BAB III
DATA dan PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di lapangan “X” yang terletak di Irian Jaya Barat.
Pengambilan data terdiri dari 102 (seratus dua) titik sounding dengan jumlah line sebanyak 11 (sebelas) line yang posisinya terhadap top reservoir (batu gamping Kais) ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :
KLO-39
PETA LINTASAN PENGUKURAN TAHANAN JENIS DAN KONTUR TOP KAIS
N
KLO-1
KLO-2
KLO-3
KLO-4 KLO-5
KLO-6
KLO-7
KLO-8
KLO-9
KLO-10
KLO-11
KLO-12
KLO-13
KLO-14
KLO-15
KLO-16 KLO-17
KLO-18
KLO-20 KLO-21
KLO-22
KLO-23 KLO-24
KLO-25
KLO-26
KLO-27
KLO-28
KLO-29
KLO-30
KLO-31
KLO-32
KLO-33
KLO-34
KLO-35 KLO-36 KLO-37
KLO-38
KLO-40
KLO-41
KLO-42 KLO-43
KLO-44 KLO-45
KLO-46
KLO-47
KLO-48
KLO-49
KLO-50 KLO-51
KLO-52
KLO-53
KLO-54
KLO-55
KLO-56
KLO-57 KLO-58
KLO-59
KLO-60
KLO-61
KLO-62
KLO-63
KLO-64
KLO-65 KLO-66
KLO-67
KLO-68
KLO-69 KLO-70
KLO-71
KLO-72 KLO-73
KLO-74
KLO-75
KLO-76 KLO-77
KLO-78
KLO-79
KLO-80
KLO-81
KLO-82
KLO-83
KLO-84
KLO-85
KLO-86
KLO-87 KLO-88
KLO-89 KLO-90 KLO-91
KLO-92
KLO-93 KLO-94
KLO-95
KLO-96
KLO-97
KLO-98
KLO-99
KLO-100
KLO-101
KLO-102
KLO-103
KLO-104 KLO-105 KLO-106
KLO-107 KLO-108
KLO-109 KLO-110
KLO-111 KLO-112
KLO-113
KLO-114
KLO-115 KLO-116
KLO-117 KLO-118 KLO-119
KLO-120 KLO-121
KLO-122 KLO-123 KLO-124KLO-125
KLO-126
KLO-127 KLO-128
KLO-129
KLO-130 KLO-131 KLO-132 KLO-133 KLO-134
KLO-135 KLO-136 KLO-137
KLO-138 KLO-139
KLO-140 KLO-141
KLO-142 KLO-143KLO-144 KLO-145
KLO-146
KLO-147 KLO-148
KLO-149 KLO-150
KLO-151 KLO-152
KLO-153 KLO-154
KLO-155 KLO-156
KLO-157 KLO-158
KLO-159
KLO-160
KLO-161 KLO-162 KLO-163
KLO-164 KLO-165
KLO-166 KLO-167 KLO-168
KLO-169
KLO-170 KLO-171
KLO-172 KLO-173
KLO-174
KLO-175
KLO-176 KLO-177
KLO-178 KLO-179
KLO-180
KLO-181 KLO-182
KLO-183
KLO-184 KLO-185
KLO-186
KLO-187
KLO-188 KLO-189
KLO-190
KLO-191
KLO-192
KLO-193
KLO-8
KLO-11
KLO-17
KLO-20
KLO-22
KLO-25
KLO-32
KLO-33
KLO-34
KLO-45
KLO-85
KLO-98
0 500 1000 1500 2000
778000 778500 779000 779500
9874000 9874500 9875000 9875500 9876000
ST-01 ST-02 ST-03 ST-04 ST-05 ST-06 ST-07 ST-08 ST-09 ST-10 ST-11 ST-12 ST-13 ST-14 ST-15 ST-16 ST-17 ST-18 ST-19 ST-20 ST-21 ST-22 ST-23A ST-24 ST-25 ST-26 ST-27 ST-28 ST-29 ST-30 ST-31
ST-32 ST-33 ST-34 ST-35
ST-36 ST-37 ST-38 ST-39
ST-40 ST-41 ST-42 ST-43 ST-44
ST-45 ST-46 ST-47 ST-48
ST-49 ST-50
ST-51 ST-52
ST-53 ST-54
ST-55 ST-56
ST-57 ST-58
ST-59 ST-60
ST-61 ST-62 ST-63 ST-64 ST-65 ST-66
ST-67 ST-68
ST-69 ST-70 ST-71 ST-72 ST-73 ST-74 ST-75 ST-76 ST-77
ST-78 ST-79
ST-80 ST-81
ST-82 ST-83 ST-84 ST-85 ST-86 ST-87
ST-88 ST-89 ST-90 ST-91 ST-92
ST-93 ST-94 ST-95 ST-96 ST-97 ST-98 ST-99 ST-100 ST-101 ST-102 Y
Y
Y
Y
Y
x x x x
Gambar 3.1 Peta lintasan pengukuran sounding line 08 dan line 1235 ( garis merah ) dengan titik merah adalah titik sounding dengan nomor stasiun dan kontur menunjukkan top dari Formasi Kais yang menjadi reservoir target ( skala dalam meter), titik hitam adalah posisi sumur berdata, dan titik – titik biru adalah posisi sumur – sumur pada lapangan ”X” ( Surfer ).
