalannya terhadap berlarut-larutnya peristiwa ini,
merusak dan menghancurkan Gedung-gedung Gereja yang ada rnaupun yang sedang
dibangun.
4. Peristiwa perusakan enam gereja di Aceh Selatan (Juni 1979)
Suasana panas, akibat penolakan Kaum Kristen terhadap Musyawarah bersama
tokoh-tokoh agama, tidak menghalangi niat Umat Kristen untuk tetap melal-ukan
kegiatan misinya, dilandasi dengan keinginan yang besar untuk bisa mengkristenkan
daerah "Serambi Makkah", mereka melancarkan berbagai aktifitas guna
mengembangkan agama mereka, padahal di tengah semaraknya kehidupan kaum
Muslimin, kaum Nasrani hanyalah minoritas (17,105), namun, pengembangan Gereja
kerap dilaksanakan.
Pembangunan gereja terns dilaksanakan sampai di pelosok-pelosok daerah
Aceh Selatan, bahkan mereka berani membuat umat Islam resah. 10 Pengajuan
9 Husein
keberatan yang dilakukan alim ulama dan tokoh masyarakat setempat kepada
Pemerintah Kecamatan set em pat, tidak ditindaklanjuti, bahkan dianggap angin lalu."
Akibatnya, Umat Islam tidak lagi mampu menahan rasa geramnya, perusakan terhadap
enam gereja di daerah Aceh Selatanpun terjadi, sebagai bentuk kekecewaan atas sikap
intoleransi kaum Nasrani.
5. Peristiwa Demonstrasi tu run Ke Jal an Terhadap Penentangan RUU Perkawinan
Pada tahun 1973, Pemerintah mengusulkan RUU perkawinan, RUU ini dinilai
kalangan Islam sebagai salah satu RUU yang tidak dipersiapkan secara cermat. Sangat
IL banyak pasal-pasal dalam RUU tersebut yang bertentangan dengan Syariat Islam,
sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, sikap kalangan Kristen
justru gigih membela RUU ini.
Sebulan setelah RUU tersebut diajukan, timbul reaksi keras dari segala Iapisan
masyarakat Muslim, khutbah di Masjid-masjid, ceramah, pengajian, tulisan-tulisan di
koran, demonstrasi dan berbagai pernyataan ormas Islam, pada intinya menolak RUU
tersebut. 13
'0 Lukman Hakim, Fakta dan Data; Usaha-Usalw Kristenisasi dii Indonesia, (Jakarta:
Media Dak:wah, 1988) ha! 73
II Ibid
12
Abdul Aziz Thaba, MA, Islam dan Negara, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996, eet lee-I,
ha! 256
Kalau dilihat dari isinya, RUU perkawinan ini merupakan ancaman terhadap
Islam, karena mengandung isi yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti
pembolehan kawin campur atau kalau disimak lebih lanjut, RUU tersebut mengandung
9 butir pasal yang bertentangan dengan ajaran Islam.14
Terdapat pada pasal 2 ayat I,
pasal 3 ayat 2, pasal 7 ayat I, pasal 8 ayat c, pasal I 0 , pasal l l ayat 2, pasal l 3 ayat I
dan 2, pasal 37, pasal 46 ayat c dan d, pasal 62 ayat 2 clan 9. 15 Yang paling
menyakitkan umat Islam adalah pasal tentang dibolehkannya orang yang berbeda
agama untuk melangsungkan Pernikahan, yaitu pada RUU pasal I I ayat 2 :
"Perbedaan karena kebangsaan, suku, negara asal, tempat asal, agama, kepercayaan
dan keturunan tidak merupakan penghalang perkawinan." Dan pada pasal 13 ayat I
clan II, tentang Pertunangan :
(I) Perkawinan dapat didahulukan dengan pertunangan
(2) Bila pertunangan itu mengakibatkan kehamilan, maka fihak pria
diharuskan kawin dengan wanita itu, jika direstui oleh fihak wanita. 1•
Reaksi keras terhadap disahkannya RUU ini, terus terjadi demonstrasi turun ke
jalan dilakukan umat Islam untuk memberikan ''pressure" kepada kalangan rraksi di
DPR, puncaknya pada tanggal 27 September 1973, ketika sekitar 500 orang pemuda
11
M. Din Syamsuddin, "Muhamrnadiyah dan Rekayasa OREA", dalam M.Din Syamsuddin
(Ed), Muhammadiyah Kini dan A:<ok, (Jakarta: Panjimas, 1990), ha! 188-189
15
Abdul Aziz Thaba, Op.cit., ha! 257
10
Pdt Winata Sairin, tv1,Th, Pelaksanaun lfrulang-undang perkawinan dala1t1 QQ・イセQ^・ォエQヲ@
/\luslim yang berstatus peninjau sidang DPR menghentikan jalannya persidangan.
Mercka memasang poster sambil meneriakan yel-yel pencntangan RUU perkawinan.
