• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISM MUSYTAQ DALAM AL-QUR`AN JUZ 30 SKRIPSI SARJANA OLEH NURUL HIDAYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS ISM MUSYTAQ DALAM AL-QUR`AN JUZ 30 SKRIPSI SARJANA OLEH NURUL HIDAYANI"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISM MUSYTAQ DALAM AL-QUR`AN JUZ 30

SKRIPSI SARJANA OLEH

NURUL HIDAYANI 140704034

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Ism Musytaq Dalam Al-Qur`an juz 30”.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul yang menjadi suri tauladan umat manusia di muka bumi ini. Semoga dengan banyak mengucapkan shalawat kepada beliau mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat naungannya di hari kiamat nanti.

Peneliti menyadari bahwa skrispi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, peneliti berharap saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat tersusun dengan lebih baik. Akhir kata, semoga skrispi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Medan, April 2019 Peneliti,

Nurul Hidayani NIM: 140704034

(3)

UCAPAN TERIMA KASH

Tiada ungkapan yang paling bermakna selain ucapan puji syukur Alhamdulillah. Berkat ridha dan rahmat yang diberikan Allah SWT, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skrispi ini sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu dalam penelitian ini, dan rasa terima kasih tersebut peneliti tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah mengelola dan menyelenggarakan universitas sesuai dengan visi dan misi USU.

2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU beserta Bapak Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibunda Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Prof.

Ikhwanuddin Nasution M.Si selaku Wakil Dekan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan Program Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum,. Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU dan kepada Bapak Drs.

Bahrum Shaleh M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah membantu saya dan mempermudah saya dalam penelitian maupun dalam perkuliahan.

4. Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dan berupa arahan kepada peneliti selama masa perkuliahan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU.

5. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku dosen pembimbing penelitian ini yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan sabar dalam membimbing saya serta membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(4)

6. Ibu Prof Dr. Khairina Nasution, M.S dan bapak Andi Pratama Lubis, S.S., M.Hum selaku Dosen Penguji penelitian ini yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu proses penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya.

7. Seluruh Staff pengajar Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan banyak ilmunya sejak peneliti memulai perkuliahan hingga menyelesaikannya dan menjadi sarjana, serta kak Fitri selaku Tata Usaha Program Studi Sastra Arab yang telah membantu peneliti dalam proses administrasi.

8. Teristimewa untuk Ibu terbaik Agustini serta ayahanda Mardhatillah selaku Orang Tua yang telah memberikan segenap pengorbanan disertai do‟a yang tulus dan ikhlas, serta ketiga adik Asrul, Ulya, Ihsan yang selalu memberikan dukungan juga semangat. Berkat do‟a dan dukungan mereka semua, peneliti dapat menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Negeri di Sumatera Utara. Semoga Bapak, Ibu dan Adik-adik selalu diberi kesehatan, umur yang berkah, dimudahkan segala urusannya baik di dunia maupun akhirat, diberikan rezeki yang halal dan melimpah, dan selalu mendapat lindungan dari Allah SWT.

9. Teristimewa untuk sahabat terbaik dikala susah dan senang ( Maya, Faizah, Mawaddah, Sarah, dan Oca ) yang selalu memberi semangat, dukungan serta memberikan do‟anya hingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini, dan semoga Allah menjadikan kita semua orang-orang yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.

10. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2014 yang selalu memberi semangat, dukungan serta memberikan do‟anya hingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini, dan semoga Allah menjadikan kita semua orang-orang yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.

11. Teruntuk dik –adik angkatan 2015, 2016 yang tidak dapat dituliskan namanya satu-persatu, mudah-mudahan kita semua dalam lindungan-Nya dan sukses untuk kedepannya.

(5)

12. Seluruh keluarga besar IMBA FIB USU yang tidak dapat dituliskan namanya satu-persatu, mudah-mudahan kita semua dalam lindungan-Nya dan sukses untuk kedepannya.

Medan, April 2019 Peneliti,

Nurul Hidayani NIM:140704034

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Metode Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kajian Terdahulu ... 7

2.2 Definisi Ilmu Ṣarf ... 8

2.3 Definisi Ism ... 9

2.4 Pembagian Isim ... 9

2.5 Defenisi Ism Musytaq ... 11

2.6 Jenis-jenis Ism Musytaq ... 12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

3.1 Hasil ... 20

3.2 Pembahasan ... 20 3.2.1 Jenis dan Proses Pembentukan Ism Musytaq yang Terdapat dalam Al-Qur`an

(7)

Juz 30 ... 21

3.2.1.1 Ismu Al-Fā‟ili (َػبلُا ْعا) ... 21

3.2.1.2Ṣīgatu al-Mubālagati (خـُبجُٔا خـ٤ف) ... 65

3.2.1.3Ismu al-Maf‟uli (ٍٞؼلُٔا ْعا) ... 69

3.2.1.4Aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili (َػبلُا ْعبث خٜجؾُٔا خلقُا) ... 83

3.2.1.5Ismu at-tafḍīli )َ٤ضلزُا ْعا) ... 87

3.2.1.6Ismu al-makāni (ٕبٌُٔا ْعا) ... 92

3.2.1.7Ismu az-zamāni (ٕبٓضُا ْعا) ... 95

3.2.1.8Ismu al-ālati (خُ٥ا ْعا) ... 97

BAB IV PENUTUP ... 100

4.1 Kesimpulan ... 100

4.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN

(8)

ABSTRAK

Nurul Hidayani (140704034) 2019. Analisis Ism Musytaq Pada Al-Qur`an Juz 30.

Penelitian ini membahas tentang ism musytaq pada al-Qur`an juz 30.

Permasalahan yang diteliti adalah apa sajakah jenis-jenis ism musytaq yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30 dan bagaimanakah proses pembentukan ism musytaq yang terdapat dalam al-Qur`an juz 30. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ism musytaq yang terdapat dalam al-Qur`an juz 30 dan proses pembentukannya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Ni‟mah.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis ism musytaq yang terdapat pada juz 30, yaitu terdiri dari َػبلُا ْعا /ismu al-fā'ili/ sebanyak (93) data, خـُبجُٔا خـ٤ف /ṣīgatu al- mubālagati/ sebanyak (8) data, ٍٞؼلُٔا ْعا /ismu al-maf‟uli/ sebanyak (29) data,

َػبلُا ْعبث خٜجؾُٔا خلقُا /aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili/ sebanyak (8) data, َ٤ضلزُا ْعا /ismu at-tafḍili/ sebanyak (11) data, ٕبٌُٔا ْعا /ismu al-makāni/

sebanyak (8) data dan ٕبٓضُا ْعا /ismu az-zamāni/ sebanyak (3) data, dan خُ٥ا ْعا

/ismu al-ālati/ sebanyak (5) data. Proses pembentukan pada ism musytaq memiliki perbedaan dikarenakan ada beberapa hal, yaitu ada yang termasuk ism ṡulaṡi muzarrad, ada juga yang termasuk ism ṡulaṡi mazid dan juga dikarenakan terdapat huruf tambahan yang berbeda dari setiap ismnya.

