• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN

PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING

KABUPATEN DONGGALA

OLEH :

SYAMSYIAH GAFUR, dkk

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH

TAHUN 2005

(2)

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN

PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA

TA. 2005

I. RINGKASAN

Hasil litkaji BPTP sudah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang perlu ditransfer kepada petani pada ekosistem yang sama, namun sebagian besar teknologi pertanian rakitan BPTP belum teradopsi oleh pengguna (stakeholder dan beneficieris). Kendala di tingkat petani berupa rendahnya rata-rata pendidikan formal yang diperoleh, sedangkan pada penyuluh kurangnya tenaga, sarana dan prasarana penyuluhan Sehingga diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif, aplikatif dan efektif. Pelatihan merupakan salah satu bentuk media komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani khususnya dalam penguasaan teknologi lahan kering di Kabupaten Donggala. Sebanyak 32 orang petugas dan 103 orang petani Kabupaten Donggala telah mengikuti Pelatihan Peningkatan Penguasaan Teknologi Pertanian Lahan Kering. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan jumlah peserta yang memperoleh nilai baik sebesar 30 persen pada pelatihan untuk petugas dan peningkatan jumlah peserta yang memperoleh nilai baik dan sangat baik 29,25 persen pada pelatihan untuk petani.

Kata kunci : pelatihan,teknologi lahan kering.

II. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan SK Mentan 350/Kpts/OT.210/12/2001 maka tugas Pokok BPTP Sulawesi Tengah adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Selain itu BPTP Sulawesi Tengah melaksanakan fungsi inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan materi penyuluhan pertanian (BPTP Sulawesi Tengah, 2004).

Hasil-hasil penelitian/pengkajian BPTP sudah merupakan paket teknologi spesifik lokasi selanjutnya perlu ditransfer kepada petani pada ekosistem yang sama seperti teknologi PTT padi sawah, pemeliharaan sapi, kambing dan domba ekor gemuk, budidaya bawang merah, tomat dan cabe, mengenal pompa air tanah, klon unggul kakao dan lain-lain. Disamping itu hasil–hasil penelitian dari Balai Penelitian Komoditas yang tidak memerlukan banyak penyesuaian biofisik dapat dilatihkan pada ekosistem yang sama. Antara lain pengelolaan tanaman terpadu, pasca panen buah mangga, pengolahan hasil buah-buahan, pengolahan kotoran ternak menjadi kompos, dan konservasi lahan

(3)

Sejak tahun 1995 Badan Litbang Pertanian khususnya BPTP Sulteng sesuai dengan tugas dan fungsinya telah melakukan pengkajian terhadap beberapa komoditi andalan dan spesifik daerah. Dari kegiatan tersebut telah dihasilkan 25 paket teknologi rekomendasi dan akan dikembangkan menjadi lebih banyak informasi teknologi.

Sebagian besar teknologi pertanian rakitan BPTP belum teradopsi oleh pengguna (stakeholder dan beneficieris).

Hal ini di sebabkan oleh adanya beberapa kendala di pihak petani maupun penyuluh yang mempunyai tugas untuk mentransfer teknologi. Kendala di tingkat petani berupa rendahnya rata-rata pendidikan formal yang diperoleh, sedangkan pada penyuluh kurangnya tenaga, sarana dan prasarana penyuluhan. Pada tingkat pelaksanaan di lapangan yang menjadi kendala adalah rendahnya kemampuan petani dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil panen.

Penyaluran hasil penelitian melalui kegiatan penyuluhan bukan hal yang baru tetapi semakin maju tingkat pengetahuan petani-nelayan maka makin tinggi pula tuntutan permintaan teknologi untuk meningkatkan terhadap produksi usahataninya. Oleh karena itu diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif, aplikatif dan efektif dari hasil kegiatan penelitian kepada petani-nelayan untuk diterapkan pada usahataninya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1999). Proses penyampaian secara mudah dan efektif dari hasil penelitian BPTP dan Balit Komoditas kepada petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan.

Diharapkan dari kegiatan pelatihan ini petugas dapat mengetahui informasi teknologi pertanian lahan kering, demikian pula untuk petani agar dapat memperoleh informasi teknologi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu meningkatkan pendapatannya yang akhirnya dapat menambah pendapatan daerah.