Isi poster itu antara lain : "RUU perkawinan adalah konsepsi kafir, manusia yang
menyetujui RUU perkawinan adalah tidak bermoral. "17
Menyaksikan reaksi keras terhadap umat Islam yang demikian meluas,
Pemerintah mulai melakukan kompromi di DPR, beberapa kali lobbying diadakan, baik
di dalam maupun di luar DPR. Akhimya melalui pembahasan yang alot dan disertai
dengan demonstrasi generasi muda Islam RUU ini kemudia.n disahkan dengan
dicoretnya pasal-pasal yang bertentangan dengan ajaran Islam, menjadi UU No I tahun
1974.
17
PENETRASI MISI KRISTEN
Uraian akhir dalam skripsi ini, penulis akhiri dengan memunculkan respon
organisasi massa Islam terhadap penetrasi misi Kristen, Muhammadiyah dan DDII
(Dewan Dakwah Islam Indonesia) dua organisasi Islam ini penulis angkat untuk
mewakili banyaknya organisasi massa Islam di Indonesia, dipilihnya dua organisasi ini,
bukan berarti menafikan peran organisasi lain daiam merespon, adanya kegiatan misi.
Namun, penulis melihat berdasarkan fakta dan data yang ada, kedua organisasi inilah
yang secara intensif merespon adanya kegiatan misi di Indonesia, muhammadiyah
misalnya, dari sejak masa kolonial, dimana para zending Nasrani memulai misinya
-baik secara lembaga maupun perorangan pengurus besar Muhammadiyah yang
walaupun berbicara atas nama diri mereka sendiri, sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan dari sikap dan pandangan organisasi- menentang secara frontal, terhadap
Pemerintah Belanda mengenai kebijakan yang berat sebelah antara pribumi Kristen
dengan pribumi Islam, atau pei:igiriman da'i-da'i keberbagai pelosok daerah (terutama
daerah kantung-kantung Kristen), untuk mengimbangi banyaknya Pastur yang diutus
lembaga gereja. Dari sejak awal pendiriannya, muhammadiyah selal'u Concern terhadap
kegiatan misi, ini terbukti dari rekomendasi kongres yang dilakukan Muhammadiyah
ditengah berbagai kegiatan misi Kristen yang dilakukan dengan intensit; pada Kongres
tahunan Muhammadiyah yang diadakan tahun 1924 di Y ogyakarta, penentangan
Muhammadiyah terhadap misi Kristen jelas disuarakan di Kongres ini, antara lain
memperingatkan para anggotanya untuk tidak tergoda terhadap bujuk rayu yang
digunakan para Missionaris Kristen dalam upaya mengajak Umat berpindah memeluk
agama Kristen. 1
Sementara DDII, yang barn muncul pada masa Pemerintahan Orde barn,
sangat radikal dalam merespon adanya kegiatan misi ini, lewat jalur jurnalistiknya
DDII mencoba membangunkan umat Islam untuk waspada. terhadap kegiatan misi,
majalah Media dakwah melalui kolom "fakta dan data" banyak memunculkan
peristiwa-peristiwa seputar kegiatan misi baik yang berhasil diliput berdasarkan
pengamatan langsung maupun berdasarkan tulisan umat Islam di berbagai daerah,
yang mengalami langsung terjadinya kegiatan penetrasi misi.
Berdasarkan alasan tersebut, maka Penulis tertarik untuk mengungkap lebih
jauh tentang respon kedua ORMAS tersebut kedalam bahasan berikut.
A. Muhammadiyah
1. Berdirinya Muhammadiyah
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi berdirinya gerakan
Muhammadiyah, internal maupun eksternal, faktor internal berkaitan erat dengan
Dr. Al\vi Shihab, Menzbendung Arus ; Usaha-usaha Kristenisasi di Indonesia,
kondisi keberagamaan umat Islam Indonesia yang dianggap telah meny1mpang dari
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Sementara faktor eksternal disebabkan kebijakan
politik Belanda mengenai dibolehkannya umat Islam Indonesia melakukan ibadah haji
ke tanah suci, dari sanalah pengaruh ide dan pemikiran gerakan dari Timur tengah,
mulai masuk kedalam pemlkiran beberapa tokoh dan pemimpin Islam, sehingga mempercepat masuk dan berkembangnya pemikiran Muhammadiyah.
