• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Putih (Allium sativum, L)

Tanaman bawang putih termasuk genus Allium memiliki beberapa spesies yang di antara spesies-spesies tersebut telah banyak dibudidayakan oleh petani.

Misalnya bawang putih (Allium sativum, L), bawang prei (Allium ampeloprasum, L), bawang merah (Allium cepa, L), bawang kucai (Allium schoenoprasum, L), bawang ganda (Allium odorum, L) dan bawang bakung (Allium fistulosum, L) (Samadi, Budi, 2000).

Di beberapa Negara di dunia, bawang putih dikenal dengan nama yang beragam, di antaranya disebut garlic (Inggris), vitlok (Swedia), thoam (Arab), ajo (Spanyol), commun (Prancis), dan aglio (Italia). Sementara di Indonesia, bawang putih mempunyai nama daerah yang sangat banyak, antara lain disebut bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa), bhabang pote (Madura), lasun (Gayo), bawang handak (Lampung), dasun putih (Minang), kasuna (Bali), langsuna (Sasak), ncuna (Bima), kalfeofolen (Timor), bawang pulak (Tarakan), kosai boti (Buru), bawa bodudo (Ternate), dan bawa fiufer (Irian Jaya) (Rukmana, 1995).

Keadaan biologis tanah yang cocok untuk bawang putih adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan banyak terdapat jasad renik tanah. Jasad renik tanah dapat membantu proses penguraian bahan organik tanah menjadi bahan yang dibutuhkan oleh tanaman. Keadaan biologis tanah yang baik dapat membuat

(2)

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga menghasilkan umbi bawang putih yang baik pula (Samadi, Budi, 2000).

Suhu yang cocok untuk pembudidayaan bawang putih dataran tinggi adalah berkisar antara 200 C – 250 C. kisaran suhu tersebut dapat djumpai di daerah yang memiliki ketinggian antara 700 m – 1100 m di atas permukaan laut. Sedangkan kelembapan udara yang cocok untuk bawang putih dataran tinggi adalah sekitar 60% - 80%. Bawang putih dataran rendah cocok ditanam di daerah yang bersuhu berkisar 270 C – 300 C karena bawang putih dataran rendah menghendaki cuaca sedikit panas. Sedangkan kelembapan udara yang dikehendaki bawang putih dataran rendah adalah sekitar 50% (Samadi, Budi, 2000).

Bawang putih merupakan kingdom plantae (tumbuh-tumbuhan), divisi spermatophyte (tumbuhan berbiji), subdivisi angiospermae (berbiji tertutup), kelas monocotyledonae (biji berkeping dua), ordo liliales (liliflorae), famili/ suku liliales, genus/ marga allium dan spesies/ jenis Allium sativum,L (Rukmana, 1995)

Struktur tanaman bawang putih terdiri atas akar, batang utama, batang semu, tangkai bunga yang pendek atau sama sekali tidak keluar (Rukmana, 1995).Tanaman bawang putih (Allium sativum) adalah merupakan salah satu dari jenis tanaman sayuran umbi semusim yang tumbuh tegak sampai ketinggian 41 – 84 cm, tergantung dari varietasnya. Pada varietas dataran tinggi, tanaman bawang putih tumbuh sampai ketinggian 60 cm. Tanaman tumbuh membentuk rumpun dengan beberapa helai daun yang tidak banyak jumlahnya. Daunnya tumbuh memanjang hingga tampak seperti pita, berbentuk pipih, kecil dan sedikit agak melipat kedalam secara memanjang dengan membentuk sudut pada pangkalnya.

(3)

Daun bawang putih memiliki pelepah yang mamanjang sampai masuk kedalam tanah. Pelepah ini disebut dengan kelopak daun, dan kelopak daun tersebut akan membungkus kelopak daun lainnya yang lebih muda yang berada pada pusat tajuk sehingga terbentuk batang yang tersembul keluar. Batang yang tersembul keluar tersebut adalah merupakan batang semu, sedangkan batang aslinya (batang pokok) berada di dalam tanah yang terletak pada bagian pangkal umbi. Batang tanaman bawang putih ini bersifat rudimenter (tidak sempurna) yang terbentuk dari tunas vegetatif, dan bentuk batangnya adalah menyerupai cakram. Beberapa jenis tanaman bawang putih dapat menghasilkan bunga. Ukuran bunganya kecil dan memiliki warna merah jambu. Pada jenis bawang putih yang berbunga, tangkai bunganya pendek dan bunganya berbentuk seperti umbi yang tumbuh di bagian batang semunya sehingga tampak terjadi pembengkakan di bagian batang semu tersebut. Dikalangan petani, pembengkakan akibat pembungaan tersebut dikenal sebagai “kebuntingan”. Umbi sekunder tersebut apabila dibiarkan dapat mengganggu pertumbuhan umbi primernya atau umbi sebenarnya yang tumbuh didalam tanah. Untuk itu, umbi sekunder atau bunga yang keluar pada batang semu tersebut sebaiknya dibuang. Sebab, tidak akan memberikan keuntungan.