Line 1235
Line 08
Proses pengambilan data tahanan jenis yang dilakukan di Lapangan "X”, Irian Jaya Barat. Lapangan “X” ditemukan pada tahun 1936 oleh NNGPM. Merupakan suatu struktur antiklin dengan reservoir minyak berada pada kedalaman 130 m pada antiklin permukaan yang dibor tersebut. Sumur–sumur pengeboran mulai banyak bermunculan pada tahun 1950-an. Reservoir pada Lapangan “X” berupa limestone ( batu gamping ) bertipe patch reef. Antiklinnya adalah struktur drape yang disebabkan oleh perubahan tekanan dari lumpur antar reef yang ada di sekitarnya ( Pilgram &
Sukanta, 1989).
Target dari akuisisi data adalah pada kedalaman hingga 300 m dibawah permukaan. Dengan daerah pengukuran berada di sekitar top formasi Kais, yang merupakan reservoar lapangan “X” dengan luas daerah cakupan sekitar 3 km².Untuk akuisisi data tahanan jenis dilakukan dengan menggunakan konfigurasi elektroda Schlumberger. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih konfigurasi ini, antara lain:
1. MN tidak perlu terlalu sering diubah, sehingga jumlah buruh yang dibutuhkan akan berkurang.
2. Penetrasi yang diperoleh akan lebih dalam dari konfigurasi Wenner pada AB yang sama.
3. Referensi dari kurva–kurva lebih banyak, begitu juga studi yang pernah dilakukan.
4. Medan yang didominasi oleh hutan, sehingga konfigurasi Schlumberger merupakan pilihan yang tepat untuk efisiensi baik waktu dan biaya.
5. Susunan elektroda Schlumberger memiliki resolusi kedua tertinggi setelah Wenner.
Akuisisi berlangsung selama lebih kurang 37 hari dengan kru sebanyak 11
orang tenaga lokal dan 5 orang dari tim inti. Cuaca yang cepat sekali berubah
permukaan yang berupa lempung-lanau membuat air hujan cepat sekali membanjiri daerah–daerah yang relative rendah seperti jalan–jalan dan sungai–sungai yang ada, dengan membawa banyak material sedimen yang tererosi.
Instrumen yang digunakan dalam proses pengambilan data pada awalnya adalah Geosource. Namun instrumen tersebut ternyata tidak dapat beradaptasi dengan baik terhadap keadaan geologi yang ada, sehingga selang tujuh hari pemakaian alat mengalami kerusakan pada transistor. Sekitar sebelas transistornya terbakar dan merupakan hal yang sulit untuk menemukan komponen penggantinya. Selang lima hari kemudian instrumen pengganti datang, instrumen tersebut adalah McOhm yang digunakan hingga proses pengambilan data selesai.
Keadaan lapisan atas yang impermeabel mungkin merupakan penyebab utama kerusakan instrumen. Sebaiknya instrumen yang digunakan pada daerah tersebut adalah instrument yang stabil, sehingga resiko kerusakan dapat dikurangi.
Pengambilan data dimulai dari utara ke selatan, dengan titik–titik stasiun yang sudah ditentukan. Titik–titik stasiun ini sendiri selanjutnya ditemukan dilapangan dengan bantuan GPS tipe Garmen GPSmap 76CSX dengan akurasi hingga 5 m.