Pelatihan berupa penyampaian teknologi dan praktek di lapangan. Teknologi yang dilatihkan merupakan teknologi sederhana yang spesifik lokasi secara biofisik sesuai dengan kondisi daerah, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh petani, dengan demikian petani dapat lebih mudah mengadopsi teknologi tersebut.

(4)

III. TUJUAN

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani dalam penguasaan teknologi lahan kering di Kabupaten Donggala sebanyak 30 orang petugas dan 100 orang petani.

IV. KELUARAN

Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan 30 orang petugas dan 100 orang petani dalam penguasaan teknologi lahan kering di Kabupaten Donggala.

V. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar petani yang ada di Kabupaten Donggala adalah petani miskin yang membutuhkan sentuhan inovasi teknologi yang sederhana, tepat guna, spesifik lokasi, dan mudah diadopsi serta dapat dijangkau petani miskin, untuk memperbaiki taraf kesejahteraan hidupnya. Pada tahun 2001 penduduk miskin di Sulawesi Tengah berjumlah 472.300 jiwa atau meningkat 1,11 persen dari tahun 2000 yang hanya 444.000 jiwa (BPS, 2002).

Petugas penyuluh pertanian merupakan ujung tombak pemerintah di lapangan untuk menyampaikan informasi–informasi yang berhubungan dengan pertanian sekaligus membina dan membimbing petani sehingga petani tetap eksis dalam usaha taninya. Untuk itu diperlukan petugas yang mampu mentransfer bahasa ilmiah teknologi pertanian menjadi bahasa lapangan yang sederhana, aplikatif dan pragmatif, sehingga dapat diterapkan petani di lapangan, khususnya lahan kering di Kabupaten Donggala.

BPTP Sulawesi Tengah sebagai balai pengkajian teknologi pertanian telah banyak menghasilkan paket–paket teknologi yang spesifik lokasi dan sesuai dengan agro–ekologi Sulawesi Tengah, namun percepatan adopsi teknologi di kalangan pengguna teknologi pertanian masih dinilai lambat. Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian BPTP ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkannya oleh masyarakat tani di wilayah kerjanya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003).

Sejalan dengan arah dan kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengenai komunikasi hasil penelitian pertanian maka ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian serius dalam meningkatkan pembangunan pertanian, yaitu (a).

(5)

Sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan merespon teknologi informasi yang setiap waktu berkembang ke arah pembaharuan yang lebih berarti; (b) Adanya metodologi dan mekanisme proses komunikasi hasil penelitian yang sistematis, efektif, efisien dan berkesinambungan termasuk proses umpan baliknya; (c) Terciptanya manajemen komunikasi yang baik diantara berbagai pihak yang terlibat langsung dengan proses penyebaran teknologi (BPTP Sulawesi Utara, 2004).

Pelatihan merupakan salah satu bentuk media komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001). Agar hasil penelitian dan pengkajian dari BPTP dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir (masyarakat tani/pelaku agribisnis lainnya) dan pengguna antara yang dilakukan dengan mekanisme dan metode yang tepat.

Kegiatan pelatihan merupakan salah satu metode pendekatan kelompok yang digunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih terperinci tentang sesuatu teknologi atau praktek, sehingga dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan ke tahap menerapkan (Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian, 1985).

Agar suatu kegiatan mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik maka suatu teknologi perlu diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selain pemberian informasi dalam bentuk ceramah dan diskusi perlu dilanjutkan dengan kegiatan praktek. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasmosoewignyo dan Atilla Garnadi dalam Kartasapoetra (1994) bahwa hasil penangkapan dari mendengarkan saja sebesar 10 persen, melihat saja 50 persen, sedangkan dengan melihat, mendengarkan dan mengerjakan sendiri adalah 90 persen.

VI. PENYELENGGARAAN KEGIATAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN KEGIATAN

1. Waktu dan Tempat

Pelatihan dilaksanakan sebanyak lima kali, yang terdiri atas :

a. Pelatihan untuk Petugas sebanyak 1 kali selama 3 hari (30 jam pelajaran) berlangsung dari tanggal 4 sampai dengan 6 Agustus 2005 di Citra Mulia Hotel Palu dan di lokasi pengkajian BPTP Sulawesi Tengah, diikuti oleh 30 orang peserta.