Sistem perakaran pada tanaman bawang putih tidak memiliki akar tunggang, sistem perakarannya adalah berupa akar serabut dan tidak panjang, tumbuhnya mendatar, sehingga akar tidak dalam menembus tanah (perakaran dangkal). Umbi bawang putih tersusun atas siung-siung yang tumbuh dan berkembang pada pangkal tanaman di atas batang pokok didalam tanah. Umbi bawang berwarna putih (Cahyono, Bambang, 1996).

(4)

Kandungan senyawa yang sudah diketemukan pada bawang putih diantaranya adalah “Allisin” dan “Sulfur amino acid alliin”. Sulfur amonia acid alliin ini oleh enzim allisin liase diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan allisin anti mikroba. Selanjutnya allisin mengalami perubahan menjadi “Diallil sulfide”.

Senyawa allisin dan diallil sulfide inilah yang memiliki banyak kegunaan dan berkhasiat sebagai obat (Rukmana, 1995).

Allisin adalah komponen utama yang berperan memberi aroma bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman- kuman penyakit (bersifat antibakteri). Allisin berperan ganda membunuh bakteri, yaitu bakteri gram positif maupun gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat. Penelitian yang dilakukan oleh pakar Amerika melaporkan bahwa allisin pada bawang putih mampu membunuh mikroba penyebab tuberculose, difteri, tipoid disentri dan Gonorhoe (Penulis, Tim, PS, 1994). Selain itu, ditemukan pula senyawa lain seperti scordinin, selenium, enzim germanium, antiarthritic, dan methylallyl trisulfide (Cahyono, Bambang, 1996).

Para ahli kesehatan mengungkap hasil penelitian khasiat bawang putih antara lain sebagai obat untuk mencegah penyakit kanker. Dalam bebagai buku tentang tanaman obat tradisional diketemukan perincian khasiat bawang putih sebagai obat yang manjur. Sejak zaman kuno, bawang putih digunakan sebagai obat untuk mengeluarkan gas dari dalam perut, mencegah timbulnya gas dalam perut, dan merupakan obat kuat (tonikum) untuk urat syaraf. Kandungan minyak dalam bawang putih berkhasiat membersihkan darah dan mengurangi rasa sakit pada bagian tubuh. bawang putih sering dijadikan ramuan obat penyakit asma,

(5)

menurunkan berat badan, mengontrol kolesterol, gangguan suara serak, nyeri haid, flu, kencing sedikit, demam, batuk rejan, tuberkulosa, dan lain-lain (Rukmana, 1995).

Menurut John Gerard mengatakan ”kandungan dari bawang putih bersifat mengerikan”. Hal ini sama juga diutarakan oleh Nicholas Culpepper yang menuliskan bahwa kandungan dalam bawang putih bersifat mengerikan (Liu, Benedict, MD. 2006).

Sebagai tanaman sayuran, umbi bawang putih juga banyak mengandung senyawa-senyawa kimia esensial yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Kandungan senyawa yang terdapat dalam setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan terdiri dari senyawa air 66,2% - 71%; protein 7 gram; karbohidrat 23,1 – 24,6 gram; lemak 0,3 gram; energi 122 kalori; phosphat 109 mg; natrium (Na) 28 mg; kalsium (Ca) 26 – 42 mg; kalium (K) 346 mg; besi (Fe) 1,5 mg; asam askorbin 7 mg; Niasin; thiamin; dan riboflavin (Cahyono, Bambang, 1996).

B. Larva Nyamuk

1. Definisi

Pertumbuhan larva nyamuk sebagai spesies berlangsung dalam keadaan lingkungan yang sangat berlainan, kelembaban udara merupakan faktor pokok.

Banyak spesies menggunakan air tawar untuk stadium larvanya, tetapi beberapa, terutama nyamuk Culicin berkembang dalam air payau atau air asin. Nyamuk rumah seperti Culex quinguefasciatus dan Aedes aegypti, tumbuh dalam genangan air sekitar kediaman manusia (Brown, HW, 1994).