(9)

خ٣دشغر حسٞف

( ٕب٣اذُٜا سٞٗ

ٔٗٓ٤ٖٓٗٓٗ

ءضع ٕاشوُا ٢ك نزؾٓ ْعا َ٤ِؾر )

ٖٓ

ءضع ٕآشوُْا ٢ك ّنزؾٓ ُْعا ُشَؾْج٣ َشؾجُْا ازَٛ

ْعا ظ٘ع ٞٛ شؾجُا ازَٛ ٢ك ُخَُؤغَُٔا .ٖٓ

ذغ٣ نزؾُٔا ءضع ٕآشوُا ٢ك

ءضع ٕآشوُا ٢ك ُخّ٤َِِٔؼُا َ٤ٌؾر ٝ ٖٓ

ِْؼ٤ُ خ٣بؿ شؾجُا ازَٛ .ٖٓ

.٢لزًَ خَو٣شَطِث ٌّ٢ِجزٌَْٓ شؾث شؾجُا ازٛ خ٤ِٔؼُا َ٤ٌؾر ٝ ٕآشوُا ٢ك ذغ٣ نزؾُٔا ْعا ظ٘ع ذغ٣ شؾجُا ازٛ خغ٤زُ٘ا بّٓاٝ .خ٤لْفٝ خل٣شَط شؾجُا ازٛ .خٔؼُِ٘ا خَ٣شْظَِ٘ث شؾجُا ازٛٝ

٤ ظ٘ع

عا ءضع ٕآشوُا ٢ك نزؾُٔا ْ

ٖٓ

ذعٞ٣ َػبلُا ْعا ٢ٛ

٣ٖ

ٍٞؼلُٔا ْعاٝ ,خًِٔ

٨ ,خًِٔ

خّٜجؾٓ خلفٝ

٨ َ٤ضلزُا ْعاٝ ,خًِٔ

ٕٔ

ٕبٌُٔا ْعاٝ ,خًِٔ

٨ ٕبٓضُا ْعاٝ ,خًِٔ

ٖ ,خًِٔ

خُا ْعاٝ

٘ ٕأٝ ,ذ٣ضٓ ٝ دشغٓ ْعا ّٕلأ فشلُا ي٣ذُ نزؾٓ ْعا ًَ خ٤ِٔؼُا َ٤ٌؾر ٝ .خًِٔ

حدب٣ّضُا فشؽ ذعٞ٣ .ًبٔعا ًَّ ِٖٓ مشك

(10)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif - tidak dilambangkan

ة Ba B be

د Ta T te

س Sa es (dengan titik di atas)

ط Jim J je

ػ Ha ha (dengan titik di bawah)

ؿ Kha Kh ka dan ha

د Dal D de

ر Zal Ż zet (dengan titik di atas)

س Ra R er

ص Zai Z zet

ط Sin S es

ػ Syin Sy es dan ye

ؿ Sad es (dengan titik di bawah)

ك Dad de (dengan titik di bawah)

ط Ta te (dengan titik di bawah)

ظ Za zet (dengan titik di

bawah)

ع „ain koma terbalik (di atas)

(11)

ؽ Gain G ge

ف Fa F ef

م Qaf Q ki

ى Kaf K ka

ٍ Lam L el

ّ Mim M em

ٕ Nun N en

ٝ Waw W we

ٙ Ha H ha

ء Hamzah ` Apostrof

١ Ya Y ye

B. KonsonanRangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh: خػّٞ٘زٓditulis mutanawwi‟ah C. Ta` marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia, seperti shalat dan zakat.

Contoh: خعسذٓ ditulis madrasah 2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh: خٓشٌُٔا خٌٓditulis makkatu al-mukarramah

D. Vokal Pendek

Fathah ditulis “a” contoh: ظً٘ditulis kanasa Kasrah ditulis “i” contoh: ػشكditulis fariḥa Dhammah ditulis “u” contoh: تزًditulis kutubun E. Vokal Panjang

(12)

a panjang ditulis “ā:” contoh: ditulis nāma ّبٗ

i panjang ditulis “ī:” contoh: ت٣شه ditulis qarībun u panjang ditulis “ū:” contoh: سٞطك ditulis fuṭūrun F. Vokal Rangkap

Vokal Rangkap (fathah dan ya) ditulis “ai”. ١

Contoh: ٖ٤ث ditulis baina

Vokal Rangkap (fathah dan waw) ditulis “au”. ٝ

Contoh: ّٞفditulis ṣaumun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisah dengan apostrof (`)

Contoh: ْزٗأأ ditulis a`antum H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh : ِْوُا ditulis al-qalamu

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

Contoh: ظٔؾُا ditulis asy-syamsu

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tanpa adanya bahasa, interaksi dan komunikasi antar manusia menjadi terbatas dan sulit untuk dipahami. (Tantawi, 2015: 10).

Betapa pentingnya peranan bahasa, karena tanpa bahasa orang tidak akan dapat menjalankan aktifitasnya dengan sempurna dan tanpa bahasa pula, segala macam aktifitas dan kegiatan manusia akan lumpuh. Oleh sebab itu, banyak orang yang mempelajari bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa asing seperti bahasa Arab.

Menurut Ghulayaini (2007: 7) bahasa Arab adalah:

مهضارغأ نع برعلا اهب ربعٌ ًتلا تاملكلا ًه ةٌبرعلا ةغللاو

/Wa al-lugatu al-'arabiyyatu hiya al-kalimātu al-latī yu'abbiru bihā al-'arābu 'an

`agrāḍihim/‟Bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud atau tujuan mereka.

Adapun syarat wajib yang harus dipelajari dan dipahami terlebih dahulu jika ingin memahami isi kandungan al-Qur`an juga menganalisis al-Qur`an, salah satunya yaitu ilmu sarf.

Menurut Ghulayaini (2007:8) dalam bukunya jāmi'u ad-durūsi al- 'arabiyyati, ilmu sarf adalah:

لاو بارعإب تسٌل ىتلا اهلاوحاو ةٌبرعلا تاملكلا غٌص اهب فرعت لوصأب ملع: فرصلاف ءانب

(14)

/Fa aṣ-ṣarfu: ʻilmun bi'uṣūlin tuʻrafu bihā ṣiyagu al-kalimāti al-„arabiyyati wa aḥwālihā al-latī laisat bi'i„rābin walā binā'in/'Sarf adalah: ilmu yang mempelajari asal-usul bentuk kata bahasa Arab dan keadaannya, yang tidak membahas i‟rab dan binaˈ.

Menurut Hidayatullah (2012: 54) dalam istilah linguistik ilmu ṣarf dikenal dengan morfologi. Morfologi atau tata bentuk kata merupakan bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Salah satu bahasan yang terdapat dalam ilmu ṣarf adalah ism.

Adapun pengertian ism menurut Ni'mah (t.t: 18), yaitu:

ٝأ ٕبٓص ٝأ ٕبٌٓ ٝأ دبٔع ٝأ دبجٗ ٝأ ٕاٞ٤ؽ ٝأ ٕبغٗا ٠٘ؼٓ ٠ِػ ٍذر خًِٔ ًَ ٞٛ ْعلاا

ٕبٓضُا ٖٓ دشغٓ ٠٘ؼٓ ٝأ خلف

/al-ismu huwa kullu kalimatin tadullu 'ala ma'na insānin `au ḥayawānin `au nabātin `au jamādin `au makānin `au zamānin `au ṣifatin `au ma'na mujarradin min az-zamāni/'Ism adalah setiap kata yang menunjukkan makna manusia, hewan, ntumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna-makna yang tidak berkaitan dengan waktu'.

Menurut Ni'mah (t.t: 54) ism dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, apabila ditinjau berdasarkan susunannya dapat dibagi atas dua macam yaitu ism jamid dan ism musytaq.

Adapun ism jamid menurut Ni'mah (t.t: 52) yaitu:

ٙش٤ؿ ٖٓ زخئ٣ ُْبٓ ٞٛ ذٓبغُا ْعلاا

/Al-ismu al-jāmidu huwa mā lam yu`khaż min gairihi/Ism jamid ialah ism yang struktur susunannya tidak dibentuk dari kata lainnya.