Namun karena keadaan hutan yang rimbun, maka sering terjadi gangguan pada penerimaan sinyal satelit oleh GPS. Sehingga untuk mengatasinya digunakanlah bantuan patok agar menjaga garis (line) tetap lurus terhadap arah awal (titik ikat).
Sedangkan keadaan medan pada titik pengukuran dan line selalu dicatat dalam lembar tentative pengukuran untuk membantu pada saat interpretasi dekat permukaan.
Topografi yang berundulasi ditemukan pada bagian timur dari daerah
penelitian dengan perubahan ketinggian yang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan
pengaruh adanya sesar sepanjang bagian timur daerah penelitian. Sesar ini membuat
topografi yang berundulasi dengan beda ketinggian maksimum kurang lebih hingga
20m. Selain itu juga banyak dijumpai sungai–sungai kecil yang sifatnya musiman,
atau sungai yang teraliri oleh air pada saat hujan turun saja. Umumnya lantai sungai
berupa batuan dengan butir lempung. Dan aliran sungai banyak yang terhambat oleh
kontur dan batang–batang pohon juga longsoran. Hal ini menyebabkan pada beberapa titik air akan tergenang karena tidak dapat mengalir.
Hal ini juga merupakan suatu alasan mengapa pengukuran tahanan jenis dilakukan dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Selain beberapa alasan di atas sebelumnya, pengaruh topografi juga merupakan suatu alasan. Dengan konfigurasi ini diharapkan efek dari topografi dapat dikurangi.
3.2 Data dan Pengolahan Data
Pengolahan data untuk tahanan jenis dilakukan pada line 08 dan line 1235.
Sedangkan untuk topografi digunakan semua data ketinggian untuk semua titik. Line
08 dipilih karena line ini berhimpit dengan line seismik. Metoda Seismik Refleksi dan
Metoda Tahanan Jenis umumnya memiliki keselarasan antara satu dengan yang
lainnya. Dengan begitu diharapkan hasil dari pengolahan data tahanan jenis tidak
menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh dengan data seismik. Sedangkan line 1235
dipilih karena melalui puncak dari Formasi Kais dan diperkirakan terdapat struktur
pada ujung line.
Secara umum data dan proses pengolahan data diperlihatkan oleh diagram di bawah ini,
Data survey lapangan
Data premier Data sekunder
Data topografi Beda potensial
Pengolahan 1D Pengolahan 2D Peta kontur ketinggian
Rho a
Tentative hr/tgl/thn Cuaca Observer Parameter kedalaman
Curve matching Barnes resistivity layer - Dar - Zorrouk parameter rho c rho l, rho t, rho m
( Curve matching ) - ( Barnes-DZP ) rho = rho c * rho m
Rho Data base
Inversi 2D ( Res2dinv ) Rho i
DISPLAY
DISPLAY
DISPLAY
DISPLAY
DATA
Data tambahan Data Geologi Data Geofisika lainnya Data base
Data base
Gambar 3.2 Diagram alir data dan pengolahan data. Kotak menunjukkan data input, kotak tanpa sudut menunjukkan proses pengolahan data input, dan oval menunjukkan data output yang dihasilkan. Garis putus – putus menunjukkan keterangan proses yang sebaiknya dilakukan pada data.
Diagram Data Dan Pengolahan Data
Adapun proses pengolahan data untuk data primer dapat dipaparkan sebagai berikut :
3.2.1 Data Ketinggian dan Koordinat Titik Ukur
Data ketinggian diperoleh dari pembacaan dengan GPS untuk masing–masing
titik ukur. Data yang diperoleh dan digunakan nantinya merupakan data bacaan
langsung dari GPS tanpa menggunakan titik ikat. Tentunya kekuatan penerimaan
sinyal dari GPS sangatlah menentukan tehadap keakurasian atau ketepatan dari besar
ketinggian yang terbaca. Namun hal ini disiasati dengan membandingkan data
ketinggian tersebut dengan data ketinggian yang diperoleh dengan pengukuran GPS geodetik yang ada dan mungkin juga dengan beberapa peta yang ada.