2. Taksonomi

(6)

Nyamuk Aedes Sp Phylum Arthropoda

Super klas Crustacea

Klas Hexapoda

Sub klas Pterygoda

Ordo Diptera

Sub Ordo Nematocera Famili Culicidae Sub famili Culicinae

Genus Aedes

Spesies Aedes aegypti (Soedarto, 1990)

3. Daur Hidup

Sifat nyamuk Aedes adalah senang tinggal di sekitar manusia, sedangkan larva dan pupa hidup di dalam air (aquatic). Nyamuk betina menghisap darah sebelum bertelur agar reproduksi dapat berlangsung (Soedarto, 1990).

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna: Telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Nyamuk dewasa betina biasanya menghisap darah manusia dan binatang. Telur yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi setelah 1-2 jam berubah menjadi hitam. Pada Aedes telur-telur ini diletakkan satu per satu terpisah tetapi telur ditemukan di tepi permukaan air pada lubang pohon dan

(7)

countaners, dapat juga pada lubang tanah yang kering yang kemudian digenangi air. Pada genus Culex telur diletakkan saling berdekatan sehingga membentuk rakit (raft). Telur Culex diletakkan di atas permukaan air.

Setelah 2 – 4 hari, telur menetas menjadi larva yang selalu hidup di dalam air. Tetapi perindukan (breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan, misalnya rawa, kolam, sungai, sawah, kecomberan dan tempat-tempat yang dapat digenangi air seperti got, saluran air, bekas jejak kaki binatang, lubang- lubang di pohon dan kaleng-kaleng (Gandahusada, S, FKUI, 2000).

(8)

4. Morfologi Larva

larva berada dalam genangan air antara 4-10 hari sebelum menjadi pupa.

Untuk bisa tetap hidup larva memangsa mikroorganisme (jasad / bakteri yang lainnya, dapat dilihat dengan mikroskop) yang ada di dalam air / udara terbuka (Indrawan, 2001).

Bentuk larva Aedes Sp panjang tanpa kaki, kepala mempunyai mata majemuk, antena berbulu dan bagian mulut digunakan untuk menusuk. Lubang anus dikelilingi empat tonjolan peraba yang lemas, yaitu insang anal (Brown, HW, 1994).

Larva aedes sp terdapat di air yang jernih dan sikapnya membuat sudut 45 derajat celcius. Bentuk sifon relatif pendek dan gemuk berwarna gelap dan mempunyai satu rumpun bulu (Soedjoto dan Soebari, 1996).

C. Larutan Bawang Putih

Larutan bawang putih (Allium sativum, L) yang digunakan untuk penelitian ini dibuat dari beberapa siung bawang putih yang dihaluskan kemudian diambil perasannya. Maka didapat perasan bawang putih dengan konsentrasi 100%. Air perasan bawang putih tersebut kemudian diencerkan dengan Aquadest untuk mendapatkan larutan bawang putih dengan berbagai konsentrasi.

(9)

D. Kerangka Teoritik

Kulit jeruk Sambiloto Daun serai Bunga geranium

Produk Pabrik

Bahan Alami

Insektisida

Kematian Serangga (larva nyamuk)

Bawang putih (Allium sativum)

(Modifikasi: Rukmana, 1995 dan bambang, Cahyono, 1996)

E. Kerangka Konsep

Konsentrasi larutan

bawang putih

Kematian

Larva Aedes aegypti Variabel bebas Variabel terikat

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penyelenggara atau Pelaksana yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dan

Masyarakat pada dasarnya dapat memahami eksistensi jemaah Ahmadiyah dan tidak ada keinginan untuk mengusir jemaahnya, tetapi mayoritas masyarakat tetap menolak paham

Untuk itulah peneliti ingin menguji Pengaruh Moral Intentions, Organizational Commitment, Professional Identity dan Pemberian Reward terhadap Pengungkapan Perilaku

Kabupaten Lombok Utara menyimpan potensi yang besar antara lain pada sektor-. sektor sebagai

Alternatif pilihan jawaban pada skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat pilihan jawaban yaitu Alternatif pilihan jawaban

(2018) tingginya penambahan tepung ikan teri dalam formulasi biskuit, menghasilkan nilai rata-rata hedonik terhadap rasa semakin rendah; Pitunani, et al

Ia menjelaskan, sesuai dengan konsep 10 pasar rakyat ini akan dibangun di pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya (existing). Pasar-pasar itu dipilih menjadi pasar rakyat

Dalam pengalaman subyektif, penulis secara sadar mendapatkan rangsangan dari apa yang dilihat oleh penulis, berupa keindahan bentuk dan warna tanaman manggis yang