(6)

b. Pelatihan untuk Petani dilakukan sebanyak 4 kali masing-masing selama 2 hari (20 jam pelajaran). Pelatihan dilaksanakan di Kecamatan Kulawi (tanggal 14- 15 September 2005), Kecamatan Labuan (21-22 September 2005), Kecamatan Sirenja (23-24 September 2005) dan Kecamatan Banawa (27-28 September 2005) dengan jumlah peserta masing-masing 25 orang per kecamatan.

Pelatihan berupa pemberian materi teknologi pertanian dalam bentuk komunikasi tatap muka dengan metode ceramah dan diskusi diikuti pelaksanaan praktek lapangan dengan komposisi 20 persen teori dan 80 persen praktek.

2. Materi Latihan

a. Materi-materi yang disajikan pada pelatihan petugas adalah : - Usahatani Kakao

- Usahatani Palawija

- Integrasi Kakao dan Ternak - Konservasi Lahan

- Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

b. Materi-materi yang disajikan pada pelatihan petani adalah :

Kecamatan Kulawi : Usahatani Palawija (Jagung), Konservasi Lahan, serta Pasca Panen dan Pengolahan Hasil (Jagung).

Kecamatan Labuan : Usahatani Palawija (Jagung), Usahatani Palawija (Kacang Tanah), serta Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Jagung dan Kacang Tanah.

Kecamatan Sirenja : Usahatani Kakao, Integrasi Kakao dan Ternak, serta Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Kakao.

Kecamatan Banawa : Usahatani Kakao, Konservasi Lahan, serta Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Kakao.

3. Bahan & Alat yang digunakan - Teknologi (materi)

- ATK

- Tempat/ruangan

- Alat dan bahan praktek - Peserta

(7)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pelatihan Peningkatan Penguasaan Teknologi Pertanian Lahan Kering Kabupaten Donggala Tahun Anggaran 2005 telah dilaksanakan sebanyak lima kali, dengan uraian sebagai berikut :

a. Pelatihan Untuk Petugas

Pelatihan untuk petugas berlangsung di Citra Mulia Hotel pada tanggal 4 sampai dengan 6 Agustus 2005 dengan jumlah peserta 32 orang yang terdiri atas Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) 12 orang, Kepala Cabang Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (KCD) 12 orang, serta Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) 8 orang.

Pelatihan berupa pemberian materi di ruang kelas dan dilanjutkan dengan praktek lapang di lokasi pengkajian BPTP Sulawesi Tengah (di Kecamatan Labuan dan Kecamatan Sirenja), dengan persentase kehadiran peserta 99 persen.

Guna mengukur tingkat pengetahuan para petugas maka dalam pelatihan ini juga diberikan evaluasi berupa pre test dan post test menyangkut materi yang diperoleh.

Persentase rata-rata jumlah peserta yang memperoleh nilai dengan masing-masing kriteria nilai evaluasi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petugas)

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-30 Kurang 58 24 -34

31-60 Sedang 31 35 4

61-90 Baik 11 41 30

Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan jumlah peserta yang memperoleh nilai dengan kriteria baik sebesar 30 persen, dengan demikian terlihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada peserta pelatihan setelah memperoleh pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan para petugas menjadi semakin tahu tentang ilmu dan teknologi yang diberikan karena seorang petugas atau penyuluh pertanian perlu penguasaan ilmu dan teknologi. Kartasapoetra (1994) menyatakan bahwa seorang penyuluh harus memiliki sifat mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang.

(8)

Untuk mengetahui kemajuan berlatih tentang suatu topik, diperlukan tes akhir, hasil tes akhir dibandingkan dengan hasil tes awal, bila ternyata hasil tes akhir lebih baik dari hasil tes awal berarti peserta mengalami kemajuan (Pusdiklat Pertanian, 1997).