Data ini diolah dengan menggunakan Microsoft EXCEL 2003 untuk menampilkan grafik beda ketinggian yang diperoleh dari pengukuran GPS untuk masing–masing titik pada tiap line pengukuran. Untuk mengetahui ketinggian sebenarnya dari suatu titik maka dilakukan pembandingan dengan hasil pengukuran ketinggian oleh GPS geodetik pada beberapa titik yang sama.
Sebelumnya dibuat dua grafik yang menunjukkan hasil pengukuran dengan
GPS tangan dan GPS geodetik. Dari kedua kurva terlihat bahwa keduanya memiliki
pola yang relatif sama. Maka untuk koreksi terhadap bacaan oleh GPS tangan dicari
nilai rata–rata selisih antara keduanya. Selanjutnya nilai rata–rata selisih antara
keduanya ini menjadi faktor koreksi yang akan ditambahkan pada seluruh hasil
bacaan GPS tangan. Jika hasilnya ditampilkan dalam bentuk kontur dengan
menggunakan SURFER maka hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.3. Pada lampiran
B juga dapat dilihat tabel kedalaman top Kais terhadap permukaan tiap titik sounding.
N
778000 778500 779000 779500
987400 9874500 9875000 9875500 9876000
0 Y
Y
Y
Y
Y
x x x x
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Gambar 3.3 Peta kontur ketinggian Lapangan ”X” beserta lintasan prngukuran dengan skala jarak dan ketinggian (warna) dalam meter ( Surfer ).
Line 08
Line 1235
Peta Kontur Ketinggian
3.2.2 Data Tahanan Jenis Semu
Data tahanan jenis semu diperoleh dari pengolahan langsung di lapangan.
Dengan menggunakan persamaan 22 dengan faktor geometri yang digunakan adalah
faktor geometri untuk susunan elektroda Schlumberger. Hasil pengolahan disimpan
dalam bentuk tabel untuk masing–masing titik. Selanjutnya untuk masing–masing
titik dibuat kurva lapangan antara harga AB/2 ( spasi elektroda arus/2 ) dan tahanan
jenis semunya. Kurva lapangan ini berguna untuk melakukan interpretasi awal baik
pada proses pengukuran maupun keadaan geologi yang ada. Hal ini dimaksudkan
untuk mengidentifikasi sejak awal apakah ada kesalahan pada saat pengukuran jika
kurva yang dihasilkan terlalu acak, atau mungkin itu adalah pengaruh dari keadaan geologinya. Untuk itu, pengetahuan geologi daerah penelitian seharusnya sudah dipahami sebelum pengukuran dilakukan agar dapat ditentukan parameter–parameter yang akan digunakan berdasarkan target yang ingin dicapai.
Di bawah ini adalah penampang tahanan jenis semu dari line 08 dan line 1235 :
X
ST.22
50m 100m 150m 200m 250m ST.21 ST.23 ST.24 ST.25 ST.26 ST.27 ST.28 ST.29 ST.30 ST.31
50m 100m 150m 200m 250m
Z
( a )
ST.22
50m 100m 150m 200m 250m ST.21 ST.23 ST.24 ST.25 ST.26 ST.27 ST.28 ST.29 ST.30 ST.31
50m 100m 150m 200m 250m
( b )
Gambar 3.4 Penampang tahanan jenis semu ( a ) Line 08 dan ( b ) Line 1235 dengan warna menunjukkan nilai tahanan jenis semu dan jarak antara stasiun pengukuran = 100 m ( Res2dinv ).
Z = kedalaman ( m ) dan X = arah horizontal ( m ) ( Res2dinv ).