Ni'mah (t.t: 54) juga memaparkan pengertian ism musytaq, yaitu:

ٙش٤ؿ ٖٓ زخأ بٓ نزؾُٔاٝ

/Wa al-musytaqqu mā „akhaża min gairihi/dan ism musytaq ialah ism yang struktur susunannya dibentuk dari kata lainnya.

(15)

Selanjutnya Ni‟mah (t.t: 54) membagi ism musytaq menjadi tujuh macam, yaitu:

ْغُبث خٜجؾُٔا خلقُا ,ٍٞؼلُٔا ْعا ,)خـُبجُٔا ؾ٤فٝ( َػبلُا ْعا :٢ٛٝ خؼجع دبوزؾُٔاٝ

ُٔا ْعا ,ٕبٓضُا ْعا ,َ٤ضلزُا ْعا ,َػبلُا خُلاا ْعا ,ٕبٌ

/Wa al-musytaqqātu sab‟atun wahiya: ismu al-fā‟ili (wa siyagu al-mubālagati), ismu al-maf‟ūli, aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili, ismu at-tafḍīli, ismu aż- żamāni, ismu al-makāni, ismu al-ālati/Ism-ism musytaq ada tujuh yaitu: ism fā‟il (dan sighah mubalaghah), ism maf‟ul, sifat musyabbahah bismi al-fā‟il, ism tafdil, ism zaman, ism makan, ism alat.

Penulis memilih juz 30 sebagai sebagai sumber data penelitian ini dikarenakan ism musytaq mudah ditemukan di dalam juz 30 tersebut, serta mengingat kecenderungan orang-orang pada tahap awal belajar al-Qur‟an dengan menghafal surat-surat yang terdapat pada juz 30. Surat-surat tersebut relatif pendek sehingga lebih mudah mempelajarinya dan menghafalnya.

Hal ini dapat dibuktikan dalam al-Qur`an juz 30, pada surah An- Naba`

ayat 3, yaitu:

َُٕٞلَِِزْخُٓ ِْٚ٤ِك ُْْٛ ١ِزَُّا

/al-laźī hum fīhi mukhtalifūna/‟Yang dalam hal itu mereka berselisih‟

Kata ٕٞلِزخٓ /mukhtalifūna/ ‟mereka berselisih‟ merupakan ism musytaq yang berbentuk jama' muzakkar salim, ditandai dengan adanya huruf ٝ /waw/ dan

ٕ /nun/ di akhir kata dan termasuk ism fa‟il. Kata ٕٞلِزخٓ /mukhtalifuna/ berasal dari kata قِزخا /ikhtalafa/ - قِزخ٣ /yakhtalifu/ mengikuti pola َؼزكا /ifta‟ala/ -

َؼزل٣/yafta‟ilu/. Selanjutnya pada kata قِزخ٣ /yakhtalifu/ terdapat huruf ١ /ya/

mudhra‟ah yang diganti menjadi huruf ّ /mim/ yang didhammahkan dan dikasrahkan huruf sebelum akhir sehingga menjadi قِزخٓ /mukhtalifun/. Kata ini mengikuti pola َؼزلٓ/mufta‟ilun/.

(16)

Dapat juga dibuktikan dalam al-Qur`an juz 30 surah At-Tāriq ayat 10, yaitu:

شِفبٗ لاَّٝ حَُّٞه ِْٖٓ َُٚ بَٔك

/Famā lahū min quwwatin walā nāṣirin/‟Maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada penolong‟.

Kata ر ِصان /nāṣirin/ „penolong‟ merupakan ism musytaq yang termasuk dalam ism fa‟il. Kata ر ِصان /nāṣirin/ berasal dari kata شقٗ /naṣara/ - ُشُقَْ٘٣

/yanṣuru/, mengikuti pola لعف /fa'ala/ - لعفٌ /yaf'ulu/. Selanjutnya kata شقٗ

/naṣara/ berubah menjadi ر ِصان /nāṣirin/, dengan menambahkan huruf ا /alif/

setelah fa fi‟il yaitu ن /nun/, kemudian merubah baris „ain fi‟il yaitu ؿ /ṣad/

menjadi baris kasrah serta merubah baris lam fi‟il yaitu س /ra/ menjadi baris tanwin. Kata ر ِصان /nāṣirin/ mengikuti pola َػبك /fā‟ilun/.

Berdasarkan contoh di atas diketahui bahwa proses pembentukan ism musytaq ini memiliki proses pembentukan yang berbeda-beda pada setiap ismnya.

Oleh karena itu, alasan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji ism musytaq.

Dalam kajian ini, peneliti menggunakan pendapat Ni'mah dalam bukunya yaitu Mulakhkhasu Qawa‟idi al-„Arabiyyati dengan alasan penjelasan mengenai ism musytaq lebih lengkap dan jelas.

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1) Apa saja jenis-jenis ism musytaq yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30?

2) Bagaimanakah proses pembentukan ism musytaq yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui jenis-jenis ism musytaq yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30.

2) Mengetahui proses pembentukan ism musytaq yang terdapat di dalam al- Qur`an juz 30.

1.4 Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan serta dapat memahami mengenai ism musytaq yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu, dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang sejenis di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Prodi Sastra Arab.

(18)

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yakni penelitian yang memperoleh data dari referensi terkait dengan judul penelitian berupa ayat-ayat al-Qur`an. Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Kemudian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan keadaan subjek dan objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang ada pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dengan apa adanya (Moleong, 2006:11). Data penelitian ini diperoleh dari bahasa tulisan berupa ayat-ayat al- Qur`an yang ada pada juz 30.

Sistem penulisan yang digunakan untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin peneliti berpedoman pada transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158/1987 dan No. 0543 b/U/1987.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitikan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan pembahasan peneliti.

b. Membaca dan memahami al-Qur‟an serta bahan-bahan referensi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

c. Mengumpulkan data yang diperoleh dari al- Qur‟an.

d. Data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasi dan dianalisis.

e. Data yang telah dianalisis kemudian disusun menjadi sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Lubis. 2014. Meneliti tentang”Studi Ism Musytaq. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang pembentukan ism musytaq, i‟rab ism musytaq¸ ism musytaq dalam jenis muzakkar dan muannas serta ism musytaq dalam bentuk mufraḍ, muśanna, dan jama‟. Hasil yang diperoleh menunjukkan ism musytaq terbentuk melalui berbagai macam cara, terkadang melalui wazan dan ada juga yang sima‟i. Posisi i‟rab pada ism musytaq, harkatnya bisa berubah-ubah sesuai dengan „amil yang mendahuluinya dan sesuai pula dengan kedudukannya di dalam kalimat. Ism musytaq sebagaimana halnya dengan ism lainnya ada yang menunjukkan muzakkar dan muannas. Selain itu juga dapat dibentuk menjadi mufrad, mutsanna dan jama‟.