Setelah dilakukan test akhir masih terdapat peserta yang memperoleh nilai kurang sebanyak 24 orang, walaupun terjadi penurunan jumlah peserta yang memperoleh nilai tersebut sebanyak 34 persen. Ini dapat disebabkan antara lain karena faktor umur peserta yang rata-rata berusia 42 tahun, selain itu karena beberapa materi yang diterima bukan merupakan bidang keahlian peserta sebagai petugas lapangan, sehingga hanya sedikit informasi yang dapat mereka serap.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, penambahan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus dikembangkan sebagai strategi pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) (Munandar, 2000).

b. Pelatihan Untuk Petani

Pelatihan untuk petani berlangsung di empat kecamatan yaitu di Kecamatan Kulawi (tanggal 14-15 September 2005), Kecamatan Labuan (21-22 September 2005), Kecamatan Sirenja (23-24 September 2005) dan Kecamatan Banawa (27-28 September 2005) dengan jumlah peserta 103 orang yang terdiri atas Pengurus Komite Investasi Desa (KID), Fasilitator Desa (FD), Kepala Desa, Kelompoktani dan Kelompok Wanita Tani.

Pelatihan berupa pemberian materi di ruang kelas dan dilanjutkan dengan praktek.

Hasil evaluasi yang diberikan kepada peserta di empat kecamatan Kabupaten Donggala ditampilkan pada Tabel 2, 3, 4, 5, dan 6 berikut ini.

Tabel 2. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala)

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-40 Kurang 52 19 -31

41-60 Cukup 24 40 16

61-80 Baik 21 24 3

80-100 Sangat Baik 3 17 14

(9)

Tabel 3. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala)

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-40 Kurang 50 26 -24

41-60 Cukup 31 38 7

61-80 Baik 19 21 2

80-100 Sangat Baik 0 15 15

Tabel 4. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala)

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-40 Kurang 42 8 -34

41-60 Cukup 41 23 -18

61-80 Baik 14 31 17

80-100 Sangat Baik 3 38 35

Tabel 5. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala)

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-40 Kurang 65 33 -32

41-60 Cukup 28 29 1

61-80 Baik 7 18 11

80-100 Sangat Baik 0 20 20

(10)

Tabel 6. Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta Kriteria Nilainya di empat kecamatan Kabupaten Donggala

Jumlah peserta Nilai Kriteria

Pre Test (%) Post Test (%)

Selisih (%)

0-40 Kurang 52.25 21.5 -30.75

41-60 Cukup 31 32.5 1.5

61-80 Baik 15.25 23.5 8.25

80-100 Sangat Baik 1.5 22.5 21

Dari tabel di atas memperlihatkan rata-rata peningkatan jumlah peserta yang memperoleh nilai baik dan sangat baik sebesar 29,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan setelah peserta mengikuti pelatihan, yang dapat disebabkan oleh karena peserta memperhatikan dengan seksama hal-hal yang disajikan oleh pemateri sehingga apa yang disampaikan oleh pemateri dapat mereka serap dengan baik. Ditunjang pula oleh umur para peserta yang rata-rata berusia 37 tahun sehingga masih mudah untuk menyerap informasi yang disampaikan.

Selain itu materi yang disajikan merupakan materi yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani mereka, sehingga para peserta mengikutinya dengan baik.

Materi (isi penyuluhan pertanian) yang disampaikan hendaknya bersifat menarik, yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat agar dapat dimanfaatkan oleh para petani (Kartasapoetra, 1994).

Sebelum memperoleh materi pelatihan peserta belum tahu ataupun sudah tahu tetapi hanya sedikit mengenai teknologi yang akan disajikan, namun setelah mendengar, melihat serta mengerjakannya secara langsung maka peserta menjadi tahu lebih banyak dan lebih baik dibandingkan sebelum memperoleh materi. Agar suatu kegiatan mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik maka suatu teknologi perlu diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan melalui praktek. Menurut mekanisme diterimanya materi oleh para petani, maka penyuluhan (dalam hal ini pelatihan) dapat digolongkan sebagai metode yang dapat didengar, dilihat dan diperagakan. Jika petani memperhatikan apa yang didengar dan dilihatnya berarti petani telah mulai dengan proses penerapannya (Kartasapoetra, 1994).