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad dahlan pada tanggal 18 November
19 I 2, Organisasi ini mulai dari kelahirannya dan tujuan pendiriannya berada di bawah payung Organisasi Pembaharuan.2
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial yang bertujuan untuk
membersihkan ajaran-ajaran Islam dari pengaruh ajaran-ajaran lain yang salah, gerakan Muhammadiyah mencoba memurnikan ajaran Islam untuk kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan SunnahJ
Reaksi terhadap berdirinya organisasi Muhammadiyah datang dari berbagai
tihak, positif maupun negatif Reaksi positif ditujukan oleh "Kaum Muda" (kelompok
pembaharu
),4
yang memang merasa seide dan sejalan dengan gerakan MuhanunadiyahScorang Oricntalis Bclanda, Pijpcr, mcngatakan bahwa Mchanunadiyah timbul sebagai reaksi atas politik Pemerintah Hindia Belanda yang berusaha menasmnikan orang Indonesia,
setyelah itu barulah ia menjadi gerakan reformasi. Lihat Pijper, Beberapa Study tentang sejarah
Jslam di Indonesia 1900-1950, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1984) ha! 111-112
3
Drs. Aluuad Jainuri, lvluhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam, dalam
M. Din Syamsuddin, (Ed), Muhammdiyah, /dni dan esok (Jakarta, Panjimas, 1990) hal 50
dalam perubahan ajaran-ajaran yang dianggap (sesuatu yang tidak pemah dilakukan
oleh Rasulullah SAW) dilakukan oleh umat Islam Indonesia.
Reaksi negatifjelas terlihat dilakukan oleh Pemerintah Kolonia] Belanda, yang
walaupun secara de-yure, Pemerintah Kolonia! mengizinkan berdirinya gerakan
Muhammadiyah namun, pada kenyataannya Pemerintah Kolonia] sangat
menghawatirkan berkembangnya Gerakan muhammadiyah, kekhawatiran Pemerintah
Kolonia! Belanda memang beralasan sebab, hanya Organisasi Muhammadiyahlah yang
dianggap paling vokal dalam menyuarakan kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial,
terutama mengenai Statement Pemerintah yang pada awalnya mengatakan
Netral-agama, namun pada kenyataannya jelas Pemerintah sangat berkepentingan membela
kegiatan misi Kristen, yang gencar dilaln1kan oleh para zending Protestan, baik dalam
ha! dukungan politik maupun dukungan dana yang jelas jumlahnya tidak sedikit (pada
BAB II di cantumkan secara jelas rincian dana bantuan Pemerintah yang berat sebelah
antara pemberian dana terhadap lembaga Kristen dan lembaga Islam}
Kegiatan pertamanya adalah mendirikan sekolah-sekolah modern dengan gaya
sekolah Djamiat Chair dan Adabiyah di Padang. Tahun 1917 Muhammadiyah meluas
ke luar Jawa dan secara bertahap berkembang menjadi salah satu Organisasi Indonesia
yang terbesar sebelum perang Dunia IL 5 Pada tahun I 925, Organisasi ini memiliki 29
cabang dengan 4000 anggota. Pada tahun 1929 memiliki 19.000 anggota, tahun 1930
memiliki 24.000 anggota dan pada tahun 1938 berkembang menjadi 250.000 anggota6
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika Prof Deliar Noer menyebutnya sebagai
··organisasi sosial ls/am lerpenling di Indonesia sebelum kemerdekaan dan mungkin
juga sampai saat ini ". / bahkan seorang penulis barat James L. Peacock, mengatakan
"Muhammadiyah le/ah membuktikan diri sebagai Urganisasi pembaharuan ls/am
yang paling kuat di Asia Tenggara. bahkan mungkin di Dunia. '"'
2. Respon Muhammadiyah terhadap Misi Kristen
Respon Muhammadiyah terhadap misi Kristen, sesuai dengan runutan waktu
yang Penuluis buat pada BAB II, secara umum Penulis bagi kedalam tiga tahap:
Pertama, membahas Muhammadiyah, dari mulai periode pembentukannya sampai
akhir masa Kolonia!, Kedua, Periode Orde lama di bawah Soekarno dan ketiga
Muhammadiyah di bawah "Orde baru."
A Tahap Pembentukan muhammadiyah
Seorang Orientalis Belanda, Pijper pemah mengatakan bahwa "Muhammadiyah
timbul sebagai reaksi atas politik Pemerintah Hindia Belanda yang berusaha
menasranikan Orang Indonesia"" Agaknya statement Pijper mc:ndekati benar-kalau
boleh dibilang benar- Muhammad Dahlan sebagai pendiri pertama Muhammadiyah,
6 Ibid
Deliar Noer, Gerakan lvlodern Islam. ha! 95
'
Ja1ncs L. p・。」ッ」ォセ@ Petnbaharuun dan Petnbaharuan Agatna, (Yogyakarta:Hanindinata, 1983) ha! 8
9
orang yang pertama merespons tentang efek yang ditimbulkan dari meningkatnya
kcgiatan misi Kristen di Indonesia, namun dalam pandangan Dahlan, menantang dan
melawan peran aktif mereka dan menghentikan penetrasinya melalui konfrontasi
langsung tidaklah mungkin. '" baginya membangun kesadaran muslim tentang akibat
dari kegitan misi tersebut, merupakan sesuatu yang Iebih efektif dan strategis. "
Langkah besar yang diambil Dahlan ketika itu adalah membangun infrastruktur
gerakan untuk membendung kegiatan misi oleh karena ih1 bentuk persaingan yang
terjadi dalam membangun lembaga-lembaga pendidikan dan keagamaan ketimbang
ierlibat dalam semacam konfrontasi langsung, meajadi ciri