Selanjutnya Sari. 1985. Meneliti tentang Analisis Ism Musytaq dan Pemakaiannya dalam Kalimat (Jumlah) Bahasa Arab”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemakaian ism musytaq dalam kalimat bahasa Arab. Metode yang digunakan adalah metode deduktif melalui studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendapat Ni'mah sebagai landasan teori. Hasil yang diperoleh menunjukkan pemakaian ism fa‟il dalam kalimat memiliki dua ketentuan, yaitu: pertama, ism fa‟il tidak berfungsi seperti fi'l 'melakukan pekerjaan', tetapi berfungsi seperti ism atau sifat. Kedua, ism fa'il berfungsi seperti fi'l 'yang melakukan pekerjaan'. Pemakaian ism maf'ul dalam kalimat memiliki dua ketentuan, yaitu: pertama, ism maf'ul tidak berfungsi menerangkan objek terjadinya suatu pekerjaan, tetapi hanya berfungsi seperti ism atau sifat. Kedua, ism maf'ul berfungsi menerangkan objek terjadinya suatu pekerjaan. Pemakaian sifat musyabbahah bi ismi fa'il dalam kalimat memiliki ketentuan yaitu, dapat berfungsi menerangkan sifat ism sesudahnya. Pemakaian ism tafdil dalam kalimat berfungsi merafa'kan fa'il dan ketentuan ini berlaku

(20)

apabila posisi ism tafdil terletak sesudah huruf nafi atau istifham. Pemakaian ism zaman, ism makan dan ism alat dalam kalimat tidak berfungsi sebagaimana fi'lnya, tetapi tergantung dimana ism-ism tersebut diletakkan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini membahas analisis ism musytaq yang ada di dalam al-Qur`an juz 30, sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang ism musytaq serta bagaimana pemakaiannya dalam kalimat bahasa Arab.

2.2 Pengertian Ilmu Ṣarf

Al-Ghulayaini (2007: 8) memaparkan defenisi ilmu sarf sebagai berikut:

ءب٘ث لاٝ ةاشػبث ذغ٤ُ ٠زُا بُٜاٞؽاٝ خ٤ثشؼُا دبٌُِٔا ؾ٤ف بٜث فشؼر ٍٞفؤث ِْػ:فشقُا

/As-ṣarfu: „ilmun bi „uṣūlin tu‟rafu bihā ṣiyagu al-kalimātu al-„arabiyyatu wa aḥwālihā allatī laysat bi i„rābin walā bināin/ṣarf adalah Ilmu yang mempelajari asal-usul bentuk kata bahasa Arab dan keadaannya, yang tidak membahas i‟rab dan binaˈ.

Menurut Hamid dalam Mufid (2014: 7) mengemukakan secara etimologi, sarf berarti perubahan atau pergantian. Adapun, secara terminologi bermakna ilmu yang mengkaji perubahan bentuk kata. Namun begitu, perlu dipahami bahwa maksud dari perubahan bentuk kata adalah, perubahan yang tidak disebabkan perubahan modus maupun waktu yang mengikat kata tersebut, melainkan karena kata itu sendiri menghendaki berubah agar melahirkan arti yang berbeda.

Jini dalam Mufid (2014: 7) menyatakan, bahwa ilmu ṣarf adalah ilmu yang mengkaji perubahan bentuk kata, baik berubahnya karena ada penambahan ataupun pengurangan.

Adapun ilmu ṣarf disebut juga sebagai induk segala ilmu, sebab ilmu ṣarf itu melahirkan bentuk setiap kata, sedangkan kata itu menunjukkan bermacam- macam ilmu. Kalau tidak ada kata ataupun lafaź tentu tidak akan ada tulisan.

Tanpa tulisan akan sulit untuk mendapatkan ilmu (Anwar, 2016: 3).

(21)

2.3 Pengertian Ism

Ism adalah kata yang menunjukkan makna mandiri dan tidak disertai dengan zaman (dengan kata lain ism adalah kata benda). Contoh: ذ٣ص /zaidun/:

„zaid‟, ةبزً /kitābun/ „buku‟, بٗأ /anā/ „saya‟, ٖؾٗ /naḥnu/ „kami‟ (Anwar, 2012:

4).

Secara harfiah, ism berarti nama, sedangkan menurut istilah, ism adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda, baik benda mati maupun benda hidup, tanpa ada kaitannya dengan waktu. Dengan demikian, setiap kata yang digunakan sebagai nama untuk manusia, hewan, tumbuhan, benda mati dan lain-lain bisa dikategorikan sebagai ism (Rusdianto, 2010: 25).

Selanjutnya Ni‟mah (t.t: 17) juga menjelaskan ism sebagai berikut:

ٝأ خلف ٝأ ٕبٓص ٝأ ٕبٌٓ ٝأ دبٔع ٝأ دبجٗ ٝأ ٕاٞ٤ؽ ٝأ ٕبغٗا ٠ِػ ٍذر خًِٔ ًَ ٞٛ ْعلاا .ٕبٓضُا ٖٓ دشغٓ ٠٘ؼٓ

/Al-ismu huwa kullu kalimatin tadullu „ala `insānin `au ḥayawānin `au nabātin`au jamādin `au makānin `au żamānin `au ṣifatin `au ma‟na mujarradin min aż- żamāni/ism adalah setiap kata yang menunjukkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna yang tidak berkaitan dengan waktu.

Adapun Ghulayaini (2007: 8), menjelaskan defenisi ism sebagai berikut:

.ٕبٓضث ٕشزوٓ ش٤ؿ ٚغلٗ ٢ك ٠٘ؼٓ ٠ِػ ٍّد بٓ :ْعلاا

/Al-ismu: mā dalla „ala ma‟nā fī nafsihi gairu muqtaranin biżamānin/ism adalah sesuatu yang menunjukkan makna tersendiri tanpa disertai oleh waktu.

2.4 Pembagian Ism

Pembagian ism menurut al-Atsary (2007: 6) yaitu:

a. ٚػٞٗ سبجزػبث ْعلإا /al-ismu bi`itibāri nau`ihi/ "kata benda ditinjau dari jenisnya terbagi menjadi dua yaitu:

(22)

1. شً زٓ /mużakkarun/ adalah kata benda yang menunjukkan laki-laki baik manusia, binatang atau benda-benda mati yang masuk dalam kategori muẓakkar. Contoh: ِْه /qalamun/ "pulpen".

2. شّٗئٓ /mu`annaṡun/ adalah kata benda yang menunjukkan perempuan baik manusia, binatang, atau benda-benda mati yang masuk dalam kategori mu`annaṡ " Contoh: خعاّشً /kurrāsatun/ "buku tulis".

b. ٙدذػ سبجزػبث ْعلإا /al-ismu bi`itibāri „adaduhu/ kata benda ditinjau dari jumlahnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. دشلٓ ْعا /ismun mufradun/ adalah kata benda yang menunjukkan tunggal, baik mużakkar maupun mu`annaṡ. Contoh ism mufrad mużakkar )تزٌٓ /maktabun/ "sebuah meja"), contoh ism mufrad mu`annaṡ (حسّٞجع /sabburatun/ "sebuah papan tulis")

2. ٠٘ضٓ ْعا /ismun muṡannā/ adalah kata yang menunjukkan dua, baik pada muẓakkar maupun muannaṡ. Contoh ism muṡannā muẓakkar (ٕبجزٌٓ /maktabāni/ "dua meja"), contoh ism muṡannā muannaṡ (ٕبرسٞجع /sabbūratāni/ "dua papan tulis".