Sebagai rangkaian kegiatan pelatihan dilakukan kegiatan review pelatihan guna memperoleh umpan balik hasil pelaksanaan pelatihan. Setelah kegiatan review maka kami

(11)

memperoleh hasil bahwa peserta (petugas dan petani) telah melaksanakan beberapa teknologi yang diperoleh dari pelatihan.

Para petugas telah menyampaikan teknologi Usahatani Kakao, Usahatani Palawija, Integrasi Kakao dan Ternak, Konservasi Lahan serta Pasca Panen dan Pengolahan Hasilnya kepada petani di wilayah kerjanya sesuai dengan kondisi wilayah masing- masing. Ini berarti bahwa para petugas telah melakukan salah satu perannya sebagai penyuluh. Sesuai yang dikemukakan oleh Nuryanto (2000) bahwa secara garis besar ada dua peran penyuluh yaitu sebagai transfer teknologi atau menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran, agar sasarannya dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan dan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dengan masyarakat sasarannya.

Pada tingkat pelaksanaannya di lapangan, rata-rata para petani telah melaksanakan teknologi yang diberikan sesuai kebutuhannya. Petani di Kecamatan Labuan rata-rata telah menggunakan benih baru (berkualitas), bertanam secara serempak, melaksanakan periode bebas tanam dan penggunaan fungisida/insektisida sesuai anjuran dalam usahatani palawija. Sedangkan di Kecamatan Kulawi penggunaan benih baru dan penggunaan fungisida/insektisida sesuai anjuran belum dapat dilaksanakan karena dibatasi oleh daya beli petani terhadap sarana produksi masih rendah.

Pelaksanaan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil komoditi kakao, jagung dan kacang tanah juga telah dilaksanakan, walaupun teknologi pengolahan hasil tersebut masih dalam skala rumah tangga. Petani di Kecamatan Sirenja dalam mengolah pulpa kakao menjadi sirup pulpa kakao masih dibayangi keragu-raguan, karena ada anggapan bahwa sirup pulpa kakao berefek samping terhadap kesehatan, sehingga diperlukan upaya untuk memberikan penyuluhan yang lebih jelas dan intensif tentang kandungan pulpa kakao.

Seperti yang dikemukakan oleh Sutono (2000) bahwa petani sebagai orang yang dididik mempunyai pikiran, pandangan, keinginan dan masalah serta kebiasaan-kebiasaan atau budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik fisik, spiritual maupun material.

Karena perkembangan ilmu dan pengetahuan berlangsung terus menerus, maka penyuluhan pertanianpun harus dilaksanakan terus menerus sehingga proses penyuluhan harus berjalan secara terus menerus.

Sebagian teknologi yang disampaikan pada pelatihan untuk petani dijadikan rencana kerja kelompok untuk kegiatan pembuatan demplot pada tahun 2006. Diperlukan

(12)

melakukan adopsi. Diperlukan waktu empat tahun bagi petani untuk menerapkan suatu teknologi rekomendasi secara utuh (van den Ban dan Hawkins, 1999).

Adapun teknologi integrasi antara kakao dan ternak di Kecamatan Labuan, Kecamatan Kulawi dan Banawa belum dapat diaplikasikan secara penuh, karena beberapa kendala yang dihadapi, antara lain jarak kebun/lahan dari permukiman cukup jauh, faktor keamanan ternak yang tidak terjamin jika harus ditempatkan di dekat lahan dan pada umumnya sistem pemeliharaan ternak belum intensif. Khusus di Kecamatan Kulawi petani banyak mengusahakan ternak babi.

VII. KESIMPULAN

1. Telah dilakukan pelatihan terhadap 32 orang petugas dan 103 orang petani dengan materi Usahatani Kakao, Usahatani Palawija, Integrasi Kakao dan Ternak, Konservasi Lahan, Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

2. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan jumlah peserta yang memperoleh nilai baik sebesar 30 persen pada pelatihan untuk petugas dan 29,25 persen pada nilai baik dan sangat baik untuk pelatihan untuk petani.

3. Rata-rata peserta pelatihan telah melaksanakan beberapa teknologi pertanian hasil pelatihan di wilayah masing-masing. Teknologi pertanian yang belum diaplikasikan oleh peserta (khususnya petani) terkendala oleh beberapa hal, antara lain jarak lahan yang cukup jauh dari pemukiman, musim tanam yang belum sesuai, daya beli terhadap saprodi masih rendah, dan faktor keamanan ternak.