Penampang Tahanan Jenis Semu
Ada beberapa tahap pengolahan data tahanan jenis semu yang dilakukan, antara lain:
3.2.2.1 Pengolahan Data 1D
Pengukuran nilai tahanan jenis semu yang dilakukan pada dasarnya adalah pengukuran 1D (sounding) dengan menggunakan susunan elektroda Schlumberger atau biasa disebut Vertical Electrical Sounding (VES). Untuk tahap pengolahan ini, ada 3 (tiga) cara pengerjaan yang dilakukan, yaitu:
3.2.2.1.1 Pengolahan dengan Perangkat Lunak Ipi2win ( Curve Matching )
Dari data yang diperoleh dari pengukuran pada masing–masing, selanjutnya dilakukan pengolahan data 1D dengan menggunakan perangkat lunak Ipi2win. Pada dasarnya prinsip yang digunakan di sini adalah pencocokan kurva, di mana perubahan kemiringan kurva merupakan indikasi perubahan nilai tahanan jenis dan posisi perubahan kemiringan kurva adalah indikasi perubahan kedalaman. Namun hasil dari pengolahan data ini adalah nilai tahanan jenis dan kedalaman minimum untuk masing–masing sounding. Pengolahan dengan menggunakan pendekatan terhadap kurva tahanan jenis semu terhadap spasi elektroda arus ini bersifat halus karena lebih menggunakan pendekatan interpolasi untuk tiap interval kemiringan kurva. Target dari pengolahan data 1D ini adalah memodelkan geologi di bawah line. Formasi umum adalah formasi Klasafet dan formasi Kais. Formasi Klasafet tersusun dari batu napal dan batu lumpur antar gamping sedangkan formasi Kais tersusun dari batu gamping. Maka dugaan awal kontak antara formasi ini akan memiliki kontras yang sangat tinggi dan sudut pada kurva adalah yang paling besar.
Pada program setelah melakukan pemasukan nilai tahanan jenis semu,
maka dipilih MN = 1 untuk penampilan kurvanya. Setelah itu sebelum memulai
pemodelan maka terlebih dahulu dicari kontak formasi Klasafet dan Kais sesuai
dengan peta top formasi Kais. Dari peta top formasi Kais dapat diketahui
kedalaman kontak untuk masing–masing stasiun. Namun kedalaman pada peta top memiliki datum mean sea level, untuk itu harus diikatkan terlebih dahulu terhadap ketinggian sumur yang diperoleh dari data GPS. Setelah diperoleh kedalaman kontak terhadap ketinggian sumur kemudian dicari nilai L (spasi elektroda arus) untuk masing–masing kedalaman kontak dengan menggunakan persamaaan
0.191
L = Ze (Loke, 2004) di mana Ze adalah median depth of investigation (
kedalaman terhadap ketinggian lubang bor ). Median Depth of Investigation digunakan karena kedalaman sebenarnya yang dicapai oleh susunan elektroda diasumsikan sama dengan kedalaman median dari kurva sensitivitas untuk susunan Schlumberger. Setelah L diketahui kemudian pada kurva program diplot nilai L/2 untuk top Kais berdasarkan peta. Karena diasumsikan median depth of investigation adalah kedalaman sebenarnya maka kedalaman yang diperoleh dari peta top Kais dijadikan kedalaman patokan yang tidak diubah–ubah nilainya.
Sebagai pembanding maka pada kurva di bawah ditunujukkan kedalaman estimasi untuk kontak dan kedalaman dari peta top Kais yang diplot terhadap AB/2 ( L/2 ).
Namun demikian pada line 1235 ada 3 stasiun yang terletak pada bagian selatan
peta top formasi Kais ada perbedaan ketinggian top formasi Kais antara data
estimasi dan data peta top. Namun setelah dilakukan evaluasi top formasi Kais
pada sumur terdekat yaitu sumur KO-98, KO-32, dan KO-17 menunjukkan top
formasi Kais berada pada kedalaman rata–rata 100m–130m. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa peta top Formasi Kais memiliki ketidakakuratan pada
daerah yang memiliki sedikit sumur seperti daerah tempat titik ST.29, ST.30,
ST.31 berada. Dengan begitu maka titik estimasi dipilih sebagai top formasi Kais
pada stasiun tersebut, karena pada titik–titik sebelumnya terdapat kecocokan
antara titik estimasi dengan kedalaman top formasi Kais sebenarnya. Setelah itu,
kurva yang masih dapat didekati dengan kurve mathcing maka nilainya adalah nilai bacaan kurva yang cocok.
kurva yang masih dapat didekati dengan kurve mathcing maka nilainya adalah nilai bacaan kurva yang cocok.
Top kais
estimasi Rho a
AB/2 3
10 100
Gambar 3.5 Plot top kontak Formasi dari map dan estimasi kontak yang diperlihatkan oleh kurva masukan pada stasiun 64 line 08 ( Ipi2win ).
Gambar 3.5 Plot top kontak Formasi dari map dan estimasi kontak yang diperlihatkan oleh kurva masukan pada stasiun 64 line 08 ( Ipi2win ).
Rho a
AB/2 3
10 100
Top kais
estimasi
Top Formasi Kais pada kurva rho a