3. غٔع ْعا /ismun jam`un/ adalah kata benda yang menunjukkan arti ganda. Ism jama‟ terbagi tiga, jama‟ muzakkar salim, jama‟ muannaṡ salim, dan jama‟ takṡir. Contoh jama‟ muzakkar salim ٖ٣ذٜزغٓ

/mujtahidīna/ „orang-orang yang bersungguh-sungguh‟, contoh jama‟

muannaṡ salim داسٞجع /sabbūrātun/ „beberapa papan tulis‟, contoh jama‟ takṡir ٍبٔعأ /`ajmālun/ „beberapa unta‟, طِٞك /fulūsun/

„beberapa uang‟

Menurut Ni'mah (t.t: 7) ism dapat ditinjau dari kaidah sarf, mencakup ke dalam bagian-bagian berikut ini:

ٚز٤٘ث ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا ٠ُا ْغو٘٣ ٝ

شخ٥ا ؼ٤ؾف

شخ٥ا ؼ٤ؾف ش٤ؿ ٝ - ٔ

(23)

/Al-ismu bi`an-naẓri ila binyatihi wa yanqasimu `ila Ṣaḥīḥu al-ākhiri, wa gairu Ṣaḥīḥu al-ākhiri/ 'ism dilihat dari segi bentuknya, dibagi menjadi shahih akhir dan gairu shahih akhir (mu‟tal akhir)."

ٕ - ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا

ٚ٘٤ؼر ٠ُا ْغو٘٣ ٝ خكشؼٓ ٝ حشٌٗ

/Al-ismu bi`an-naẓri ila ta`yinihi wa yanqasimu `ila nakiratin wa ma`rifatin/'Ism dilihat dari segi kejelasannya, dibagi menjadi nakirah (umum) dan ma‟rifah (khusus).

ٚػٞٗ ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا ٠ُا ْغو٘٣ ٝ

شًزٓ

شٗئٓ ٝ -ٖ

/Al-ismu bi`an- naẓri ila nau‟ihi wa yanqasimu `ila muzakkarin wa mu`annaṡin/`ism dilihat dari segi jenisnya, dibagi menjadi muzakkar dan mu`annaṡ.

ٙدذػ ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا ٠ُا ْغو٘٣ ٝ

٠٘ضٓ ٝ دشلٓ

غٔع ٝ -ٗ

/Al-ismu bi`an-naẓri ila „adadihi wa yanqasimu `ila mufradin wa muṡannā wa jam`in/`ism dilihat dari segi jumlahnya, dibagi menjadi mufrad (kata benda berjumlah satu), muṢannā (kata benda berjumlah dua), dan jama` (kata benda berjumlah banyak).

٘ - ؾٓ ٝ ذٓبع ٠ُا ْغو٘٣ ٝ ٚج٤ًشر ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا ز

ن

/Al-ismu bi`an-naẓri ila tarkībihi wa yanqasimu `ila jāmidin wa musytaqqin/‟ism dilihat dari segi susunannya dibagi menjadi jamid dan musytaq.

ٙ -

ٙش٤ـقر ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا /Al-ismu bi`an- naẓri ila tagīrihi/‟ism dilihat dari segi bentuk tasghirnya.

٤ -

ٚ٤ُا خجغُ٘ا ٠ُا شظُ٘بث ْعلإا /Al-ismu bi`an- naẓri ila an-nisbati `ilaihi/‟ism dilihat dari segi penisbatannya.

2.5 Pengertian Ism Musytaq

Ghulayaini (2007: 153) mengemukakan bahwa ism musytaq yaitu:

.َؼلُا ٖٓ ارٞخؤٓ ٕبً بٓ نزؾُٔا ْعلاا : ً

ٝ )غٔزغٓ( ٝ )سبؾ٘ٓ( ٝ )ِْؼزٓ( ٝ )ُْبػ(

.)ظػدأ( ٝ )تؼف(

/Al-ismu al-musytaqqu: mā kāna ma`khūzān min al-fi‟li. Ka: („ālimin) wa (muta‟allimin) wa (minsyārin) wa (mujtami‟in) wa (ṣa‟bin) wa (ad‟aju)/‟ism musytaq: ism yang terambil dari fi‟ilnya. Seperti: (ُْبػ) „orang yang mengetahui‟

(24)

dan (ِْؼزٓ) „orang yang belajar‟ dan (سبؾ٘ٓ) „gergaji‟ dan (غٔزغٓ) „masyarakat‟

dan (تؼف) „sukar‟ dan (ظػدأ) „yang hitam matanya‟.

Selanjutnya ism musytaq juga dijelaskan oleh Ni‟mah (t.t: 38) yaitu:

خلقث فٞفٞٓ ,ئؽ ٠ِػ ٍد ٝ ٙش٤ؿ ٖٓ زخأ بٓ ٞٛ نزؾُٔا ْعلاا

/Al-ismu al-musytaqqu huwa mā `akhaźa min gairihi wa dalla „ala syai`in, mauṣufun biṣifatin/ism yang struktur susunannya dibuat dari kata lain dan menunjukkan pada suatu makna yang diterangkan dengan sifat tertentu.

2.6 Jenis-jenis Ism Musytaq

Ni‟mah (t.t: 38) memaparkan jenis-jenis ism musytaq ke dalam tujuh jenis, yaitu:

َػبلُا ْعا ٢ٛٝ خؼجع دبوؾزغُٔاٝ

, خـُبجُٔا ؾ٤فٝ

,

ٍٞؼلُٔا ْعا ,

ْعبث ٚجؾُٔا خلقُا

َػبلُا ,

َ٤ضلر ْعا ,

ٕبٓضُا ْعا ,

ٕبٌُٔا ْعا ,

حلاا ْعا

/Wa al-musytaqqātu sab‟atu wa hiya ismu al-fā‟ili (wasiyagu al-mubālagati), ismu al-maf‟ūli, aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili, ismu at-tafḍīli, ismu aż- żamāni, ismu al-makāni, ismu al-ālati/Ism-ism musytaq ada tujuh yaitu: ism fa‟il (dan sighah mubalaghah), ism maf‟ul, sifat musyabbahah bismil fa‟il, ism tafdil, ism zaman, ism makan, dan ism alat.

2.6.1 Ismu al-Fā'ili (معبفنا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 38) mengemukakan bahwa ism fa‟il yaitu :

ٖٓ ٠ِػ خُلاذُِ نزؾٓ ْعا :َػبلُا ْعا

َؼلُا ٚ٘ٓ غهٝ

/Ismu al-fā‟ili: ismun musytaqqun liddalālati „ala man waqa‟a minhu al-fi‟li/Ism fa‟il adalah ism musytaq yang menunjukkan makna pelaku dari suatu pekerjaan.

Selanjutnya Husain (t.t: 25) memaparkan definisi ism fa‟il sebagai berikut:

ْعا

َػبلُا ْعا ٞٛ

ؽٞقٓ

٠ِػ خُلاذُِ

َؼلُا ٚ٘ٓ غهٝ

/ismu al-fā‟ili huwa ismun maṣūgun liddalālati „ala waqa‟a minhu al-fi‟li/ism fa‟il ialah ism yang dibentuk untuk menunjukkan makna pelaku dari suatu pekerjaan.

(25)

Berikut ini contoh ism fa‟il yang terdapat dalam al-Qur`an juz 30 pada surah An-Naba` ayat 31:

)ٖٔ( اًصبلَٓ َٖ٤ِوزُٔ ُِِْ َِّٕا

/Inna lilmuttaqīna mafāża/sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan.