VIII. SARAN

Petani di kecamatan lain di Kabupaten Donggala yang belum mendapatkan pelatihan perlu diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, mengingat masih banyak teknologi yang belum sampai kepada petani serta banyaknya jumlah desa sasaran Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) di Kabupaten Donggala yang terdiri atas 239 desa.

Pelatihan untuk petani sebaiknya dilaksanakan dengan metode praktek lapang yang mengarah ke bentuk sekolah lapang, serta diiringi dengan kegiatan pertukaran informasi.

(13)

IX. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian. 1985. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.. Departemen Petanian. Jakarta. 83 h.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian.. Departemen Pertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian. Peragaan Teknologi dan Informasi Pertanian, Komunikasi Tatap Muka, dan Pengembangan Informasi.

Departemen Pertanian. Jakarta. 44 h.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2003. Panduan Umum Penelitian dan Pengkajian (Litkaji) dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian.

Jakarta. 55 h.

BPS. 2002. Sulawesi Tengah dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tengah.

BPTP Sulawesi Tengah. 2004. Satu Dasawarsa BPTP Sulawesi Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial dan Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 97 h.

BPTP Sulawesi Utara. 2004. Pedoman Umum Klinik Teknologi Pertanian (Edisi Kedua)..

Departemen Pertanian. 18 h.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Edisi 1. Cetakan 4. 170 h.

Munandar, Sinis. 2000. Catur Gatra Landasan Filosofi Pengembangan SDM dan Penyuluhan Pertanian dalam Ekstensia Volume 12 Tahun VII Sepetember 2000.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penyuluhan Pertanian.

Departemen Pertanian. Jakarta. 84 h.

Nuryanto, Bambang. 2000. dalam Ekstensia Volume 12 Tahun VII Sepetember 2000.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penyuluhan Pertanian.

Departemen Pertanian. Jakarta. 84 h

Pusat Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1997. Metodologi Penyuluhan Pertanian Berwawasan Jender. Bagian Proyek Pembinaan Diklat Kelompok Wanita Tani- nelayan Pusat. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian.. Departemen Pertanian.

Jakarta. 65 h.

(14)

Sutono. 2000. Reposisi Tugas dan Fungsi Penyuluhan Pertanian dalam Ekstensia Volume 12 Tahun VII Sepetember 2000. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 84 h.

van den Ban, A.W. dan HS. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian (Terjemahan). Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

Gambar

Tabel 1.   Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta  Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petugas)
Tabel 2.   Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta  Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Kulawi Kabupaten  Donggala)
Tabel 4.   Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta  Kriteria Nilainya (Pelatihan untuk Petani di Kecamatan Sirenja Kabupaten  Donggala)
Tabel 6.   Persentase Rata-Rata Jumlah Peserta pada Nilai Pre Test dan Post Test serta  Kriteria Nilainya di empat kecamatan Kabupaten Donggala

Referensi

Dokumen terkait

antara 129 - 149 0 C, tekanan 70 sampai dengan 90 psi dan waktu 7 sampai dengan 12 jam, Dalam proses pemasakan bahan dasar yang berwarna ini akan menghasilkan selulosa yang

Terimakasih atas dukungan, semangat, hiburan, saran serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis.. Seluruh keluarga besar

Dilihat dari tabel diatas bahwa kedua variabel independen promosi dan kualitas pelayanan memberikan hasil hipotesis secara simultan berpengaruh positif dan

kesehatan kerja Setelah kegiatan pem3elajaran" diskusi dan menggali 3er3agai sum3er in4ormasi perserta didik diharapkan mampu :   Menjelaskan pengertian P+K dan P+!K  

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan.. berakhir pada titik

Dan kalau ada seseorang lain yang lebih berhasil dari kita , belajarlah dari mereka dan terimalah masukan masukan dari mereka dan bukan menghidarinya ,semestinya

SEKSI INDUSTRI TEKSTIL ,PRODUK TEKSTIL & MESIN ELEKTRONIK BIDANG INDUSTRI FORMAL. 81 DEWI

[r]