Kata َٖ٤ِوزُٓ /muttaqīna/ „orang-orang yang bertaqwa‟ merupakan ism musytaq yang berbentuk jama' muzakkar salim, ditandai dengan adanya huruf ١

/ya/ dan ٕ /nun/ di akhir kata dan termasuk ism fa‟il. Kata َٖ٤ِوزُٓ /muttaqīna/

berasal dari kata ٠وّرا /ittaqa/ - ٠وّز٣ /yattaqi/ yang mengikuti pola َؼزكا /ifta‟ala/ -

َؼزل٣ /yafta'ilu/. Selanjutnya pada kata ٠وّز٣ /yattaqi/, huruf ١ /ya/ mudhara‟ah diganti menjadi huruf ّ /mim/ yang berbaris dhammah ,dan huruf sebelum akhir diberi baris kasrah menjadi نزٓ /muttaqin/. Kata ini mengikuti pola َؼزلٓ

/mufta‟ilun/. Dikarenakan kata ٠وزٓ /muttaqi/ terdapat harf „illah di akhir kata, maka harf „illah dihilangkan dan diganti dengan baris tanwin, sehingga menjadi

نزٓ /muttaqin/.

Adapun sigah mubalagah juga serupa dengan ism fa‟il, hanya saja sigah mubalagah ini berfungsi menegaskan makna ism fa‟il dengan makna bersangatan (Husain, t.t: 26).

.فٞفُٞٔا ٢ك قفُٞا حدب٣ص ٠ِػ ٍذر ,َػبلُا ْعا ٠٘ؼٔث خـ٤ف ٢ٛ خـُبجُٔا خـ٤ف

/Ṣīgatu al-mubālagati hiya ṣīgatu bi ma‟na ismu al-fā‟ili, tadullu „ala ziyādati al- waṣfi fi al-mauṣūfi/sigah mubalagah ialah sebuah bentuk yang serupa dengan ism fa‟il, yang menerangkan bertambah (kuatnya) sifat pada yang disifati (Ni‟mah, t.t:

40).

Berikut ini contoh sigah mubalagah yang terdapat dalam al-Qur`an juz 30 pada surah Al-Infithār ayat 6:

ِْْ٣ِشٌَُ ْا َيِّثَشِث َىَّشَؿ بَٓ ُٕبغٗلاا بُّٜ٣ َبَ٣

(26)

/Yā ayyuha al-insānu mā garraka birabbika al-karīmi/'Hai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berhuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Mulia.

Kata ْْ٣ِشًَ /karīmin/ „Yang Maha Mulia‟ merupakan ism musytaq yang termasuk sigah mubalagah. Kata ْْ٣ِشًَ /karīmin/ berasal dari kata ّشً /karuma/ -

ّشٌ٣ /yakrumu/ mengikuti pola َؼك /fa'ula/ - َؼل٣ /yaf'ulu/. Kata ّشً /karuma/

berubah menjadi ْْ٣ِشًَ /karīmin/, dengan mengganti baris „ain fi‟il yaitu س /ra/

menjadi baris kasrah, kemudian dengan menambahkan huruf ١ /ya/ di antara „ain fi‟il dan lam fi‟il yaitu /ra/ dan س ّ/mim/, dan diberi baris tanwin pada huruf akhir.

Kata ْْ٣ِشًَ /karīmin/ mengikuti pola َ٤ؼك /fa‟īlun/.

2.6.2 Ismu al-Maf’uli (لىعفًنا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 43) mengemukakan bahwa ism maf‟ul yaitu :

.َؼلُا ٚ٤ِػ غهٝ بٓ ٠ِػ خُلاذُِ ٍٜٞغُِٔ ٢٘جُٔا َؼلُا ٖٓ نزؾٓ ْعا :ٍٞؼلُٔا ْعا

/Ism al-maf‟uli: ismun musytaqqun min al-fi‟li al-mabniyyi lilmajhuli liddalālati

„ala mā waqa‟a „alaihi al-fi‟li/ism maf‟ul ialah ism musytaq yang dibuat dari fi‟il mabni lil majhul „fi‟l yang tidak disebutkan fa‟ilnya‟ untuk menerangkan objek dari terjadinya suatu pekerjaan.

Adapun Husain (t.t: 27) memaparkan definisi ism maf‟ul sebagai berikut:

ْعا

ٍٞؼلُٔا ْعا ٞٛ

ؽٞقٓ

٠ِػ خُلاذُِ

.َؼلُا ٚ٤ِػ غهٝ

/Ismu al-maf‟uli huwa ismun maṣūgun liddalālati „ala waqa‟a „alaihi al-fi‟li/ism maf‟ul ialah ism yang dibentuk untuk menerangkan objek dari terjadinya suatu pekerjaan.

Berikut ini contoh ism maf‟ul yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30 pada surah An-Nāżi‟āt ayat 10:

ِحَشِكبؾُْا ٢ك َٕٝدٝدْشَٔ َُ بَِّٗاَء َُٕٞٞوَ٣

/Yaqūluna `ainnā lamardūdūna fi al-ḥāfirati/‟mereka (orang-orang kafir) berkata, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dikembalikan pada kehidupan yang semula ?‟

(27)

Kata َٕٝدٝد ْشَٓ /mardūdūna/ ‟dikembalikan‟ merupakan ism musytaq yang berbentuk jama' muzakkar salim, yang ditandai dengan adanya huruf ٝ /wau/ dan

ٕ /nun/ di akhir kata dan termasuk ism maf‟ul. Kata َدٝد ْشَٓ /mardūdun/ berasal dari kata ّدس /radda/ - ّدش٣ /yaruddu/, mengikuti pola َؼك /fa'ala/ - َؼل٣ /yaf'ulu/.

Selanjutnya kata ّدش٣ /yaruddu/ berubah menjadi دٝد ْشَٓ /mardūdun/, dengan mengganti huruf ١ /ya/ mudhra‟ah menjadi huruf ّ /mim/ yang berbaris fathah, diberi baris sukun pada fa fi‟il yaitu huruf س /ra/, kemudian diuraikan „ain fi‟il dan lam fi‟il yang bertasydid yaitu huruf د /dal/ dan dengan menambahkan huruf ٝ

/wau/ yang berbaris sukun diantara „ain fi‟il dan lam fi‟il. Kata دٝد ْشَٓ /mardūdun/

mengikuti pola ٍٞؼلٓ /maf‟ūlun/.

2.6.3 Aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā’ili (معبفنا ىسبب تهبشًنا تفصنا)

Ni‟mah (t.t: 46) mengemukakan bahwa ṣifat musyabbahah bismi al-fā‟il yaitu:

َػبلُا ْعبث خٜجؾُٔا خلقُا :

ظ٤ُ ١زُا ١أ( ّصلاا ٠صلاضُا َؼلُا ٖٓ لاا ؽبق٣ لا نزؾٓ ْعا

)ٚث ٍٞؼلٓ ُٚ

/Aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili: ismun musytaqqun lā yuṣāgu `illā min al-fi‟li aṡ-ṡulāṡi al-lāżimu (ayyu al-laźi laisa lahu maf‟ulun bih)/ṣifat musyabbahah bismi al-fā‟il adalah ism musytaq yang hanya dibentuk dari fi‟l tsulatsi lazim (tidak mempunyai maf‟ul bih).

دٞجضُا ٚعٝ ٠ِػ َؼلُا ٚث ّبه ٖٓ ٠ِػ ٍذ٣ قفٝ ٢ٛٝ

/Wa hiya waṣfu yadullu 'ala man qāma bihi al-fi'li 'ala wajhi aṡ-ṡubūti/'dan ṣifat musyabbahah adalah sifat yang menunjukkan orang yang melakukan pekerjaan secara tetap (Ni'mah, t.t: 46)

Berikut ini contoh ṣifat musyabbahah yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30 pada surah An-Naba` ayat 2:

)ٕ( ِْ٤ظَؼُا بجَُّ٘ا َِٖػ

/‟Anin naba`i al-„aẓīmi/‟tentang berita yang besar‟.

(28)

Kata ِْ٤ظَؼُا /al-„aẓīmi/ ‟yang besar‟ merupakan ism musytaq yang termasuk dalam sifat musyabbahah. Kata ِْ٤ظَؼُا /al-„aẓīmi/ berasal dari kata

ُْظَػ/‟aẓuma/ - ْظؼ٣ /ya‟ẓumu/ mengikuti pola َؼك /fa'ula/ - َؼل٣ /yaf'ulu/. Kata

ظَػ

ْ /‟aẓuma/ berubah menjadi ِْ٤ظَػ /„aẓīmi/, dengan mengganti baris „ain fi‟il yaitu ظ /ẓa/ menjadi baris kasrah, kemudian menambahkan huruf ١ /ya/ yang berbaris sukun di antara „ain fi‟il dan lam fi‟il yaitu ظ /ẓa/ dan ّ /mim/, dan membaris tanwinkan huruf akhir. Kata ْ٤ظَػ /‟aẓīmin/ mengikuti pola َ٤ؼَك

/fa‟īlun/.

2.6.4. Ismu at-tafḍili )ميضفخنا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 49) mengemukakan bahwa ism tafdil yaitu:

َ٤ضلزُا ْعا :

خلف ٢ك بًشزؽا ٖ٤ئ٤ؽ ٕأ ٠ِػ خُلاذُِ )َؼكأ( ٕصٝ ٠ِػ نزؾٓ ْعا

داصٝ

.خلقُا ٙزٛ ٢ك شخلأا ٖػ بٔٛذؽأ

/Ismu at-tafḍili: ismun musytaqqun „ala wazni (`af‟alu) liddalālati „ala `an syai`aini isytarakān fi ṣifatin wazādin `aḥaduhumā „ani al-`akhiri fi haźihi aṣ- ṣifati/Ism tafdil ialah ism musytaq yang mengikuti pola َؼكأ /`af‟alu/ untuk menunjukkan dua hal yang memiliki satu sifat yang sama dan salah satunya lebih dari yang lainnya.

Adapun Husain (t.t: 30) memaparkan definisi ism tafdil sebagai berikut:

َ٤ضلزُا ْعا

ٓ ْعا ٞٛ

ٙش٤ؿ ٠ِػ ٚجؽبف حدب٣ص ٠ِػ خُلاذُ اش٣ذور ُٞٝ َؼكأ ٕصٝ ٠ِػ ؽٞق

/Ismu at-tafḍili huwa ismun maṣūgun „ala wazni “af‟alu” walau taqdīrān liddalālati „ala ziyādati ṣāḥibihi „ala gairihi/Ism tafdil adalah ism yang dibentuk mengikuti pola „af‟alu‟ untuk menunjukkan salah satunya lebih dari yang lainnya.

Berikut ini contoh ism tafḍil yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30, pada surah At-Tīn ayat 8:

الله َظْ٤ََُا ؾُْا ٌَِْْؽَبِث

َٖ٤ٌِِٔ

/Alaysa allāhu biaḥkami al-ḥākimīna/'Bukankah Allah hakim yang seadil- adilnya'.

(29)

Kata ٌَِْْؽَا /aḥkami/ „yang paling adil‟ merupakan ism musytaq yang termasuk ism tafḍil. Kata ٌَِْْؽَا /aḥkami/ berasal dari kata ٌْؽ /ḥakama/ - ٌْؾ٣

/yaḥkumu/ mengikuti pola َؼك /fa'ala/ - َؼل٣ /yaf'ulu/. Kata ٌْؽ /ḥakama/ berubah menjadi ٌَْ ْؽَا /aḥkamu/, dengan menambahkan huruf ا /alif/ di awal kata, kemudian mengganti baris fa fi‟il yaitu ػ /ḥa/ menjadi baris sukun, dan mengganti baris lam fi‟il yaitu ّ /mim/ menjadi baris dhammah. Kata ٌَْ ْؽَا /aḥkamu/

mengikuti pola َؼكا /af‟alu/.

2.6.5 Ismu al-makāni (ٌبكًنا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 51) mengemukakan bahwa ism makan yaitu:

َؼلُا عٞهٝ ٕبٌٓ ٠ِػ خُلاذُِ نزؾٓ ْعا ٕبٌُٔا ْعا

/Ismu al-makāni ismun musytaqqun liddalālati „ala makāni wuqū‟i al-fi‟li/Ism makan adalah ism musytaq yang menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.

Adapun Husain (t.t: 31) memaparkan definisi ism makan sebagai berikut:

ٕبٌُٔا ْعا ؽٞقٓ ْعا ٞٛ

خُلاذُِ

َؼلُا عٞهٝ ٕبٌٓ ٠ِػ .

/Ismu al-makāni huwa ismun maṣūgun liddalālati „ala zamānin wuqū‟i al-fi‟li/Ism makan ialah ism yang dibentuk untuk menunjukkan suatu tempat terjadinya pekerjaan.

Berikut ini contoh ism makan yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30, pada surah An-Nazi‟at ayat 41:

)ٗٔ( َْٟٝؤُٔا َ٢ِٛ َخَّزَغُا َّٕبك

/Fa`inna al-jannata hiya al-ma`wā/maka sesungguhnya, syurga itu ialah tempat tinggalnya.

Kata َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/ „tempat tinggal‟ merupakan ism musytaq yang termasuk dalam ism makan. Kata َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/ berasal dari kata ٟٝأ /`awa/ -

ِٟٝؤَ٣ /ya`wi/ yang mengikuti pola َؼك /fa‟ala/ - َؼل٣ /yaf‟ilu/. Kata ِٟٝؤَ٣ /ya`wi/

berubah menjadi َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/, dengan membuang huruf ١ /ya/ mudhara‟ah

(30)

dan diganti dengan huruf ّ /mim/ yang berbaris fathah, dan diberi baris fathah pada „ain fi‟il yaitu huruf ٝ /wau/. Kata َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/ mengikuti pola َؼلٓ

/maf‟alun/. Dikarenakan kata َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/ terdapat huruf „illah di akhir kata, maka huruf terakhir dari kata َْٟٝؤُٔا /al-ma`wā/ tidak berbaris tanwin seperti polanya.

2.6.6 Ismu az-zamāni (ٌبيضنا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 51) mengemukakan bahwa ism zaman yaitu:

َؼلُا عٞهٝ ٕبٓص ٠ِػ خُلاذُِ نزؾٓ ْعا ٕبٓضُا ْعا

/Ismu az-zamāni ismun musytaqqun liddalālati „ala zamānin wuqū‟i al-fi‟li/Ism zaman adalah ism musytaq untuk menerangkan waktu terjadinya perbuatan.

Adapun Husain (t.t: 31) memaparkan definisi ism zaman sebagai berikut:

ْعا

ٕبٓضُا ؽٞقٓ ْعا ٞٛ

خُلاذُِ

َؼلُا عٞهٝ ٕبٓص ٠ِػ .

/Ismu az-zamāni huwa ismun maṣūgun liddalālati „ala zamānin wuqū‟i al-fi‟li/Ism zaman ialah ism yang dibentuk untuk menunjukkan waktu terjadinya perbuatan.

Berikut ini contoh ism zaman yang terdapat di dalam al-Qur`an juz 30, pada surah Al-Qadr ayat 5:

ِشْغَلُا ِغَِْطَٓ ٠ّزَؽ َ٢ِٛ ّلاَع

/Salāmun hiya ḥattā maṭla‟i al-fajri/malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar‟.

Kata علطم /maṭla‟i/ terbit‟ merupakan ism musytaq yang termasuk dalam ism zaman. Kata علطم /maṭla‟i/ berasal dari kata غِط /ṭala‟a/ - غِط٣ /yaṭlu‟u/ yang mengikuti pola لعف /fa‟ala/ - لعفٌ /yaf‟ulu/. kata غِط٣ /yaṭlu‟u/ berubah menjadi

علطم /maṭla‟i/, dengan membuang huruf ١ /ya/ mudhara‟ah dan diganti dengan huruf ّ /mim/ yang berbaris fathah, dan diberi baris fathah pada „ain fi‟il yaitu ل

/lam/. Kata علطم /maṭla‟i/ mengikuti pola dari ism zaman yaitu لعفم /maf‟alun/.

(31)

2.6.7 Ismu al-ālati (تنلآا ىسا)

Ni‟mah (t.t: 53) mengemukakan bahwa ism alat yaitu :

خُ٥ا ْعا

َؼلُا بٜث غهٝ ٢زُا حادلأا ٠ِػ خُلاذُِ نزؾٓ ْعا :

/Ismu al-ālati: ismun musytaqqun liddalālati „ala al-`adāti al-latī waqa‟a bihā al- fi‟li/Ism alat adalah ism musytaq untuk menunjukkan suatu alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan.

Husain (tt : 31) juga memaparkan definisi ism alat sebagai berikut :

خُ٥ا ْعا ٠ِفلأا سذقُٔا ٖٓ ؽٞقٓ ْعا ٞٛ

خُلاذُِ

٠ِػ خُ٥ا ءادأ ٠ِػ بٜث ٕبؼزغ٣ ٢زُا

.َؼلُا

/Ismu al-ālati huwa ismun maṣūgun min al-maṣdari al-`aṣli liddalālati „ala al- ālati yasta‟ānu bihā „ala `adā`i al-fi‟li/Ism alat adalah ism yang dibentuk dari masdar asli untuk menunjukkan suatu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan.

Berikut ini contoh ism alat yang terdapat pada al-Qur`an juz 30, pada surah Az-zalzalah ayat 7:

َُٙشَ٣ اًشْ٤َخ حَّسَر ٍَبوْضِٓ ََْْٔؼَ٣ ََْٖٔك

/Faman ya‟mal miśqāla żarratin khairan yarahu/Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, ia akan melihatnya.

Kata ٍَبوضِٓ /miśqāla/ ‟timbangan‟ merupakan ism musytaq yang termasuk dalam ism alat. Kata ٍَبوضِٓ /miśqāla/ berasal dari kata َوص /śaqula/ - َوض٣ /yaśqulu/

yang mengikuti pola َؼك /fa‟ala/ - َؼل٣ /yaf‟ulu/. kata َوص /śaqula/ berubah menjadi ٍَبوضِٓ /miśqāla/ dengan menambahkan huruf ّ /mim/ yang berbaris kasrah, diberi baris sukun pada fa fi‟il yaitu س /ś/, kemudian diberi baris fathah pada „ain fi‟il yaitu م /qaf/, dan menambahkan huruf ا /alif/ diantara „ain fi‟il dan lam fi‟il. Kata ٍَبوضِٓ /miśqāla/ mengikuti pola dari ism alat yaituٍبؼلٓ /mif‟ālun/.

(32)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan data yang diperoleh dari al-Qur`an juz 30, peneliti menemukan ada (165) data dari 7 (tujuh) jenis ism musytaq yang terdiri atas ْعا

َػبلُا /ismu al-fā'ili/ sebanyak (93) data, خـُبجُٔا خـ٤ف /ṣīgatu al-mubālagati/

sebanyak (8) data, ٍٞؼلُٔا ْعا /ismu al-maf‟uli/ sebanyak (29) data, خٜجؾُٔا خلقُا

َػبلُا ْعبث /aṣ-ṣifatu al-musyabbahatu bismi al-fā‟ili/ sebanyak (8) data, ْعا

َ٤ضلزُا /ismu at-tafḍili/ sebanyak (11) data, ٕبٌُٔا ْعا /ismu al-makāni/ sebanyak (8) data dan ٕبٓضُا ْعا /ismu az-zamāni/ sebanyak (3) data, dan خُ٥ا ْعا /ismu al- ālati/ sebanyak (5) data.

3.2 Pembahasan

Di dalam pembahasan ini, ism yang sama yang sudah dianalisis pada ayat sebelumnya, tidak akan dianalisis lagi pada ayat berikutnya. Bentuk ism fa‟il kata

َْٖ٤ظِل ؽ /ḥāfiẓῑna/ terdapat pada surah al-Infiṭar ayat 10 dan surah al-Muṭaffifῑn ayat 33. َسبَّغُلُْا /al-fujjāra/ pada surah al-Infiṭar ayat dan surah al-Muṭaffifῑn ayat 7.

ِسبَّلٌُُْا /al-kuffāri/ pada surah al-Muṭaffifῑn ayat 34 dan 36. ِذ ؾِِ ّقُا /aṣ-ṣāliḥāti/

pada surah al-Insyiqāq ayat 25, surah al-Burūj ayat 11, al-„Asr ayat 3, at-Tῑn ayat 6 dan al-Bayyinah ayat 7. َٖ٤ِِ٘ٓ ْئُُْٔا /al-mu`minῑna/ pada surah al-Burūj ayat 7 dan 10. ِمِسبَّطُا /aṭ-ṭāriqi/ pada surah aṭ-Ṭāriq ayat 1 dan 2. ُت ؾ ْفَا /aṣḥābu/ pada surah al-Burūj ayat 4, surah al-Balad ayat 18 dan 19 dan Al-Fῑl ayat 1. ًخَ٤ِضاَس

/rāḍiyatan/ pada surah al-Gāsyiyah ayat 9, surah al-Fajr ayat 28 dan surah al- Qāri‟ah ayat 7. َٖ٤ًِِشْؾُُْٔا /al-musyrikῑna/ pada surah al-Bayyinah ayat 1 dan 6.

َْٖ٣ِذِِ خ /khālidῑna/ pada surah al-Bayyinah ayat 6 dan 8. َُْٕٝذِج ػ /„ābidūna/ pada surah al-Kāfirūn ayat 3 dan 5.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kondisi Agama Islam membawa peraturan-peraturan Allah SWT yang dipatuhi, maka orang islam itu bukan saja menjauhkan diri dari kemungkaran dan selalu

Limbah bonggol pisang yang telah dibersihkan, dipotong yang kemudian dikeringkan menjadi pati dihidrolisis dengan perbandingan 1 gram pati bonggol pisang dengan 10

Jumlah BTS yang dimiliki oleh sebuah operator telepon seluler menimbulkan masalah yang terjadi pada kualitas sinyal dan kejernihan suara yang tidak terjangkau serta

Melalui penelitian ini, penulis mengusulkan untuk dirancang sebuah sistem informasi penjualan tunai pada CV.SUZUKI SERVICE CENTER yang sebelumnya semua proses masih

Kitosan merupakan adsorben yang sangat melimpah di alam dan baik digunakan dalam proses penyerapan (adsorpsi) beberapa logam berat namun memiliki kelarutan yang tinggi dalam

Kepala Bidang Pengembangan Sistem Informasi Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan selaku Pejabat Pembuat Komitmen Belanja Barang (akun 52.4) telah

Kelompok Kerja Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden berada pada setuju dan sangat setuju dengan rata-rata nilai jawaban adalah sebesar 3,11 (sedang), sehingga